Satu tahun berlalu akhirnya hasil ujian skripsi yang di nanti-nantikan Rinjani keluar dengan nilai terbaik dan juga menjadi mahasiswi terbaik angkatan mereka, senang sedih menjadi satu nampak wajah kebahagiaan dari para sahabat keluarga dan juga kekasihnya judul yang di ajukan kepada dekan membuahkan hasil yang memuaskan untuknya, dan memberikan semua pelajaran kepada para pelaku tindak kejahatan dan juga membereskan setiap kasus dengan baik hingga memenangkan kasus baru-baru ini menjadi trending topik sekota Bandung yang mampu membuktikan bahwa sebagian pejabat negara menjalankan bisnis memperjual belikan wanita untuk mereka jual kepada lelaki genit dan juga ingin menjatuhkan nama baik kakeknya.
"Selamat sayang akhirnya kamu lulus dengan nilai yang terbaik." Ucap ibu Santi.
"Terima kasih Bu ini semua juga berkat dukungan dan doa kalian."
"Jadi gimana apa kamu akan menjadi penerus opa atau kamu akan bekerja di sebuah perusahaan lain." Tanya Arya.
"Opa kan tahu Rinjani itu lulusan sarjana hukum yang pasti Rinjani akan bekerja di kantor kejaksaan, lagian Rinjani juga sudah mendapatkan tawaran dari salah satu kantor pusat di Jakarta."
"Apapun keputusan kamu kami semua akan mendukung mu jadilah pengacara yang baik dan mampu membuktikan semua kejahatan di negara ini." Arya memeluk erat tubuh cucunya.
Keluarga dan juga Sahabatnya bahagia dengan keberhasilan Rinjani dalam kasus dan juga kuliahnya, berbeda dengan sang kak Rani memilih membuka kantor sendiri untuk mengasah kemampuannya di bidang arsitektur bangun bersama sahabat baiknya, Ken dan Brama yang lebih dulu lulus dari mereka sekarang bekerja di bawah pemerintahan menjadi anggota intelejen CIA untuk mencari dan mengungkap setiap kejadian dan kejahatan di kota ini.
Rinjani berjalan naik ke atas modium menerima sertifikat dan juga penghargaan dari pihak kampus, Rinjani sangat bahagia bisa menjadi sarjana hukum terbaik di universitas kakeknya sendiri Rani merasa bahagia dengan kebahagiaan kakaknya selama ini Rinjani memulai kasusnya dengan niat dan juga tujuan yang baik dan akhirnya bisa menjadi sarjana hukum dan pengacara terbaik ke depannya.
Beberapa jam lamanya akhirnya acara wisuda mereka selesai Rinjani beserta keluarganya pamit lebih dulu kepada thisa dan juga Angga, berkat usahanya akhirnya Rinjani akan kembali ke Jakarta untuk bekerja di pusat pemerintahan sebagai kepala kejaksaan terbaik di negeri ini. Rinjani turun dari dalam mobilnya berjalan masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya memikirkan tawaran kakeknya untuk melanjutkan perusahaannya.
"Opa maafkan Rinjani karena membuat opa kecewa dengan keputusan Rinjani menjadi kepala kejaksaan di Jakarta." Lirih Rinjani menatap fotonya bersama Rani dan juga kakeknya.
Rinjani terlelap dalam tidurnya dengan pulas Rani masuk ke dalam kamar Rinjani melihat kakaknya sedang tidur nyenyak dan tidak ingin mengganggunya, berjalan keluar kamar menuju kamarnya Rani memikirkan tawaran kakeknya untuk.menjadi pewaris perusahaan yang telah di bangun dari dulu hingga sekarang namun Rani memiliki cita-cita sendiri untuk membuka kantor arsitektur bangun yang akan di jalankan olehnya dan juga Angga.
"Bagiamana bisa aku menolak permintaan opa apa lagi Rinjani sudah memutuskan untuk menjadi pengacara di Jakarta, lalu siapa yang akan menggantikan posisinya menjalankan perusahaan opa." Guman Rani di dalam hati.
Di kediaman Bagas dan juga Adisti sedang merayakan keberhasilan Dafa menjadi seorang dokter yang sangat hebat menjadi lulusan terbaik di Belanda, David merasa senang dengan kebahagiaan keluarga kecilnya dan membuka hatinya menerima Adisti menjadi ibunya kembali.
"David gimana nihh apa kamu akan ikut Rinjani ke Jakarta, karena yang papa dengar Rinjani mendapatkan tawaran menjadi kepala kejaksaan di sana." Ucap Bagas mengunyah makanannya.
"Kemungkinan besar David tidak akan bisa menemani Rinjani di sana soalnya David mendapatkan tawaran di Semarang untuk menjadi kepala kepolisian di sana."
"Wahh jadi sekarang anak-anak mama ini sudah sangat sukses pa." Sahut Adisti.
"Apapun pekerjaan kalian semoga bisa menjadi pemimpin yang baik." Ucap Bagas tersenyum manis.
Mereka kembali menyantap makanan dan merayakan keberhasilan kedua putranya yang berhasil lulus menjadi orang hebat, beberapa jam lamanya Rinjani tersadar dari tidurnya menatap sudut kamarnya tak menemukan siapa-siapa di sana berjalan masuk ke dalam kamar mandi membasuh wajahnya menggosok giginya berjalan keluar kamar mandi.
"Arrkkkhhh." Teriak Bariton Rinjani terdengar hingga keluar di depan kamarnya.
"Rinjani kenapa kamu kenapa kok berteriak seperti itu." Tanya Rani melihat Rinjani tengah ketakutan.
"A-da orang di kamar gue Lohh liat dulu." Ucap Rinjani mendorong tubuh Rani masuk ke dalam.
Rani berjalan masuk ke dalam kamar Rinjani memeriksa setiap ruangan yang ada di dalam sana dan tidak menemukan siapa-siapa hingga Rani membuka balkon kamar kakaknya dan nihil tidak ada siapa-siapa di dalam kamar ini, Rani berjalan keluar memasang wajah masamnya menatap kesal kepada Rinjani yang berada di depannya Rinjani nampak aneh dengan tatapan mata Rani.
"Ngapain Lohh liatin gue kek gitu."
"Nga ada siapa-siapa di dalam mata Lohh itu bermasalah kali, atau jangan-jangan Lohh halu ya."
"Kurang ajar luhh mana ada gue halu." Kesal Rinjani menjitak kepala Rani.
"Auu sakit astaga Rinjani udah sana masuk nga ada siapa-siapa juga kali nyesel gua bantuin luhh." Ketus Rani berjalan meninggalkan Rinjani.
Rani berjalan menuju kolam renang belakang rumah mereka untuk melakukan aktivitas seperti biasa, Rinjani membuka pintu kamarnya dengan hati-hati memperhatikan setiap ruangan di dalam kamarnya dan tidak menemukan keberadaan orang yang baru saja di lihatnya, Rinjani berjalan duduk di tepi ranjangnya bernafas lega mengatur nafasnya yang memburu tiba-tiba suara aneh mendatanginya kembali membuatnya tersentak jatuh di bawah lantai.
"Hai." Sapa wanita cantik.
Rinjani menoleh kebelakang mendapati wanita cantik sebayanya dan mulai pucat pasih dengan kehadirannya." Si-apa Lohh dan mau apa." Ucap Rinjani terbata-bata.
