Gabby kembali masuk bersama dengan papanya. Kedatangan mereka membuat George membulatkan matanya dan terkejut.
“Perkenalkan, ini papaku, Lordeus.” Gabby mengenalkan lelaki paruh baya yang ia gandeng. Matanya menelisik raut wajah yang diperlihatkan oleh George. Terlihat jelas bahwa pria itu seperti mengetahui siapa papanya.
Setelah mengenalkan papanya, Gabby ingin mengabadikan foto bertiga bersama dengan Diora dan papanya. Hanya ada dua orang yang bisa ia minta pertolongan, George dan Davis. Karena Davis sudah memegang ponsel Diora, maka ia meminta tolong dengan George. Untuk mengantisipasi jika hasil bidikan salah satu dari mereka tak bagus.
“Hei kau! Manusia yang sedari tadi diam saja!” Gabby menunjuk George yang masih setia duduk di sofa tak bergerak, tak bicara, namun masih bernafas. George tak menanggapinya, membuat dirinya kesal setengah mati karena diabaikan.
Pletak ...
Gabby melemparkan ponselnya hingga mendarat tepat pada dada bidang George.
“Tidak sopan!” ketus George, ia menatap tak suka Gabby yang menurutnya terlalu kasar untuk kalangan wanita. Tangannya mengambil ponsel yang jatuh di pangkuannya.
“Kau tuli! Ku panggil hanya diam saja!” balas Gabby tak kalah ketus. “Tolong, kau fotokan aku menggunakan ponselku itu,” pintanya dengan nada penuh paksaan.
“Memangnya aku budakmu! Bisa kau suruh seenaknya!” berang George dengan wajah tanpa ekspresinya.
“Ehem ...!” Lordeus berdehem dan menatap tajam George yang berani berbicara dengan nada tinggi pada anaknya.
Mendengar suara yang terdengar seperti sindiran itu, tanpa banyak kata, George pun ikut memposisikan diri di samping Davis untuk memotret tiga orang yang saat ini sudah siap berpose layaknya sebuah keluarga.
“Pria dingin itu ternyata takut dengan papamu,” bisik Diora tepat di telinga Gabby.
Gabby hanya membalas dengan senyuman dan anggukan saja. Ia tahu betul mengapa George takut dan tak berani membantah seorang Lordeus.
Rupanya kau tahu latar belakang papaku hingga kau tak berkutik. gumam Gabby dalam hati. Ia menyunggingkan sedikit senyum sinisnya, meskipun tak terlihat oleh orang lain.
“Ayo mulai!” titah Gabby.
Mereka pun langsung berpose, berganti-ganti gaya ketika George dan Davis mulai membidik.
Mata Gabby tak pernah lepas dari George. Entah mengapa ia selalu saja menatap pria itu, menambah kebencian dalam hatinya. Apa lagi saat ini ia melihat George tak fokus memotretnya, pria itu malah mengobrol dengan Davis. Meskipun mata George terus tertuju ke ponsel yang dipegang.
Sesi foto berhenti, ketika Diora menegur George dan Davis yang terus berbincang. Diora mengambil ponsel yang dipegang oleh kedua pria itu untuk dilihat hasilnya.
“Ini.” Ponsel keluaran terbaru milik Gabby disodorkan oleh Diora.
“Terima kasih.” Gabby mengambil ponselnya.
“Bagaimana?” tanya Diora memperlihatkan hasil foto di ponselnya.
“Tidak buruk,” jawab Gabby. “Coba kau geser dan lihat semua hasilnya, mungkin ada yang lebih bagus lagi,” usulnya.
Sepasang sahabat itu melihat beberapa hasil jepretan Davis secara perlahan, mereka mengamati satu persatu tanpa terlewat sedikitpun.
“Ini paling bagus,” tutur Gabby memberhentikan kegiatan jari Diora menggeser layar ponsel.
“Coba kau lihat hasil foto di ponselmu, mungkin lebih bagus,” pinta Diora menunjuk dengan dagu ke arah ponsel di tangan Gabby.
“Ini bagaimana?” Gabby memperlihatkan foto dari ponselnya. Dalam hatinya begitu dongkol melihat hasil jepretan George.
“Jelek sekali, kenapa kita sedang menganga mulutnya malah di foto,” gerutu Diora. “Coba geser, lihat foto yang lainnya,” pintanya lagi.
Gabby pun menggeser ke kanan layar ponselnya. Ia mendengus sebal ketika melihat tak ada foto lain lagi, hanya satu foto saja yang dibidik oleh George.
“Kau tidak ikhlas ya!” tuduh Gabby dengan nada ketusnya dan mata mendelik. Menunjuk dengan jarinya ke arah George yang sudah asik duduk santai di sofa.
“Sudah dibantu, bukannya berterimakasih malah menuduh,” sindir George tak kalah ketus dengan wajah datarnya.
Kebencian Gabby semakin menggunung dengan George. Hatinya semakin seperti diremas saat ini. Sorot matanya seolah ingin menelan hidup-hidup pria yang berkata ketus dengannya itu.
Entah mengapa Gabby jadi mengingat kejadian saat dirinya tak sengaja melihat George dan kekasihnya kencan. Betapa mesra dan perhatiannya George dengan kekasih wanitanya itu yang Gabby tak tahu jika hubungan antara George dan wanita itu sudah berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Diana Dwiari
🤣🤣🤣
2023-01-24
0
Dewi Dina
saat benci dan cinta jadi satu , mata dan mulut adalah saksinya .
2022-10-02
0
sakura🇵🇸
secara tidak langsung gaby masih cemburu🤭
2022-09-27
0