...💙 Episode - 5 💙...
Matahari baru saja terbit, menyapa dunia, memberikan kesan hangat pada makhluk hidup di dalamnya. Pagi ini, Zeeviana bangun lebih pagi dari biasanya. Ia langsung berjalan ke kamar mandi untuk membasuh muka dan menyikat giginya. Setelah itu, Zeeviana melangkah menuju dapur untuk membantu Ayunda membuat sarapan. Terlihat sang Ibu sedang memotong beberapa butir bawang merah di sana.
Ayunda menoleh pada Zeeviana yang berdiri di sampingnya. "Kamu mandi atau siap-siap saja, Nak. Biar Ibu yang masak sarapan spesial untukmu," ucap Ayunda sambil tersenyum pada Zeeviana yang sedang menuang air hangat ke dalam gelasnya.
"Nggak apa-apa, Bu. Zee masih bisa bantu kok." Gadis itu menatap sekitarnya. Semua ruangan sudah terlihat bersih, sepertinya memang benar kata Ibu, ia lebih baik mandi dan bersiap-siap saja. Karena semua pekerjaan rumah sudah diselesaikan terlebih dahulu oleh sang Ibu.
"Sudah semua Zee. Zee tinggal mandi, terus sarapan," ujar Ayunda lalu mendorong tubuh Zeeviana keluar dari dapur. Mau tidak mau, Zeeviana pun melangkah menjauhi dapur dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
...***...
Pukul 07.05
Zeeviana keluar dari dalam kamarnya. Ia menggunakan kaos lengan panjang berwarna biru tua, dipadukan dengan celana hitam longgar yang memang sudah menjadi style-nya.
Tidak ada sedikit pun make up di wajah cantik gadis itu. Kulitnya putih tanpa bantuan apapun, begitupula dengan bibir mungil yang merah tanpa perlu menggunakan lipstik atau pemerah bibir lainnya.
Ayunda menatap ke arah putrinya, ia tersenyum karena melihat semangat hidup yang begitu menyala-nyala dalam diri Zeeviana. Putrinya itu tidak pernah mengeluh ataupun tidak menerima kehidupan yang sedang dijalaninya. Ayunda sangat bersyukur memiliki seorang putri seperti Zeeviana.
"Duduk, Nak."
Mereka makan tanpa menggunakan kursi ataupun meja. Hanya beralaskan sebuah tikar saja, namun semuanya terasa indah jika ada kata 'bersyukur' di dalamnya.
Ayunda menyendokan nasi dan juga lauk untuk Zeeviana. Menu sarapan mereka kali ini adalah tumis taoge dicampur dengan tempe yang dipotong kecil-kecil, dan ada telur balado juga. Yang seperti ini saja sudah dianggap spesial oleh Ayunda dan juga Zeeviana.
Zeeviana tersenyum saat mengambil piring yang sudah diisi oleh Ibunya. Ia mencuci tangan sambil membaca do'a makan. Gadis itu memulai suapan pertama, mengunyah dengan bahagia apa saja yang baru masuk ke dalam mulutnya.
"Emmm, Ibu memang jagonya," ucap Zeeviana lalu kembali memasukan suapan kedua. Gadis itu menghabiskan sarapannya dengan begitu lahap. Membuat hati Ayunda lebih tenang melihatnya.
Setelah sarapan, Zeeviana membantu Ayunda untuk membereskan semua piring dan beralatan kotor di dalam dapur. Gadis itu menggeleng keras saat Ayunda melarangnya untuk mencuci piring, Ayunda pun mengalah, ia membiarkan Zeeviana untuk melakukan apapun yang ingin ia lakukan sebelum berangkat bekerja.
...****...
Pukul 07.35
Zeeviana sudah selesai dengan semua pekerjaan rumahnya. Ia masuk ke dalam kamar untuk mengambil Hp dan tasnya. Morgan sudah mengirim lokasi rumah Bian semalam.
"Ibu..., Zee berangkat ya. Mungkin Zee akan pulang sekitar jam 5 sore nanti," ujar Zeeviana lalu mencium punggung tangan dan juga kedua pipi Ayunda.
"Ibu baik-baik di rumah. Jangan lupa istirahat dan minum obat!"
"Kamu juga hati-hati di jalan, ya." Ayunda mengelus pelan pundak Zeeviana. "Semangat!"
"Pasti, Bu." Zeeviana tersenyum sejenak lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Gadis itu berhenti di depan pagar sambil memejamkan matanya.