"Kamu kok kaget liat aku bukannya Lohh udah terbiasa kan lihat hantu."
"Iya tapi wajah Lohh itu serem banget." Rinjani menutup matanya.
"Astaga gua lupa lagi sorry ya." Wanita itu menghilang entah ke mana.
Rinjani membuka matanya secara perlahan mengedarkan pandangannya tak menemukan wanita itu dan kembali duduk di tepi ranjangnya bernafas lega, kini Rinjani menatap wanita cantik berdiri di sudut kamarnya mendekatinya memberanikan diri untuk bertemu dengannya.
"Lama kita tidak berjumpa." Ucap Rinjani berjalan mendekatinya.
"Iya apa kabar Lohh sekarang."
"Gua baik-baik saja Lohh sendiri bagaimana."
"Baik gua denger semua kasus yang luhh tanganin semuanya berjalan baik kan."
Rinjani memeluk erat tubuh wanita itu mereka saling mencurahkan isi hatinya melepaskan kerinduan meski belum lama mengenal tapi mereka sudah seperti sahabat bagi keduanya.
"Ibu pasti senang kalau tau kamu datangin aku ke sini." Rinjani menghapus jejak air matanya.
"Aku ke sini cuman mau ngeliat orang yang sudah berhasil membuka kasus gue yang sudah lama tertutup." Ucap Laras.
"Sudah kewajiban gua sebagai calon pengacara untuk membantu orang-orang yang membutuhkan keadilan."
"Oh iya luhh dapat tugas nga untuk mengusut kasus yang sudah cukup lumayan lama lahh mungkin sekitar tiga puluh lima tahun lamanya kasus itu tidak ada yang bisa menyelesaikannya."
"Belum sihh lagian gue juga baru dengar kasus itu."
"Sebaiknya luhh cari tahu kasus kematian artis papan atas yang meninggal tak wajar."
"Itu bukan wewenang gue kan gua baru jadi kepala kejaksaan masa iya langsung minta kasus itu."
"Tapi Lohh harus usut karena baru-baru ini di dunia gue lagi heboh dengan wanita itu."
Rinjani terdiam mendengar informasi yang baru saja di dengarnya dari Laras dan memikirkan akan mengambil tugas itu kalau saja di beri izin, Laras pamit pergi untuk kembali dan akan menemuinya lain waktu lagi Rinjani tersenyum manis dan berjalan keluar kamar setelah membersihkan tubuhnya. David yang baru saja tiba di kediaman tuan Arya berjalan masuk untuk menemui kekasihnya, Rinjani berjalan keluar berpapasan dengan David dan saling melepaskan kerinduannya.
"Apa kabar nihh calon jaksa kita." Goda David.
"Apaan sihh calon kepala kepolisian." Rinjani mencubit pipi David.
"Jadi lusa kamu sudah bekerja kan di Jakarta."
"Iya gua juga udah beres-beres barang sihh."
"Kalau gitu kita jalan melepas masa kuliah kita gimana."
"Duhh kayanya nga bisa dehh soalnya ada tugas yang harus gua selidiki dulu."
"Tugas? Bukanya Lohh belum kerja kan kok udah ada tugas aja."
"Iya ini permintaan Laras barusan."
"Laras datangin luhh lagi."
"Iya gua nga punya waktu banyak gua harus cabut sekarang."
"Ya udah kita pergi bareng." David berjalan menuju halaman rumah.
Rinjani hanya diam saja dan mengikuti langkah David yang lebih dulu keluar ke halaman, Rinjani masuk ke dalam mobil melesat jauh menelusuri jalan arah puncak sesuai dengan informasi Laras mereka akan menyelidiki kasus wanita cantik yang tewas tidak wajar di dalam kamarnya sendiri.
"Aku pernah dengar kasus ini cuman langsung di tutup gitu aja soalnya kematiannya itu misterius gitu." Ucap David fokus menyetir.
"Laras sempat bilang sama gua kalau wanita itu meninggalkan jejak untuk para detektif agar mudah menemukan beberapa bukti namun jejak itu juga hilang entah ke mana."
"Jadi maksud Lohh orang yang melakukan ini pasti sudah mengetahui kalau calon korbannya meninggalkan jejak kematiannya dan dia berusaha untuk menghapusnya agar tidak di curigai kan." Tebak David.
"Sepertinya begitu dan kasus ini sangat aneh karena para korbannya hanya wanita cantik dan tewas dengan luka yang sama."
David menambah laju mobilnya menelusuri jalan yang di penuhi dengan pohon-pohon Pinus yang sangat asri memasuki sebuah halaman rumah mewah yang tidak terawat, Rinjani berjalan keluar mobil menatap setiap sudut ruangan rumah yang nampak usang dan di penuhi dengan rumput liar, di tengah-tengah mereka melihat-lihat rumah itu seorang pria paruh baya menghampiri mereka dan curiga dengan kedatangannya ke villa yang sudah lama tidak di kunjungi orang lain.
"Sedang apa kalian di sini." Ucap pria itu.
David dan Rinjani terkejut dengan kehadiran pria yang lebih tua dari mereka yang nampak menyeramkan berdiri di hadapan mereka membawa sebuah cangkul yang nampak usang dan juga di penuhi cairan darah.
"Kami ke sini cuman mau liat-liat aja kok pak." Ucap David berusaha tenang.
"Kalian sebaiknya pulang jangan terlalu lama berada di halaman ini."
"Emangnya kenapa kalau kita berlama-lama di sini apa ada yang salah dengan villa ini." Tanya Rinjani penasaran.
"Apa kalian tidak tahu dengan rumor yang beredar tentang kematian setiap wanita di desa ini tewas secara tidak wajar dan sebaiknya kalian tidak ikut campur dengan kasus itu." Pria itu seolah-olah mengetahui tujuannya.
"Kenapa bapak bisa tau kalau kami ke sini untuk mencari tahu kebenaran kasus itu." Rinjani mulai curiga dengan pria itu.
"Sudah banyak orang datang kemari untuk mencari tahu tentang kasus itu namun mereka tidak berhasil menemukan apa-apa di dalam sana."
"Kenapa bapak begitu yakin kalau di dalam sana kita tidak akan menemukan apapun."
Pria itu membawa Rinjani masuk ke dalam sebuah rumah sederhana minimalis dan cukup bersih terpanjang foto wanita cantik sebaya mereka di atas dinding ruang tamu, Rinjani memperhatikan wajah wanita itu dan nampak aneh dengan wajahnya David menarik tangan Rinjani untuk segera duduk dan tidak melakukan hal-hal yang membuat pemilik rumah marah kepada mereka.
'Bisa diam nga sihh luhh jangan liat-liat yang bukan milik kita."
"Apaan sihh luhh gua cuman perhatikan foto itu kok."
"Nga usah di perhatikan nanti bapaknya marah lagi."
"Iya iya bawel banget Lohh."
Di sela-sela perbincangan mereka pria itu keluar dari arah dapur membawakan sebuah nampan berisikan minuman untuk mereka, Rinjani mulai waspada dengan minuman yang di bawa oleh pria itu dan nampak mencurigakan dari dekat, David segera meminum minumannya hingga habis tak tersisa pria itu menceritakan sedikit tentang kasus pembunuhan yang terjadi di desa mereka yang hampir sebagian wanita yang baru meranjak remaja hilang dan di temukan tidak bernyawa dengan kematian yang tidak wajar, mereka penduduk desa sudah melakukan yang terbaik melaporkan kasus ini kepada pihak berwajib namun tidak berhasil menemukan apa-apa dalam kasus ini.
