''Papa, Mama, ada apa?'' tanya Arsen yang melihat Papa dan Mamanya saling menangis berpelukan.
''Eh sayang. Kamu belum tidur?'' kata Dira yang berusaha bersikap biasa saja di hadapan Arsen.
''Arsen kebangun tadi dengar suara ribut-ribut dan ada yang nangis. Papa sama Mama nggak lagi berantem kan?''
''Nggak kok. Papa dan Mama baik-baik saja.''
''Tadi Mama ketakutan ada tikus disini sampai nangis. Kamu balik ke kamar ya, besok mesti sekolah.''
''Iya, Pa.'' Jawab Arsen sembari berlalu menuju ke kamarnya kembali.
''Ya udah sayang, kita lebih baik istirahat. Queen pasti ingin sendiri dulu. Biarin aja dia dulu ya, kalau dia udah tenang, kita ajak ngobrol baik-baik.''
''Iya, Mas.'' Kata Dira. Keenan dan Dira lalu kembali ke kamarnya dan segera istirahat. Sementara Queen malam itu ternyata pergi dari rumah dengan naik taksi. Queen menangis sejadinya di dalam taksi. Hatinya begitu sakit dan hancur ketika tahu bahwa Raja telah meninggal. Dan yang lebih menyakitkan lagi, semuanya menyembunyikan ini dari dirinya. Malam semakin larut, Queen memilih kembali menuju Dream Land. Berharap Raja masih hidup dan ada disana. Malam itu Queen pergi hanya dengan menggunakan piyama saja dan tanpa menggunakan alas kaki. Queen masuk ke arena Dream Land yang sudah sepi karena memang sudah tutup. Queen kemudian pergi menuju tepi danau buatan di area Dream Land. Disana ia menumpahkan semua kekesalan dan rasa sedihnya.
''Kak Raja, kenapa kamu ingkar janji? Kenapa kamu bohogin aku? Bahkan Papa dan Mama membohongi aku juga. Kak Raja kembalilah? Setidaknya kembalilah menjadi sahabat untukku. Aku bahkan tidak sempat mengucapkan salam perpisahan,'' ucap Queen sembari menangis di tengah heningnya malam.
''Wooaah" suara seseorang menguap yang membuat Queen terkejut dan menghentikan tangisnya. Pandangan Queen mengedar mencari sumber suara itu. Queen pun merasa takut.
''Siapa ya?'' tanya Queen yang mencoba memberanikan diri untuk bersuara.
''Ehem.'' Suara seorang pria berdehem semakin membuat Queen takut. Queen memutar tubuhnya dan mencari sosok suara tersebut. Dan dari kegelapan munculah seseorang yang pernah Queen lihat.
''Si-si-siapa kamu?'' ucap Queen tergagap. Pria itu mendekat kearah Queen. Queen yang merasa takut pun perlahan mundur.
''Jangan mendekat! Ka-kamu pengamen tad-tadi siang kan?'' ucap Queen. Pria itu pun menghentikan langkahnya.
''Kamu menganggu tidurku,'' kata pria itu.
''Tid-tidur? Ka-kamu tidur disini?''
''Iya. Aku lelah jadi aku tidur saja disini. Kamu siapa? dan ngapain disini,'' ucapnya tanpa beban.
''A-aku? Ini kan tempat umum. Jad-jadi suka-suka aku dong.'' Kata Queen yang masih saja tergagap.
''Tapi kan tidak tengah malam seperti ini. Lihat langitnya juga mendung, sepertinya akan turun hujan.''
''Kalau kamu mau pulang, pulang aja. Aku mau disini,'' ketus Queen.
''Baiklah. Aku pergi dulu.'' Kata pria itu. Namun ia mengurungkan niatnya saat melihat gadis dihadapannya tanpa alas kaki.
''Kemana sandal atau sepatumu?'' selidik pria itu.
''Bukan urusanmu.'' Singkat Queen. Queen lalu kembali menghadap danau dan membelakangi pria itu. Pria itu lalu pergi. Dan tiba-tiba hujan pun turun dan petir menyambar. Queen kembali menangis di bawah guyuran hujan. Rasa dingin pun tak terasa di sekujur tubuhnya. Rasa sakit dan kecewa yang ia rasakan lebih sakit jika di banding rasa dingin yang menusuk tulangnya.
''Aku Nathan." Ucap pria itu yang tidak tega meninggalkan Queen seorang diri disana. Mendengar suara itu, Queen lalu berbalik menghadap Nathan. Nathan melihat mata Queen merah.
''Kamu menangis?''
''Bukan urusan kamu!" jawab Queen dengan ketus. Nathan lalu melepas jaketnya dan menyelimutkan pada tubuh Queen, kemudian mengajak Queen berteduh di atas saung gazebo dekat danau. Queen pun duduk menjaga jarak dari Nathan. Suasana pun menjadi hening, hanya terdengar suara rintik hujan yang begitu deras dan beberapa kali suara petir menyambar. Queen duduk memeluk kakinya dan terus menunduk. Nathan memperhatikan Queen dari ujung kaki sampai ujung kepala.
''Kamu kabur dari rumah?'' tebak Nathan. Namun Queen tidak menghiraukan ucapan Nathan. Melihat sikap Queen yang cuek, akhirnya membuat Nathan memilih diam. Satu jam sudah Queen dan Nathan menunggu hujan reda dan jam sudah menunjukkan pukul 01.00. Nathan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas gitarnya. Sebuah lolipop pelangi berbentuk hati.
