Sepanjang perjalanan, Gabby terus memandang ke luar. Melihat pepohonan besar yang ditutup dengan kain bermotif kotak-kotak hitam putih. Daun-daunnya saling bergoyang tertiup angin.
Cahaya matahari terlihat sangat terang, dan sepertinya cuaca sangat panas. Beruntung ac mobil yang ditumpangi begitu kencang hingga menyejukkan tubuh Gabby, namun tidak dengan hatinya.
Kaca mobil yang sudah dilapisi solar gard istilah kerennya, atau biasa disebut kaca film. Menampilkan samar-samar wajah George yang terus memainkan ponselnya. Sejak turun dari pesawat hingga di mobil pun pria itu terus saja tak lepas dari benda pipih yang begitu canggih.
Cih! Pasti dia sedang bertukar pesan dengan kekasihnya itu. Awas saja jika dia memaksaku ke sini hanya untuk menyaksikannya bersama kekasihnya itu! Akan ku gulung mereka berdua ke laut! gerutu Gabby dalam hati.
Gabby yang tak tahu apa tujuan mereka ke Bali hanya bisa berspekulasi.
Lagu-lagu rohani yang didengarkan oleh Gabby mampu meredam sedikit amarah wanita itu. Tak lupa, kelopak matanya terpejam untuk mendalami suara merdu yang menyejukkan hati di gendang telinganya.
Berada di dekat George membuat dada Gabby selalu saja bergemuruh. Hati dan fikirkannya selalu saja bertolak belakang. Membuat wanita itu berperang dengan batinnya sendiri.
Empat puluh menit perjalanan mereka lalui dari Ngurah Rai International Airport ke villa di pinggir pantai Canggu.
Sophie telah lebih dahulu turun dan meregangkan otot-otot ditubuhnya.
Menyisakan George serta Gabby, tak lupa supir yang masih menunggu dua orang itu turun pun masih berada di dalam mobil.
“Hei! Bangun!” George menendang kaki Gabby yang masih tertutup rapat matanya.
“Kau kasar sekali dengan wanita!” Gabby menginjak dengan kuat kaki George, hingga pria itu mengaduh kesakitan.
“Aku tak pernah menganggapmu sebagai wanita!” timpal George setelah menetralisir denyutan pada ibu jari kakinya. Pria itu benar-benar sangat dingin dalam mengucapkannya.
Deg!
Sungguh sakit hati Gabby mendengarnya. Kenapa harus bertemu dengan pria ini lagi jika hanya memberikan sayatan di hatinya.
Apa seburuk itu dirinya dimata George hingga tak dipandang sebagai seorang wanita.
Jangan menangis bodoh! Gabby menguatkan dirinya.
Wanita tangguh itu memilih melenggang keluar mobil tanpa bertanya sedikitpun dengan George kemana tujuannya.
“Wah pantai,” gumam Gabby ketika kornea matanya terisi penuh oleh pemandangan indah yang jarang sekali dilihatnya.
Kaki jenjangnya mendorong menuju ke pantai, ia sudah membayangkan akan tiduran di pasir putih itu. Menghabiskan waktu disana untuk membuang semua rasa penat dan sakit hatinya.
Namun langkahnya terhenti tatkala George menarik tangannya dengan paksa. “Mau kemana kau!”
“Lepas!” Gabby mengibaskan tangannya. Namun tenaga George lebih kuat. “Lepaskan tangan kotormu itu! Aku mau ke pantai!” sentaknya.
“Siapa yang menyuruhmu untuk kesana?” Aura dominan dari seorang George tak mempan untuk menggertak wanita yang berada digenggamannya.
“Siapa? Tentu saja aku! Kau ini bodoh atau terlalu pintar? Sudah tau sedari tadi aku tak berbicara dengan siapapun!” ketus Gabby dengan wajah galaknya.
“Ikut aku!” George menyeret paksa tangan Gabby hingga wanita itu tergopoh-gopoh untuk mensejajarkan langkah kaki yang panjang.
“Aku bisa jalan sendiri!” Gabby mengibaskan tangannya dengan sepenuh tenaga yang tersisa. Selama perjalanan di pesawat, ia tak makan sedikitpun karena tak sadarkan diri dalam waktu yang lama.
Tubuh wanita itu memang sedikit lemas. Namun ia berhasil melepaskan cengkraman.
Bekas tangan George membekas sangat jelas di kulit Gabby yang putih dan bersih.
Bukan hanya bekas itu yang membekas, namun juga kekasaran George begitu membekas di hati Gabby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Nur Syamsi
ketemu, ada pria es Tdk menjelaskan untuk apa Gaby di suruh ke Bali maka salah faham terus ....
2025-01-09
0
sakura🇵🇸
gara2 baca kisah anaknya jadi kuberanikan baca kisah gaby yg katanya nyesek...
2022-09-27
0
StAr 1086
jangan terlalu kadar ngapa george...
2022-09-16
0