Seperti biasanya Rani memulai hari-harinya tanpa kehadiran kaknya yang selalu saja mengganggunya setiap pagi jika mereka tengah sarapan bersama, tuan Arya pun merasa jika tanpa kehadiran cucunya yang begitu dingin dan juga tegas merasa aneh jika dia tidak membuat ulah untuk membuatnya marah tanpa sadar menjatuhkan air matanya di depan Rani yang tengah sarapan pagi bersama. Rani yang mengerti dengan perasaan kakeknya hanya diam saja dan melanjutkan sarapannya hingga habis tak tersisa, usai menghabiskan sarapannya Rani berpamitan kepada sang kakek dan berjalan menuju halaman rumah tidak ada keributan di halaman rumah seperti biasanya membuat Rani begitu sedih di tinggal pergi oleh Rinjani ke Jakarta.
Rani masuk ke dalam mobil melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata mengingat semua momen kebersamaannya dengan sang kakak, tanpa sadar Rani melihat thisa tengah berantem dengan beberapa anak SMA yang berusaha keras mengambil tas yang tengah di kenakan oleh thisa. Rani segera menepikan mobilnya berlari menuju thisa yang mulai ketakutan dengan para anak SMA di hadapannya.
"Kalau mau uang itu kerja jangan malak uang orang dong." Rani berjalan menuju kearahnya.
Thisa segera berlari bersembunyi dibalik tubuh Rani yang tengah menatapnya." Ra-rani mereka semua serem banget gua takut." Ucap thisa dengan gemetaran.
"Udah masuk dalam mobil biar di sini gua yang kasih pelajaran." Ucap Rani maju dan mengepalkan tangannya.
"Sebaiknya kalian berikan yang kami mau kalau tidak ingin terluka." Pria itu meremehkan.
Tanpa pikir panjang Rani memberi satu bogem mentah ke wajah pria yang begitu banyak bicara dan tersungkur ke bawah sampai mengeluarkan cairan merah dari hidungnya, thisa semakin takut dan berlari masuk ke dalam mobil menghubungi Angga agar ke lokasi mereka saat ini Rani yang mulai aksinya menepis setiap bogem dari anak SMA di hadapannya. Berkat belajar seni bela diri dari Rinjani untuk memakainya di saat seperti ini kini mereka telah terjatuh di bawah aspal yang sangat panas akibat terik panas matahari menyinari pertempuran mereka, malu kesal menjadi satu membuat ketua mereka pingsan tak sadarkan diri membuat semua teman-temannya ketakutan dan meminta kepada Rani agar membawa ketuanya segera ke rumah sakit.
"Tolong bawa dia segera ke rumah sakit kalau tidak kita semua akan dalam masalah." Ucap salah satu teman mereka.
"Itu bukan urusan saya kalian bawa sendiri saja saya banyak urusan." Ketus Rani berjalan menuju mobilnya.
Semua mulai panik karena nafasnya mulai sesak tak karuan membuat Rani dan thisa bingung dengan keadaannya yang tidak terlalu parah namun menyebabkan sesak nafas, dengan berat hati mereka membawa pria itu segera ke rumah sakit teman-teman mereka mengikuti dari belakang memastikan kondisi temannya rasa takut menyelimuti mereka kalau saja kak dari pria itu marah akan habis mereka begitu pikirnya. Rani segera memanggil dokter untuk membawa anak SMA ini ke dalam IGD untuk mendapatkan perawatan intensif Kevin yang bertugas menjalankan tugasnya segera masuk ke dalam ruangan memeriksa kondisinya mereka tambah gemetaran ketika kak dari temannya itu menghubungi mereka Rani yang melihat ekspresi wajah anak-anak SMA di hadapannya hanya geleng-geleng kepala dan segera merampas ponsel miliknya dan menekan tombol hijau.
"Halo kalian di mana." Ucap pria itu.
Rani tidak asing dengan suara yang selalu membuatnya kesal setiap kali bertemu." Brama." Ucap Rani ragu.