"Apa ada orang yang bisa kita curigai di dalam kampung ini." Tanya Rinjani.
"Semua penduduk desa tidak mempunyai kesalahan yang mampu membuat kita curiga." Jawab bapak Darto.
"Soalnya menurut cerita anda para remaja itu hilang dan tewas tidak wajar dengan luka sekujur tubuhnya." Ucap Rinjani mulai curiga dengan cerita pak Darto.
"Iya sebulan yang lalu anak perempuan saya yang baru saja masuk sekolah SMA harus pergi dengan kematian yang sama kepada para gadis desa ini." Pak Darto mulai meneteskan air matanya.
"Bapak tenang saja kita akan membantu penduduk desa untuk mencari tahu tentang kematian para gadis yang secara misterius di desa ini bapak nga usah khawatir." Ucap David.
Rinjani hanya diam saja mendengar setiap cerita yang di keluar dari mulut pak Darto yang sangat menyakinkan bahwa para gadis di desa ini tewas secara misterius, David berpamitan untuk pulang dan akan kembali lagi untuk mencari tahu bukti ataupun petunjuk dari kematian setiap gadis di desa ini, Rinjani berjalan keluar rumah yang bersih dan juga rapih tak menemukan hal-hal yang mencurigakan dari rumah ini Rinjani terus memperhatikan setiap sudut ruangan dan juga tidak menemukan apa-apa, dari jarak jauh sepasang mata mengintai pergerakan mereka yang mencari tahu tentang kasus pembunuhan para gadis di desa ini. Rinjani masuk ke dalam mobil melaju dengan kecepatan rata-rata mata Rinjani menangkap sosok pria misterius d balik pohon yang cukup besar untuk menutupi seluruh tubuhnya agar tidak terlihat oleh orang lain Rinjani mulai penasaran dengan sosok pria itu dan terus menatap kosong ke luar jendela menikmati suasana desa yang cukup sepi dari kebisingan kota.
"Dari tadi kok kamu cuman diem aja kenapa sihh."
"Gua nga papa kok oh iya gimana jadi kan Lohh ngebantuin gua besok." Rinjani mengalihkan perbincangan mereka.
"Iya jadi kok besok gua jemput kita pergi bareng."
"Baiklah." Rinjani kembali menatap luar jendela.
David tidak ingin bertanya lebih jauh lagi tentang suasana hati kekasihnya yang nampak kacau setelah Kepergian mereka dari kediaman keluarga pak Darto, di sisi lain sosok pria yang baru saja di lihat Rinjani sangat marah dengan kedatangan mereka untuk memperingati setiap warga agar anak gadis mereka di kirim ke daerah lain agar tidak menimbulkan kematian lagi di desa itu.
"Sialan siapa wanita itu berani sekali ikut campur di dalam kawasan gua." Ucapnya dengan kesal.
"Kamu itu kenapa kok dateng marah-marah nga jelas gitu." Ucap wanita cantik.
"Ada orang yang berani mengusut kasus kematian para gadis yang tewas misterius di desa ini, kalau mereka bisa mendapatkan bukti kita bisa dalam masalah besar." Pria itu mengebrak meja di hadapannya.
"Sialan kita harus hati-hati dengan mereka biar bagaiman pun mereka itu jaksa dan juga anggota kepolisian."
Mereka semakin waspada dengan kedatangan Rinjani dan juga David agar tidak tertangkap basah oleh penduduk desa yang akan membuat mereka masuk ke dalam penjara, Rinjani mulai terlelap dalam tidurnya David tersenyum manis melihat wajah cantik Rinjani saat tidur David tak menyangka kalau akan menjalin hubungan dengan Rinjani yang terkenal dingin dengan setiap cowok yang mendekatinya.
Rinjani berada di dalam sebuah kamar yang nampak gelap di penuhi debu Rinjani menyalakan lampu senter ponselnya berjalan mencari tombol lampu namun tombolnya tidak bisa berfungsi, tiba-tiba suara teriakan wanita memenuhi suatu ruangan yang terlihat besar di penuhi dengan bercak cairan merah segar dari setiap orang yang masuk ke dalam kamar itu, Rinjani berjalan masuk ke dalam ruangan yang terlihat banyak lilin dan juga meja besar untuk memotong setiap bagian tubuh mereka Rinjani terkejut melihat artis papan atas terlelap dalam tidurnya di atas meja kayu dengan lemas berusaha melepaskan diri dari ikatan yang menjeratnya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar terlihat pria asing masuk membawa sebuah pisau untuk menguliti wanita itu, Rinjani tercengang dengan semua yang di lihatnya dan berhasil terbangun dari mimpi buruknya David terkejut dan segera menepikan mobilnya memberikan air minum kepada kekasihnya Rinjani meminum air itu hingga tandas tak tersisa.
"Rinjani." Ucap David dengan khawatir.
"David." Lirih Rinjani dan segera memeluk erat tubuh David hingga membuatnya tidak bernafas.
"Rinjani lepasin dong gua nga bisa napas nihh." Kesal David berusaha melepaskan pelukan Rinjani.
"Sorry gua kaget aja makanya meluk Lohh sampai nga bisa napas gitu." Ucap Rinjani melepas pelukannya.
"Lohh ini kenapa mimpi buruk lagi." Tanya David mengusap setiap buliran air keringat Rinjani.
"Gua mimpi ngeliat artis itu dalam sebuah ruangan yang cukup besar dan siap-siap untuk di bunuh oleh pria yang belum pernah aku liat sebelumnya."
"Lohh tenangin diri dulu biar masalah ini nanti aku laporin ke atasan gua yahh." David mengusap lembut rambut Rinjani.
Rinjani tersenyum manis kembali mengatur nafasnya yang mulai memburu dengan mimpi yang baru saja dilihatnya, David kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata untuk segera sampai di kediaman tuan Arya, Rinjani terus memikirkan mimpi yang nampak nyata di depan matanya namun yang di katakan David benar kita tidak bisa bertindak gegabah dalam kasus yang cukup serius seperti ini. Rinjani kembali menatap keluar jendela memperhatikan setiap pohon-pohon yang mereka lewati, tiga puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai juga di kediamannya Rinjani turun dari dalam mobil berjalan dengan wajah masamnya thisa dan Angga yang sementara ngumpul bareng Rani tertawa dengan ekspresi wajah lucu Rinjani saat ini.
"Woii itu muka kenapa kok jelek amat." Ledek Angga tertawa kecil.
"Lagi ngambek ya sama kak David." Sahut thisa mengunyah makanannya.
"Atau jangan-jangan kalian berantem lagi." Timpal Rani.
"Bisa nga kalian itu diem berisik amat gua lagi nga mood aja liat wajah kalian." Ketus Rinjani berjalan masuk ke dalam kamarnya.
"Dihh galak banget, pacar Lohh itu kenapa kok sensi gitu." Kesal Angga.
"Nga tau dari tadi cuman bengong aja." Ucap David menguyah cemilan thisa.
