Gabby belum juga membuka matanya setelah George masuk ke dalam.
Diletakkannya semua kantung ke atas meja. Segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari cara membangunkan orang pingsan.
Ia berfikir jika lebih lama lagi tubuh itu tak diberi asupan, akan semakin parah nantinya.
George keluar lagi setelah membaca hasil pencariannya dan kembali lagi dengan membawa minyak kayu putih.
Dioleskannya minyak itu di bawah lubang hidung.
Tak berselang lama, Gabby langsung mengerjabkan matanya. “Ssshh ...,” desisnya. Tangannya memegang kepalanya yang terasa pusing.
Wanita itu belum sadar jika di dalam sana ada George, ia langsung duduk dan bersandar.
“Brengsek! Gara-gara manusia dingin itu aku jadi seperti ini,” umpat Gabby lirih membuat George yang masih berada di ambang pintu kamar mandi setelah membersihkan tangannya dari bau minyak kayu putih itu memicingkan matanya.
“Siapa yang kau hina itu?”
Gabby terperanjat mendengarnya, ia tatap sumber suaranya. George sudah berdiri dengan angkuhnya di sana.
Wanita itu baru menyadari jika ia tak berada di kamar yang ia sewa. Kamar ini jauh lebih luas.
Apa dia yang membawaku kemari? Tidak mungkin, pasti dia menyuruh orang lain, manusia seperti dirinya mana punya rasa kemanusiaan.
“Siapa lagi kalau bukan kau,” tuding Gabby. Matanya terus mengikuti kemana arah George bergerak.
George berjalan ke arah meja. Mengambil obat dan air mineral. “Minum itu.” Ia melemparkannya tepat mendarat di paha Gabby.
Shit! Apa dia tak bisa lembut sedikit.
Ingin sekali Gabby mengumpati George. Tapi ia hanya berucap dalam hati saja. Sudah sangat lemas dan sakit perutnya, sebab akan panjang urusannya jika berdebat. Ia hanya mendelik menatap pria dingin yang berdiri sangat angkuh itu.
Diraihnya obat dan botol plastik di selimut yang menutupi pahanya. Membaca petunjuk peminuman obat dan segera menenggaknya.
George hanya menatap apa yang dilakukan oleh Gabby. Ia mendekati ranjang dan meletakkan nasi kotak yang ia beli ke atas nakas. “Makan.” Langsung kembali menghempaskan tubuhnya ke sofa dan bermain ponselnya.
Wanita itu menatap makanan di atas nakas, lalu beralih ke George.
*Apa dia juga membelikanku obat, minuman, dan makanan ini? *Gabby menggeleng. Tidak mungkin, itu mustahil!
Perutnya yang memang sudah sangat membutuhkan asupan langsung mengambil kotak putih itu dan melahapnya.
Ekor mata George sekilas melirik Gabby. Dasar rakus!
Hanya butuh waktu lima menit Gabby menghabiskan makanannya. Pantas saja George menyebutnya rakus.
“Apa kau yang membelikan aku semua ini?” Pertanyaan itu akhirnya lolos juga dari mulut Gabby setelah ia dilanda rasa penasaran yang teramat dalam.
George memberhentikan dramanya yang seolah sedang bermain ponsel, padahal tidak. Ia hanya tak ingin tertangkap basah jika matanya sesekali tertuju pada Gabby.
“Menurutmu?” George balik bertanya, menurutnya tak perlu menjelaskan apa yang sudah ia lakukan.
“Tentu saja tidak, mana mungkin manusia sepertimu memiliki rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap orang lain,” jawab Gabby yakin.
George hanya menanggapi dengan menyunggingkan senyum sinisnya. Tak perlu mengumbar kebaikannya kepada orang lain, toh dia tak membutuhkan pujian atau semacamnya.
Gabby berdiri, ia membuang sampah lalu duduk di sofa yang sama dengan George namun sedikit menjauh.
“Boleh aku memohon padamu satu hal?” pinta Gabby dengan lembut.
George merasa aneh, biasanya Gabby selalu ketus, kasar, dan galak. Mengapa tiba-tiba saja menjadi begitu lembut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
jangan dekat2 nanti nyetrum🙈
2022-09-28
0
❁્᭄͜͡🐈⚞ል☈⚟ᝰ
apapun pasti terkabulkan oleh Mr. G😂
2022-07-09
1
Alice Daniel
aku lupa kisah nya,kalo gak salah si Gabby sakit ya..Gabby walaupun jutek tapi sayang SMA diora,,apa lagi aku yg selalu sayang sama author...
2022-05-22
2