Brama yang mendengar suara Rani sedikit terkejut dengan semua ini." Rani kok hp adik gua ada di luhh sih." Kata Brama dengan bingung.
"Jadi dia adik luhh bagiamana sihh luhh ngajarin dia malah malak orang lagi adik Lo sekarang ada di rumah sakit nga usah banyak nanya segera ke sini." Mematikan sambungannya dan memberikan ponselnya kepada pemiliknya.
Percaya tidak percaya mereka melemas seketika membuat Rani dan thisa kebingungan dan menunggu kedatangan Brama ke rumah sakit, tak lama Kevin keluar ruangan IGD membawa adik Brama dengan kondisi memprihatinkan membuat Rani merasa bersalah dengan memberinya sedikit bogem mentah tepat di hidungnya membuatnya sesak nafas dan pingsan tang sadarkan diri. Mereka segera menyusul langkah Kevin memasuki sebuah kamar serba hitam dan di penuhi banyak alat medis yang lengkap membuat semua teman-temannya khawatir dan takut dengan kemarahan Brama yang tak memandang anak atau dewasa akan mendapatkan pelajaran.
"Bagiamana keadaan dia dokter." Tanya Rani.
"Untung saja kalian membawanya tepat waktu kalau saja tidak mungkin asmanya akan bertambah parah." Ucap Kevin.
"Asma." Tanya bingung Rani.
"Iya dia menderita penyakit asma jika dia kelelahan asmanya akan kambuh dan membuatnya tak sadarkan diri." Jelas Kevin.
Rani melirik tajam kearah teman-temannya dan berusaha tenang dengan kemarahan Brama jika dia tau ini semua ulahnya." Kenapa kalian tidak bilang kalau dia punya penyakit asma apa kalian mau membahayakan dia hah." Bentak Rani.
"Ka-kami hanya mengikuti permintaan Rian untuk memalak gadis itu soal penyakitnya kami juga baru tahu benaran dehh kak." Ucapnya gugup.
Di sela-sela perbincangan mereka Brama dan Ken muncul di balik pintu dengan wajah yang susah di artikan membuat semuanya bersembunyi di balik tubuh Rani membuat empunya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mata Brama tertuju kepada Rian yang terbaring lemah di atas kasur dengan selang infus dan juga alat medis lainnya membuatnya melirik tajam kearah teman-temannya dan juga Rani yang berusaha untuk tenang dengan tatapan mematikan idola kampusnya.
"Bagaimana keadaan adik saya dokter." Kata Brama dengan ketakutan.
"Semuanya sudah membaik kalian tidak usah khawatir." Jawab Kevin setenang mungkin.
"Saya pamit dulu." Sambungnya meninggalkan kamar Rian.
Usai kepergian Kevin dan menghilang di balik pintu Ken Brama meminta penjelasan dengan tatapannya kepada Rani membuat thisa ketakutan dengan tatapannya Rani memutar bola matanya malas dan memasang wajah masamnya dan berusaha tenang untuk situasi ini.
"Seperti yang kalian dengar kan dia baik-baik saja." Kata Rani dengan santai.
"Baik-baik kau bilang kalau dia baik-baik saja tidak mungkin berada di rumah sakit ini." Teriak Brama dengan emosi di ujung kepala.
"Lalu ini salah gua gitu." Tanya Rani dengan Bingung.
"Ini semua memang salah Lohh yang selalu saja membuat onar di mana-mana kalau saja adik gua kenapa-kenapa liat saja gua bakal buat perhitungan dengan kalian dan sekarang keluar." Teriak frustasi Brama menghamburkan benda-benda di dalam kamar.