"Mungkin aja dia nga lagi mood, ya udah gua susul dulu ke dalem." Rani beranjak dari duduknya.
Rani berjalan menuju kamar Rinjani dan membuka pintunya secara perlahan namun mendengar suara orang yang sedang ngobrol dari dalam kamar Rinjani, Rani membuka pelan-pelan pintu kamar kakaknya dan melihat Rinjani tengah berbincang namun tidak menemukan siapa-siapa di dalam kamarnya bulu kuduk Rani mulai tidak beres dan segera menutup pintu kamar Rinjani berjalan menghampiri teman-temannya. David memperhatikan wajah Rani yang cukup tegang usai masuk ke dalam kamar Rinjani dan keluar kamar tanpa berbicara dengan siapapun.
"Rani kenapa kok jadi diem gitu." Ucap thisa dengan suara pelannya.
"Mana gua tau emang gua peramal apa bisa tau semuanya." Ucap Angga menatap tajam mata thisa.
"Biasa aja kali jawabnya." Thisa memukul pelan bahu Angga dan kembali mengunyah makanannya.
Angga terus memperhatikan gerak-gerik Rani yang mulai cemas dengan sesuatu namun tidak menampakkan hal itu, berbeda dengan Angga David malah berpikir kalau saja Rinjani sedang kenapa-kenapa di dalam kamarnya dan segera beranjak dari duduknya namun langkahnya terhenti ketika Rani menahan tangannya.
"Jangan masuk Rinjani lagi tidur." Kilah Rani tersenyum manis.
"Kamu lagi nga menyembunyikan sesuatu kan dari kita." Tanya David dengan serius.
"Iya nga ada kok Rinjani lagi tidur katanya nga mau di ganggu." Rani berusaha menyakinkan mereka.
"Ya udah biar gua liat sendiri." David melepas tangan Rani berjalan menuju kamar Rinjani.
"Aduuhh gawat nihh." Lirih Rani menyusul langkah David.
David mulai cemas dengan keadaan Rinjani di dalam kamarnya segera membuka pintu Rinjani namun lagi-lagi Rani berhasil mencegahnya agar tidak menggangu Rinjani di dalam kamarnya.
"Duhh kak David kenapa malah ke sini Rani kan
udah bilang kalau Rinjani nga mau di ganggu." Kesal Rani.
"Masalahnya Lohh itu nampak mencurigakan makanya gua mau mastiin sendiri kalau Rinjani itu lagi tidur atau nga." David menepikan sedikit tubuh Rani dan membuka pintu Rinjani dengan lebar.
Rani menutup matanya tidak berani melihat Rinjani yang sedang asik tertawa sendiri di dalam kamarnya seperti membahas sesuatu dengan orang lain, thisa dan Angga bengong dengan adengan di depan matanya yang melihat Rinjani sedang asik tertawa sendiri di dalam kamarnya bahkan David mulai panik dengan kondisi fisik Rinjani walaupun mereka tahu kemampuan Rinjani namun semakin lama Rinjani mulai keluar kendali.
"Rinjani." Ucap David berjalan masuk.
Rinjani menoleh kearah sumber suara mendapati semua orang tengah menatapnya bingung, Rinjani berjalan menemui mereka yang berada di depan pintu kamarnya.
"Ngapain kalian semua di sini." Tanya Rinjani santai.
"Harusnya kita yang nanya Lohh ngapain ketawa sendiri lagi sakit ya Lohh." Ucap Angga blak-blakan.
"Dihh kepo banget sihh kalian udah sana pergi dari kamar gua." Rinjani berusaha menggeser semua tubuh teman-temannya.
"Rinjani." Bentak David membuat Rinjani tersentak." Kamu ini kenapa kok makin hari Lohh itu makin aneh kita tau Lohh itu punya kemampuan khusus tapi jangan terlalu jauh berhalusinasi." Tegas David menggenggam erat tangan Rinjani.
"Maksud kalian gua gila gitu iya." Bentak Rinjani di luar kendalinya.
"Nga gitu Anjani kita cuman nga mau Lohh itu keluar batas aja." Sahut Rani menenangkan kakaknya.
"Diem kalian pergi dari sekarang." Rinjani menarik tangan mereka semua.
Rinjani menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga membuat semua orang terkejut dengan kemarahan Rinjani, David mulai cemas dengan kondisi Rinjani yang semakin aneh tidak seperti biasanya Rani dan yang lain pun sama mengkhawatirkan keadaan Rinjani yang mulai berhalusinasi berbincang dengan seseorang, Rinjani masuk ke dalam kamarnya menuju balkon dengan wajah masam dan juga suasana hati yang kacau dengan sikap kekasihnya dan juga Sahabatnya Laras tertawa geli dengan ekspresi wajah lucu Rinjani yang mampu membuatnya tertawa lepas.
"Udahlah nga usah di pikirin mereka itu belum terbiasa aja dengan kemampuan kamu."
"Gua kesal aja sama mereka yang girain gua itu berhalusinasi bertemu dengan Lohh "
"Ya udah sihh mereka kan nga bisa liat gua makanya dia ngomong kek gitu."
"Iya juga yahh kok gua bisa marah gitu sama mereka." Ucap Rinjani memikir kembali perkataannya.
"Udah nga usah pusing gitu nanti mereka paham kok dengan kemampuan kamu ini."
Rinjani hanya mendengarkan masukan Laras yang cukup masuk akal meski mereka tahu dengan kemampuan Rinjani yang bisa berkomunikasi dengan makhluk lain, namun Rani dan juga yang lainnya tidak ingin Rinjani seperti itu yang akan membuat semua orang yang di luar sana berpikir aneh-aneh dengan kemampuannya, Angga dan thisa pamit pulang setelah makan malam bersama keluarga Rani dan juga David mereka masih saja menatap kamar Rinjani yang tertutup rapat dari sore hari hingga mereka pulang. Thisa berjalan keluar ke halaman rumah setelah berpamitan dengan semua orang Angga menyusul langkah thisa masuk ke dalam mobilnya melesat pergi menuju rumah mereka masing-masing, David yang merasa enggan untuk meninggalkan Rinjani merasa tidak nyaman dengan situasi ini David berjalan menuju kamar Rinjani mengetuknya beberapa kali namun tidak ada jawaban dia pun mencoba Kembali dan sama saja tidak ada jawaban. David terpaksa membuka pintu kamar Rinjani yang tidak terkunci secar perlahan mendapati Rinjani tertidur pulas di atas tempat tidurnya, David bernafas lega melihat Rinjani tertidur dan segera menutup pintu Rinjani pelan-pelan berjalan meninggalkan kamar Rinjani. Rani yang baru saja ingin membawakan makanan malam untuk kakaknya tidak sengaja bertemu dengan David yabg baru saja dari kamar Rinjani.
"Lohh habis dari mana." Tanya Rani sambil memengangi nampan.
"Dari kamar Rinjani, udah mendingan luhh taruh aja di atas meja Rinjani lagi tidur pulas di kamarnya." Ucap David mengambil nampan dari tangan Rani.
"Ya udah Lohh taruh aja sendiri nanti dia juga makan kalau laper." Kata Rani berjalan menuju kamarnya.