'Ya Tuhan..., Mudahkanlah semuanya. Dan lindungilah Zee dari segala bentuk mara bahaya di luar sana.' Batin gadis itu berdo'a lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Zee...," panggil seorang pria saat Zeeviana baru saja keluar dari gang rumahnya. Pria itu menyalakan motornya, mendekati Zeeviana yang menatap malas ke arahnya.
"Mau kemana, Cintaku?" tanya pria itu. Sebut saja namanya Teng.
"Bukan urusanmu!" jawab Zeeviana lalu melangkah meninggalkan Teng yang masih belum patah semangat untuk mendekatinya.
"Biar Bang Teng aja yang anter." Teng sudah menyerahkan helm pada Zeeviana. Namun Zeeviana tak kunjung juga mengambilnya.
"Ayolah, dari pada nunggu ojek, lama. Mending sama Bang Teng aja!"
Zeeviana pun melirik layar Hpnya. Jam sudah menunjuk pukul 07. 45 sekarang.
"Lima belas menit lagi!" Lirih Zeeviana. Dan terpaksa, Zeeviana pun mengambil helm yang Teng berikan padanya, lalu naik ke atas motor pria yang tersenyum bahagia itu.
"Jangan lupa pegangan, Cinta!" ucap Teng. Namun tidak direspon apapun oleh Zeeviana. Jika tidak terpaksa, Zeeviana pun malas jika harus berboncengan dengan pria setengah waras ini!
"Bisa nggak, dipercepat bawa motornya?!" Teriak Zeeviana. Teng malah tersenyum girang mendengarnya.
"Cinta mau kemana sebenarnya?" tanya pria itu. Cinta adalah panggilan khusus dari Teng untuk Zeeviana tercinta.
"Perumahan Sakura Dua!"
"Oh deket ini mah. Nggak ada yang jauhan sedikit, ya?"
Bugh ...
Satu pukulan mendarat pada pundak Teng. Pria itu pun meringis kesakitan.
"Jangan banyak bicara! Atau aku turun di sini saja!" ujar Zeeviana yang sudah hampir habis kesabarannya.
"Oke, oke. Bang Teng diem, tapi Cinta jangan turun di sini, ya. Kasian Cin...,"
Bugh...
"Iya..., iya. Diem ni. Cinta jangan mukul-mukul lagi!"
'Ya Tuhan... Kenapa aku harus bertemu dengan pria ini tadi?!" Batin Zeeviana sambil menatap kanan dan juga kirinya. Untuk tidak banyak orang di sekitar mereka.
5 menit kemudian. Sampailah mereka tepat di depan gerbang depan rumah Bian. Ada seorang satpam yang berjaga di sana.
Teng menatap rumah mewah dan megah itu dengan curiga. Ada prasangka buruk yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Namun pria 24 tahun itu segera menepisnya. Dia cinta pada Zeeviana. Dia percaya kalau Zeeviana adalah seorang gadis yang baik perilakunya.
"Terimakasih, ya," ucap Zeeviana seraya menyodorkan selembar uang pecahan dua puluh ribu pada Teng. Pria itu menolaknya. Dia benar-benar ikhlas dan senang membantu Zeeviana.
"Tidak usah, Cinta. Simpan saja uangnya untuk keperluan yang lain," ucap Teng tersenyum tulus.
"Sekali lagi, terimakasih." Pada dasarnya, Zeeviana adalah gadis baik dan ramah. Namun ada saat di mana dia bisa galak, judes dan cenderung cuek. Seperti tadi contohnya.
"Zee...," panggil Teng saat Zeeviana sedang berbicara pada satpam yang berjaga. Zeeviana menoleh sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Tidak jadi, lanjut saja." Pria itu kembali menyalakan motornya, lalu melajukan motor itu keluar dari perumahan yang dipenuhi oleh rumah megah dan mewah itu.
Beberapa saat setelah kepergian Teng. Muncullah Morgan dari dalam rumah. Pria itu memberikan isyarat pada sang satpam, 'Biarkan dia masuk!' Kira-Kira begitu yang Morgan sampaikan.
Satpam itu pun tersenyum pada Zeeviana, kemudian membuka gerbang dan mempersilahkan Zeeviana masuk dengan sebuah senyuman indah di wajahnya.
"Terimakasih," ucap Zeeviana tersenyum.
Satpam itu membungkukkan tubuhnya. "Sama-Sama, Nona."
"Selamat pagi, Tuan," sapa Zeeviana saat dia sudah berdiri di hadapan Morgan.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Julia
dia cantik
2022-10-23
1
prendjak
sebut saja namanya teng,,, 🤦♀️😅😅
2021-11-30
1
TRI WAHYUNINGSIH
suka bgt
2021-11-21
1