Rani dan yang lainnya berjalan keluar menuju pintu keluar dan pergi dari kamar Rian, thisa merasa bersalah dengan kondisi adik idolnya gara-gara Rani menolong dirinya Rani menjadi korban kemarahan Brama yang melampiaskan semua amarahnya. Rani mulai terlihat biasa-biasa saja dan menyuruh semua teman-teman Rian untuk pulang dan tidak ikut campur dengan semua ini mereka hanya mengganggukkan kepalanya dan meminta maaf atas kesalahan mereka. Brama mulai khawatir dengan keadaan adiknya yang belum sadar Ken dengan setia menemani Sahabatnya dan menenangkan pikiran Brama dan berjalan keluar menuju kantin membelikan sesuatu untuk Brama namun tak sengaja berpapasan dengan Rani dan thisa yang tengah asik mengobrol dan tertawa lepas seperti tidak terjadi apa-apa.
"Enak ya tertawa lepas seperti ini sudah membuat anak orang masuk rumah sakit." Ketus Ken.
Rani memasang wajah masamnya dan tidak ingin menjawab pertanyaan Ken dan berjalan mendahuluinya namun langkah mereka terhalangi oleh Ken yang merasa kesal telah di hiraukan dengan Rani dan thisa.
"Semakin hari Lo udah kaya kak Lo yang bar-bar itu nga ada bedanya." Ejek Ken memperhatikan wajah Rani.
Rani hanya tersenyum mengejek kearah Ken yang memperhatikan mereka." Sepertinya benar kata Rinjani kalau kau terlalu sibuk mencampuri urusan orang lain sampai-sampai Lohh buta melihat kebenaran di depan mata dan kalau Lohh nga tau apa-apa mending diam saja." Mendorong sedikit tubuh Ken dan berjalan pergi dari sana.
"Kau memang sudah menjadi berandalan sejak kepergian Rinjani ke Jakarta dan menggantikan posisinya menjadi brandalan." Ucap Ken sedikit meninggikan suaranya membuat langkah Rani terhenti.
Rani terus mendekati Ken melayangkan satu tamparan keras di wajah tampan Ken membuat thisa terkejut dengan tingakh Rani yang berani menampar Ken di hadapan semua orang." Kau? jaga bicara Lohh jangan pernah menjelekkan Rinjani di hadapan gua ngerti sebaiknya kalian tanya sama pria itu mana yang berandalan sebenarnya jangan merasa menang sendiri paham." Tegas Rani menatap tajam mata Ken dan menarik tangan thisa untuk segera pergi dari sana.
Ken tidak percaya dengan sikap Rani yang mulai menyamai kaknya yang selalu main tangan jika di rendahkan siapa pun rasa perih di pipi tampan Ken mengalahkan rasa kesal dengan wanita pertama yang berani menamparnya dan juga berkata kasar di hadapannya. Ken segera pergi dari sana dengan perasaan malu sebab di gunjing dengan semua orang yang berada di kantin rumah sakit, Rani mulai menumpahkan seluruh air matanya yang berusaha di bendung sedari tadi membuat thisa memberhentikan langkahnya dan memeluk erat tubuh Rani ada rasa aneh di rasakan thisa dengan sikap Rani namun berusaha menepisnya. Thisa menghapus buliran air mata Rani membasahi pipinya biar bagaimanapun ini semua karena dirinya membuat Rani menjadi cibiran Brama dan Ken yang tidak tahu apa-apa malah menghakimi Rani seroang diri dan memberikan cibiran yang membuatnya sakit hati.
"Maafkan gua ini semua salah ku andai saja gua ngasih keinginan mereka semuanya nga mungkin seperti ini." Ucap thisa mulai meneteskan air matanya.
"Sudahlah ini saatnya gua menggantikan posisi Rinjani untuk melindungi mu dari siapapun soal mereka nga usah di pikirin mereka memang seperti itu." Kini Rani menghapus buliran air mata thisa.
"Bagiamana kalau Brama dan Ken malah menyebar luaskan sikap Lo barusan bisa habis kita di olok-olok anak kampus." Thisa mulai panik dan cemas dengan mental Rani.
"Kau tenang saja gua udah bisa mengahadapi masalah ini agar gua bisa belajar yuk balik udah sore juga." Ucap Rani menggandeng tangan thisa dan segera pergi dari rumah sakit.