David kembali berjalan menuju kamar Rinjani membuka secara perlahan agar tidak membangunkan Rinjani yang terlelap dalam tidurnya, David meletakkan nampan berisikan makan malam buat kekasihnya mengecup keningnya berjalan keluar kamar dan menutup kembali kamar Rinjani belum jauh langkahnya Rinjani terbangun dari tidurnya dengan teriakan yang cukup keras hingga David berlari masuk ke dalam kamarnya kembali.
"Heii sadar Rinjani kamu kenapa." Ucap David mulai khawatir.
"David kita harus selamatkan nyawa gadis itu." Rinjani mulai cemas dengan gadis di dalam mimpinya.
"Lohh ini bicara apaan gadis yang mana pasti Lohh lagi mimpikan."
"Iya tapi dalam mimpi gua semua gadis yang mereka culik akan di habisi malam ini."
"Lohh tenagin pikiran Lohh dulu jangan gegabah seperti ini kita nga tahu di mana mereka berada." Terang David menenangkan Rinjani.
"Tapi kasian mereka semua." Isak tangis mulai terdengar.
"Iya gua ngerti tapi kita juga nga tau di mana mereka sekarang." David memeluk Rinjani agar tenang.
Rinjani menangis tersedu-sedu dengan apa yang baru saja di lihatnya David mulai melepaskan pelukannya mendengar deru nafas Rinjani mulai teratur, David mengusap jejak air mata Rinjani menatapnya penuh cinta Rinjani merasa kasih sayang David begitu tulus untuknya dan tersenyum manis kepada kekasihnya, David pamit pulang setelah memastikan Rinjani memakan makan malamnya yang di bawanya Rinjani berjalan menuju halaman rumah mengantarkan kekasihnya David masuk ke dalam mobilnya melesat jauh dari kediamannya. Rinjani memperhatikan mobil David yang semakin menghilang di balik pagar besi menjulang tinggi, Rinjani berjalan masuk ke dalam kamarnya ingatan sosok wanita itu lagi-lagi mengganggu pikirannya hingga membuatnya tersungkur ke bawa memengangi kepalanya Rinjani berusaha bangun namun rasa sakit kepalanya mulai menyerangnya hingga tak sadarkan diri. Para pelayan yang tidak sengaja mendapati Rinjani pingsan segera membawanya masuk ke dalam kamar dan memberitahukan kepada tuan Arya dan juga Rani, usai mendengarkan pembicaraan para pelayan Rani segera masuk ke dalam kamar Rinjani, Rani segera menghubungi dokter untuk memeriksa kondisi Rinjani yang belakangan ini mulai aneh dan selalu pingsan tanpa sebab.
"Kakak kamu itu kenapa sihh Rani."
"Opa mana Rani tahu lagian kakak juga nga pernah mau cerita soal masalahnya sama aku."
"Opa kok jadi khawatir sama kakak kamu."
"Opa nga usah khawatir Rinjani kan wanita yang kuat nga mudah untuk di kalahkan siapapun jadi opa tenang saja ya." Rani menenangkan pikiran kakeknya.
Kevin berjalan keluar kamar setelah memeriksa kondisi Rinjani ada hak aneh yang membuat Kevin bingung dengan kondisi fisik Rinjani, Rani menatap wajah kebingungan Kevin yang baru saja keluar dari kamar kakaknya.
"Dokter ada apa." Tanya Rani dengan cemas.
"Nga papa kok kondisi Rinjani baik-baik saja mungkin Rinjani banyak pikiran makanya tekanan darahnya nga stabil." Ucap Kevin tersenyum manis.
"Apa dokter yakin." Tanyanya sekali lagi.
"Iya saya yakin apa ada hal yang mau kamu katakan perihal kondisi Rinjani."
"Nga ada sihh cuman mau mastiin aja kalau dia baik-baik aja." Kilah Rani mengalihkan pembicaraan.
"Tuan Arya nga usah khawatir Rinjani cuman kelelahan akibat kerjaannya saja besok dia akan sadar dan pulih kembali."
"Baik dokter terima kasih." Sahut Arya dengan ramah.
Setelah berbincang perihal kesehatan Rinjani Kevin pamit undur diri untuk segera kembali ke rumah sakit, Rani dan juga kakeknya berjalan menuju halaman rumah untuk mengantarkan Kevin hingga pergi dari halaman mereka, Arya mulai aneh dengan ekspresi tak biasa dari cucunya yang selalu saja mudah menampakkan kecurigaan kepadanya.
"Rani kamu kenapa."
"Opa Rani nga papa kok cuman mikirin kakak Rinjani saja." Elak Rani berjalan menuju kamarnya.
Arya memperhatikan sikap Rani yang belakangan ini aneh namun hanya diam saja segera berjalan menuju kamarnya, Rani memikirkan ekspresi wajah dokter Kevin yang nampak mencurigakan dari biasanya ada hal yabg berusaha dia tutupi dari keluarga Rinjani.
"Apa yang membuat dokter Kevin terdiam seperti itu, pasti ada yang tidak beres antara mereka di dalam kamar Rinjani." Lirih Rani dengan seksama.
Rani merebahkan tubuhnya untuk segera beristirahat untuk menyambut hari bahagianya membuka kantor arsitektur dari usahanya sendiri.
Sinar mentari menyapa kamar pria tampan yang akan segera bekerja di rumah sakit terbesar di kota Bandung, Dafa yang sedang siap-siap memperhatikan penampilannya yang cukup memuaskan untuknya segera berjalan keluar kamar, David yang baru saja keluar kamar mendapati Dafa yang sangat tampan dengan stelan jasnya dan berjalan menuju meja makan.
"Wahh calon dokter tampan banget." Goda David berjalan di belakangnya.
"Iya dong gua harus tampan karena hari ini adalah hari untuk membuka lembaran baru buat gua."
"Dihh so puitis banget sihh Lohh." David mengacak-acak rambut makanya berlari meninggalkan Dafa.
Dafa segera menyusul langkah David ke meja makan dengan wajah kesalnya karena adik kembarnya, Adisti heran dengan raut wajah putranya yang nampak lagi kesal dengan seseorang.
"Dafa kok pagi-pagi gini muka kamu di tekuk gitu ada apa nak."
"David ma masa rambut aku di acak-acakan kaya gini kan aku capek merapikannya." Kesal Dafa duduk di sebelah adiknya.
"Ya elahh gitu aja ngambek iya maafin gua ya lagian Lohh itu rapi banget sumpah pangling gua liatnya." Ucap David dengan tawa kecilnya.
"Ngeledek Luh gua kan harus tampil rapih hari pertama kerja lagian luhh mau sampai kapan di sini udah sana kerja malas-malasan nambahin susah aja." Ledek Dafa menguyah sarapannya.
"Dihh sogong liat aja lusa gua udah pergi jangan sampai rindu ya Lohh gua tembak kepala Lohh itu." Ketus David melahap makanannya.
Bagas dan Adisti merasa senang dengan hubungan David dan juga Dafa yang begitu akrab walaupun mereka baru saja bertemu namun keakraban mereka sebagai adik dan kakak melebihi keakraban bersama kedua orangtuanya, David dan Dafa saling bertukar pandangan melihat kedua orang yang mereka sayangi hanya diam menatap keasikan mereka yang sedang bercanda gurau.
"Mama sama papa kok ngeliatin kita sampai segitunya." Ucap David membuyarkan lamunan mereka.