''Ini makanlah. Lolipop ini memang tidak bisa membuat kamu hangat tapi lolipop ini bisa membuat kamu tenang dan nggak sedih lagi,'' kata Nathan sembari menyodorkan lolipop itu pada Queen. Melihat sikap Nathan, entah kenapa tiba-tiba membuat Queen teringat dengan Raja. Karena Raja selalu memberikan lolipop untuk Queen, supaya Queen selalu bahagia dan ceria. Lagi-lagi bulir air mata menetes membasahi wajah Queen.
''Ups, maaf. Lolipop ini juga di kasih waktu ngamen tadi jadi aku terima saja. Tapi kalau kamu nggak suka dan nggak mau juga nggak apa-apa. Asal jangan nangis, aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu.'' Kata Nathan.
''Queen! Queen! Queen!" teriak Keenan dan Dira bergantian. Queen tiba-tiba mendengar suara Papa dan Mamanya.
''Kayak suara Papa dan Mama,'' gumam Queen dalam hati. Ternyata Keenan dan Dira menyusul Queen ke Dream Land. Karena Dira benar-benar tidak bisa tidur saat mendengar suara gemuruh hujan dan suara petir menyambar. Dira kemudian menuju kamar Queen tapi ternyata Queen tidak ada di kamarnya. Dira kemudian sangat panik dan membangunkan Keenan. Dan tempat pertama yang menjadi tujuan Dira adalah Dream Land.
''Queen! Queen!" teriak Keenan dan Dira lebih keras. Dan kali ini Nathan mendengarnya.
''Eh, kayak ada orang manggil. Kamu denger nggak?'' tanya Nathan pada Queen. Queen hanya menggeleng dan pura-pura tidak mendengarnya. Nathan lalu menerobos hujan untuk mencari sumber suara itu. Belum sempat Nathan berjalan jauh, Nathan sudah melihat Dira dan Keenan semakin dekat dengan posisinya.
''Siapa kamu?'' tanya Keenan ketus saat melihat Nathan disana.
''Ah jangan-jangan kamu maling ya?'' tuduh Keenan.
''Bukan-bukan, Tuan. Saya cuma pengamen yang sedang ketiduran. Saat mendengar suara orang memanggil saya terbangun. Saya juga mau pulang kok.''
''Mas, udah jangan suudzon dulu,'' kata Dira.
''Kalau boleh tahu Tuan dan Nyonya ada perlu apa? Karena ini juga sudah lewat tengah malam.''
''Kami sedang mencari anak kami. Dia pergi dari rumah tanpa pamit,'' kata Dira sembari menangis.
''Jangan-jangan Tuan dan Nyonya ini mencari gadis tadi,'' gumam Nathan dalam hati.
''Mmmm kalau boleh tahu, laki-laki atau perempuan Tante?''
''Perempuan, nak.''
''Saya tadi lihat ada seorang gadis duduk di saung gazebo sana.'' Ucap Nathan sambil menunjuk ke arah gazebo.
''Terima kasih anak muda,'' ucap Keenan sambil menepuk pundak Nathan.
''Sama-sama Om. Saya permisi,'' pamit Nathan sembari berlalu dan pergi dari Dream Land. Keenan dan Dira lalu menjuju saung gazebo dan benar saja, Queen ada disana dengan tubuh basah kuyup. Hanya jaket dari Nathan yang sedikit bisa meredam rasa dingin yang menusuknya.
''Queen, sayang." Ucap Dira.
''Mama, Papa!"
''Queen, ayo pulang. Ayo kita bicarakan ini baik-baik. Kasihan Mama kamu, daritadi nangis dan mikirin kamu terus,'' ucap Keenan.
''Nggak! Queen nggak mau pulang. Kalian semua jahat dan tega bohongin Queen,'' kata Queen dengan tegas.
''Papa dan Mama minta maaf. Kami melakukan ini semua untuk kebaikan kamu, sayang. Papa dan Mama juga sedih saat mendengar berita itu. Bahkan kami pun juga telat mendengar kabar buruk itu. Kami juga syok, Queen apalagi Mama kamu. Terlebih kita semua telah merawat dan menyayanginya seperti anak sendiri. Ayolah Queen, kamu bukan anak kecil lagi. Seharusnya kamu sudah cukup dewasa untuk memahami ini, sayang,'' ucap Keenan.
''Pa, ini tentang perasaan bukan masalah dewasa,'' bantah Queen.
''Sayang, kamu harus move on. Masih banyak pria baik di luar sana. Kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang. Papa yakin suatu saat kamu akan menemukan Raja yang lain, yang bisa tulus sayang sama kamu. Lusa Papa akan ke Swiss dan mengembalikan apa yang pernah kakek Sultan berikan pada Papa. Ayolah, nak. Demi Mama, Mama kamu benar-benar sedih dan khawatir. Bahkan Mama kamu lah yang mengajak Papa kesini untuk mencari kamu.'' Kata Keenan yang berusaha membujuk Queen. Queen lalu menatap Dira dengan mata yang sangat sembab dan wajah yang terlihat. Tak bisa di pungkiri ikatan batin mereka sangat kuat, apalagi Dira adalah Ibu yang di pilih sendiri oleh Queen. Meskipun mereka tak terikat darah tapi hati mereka telah menyatu sebagai ibu dan anak. Queen lalu berusaha berdamai dengan amarahnya sejenak. Lalu ia turun dari saung gazebo dan berjalan beriringan bersama Papa dan Mamanya di bawah payung merah. Keenan dan Dira benar-benar lega, akhirnya Queen menuruti ucapan mereka.
Bersambung... Jangan lupa like, komen dan vote ya, makasih 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Dahlia Anwar
hadir lagi Thor kangen Ama queen
2023-11-25
0
KomaLia
sediih
2021-12-03
0
Mala Wafik
kasian kmu queen 😭😭😭
2021-04-02
2