Hari semakin gelap namun Rian belum memberikan tanda-tanda untuk sadar dari pingsannya menambah rasa cemas di hati Brama yang mulai terlihat di raut wajah tampannya, Ken berjalan menghampiri Brama dan berusaha untuk menenangkannya untuk tidak memikirkan masalah ini.
"Sudahlah sini sebaiknya Lohh itu istirahat Rian akan segera sadar kok jangan terlalu di pikirkan." Ken membawa Brama duduk di atas sofa.
"Bagaimana kalau keadaan Rian akan tambah parah gua harus gimana andai saja Rani tidak membuat onar semuanya nga seperti ini." Kata Brama sedikit geram dengan Rani.
"Gua bukannya membela Rani tapi sebaiknya kita tanyakan langsung kepada Rian apa yang sebenarnya terjadi jangan sampai kita menyalahkan dia padahal dia tidak salah kita akan menjadi serba salah kan." Jelas Ken memberikan masukan kepada Brama.
"Kau benar sepertinya kita sudah agak keterlaluan dengan wanita itu bagaimana kalau Rani tidak mau memaafkan kita." Suara Brama terdengar putus asa.
"Sudahlah nga usah di pikirkan kita tunggu Rian sadar saja dulu sebaiknya kita istirahat hari semakin gelap." Ucap Ken merebahkan tubuhnya.
Brama hanya mengganggukkan kepalanya dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Ken dan terlelap dalam tidurnya, di sisi lain Rani hanya melamun saja memperhatikan setiap kendaraan yang berjalan di jalan raya memikirkan ucapan Ken tentang dirinya menjadi berandalan mengikuti jejak kaknya. Tiba-tiba air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya dan meratapi hidupnya di tinggal pergi oleh Rinjani ke Jakarta membuat hari-harinya selalu saja rumit sejak kepergian kaknya. Deringan ponsel membuyarkan lamunannya berjalan masuk mengambil ponselnya berada di atas nakas dan melihat nama Rinjani sedang melakukan video call dengannya Rani membenarkan rambutnya dan sedikit menghapus jejak air matanya yang masih bertender di pipinya dan segera menekan tombol hijau.
"Halo kak." Sapa Rani dengan ceria.
"Lama banget luhh angkatnya." Kesal Rinjani memperhatikan wajah teduh adiknya." Lo habis nangis ya kok mata Lohh kek sembab gitu ada apa." Tanya Rinjani.
"Nga ini lagi habis ngupas bawang makanya kek gini gimana kabar Lohh di sana." Kata Rani mengalihkan pembicaraan mereka.
"Nga usah bohong bilang sama gua ada apa atau gua sendiri yang akan cari tahu dan memberikan pelajaran sama orang yang sudah membuat Lohh nangis kek gini." Kesal Rinjani sedikit emosi.
"Gua beneran nga papa kok udahlah gimana kabar Lohh di sana." Jawab Rani mulai tenang.
"Baik kok oh iya gimana kabar ibu dan opa semuanya sehat kan."
"Sehat kok David mana nga sama Lohh."
"Udah balik dia emang kenapa tanya gitu." Kata Rinjani menyipitkan matanya.
"Idihh mata luhh tuh gua colok ya lagian gua cuman penasaran aja sama kalian atau jangan-jangan udah jadian ya." Tuduh Rani membuat Rinjani tertawa terbahak-bahak.
"Pikiran Lo koslet ya mana mau gua sama cowok kadal kaya dia ngaco Lohh." Tawa Rinjani memenuhi kamar Rani.
Hal seperti ini yang di rindukan sejak kepergian Rinjani tawa lepas kakaknya yang selalu saja membuatnya senang namun sekarang hanya kesedihan yang harus menghadapi musuh dan juga seniornya yang mulai tidak percaya dengannya. Lagi-lagi air mata itu lolos begitu saja dan menangis tersedu-sedu memikirkan semua masalah selama Rinjani pergi ke Jakarta.