"Mama sama papa bahagia banget liat kalian begitu akrab walaupun kalian baru saja bertemu." Ucap Adisti yang mulai terharu.
"Ma Dafa sama David kan kembar jadi sudah sewajarnya kamu itu akrab." Ucap Dafa.
"Iya makanya mama bahagia banget bisa ketemu lagi sama kamu." Isak tangis Adisti mulai memenuhi ruangan.
Dafa mengitari meja makan berjalan menuju kursi Adisti bersimpuh di bawa kakinya menggenggam tangannya menatapnya dengan teduh." Ma walaupun mama itu bukan ibu kandung kamu tapi Dafa dan David akan selalu menyayangi mama seperti ibu kandung sendiri." Dafa memeluk erat tubuh Adisti.
Bagas terhanyut dalam kesedihan Dafa dan Adisti yang sangat saling menyayangi bahkan David tidak mampu berkata-kata seperti itu kepada Adisti selama mereka tinggal bersama, Dafa melepaskan pelukannya mengusap jejak air mata mamanya kembali duduk menyantap sarapannya hingga tandas tak tersisa. David pamit untuk segera pergi kepada Bagas dan Adisti berjalan keluar rumah menuju garasi mobilnya, David masuk ke dalam mobilnya melesat jauh dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediamannya David memutar lagu kesukaannya mengikuti lantunan lagu dari radio mobilnya, David menyetir mobilnya dengan kecepatan rata-rata memasuki halaman rumah Rinjani memparkirkan mobilnya dengan rapih di halaman rumahnya. Rinjani pamit pergi setelah mendengar deru mobil David memasuki halamannya berjalan keluar rumah menuju halaman rumah, David yang sedang menunggu kedatangan Rinjani duduk di kursi taman depan rumah Rinjani sendiri sambil memainkan ponselnya deringan ponsel notif pesan membuatnya terkejut dengan isi pesan yang baru saja di bacanya.
Rinjani berjalan menghampiri kekasihnya yang sedang asik memainkan ponselnya duduk di sebelahnya tanpa sadar membaca isi teks pesan yang di kirim oleh orang tidak di kenalnya, Rinjani memperhatikan wajah David yang mulai berubah kesal setelah membaca pesan singkat di dalam ponselnya.
"Siapa dia." Tanya Rinjani dengan dinginnya.
"Bukan siapa-siapa kamu sudah siap kan." Ucap David mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kamu yakin nga tau siapa dia." Rinjani mulai curiga dengan ekspresi wajah David.
"Apa kau tidak percaya dengan ku." David mulai geram dengan pertanyaan Rinjani.
"Ya sudah kita pergi sekarang." Rinjani beranjak dari duduknya berjalan masuk ke dalam mobil.
David menarik nafasnya panjang menghembuskannya dengan kasar mengusap wajahnya berjalan masuk ke dalam mobilnya, selama perjalanan mereka David dan Rinjani hanya diam saja fokus menatap ke depan tanpa memulai pembicaraan antara mereka, Rinjani kesal dengan sikap David yang seolah-olah menghindari pesan singkat dari ponselnya dan hanya diam tanpa ingin berbicara dengannya. Mereka menepikan mobilnya di depan supermarket untuk membeli sesuatu Rinjani bergegas masuk ke dalam supermarket sendiri, Rinjani membuka pintu menatap semua orang yang berada di dalam supermarket yang nampak sangat ramai, Rinjani berjalan masuk membeli keperluannya selama di Jakarta dan membeli sesuatu untuk ibu Santi dan berjalan ke meja kasir keributan di depan meja kasir membuat mata Rinjani memelas dengan adengan seperti itu.
Rinjani memutar bola matanya berjalan pergi dari sana namun tak sengaja menabrak seseorang hingga barang-barangnya berserakan di lantai, Rinjani segera duduk membantu memasukkan barang-barang orang itu ke dalam keranjang dan membantunya berdiri.
"Maafkan saya nona." Ucap Rinjani menaikkan wajahnya.
"Nga masalah kok aku juga kurang hati-hati." Ucap wanita itu menatap Rinjani.
Mereka saling bertatapan di depan semua orang Rinjani membulatkan matanya melihat wanita cantik di hadapannya dan segera berjalan kearah yang lain untuk menghindari wanita itu, wanita itu merasa aneh dengan sikap Rinjani yang seolah-olah menghindarinya tanpa sebab dan segera berjalan ke meja kasir.
"Astaga dia masih hidup atau gua lagi mimpi." Rinjani mencubit lengannya.
"Aduhh sakit banget, jadi ini bukan mimpi tapi kenapa dia masih hidup." Lirih Rinjani tidak percaya dan kembali mencari wanita itu ke mana-mana.
David yang melihat Rinjani tengah mencari seseorang segera menghampirinya berjalan kearahnya.
"Kamu cari siapa." Ucap David.
"Wanita yang di dalam mimpi aku ada di sini dan dia terlihat baik-baik saja." Ucap Rinjani mengedarkan pandangannya.
"Dia udah pergi sekarang Lohh bayar gua tunggu di mobil jangan lama-lama." Ketus David berjalan keluar toko.
"Astaga dia bawel banget ngapain juga dia pake masuk segala." Kesal Rinjani berjalan ke meja kasir.
Rinjani membawa semua belanjaannya ke meja kasir dan menunggu karyawan toko untuk menghitung semua belanjaannya, Rinjani membayar setelah semua sudah terhitung dengan baik dan berjalan keluar toko melihat wanita itu bersama seorang pria asing baginya, Rinjani terus menatap mereka hingga pergi dari parkiran toko Rinjani berjalan masuk ke dalam mobil David dengan wajah yang masih sama saja.
"Lohh nga henti-hentinya ya menatap mereka emang dia siapa sihh." Kesal David.
"Gua udah bilang dia orangnya tapi kok masih hidup ya bukanya semalam dia udah mati kan." Ucap Rinjani dengan serius.
"Udah nga usah mikirin mereka kita ke rumah ibu kan." David melajukan mobilnya.
"Iya." Jawab Rinjani dengan singkat.
Mereka meninggalkan parkiran toko menuju desa Laras yang cukup jauh dari kota Bandung Rinjani menikmati perjalanannya kali ini, walaupun bukan hal pertama baginya namun suasana desa Laras mampu membuat suasana hatinya nyaman dengan kesejukan desa Laras yang masih asri dan jauh dari polusi kota, di persimpangan jalan mereka melihat beberapa pria sedang menghadang seorang warga bersama istrinya Rinjani segera keluar mobil setelah David menepikan mobilnya David segera menyusul Rinjani dan menahan tangan kekasihnya agar tidak ikut campur dengan urusan mereka.
"Lohh mau ngapain." David mencegah tangan Rinjani.
"Mau buat mereka kapok lagian ngapain sihh Lohh halangin jalan gua." Kesal Rinjani mendorong sedikit tubuh David.
"Mereka itu banyak nahh kita hanya berdua jadi mending kita masuk ke mobil pergi dari sini."
"Luhh jadi laki tuhh jentelmen sedikit kenapa sihh biar gitu aja luhh takut udah sana masuk ke dalam mobil kunci mobilnya kalau mau Lohh juga bisa pergi dari sini." Hardik Rinjani berjalan menghampiri mereka.
Rinjani berjalan menuju mereka memperhatikan setiap gerakan mereka yang sengaja mereka perlihatkan kepada kedua orang tua yang mereka hadang.