"Lohh kok nangis ada apa sihh sebenarnya cerita sama gua nga." Bentak Rinjani mulai panik dengan kondisi adiknya.
"Nga gua lagi kangen aja sama Lohh itu aja kok makanya nangis gini." Kilah Rani.
"Udah nga usah bohong kalau kau tidak mau cerita biar gua sendiri yang cari tahu kenapa." Kesal Rinjani mematikan sambungan teleponnya.
Rani mulai cemas dengan kemarahan kaknya yang selalu saja membuatnya takut dengan kondisinya kalau seperti ini, Rinjani menghubungi thisa mencari tahu ada apa sebenarnya dengan Rani yang terlihat memendam masalah dan tak ingin membagi cerita dengannya. Thisa merogoh kocek ponselnya berada di dalam tas melihat nama Sahabatnya di depan layar utama segera menekan tombol hijau.
"Halo Anjani tumben Lohh hubungi gua ada apa." Tanya polos thisa.
"Ada yang mau gua tanyain sama Lohh tapi jujur ya jangan ada yang Lohh sembunyikan." Suara Rinjani mulai terdengar menakutkan.
"Mau tanya apa kok serius gitu." Thisa mulai penasaran dengan ucapan Rinjani.
"Ada apa sebenarnya dengan Rani kok dia seperti ada masalah gitu cerita sama gua."
Deg deg jantung thisa mulai berdebar tak karuan mulai bingung untuk menjawab apa dengan pertanyaan Rinjani." Maksud Lohh apa gua nga ngerti." Kilah thisa mulai gugup.
"Nga usah bohong jawab sekarang atau gua pulang ke Bandung memberikan semua pelajaran kepada siapapun yang mengganggu Rani selama gua pergi." Ancam Rinjani membuat thisa serba salah.
Thisa akhirnya mulai menceritakan kalau hari ini Ken dan Brama membuat Rani sedih dengan tuduhan yang belum tentu benar dan salah sepenuhnya karena hanya ingin menolong dirinya, Rani membuat adik Brama masuk ke dalam rumah sakit akibat penyakit asma adiknya kambuh dan membuat Ken dan Brama memberikan perkataan kurang sopan membuat Rani marah dan menampar Ken di depan semua orang. Rinjani terus mendengar cerita Sahabatnya tanpa ada yang terlewatkan thisa juga membeberkan beberapa waktu lalu Fani dan Nadine mempermalukan Rani dengan kata-kata yang kurang baik di depan semua anak kampus membuat Rani terganggu dengan cibiran anak kampus. Usai mendengarkan semuanya Rinjani mematikan sambungan teleponnya membuat thisa mulai panik dengan suasana hati Sahabatnya yang mulai marah dengan semua ceritanya.
"Sialan awas kalian semuanya gua akan memberikan kalian pelajaran karena telah mengganggu Rani dan juga teman-teman gua." Teriak Rinjani di penuhi amarah.
Rinjani menghubungi salah satu mata-matanya untuk segera mencari tahu tentang kegiatan apa saja yang di lakukan Fani dan Nadine selama ini dan memberikan informasi itu secepatnya setelah memberikan perintah Rinjani menghubungi David untuk memberitahukan kepada mis Rina kalau besok dia belum bisa masuk dan harus kembali ke Bandung dengan alasan kakeknya tengah sakit. Awalnya David ingin ikut bersamanya namun karena ini darurat dan juga private David mengurungkan niatnya untuk pulang ke Bandung, usai memberikan kabar kepada David Rinjani siap-siap dan membereskan sedikit baju-bajunya dan bergegas menuju lobi rumah sakit di mana mata-matanya telah menunggu dirinya agar menjalankan misi darinya.