"Kalau mau nyari duit itu kerja dong jangan malakin orang." Ucap Rinjani mendekati mereka.
Mereka semua menoleh kearah sumber suara dan melihat Rinjani tengah berdiri di belakang mereka.
"Wah wah lihat kita ke datangan tamu baru nihh teman-teman." Sorak salah satu dari mereka.
"Lepasin mereka kalau tidak kalian akan dapat hukumannya." Gertak Rinjani tersenyum simpul.
"Sialan sombong banget Lohh serang." Teriak ketua mereka.
Semua anak buahnya menyerang Rinjani melayangkan bogem mentah namun masih bisa di tepis oleh Rinjani, David segera membantu kekasihnya memberikan beberapa bogem mentah di wajah mereka hingga tersungkur ke bawah, ketua mereka mulai emosi dan langsung menyerang Rinjani dari arah belakang untung saja Rinjani sempat menghindar dari Serangannya Rinjani merenggangkan ototnya mengepalkan tangannya memberikan bogem mentah ke wajah pria itu hingga tersungkur ke tanah. Rinjani berjalan menghampiri kedua pasang suami istri dan menyuruhnya untuk segera pergi dari sini mereka berterima kasih dan segera nancap gas melesat jauh dari sana, Rinjani bersama David berjalan masuk ke dalam mobilnya melajukan dengan kecepatan tinggi meninggalkan mereka yang sedang meringis kesakitan.
Rinjani kembali diam menatap keluar jendela memperhatikan jalanan yang mulai gelap, satu jam perjalanan mereka Rinjani tiba di sebuah rumah sederhana yang terlihat asri dan sejuk Rinjani turun dari dalam mobil menatap rumah yang sudah lama di tinggalkannya selama ke Jakarta buliran air mata memenuhi pipi mulus Rinjani, David mengusap lembut air mata kekasihnya menarik tangannya masuk ke dalam rumah Laras mereka di sambut hangat oleh pemilik rumah ibu Santi terlihat bahagia dengan kedatangannya di rumahnya lagi, Rinjani memeluk erat tubuh ibu yang selama ini mengajarinya segalanya usai melepaskan pelukannya Rinjani berjalan masuk ke dalam kamar Laras untuk beristirahat dari perjalanan yang melelahkan, Rinjani menatap setiap sudut kamar Laras yang tidak berubah sejak Kepergiannya ke Jakarta air mata Rinjani kembali tergenang di pelupuk matanya membanjiri pipinya dengan cepat menghapusnya menatap foto Laras yang terlihat bahagia.
"Semoga kamu senang di alam sana." Lirih Rinjani meneteskan air mata.
"Nak kamu kenapa." Suara ibu Santi membuyarkan lamunan Rinjani.
"Ibu Rinjani nga papa kok lagi kangen aja sama Laras."
"Ibu juga kangen banget sama dia." Ibu Santi mulai meneteskan air matanya.
"Ibu nga usah sedih gitu kan ada Rinjani yang akan selalu menemui ibu di sini." Kata Rinjani merangkul pundak ibu Santi.
"Ya sudah kamu pasti laper kan ibu udah buatin makanan kesukaan kamu."
Mereka berjalan bersama menuju meja makan untuk segera makan malam David yang lebih dulu duduk di kursi melihat Rinjani bersama ibu Santi yang terlihat bahagia seperti anak dan ibu, David merasa senang dengan sikap Rinjani yang memperlakukan ibu Santi dengan baik dan manggamggapnya ibu sendiri Rinjani mengisi penuh piringnya dengan makanan kesukaannya yang sengaja di buat untuknya, David tercengang dengan isi piring kekasihnya yang nampak penuh dengan lauk dan nasi di atas piring.
"Astaga Rinjani luhh sadar nga emang makanan sebanyak itu bisa luhh habisin." Ucap David tidak percaya.
"Bisa bawel banget Lohh udah makan aja sana." Ketus Rinjani mulai melahap makanannya.
"Nak David tenang aja Rinjani bisa kok ngehabisin itu semua." Sahut ibu Santi.
"Tapi Bu itu banyak banget Lohh yakin dia bisa ngehabisin semuanya." Kata David dengan serius.
Ibu Santi hanya mengganggukkan kepalanya sambil menyantap makanannya David mulai terbiasa dengan sikap aneh kekasihnya yang baru saja di lihatnya, Rinjani mulai menghabiskan setiap isi di dalam piringnya hingga habis tak tersisa David bengong bukan kepala melihat isi di dalam piring Rinjani ludes tanpa sisa dan begitu santai melahapnya. David berusaha menelan Silvanya dengan pemandangan yang baru di lihatnya di depan matanya, Rinjani tertawa lepas dengan ekspresi wajah David yang begitu lucu melihatnya menghabiskan semua makanan di atas meja tanpa sisa.
"Santai aja tuhh muka liatinnya sampai gitu amat." Tawa Rinjani memenuhi ruangan makan.
"Astaga ini benaran luhh kan." Ucap David tidak percaya.
"Ya iyalah emang siapa lagi kalau bukan gua masa iya hantu."
"Gua sampai nga percaya kalau kamu bisa menghabiskan semuanya."
"Biasa aja kali gua udah ngelakuin ini dari kecil jadi nga usah kaget gitu."
Ibu Santi hanya tertawa dengan perdebatan kedua pasangan kekasih itu dan kembali menyantap makanannya, setelah menyantap makan malam mereka masuk ke dalam kamar karena hanya ada dua kamar terpaksa David tidur di ruang tamu seorang diri dan hanya di temani dengan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk yang ada, Rinjani tak habis pikir dengan ekspresi wajah David yang seperti orang bodoh melihatnya menyantap semua makanan di atas meja tak tersisa.
"Pasti dia lagi mikir macem-macem tentang gua." Tawa Rinjani memenuhi kamarnya.
David memejamkan matanya sejenak namun bayangan Rinjani yang sedang makan begitu lahap tergiang-giang di dalam pikirannya selalu menghantuinya.
"Astaga kenapa wajah Rinjani selalu saja datang ke pikiran gua." Kesal David beranjak dari tidurnya.
Di tengah-tengah hayalan David suara aneh berasal dari luar halaman mulai terdengar oleh kupingnya, suasana mulai mengcengkram dengan hawa dingin yang menusuk tulang Rinjani berjalan keluar kamar setelah mendengar suara aneh dari halaman rumah ibu Laras, David berjalan menuju pintu rumah membukanya secara perlahan memperhatikan halaman rumah yang nampak sepi dari kegiatan warga di desa ini dan menatap sosok pria misterius dengan membawa seorang gadis masuk ke dalam hutan. Rinjani hanya berdiri di belakang David memperhatikan pria itu dari jarak jauh dan berpikir tentang kejadian di desa terpencil waktu itu dan segera menepuk pundak David, David tersentak berteriak histeris dengan kedatangan Rinjani yang mampu membuatnya ketakutan bukan main Rinjani tertawa terbahak-bahak dengan tingkah David yang seperti anak ketakutan melihat hantu.
"Lohh lucu banget sihh." Tawa Rinjani memenuhi ruang tamu.
"Rinjani apa-apaan sihh ngapain luhh ngagetin gua kalau gua jantungan gimana, emang luhh mau di tinggal pacar karena jantungan." Kesal David berjalan duduk di atas sofa.
"Iya dehh maafin gua habisnya luhh itu kepo banget sama urusan orang, ngapain juga luhh ngeliatin orang sampai tuhh mata mau keluar." Ledek Rinjani kepada David.
"Laki-laki itu siapa ya kok bawa gadis masuk ke dalam hutan sihh."
"Mungkin aja anaknya atau adiknya kan mau di bawa jalan-jalan ke dalam nga usah mikirin macem-macem."
Di sela-sela percakapan mereka Keributan dari luar halaman terdengar sampai ke dalam membuat David dan Rinjani berjalan keluar rumah menghampiri keributan warga desa yang heboh dengan hilangnya salah satu anggota keluarga mereka, Rinjani menatap seorang ibu yang menangis histeris kehilangan anak gadisnya yang baru saja pulang dari Jakarta dan berlibur di kampung halamannya David mulai curiga dengan laki-laki yang baru saja di lihatnya bersama seorang wanita masuk ke dalam hutan.
"Kan gua bilang apa pasti orang itu bukan keluarganya."
"Udah diem aja nga usah ikut campur urusan orang."
"Kamu ini gimana sebagai kepala kejaksaan Lohh itu harus mencari tahu tentang kasus ini gimana sih luhh."
"Bisa diem nga semua orang lagi memperhatikan kita."
David berbalik badan dan menatap wajah para warga yang sedang menatap tajam kearah mereka.
"Ini ada apa ya kok ngeliatin kita sampai segitunya." Ucap David berusaha tenang.
"Kalian bukan warga dari kampung ini kan." Ucap salah satu warga.
"Iya benar emangnya ada apa." Tanya David mulai cemas.
"Apa kalian tidak melihat seorang gadis cantik bertubuh mungil melewati depan rumah kalian."
"Tadi." Ucapan David terputus mendapat tatapan tajam dari Rinjani.
"Kami nga lihat siapa-siapa lagian kami juga baru tiba kok." Elak Rinjani dengan santai.
Para warga mulai cemas dengan anggota keluarga mereka yang selalu saja hilang entah ke mana dan akan di temukan tidak bernyawa dengan luka sekujur tubuhnya, Rinjani menarik tangan David untuk segera pergi dari sana masuk ke dalam rumah salah satu warga tak sengaja menyaksikan adengan David dan Rinjani yang berusaha menghindar mereka dari pertanyaan. Rinjani menutup pintunya dengan pelan dan segera duduk di atas sofa menatap tajam kearah David yang tidak mengerti dengan sikap kekasihnya.
"Kamu ini kenapa."
"Kamu ini bagaimana kenapa malah mau nanya orang di sini kalau kita sempat liat gadis itu."
"Emang salahnya di mana kita kan harus nolongin mereka."
"Iya kamu benar cuman ini bukan wilayah kita jadi kamu jangan gegabah seperti itu."
"Gua heran sama kamu kemarin kamu bela-belain pergi di desa terpencil hanya untuk mengungkap kasus kematian misterius para gadis desa di sana, lahh di sini kamu nga mau ikut campur bedanya di sana sama di sini apaan kasusnya sama kok dan bisa jadi pelakunya juga sama."
Rinjani terdiam dengan perkataan David yang ada benarnya dan mulai cemas dengan kondisi gadis itu, Rinjani berjalan masuk ke dalam kamarnya menyambar jaketnya berjalan keluar rumah menghampiri semua warga yang masih berada di sana David segera berjalan keluar rumah menyusul langkah Rinjani.
"Sebaiknya kalian pulang saja ini sudah larut malam biar saya dengan teman saya mencari gadis itu." Kata Rinjani berjalan mendekati mereka.
"Emang kamu siapa dan bagaimana bisa kita percaya kalau kalian orang baik-baik."
"Kalian nga usah percaya dengan kami tapi dengarkan saya sebaiknya kalian pulang dan saya janji akan membawa gadis itu pulang dengan selamat." Ucapan Rinjani terdengar serius.
Warga hanya diam saja mendengar ucapan Rinjani dan berjalan pulang menuju rumah mereka, David segera berjalan menuju Rinjani menatapnya dengan seksama.
"Luh lagi sakit ya." David mengusap lembut pipi kekasihnya.
"Ya ngalah udah sana masuk gua mau nyari gadis itu."
"Lohh gila mau pergi sendiri biar gua temanin." David berjalan masuk ke dalam hutan.
Rinjani melangkah masuk ke dalam hutan dengan perasaan kesal kepada kekasihnya mereka terus berjalan mengikuti jejak kaki yang berada di depan mereka hingga sampai di depan sebuah rumah mewah di tengah hutan, terlihat sangat sepi rumah mewah di tengah hutan tersebut Rinjani mengeluarkan mainannya untuk memeriksa setiap halaman rumah agar mereka bisa masuk dengan aman, Rinjani memperhatikan drone itu bekerja dari balik monitor ponselnya mereka memperhatikan setiap sudut ruangan dan juga halaman rumah yang tidak terlihat cctv. Setelah merasa semua aman mereka melancarkan aksinya masuk seperti maling ke dalam rumah mewah di tengah hutan berjalan berhati-hati agar tidak di ketahui oleh siapapun, Rinjani melihat seorang pria bertopeng sedang membawa sebilah pisau dan juga sebuah toples di tangannya mereka bingung dengan semua alat yang di pengang oleh pria misterius itu dan segera mengikuti langkahnya sampai tiba di sebuah ruangan bawah tanah.
Bercak darah segar memenuhi setiap lorong bawah tanah rumah ini menambah suasana angker dalam rumah ini, mereka tidak sengaja menemukan wanita yang berada di supermarket ketika mereka berbelanja Rinjani tersentak mendapat pemandangan ini dan segera mengeluarkan bom asap agar bisa membawa gadis itu keluar dari dalam ruangan itu, Rinjani melempar bom asap itu tepat di hadapan pria itu hingga tersungkur ke bawah tak sadarkan diri setelah memastikan kalau pria itu pingsan David segera membawa gadis itu keluar dari rumah mewah itu. Mereka bernafas lega setelah sampai di depan halaman rumah ibu Santi dengan selamat dan membawa wanita itu pulang ke rumahnya agar tidak di ketahui oleh siapapun, ibu gadis itu menangis sejadi-jadinya melihat putrinya pulang dengan selamat tanpa luka satu pun Rinjani berpesan agar tidak memberitahukan siapapun kalau anaknya kembali dengan selamat ibu dari gadis itu mengerti dan segera mengemasi barang-barang putrinya untuk membawanya kembali ke Jakarta tanpa sepengetahuan orang desa.
Selamat malam guys maaf kalau bisa update part terbaru dalam cerita ini soalnya lagi sibuk di dunia nyata sampai nga punya waktu untuk nulis cerita selanjutnya, selamat membaca episode terbaru dari misteri di balik mimpi soga saja kalian suka dengan cerita selanjutnya selamat menikmati 😘❣️😂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Anindha.
Semangat untuk karyanya thor🤗
Salam dari "His Heartbeat" 🌺
2021-03-18
1
hany
like untuk karyamu yang kereeeeen thor
👍👍👍💗💗💗
next
salam dari MAHABBAH RINDU
KETEGARAN BUNDA
SENYUM ANYA
2021-03-18
1