Mereka melesat pergi dari apartemen Rinjani untuk segera ke Bandung memberikan mereka kejutan yang telah berani melakukan masalah kepada Rani dan juga Sahabatnya, dua jam lamanya perjalanan mereka Rinjani sampai di sebuah club' malam di Bandung yang sangat terkenal kini Rinjani telah mengganti pakaiannya dan juga segera turun dari dalam mobil masuk ke dalam clubs. Di temani dengan asistennya Rinjani masuk dengan santai mencari keberadaan mereka yang tengah asik mengobrol dengan om-om dan juga teman-temannya yang berada di atas panggung berjoget-joget dengan suka riang. Rinjani memasang wajah masamnya melihat tingkah laku mereka yang sangat menjijikkan untuk seorang mahasiswi di kampus ternama di Bandung Rinjani mulai memotret setiap pose memalukan mereka dan merekam setiap pergerakan mereka yang akan membuatnya malu dengan ulah mereka sendiri. Usai mendapatkan yang mereka mau Rinjani bersama asistennya pergi dari sana dan segera ke hotel untuk istirahat sebab hari semakin malam Rinjani memerintahkan asistennya untuk membeberkan rahasia ini kepada forum kampus mereka dan menempelkan foto mereka di mading seluruh kampus. Pria itu hanya mengganggukkan kepalanya dan segera pergi dari sana menjalankan tugasnya dari atasannya Rinjani hanya tersenyum simpul dengan kerjaannya yang akan membuat malu Fani dan semua teman-temannya.
"Itu akibat karena kalian berusaha mengusik ketenangan Rani dan juga teman-teman gua selamat bersenang-senang." Ucap Rinjani di sertai dengan senyum liciknya.
Rinjani segera masuk ke dalam kamar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari penat rutinitas pekerjaannya, Rinjani mengisi bathtub dan memberikan sabun kesukaannya dan masuk untuk merendam tubuhnya agar bisa lebih rileks untuk menghadapi hari esok di mana kampusnya akan gempar dengan berita menghebohkan model papan atas Fani beserta teman-temannya. Dua puluh lima menit berlalu Rinjani beranjak dari tempatnya berjalan menuju shower untuk membasuh tubuhnya dan segera keluar dari kamar mandi, berjalan menuju tempat tidurnya melihat kerja asistennya yang sangat rapi tanpa menimbulkan jejak dan juga menimbulkan kecurigaan para mahasiswa yang sudah melihat berita dalam forum kampus mereka telah menggunjing sikap tak terpuji mereka yang sangat memalukan.
Rinjani puas dengan kerja anak buahnya yang bisa di andalkan dalam hal seperti ini dan segera merebahkan tubuhnya dan terlelap dalam mimpinya. Di sisi lain Rani dan thisa tercengang dengan berita yang baru saja menghebohkan forum kampus di mana pose Fani dan teman-temannya duduk mesra dengan om-om dan Vidio mereka yang berjoget-joget dengan gaya yang sangat memalukan seketika pikiran Rani menuju Rinjani.
"Apa ini kerjaan Rinjani tapi nga mungkin diakan lagi di Jakarta lalu siapa yang sudah memberikan berita seperti ini." Lirih Rani kembali melihat foto-foto mereka.
Pagi ini berita menghebohkan kampus telah sampai di telinga dekan dan juga para dosen mereka merasa malu dengan kelakuan para mahasiswi yang begitu memalukan seperti ini. Fani dan yang lainnya belum mengetahui berita ini mulai mendapat cibiran pedas dari anak kampus dan melemparkan mereka dengan botol-botol yang mereka genggam Fani mulai geram mengepalkan tangannya ketika mendengar ucapan salah satu mahasiswa kalau mereka bertindak tidak sesuai dengan gelar sarjana yang akan mereka dapatkan.
Fani menerobos kerumunan orang-orang di depan Mading dan mulai melemas melihat foto-foto mereka yang begitu memalukan duduk mesra bersama om-om dan melakukan tindakan tidak terpuji berjoget-joget ria melepas status mereka sebagai mahasiswa fakultas terbaik di Bandung, Fani juga telah mendengar berita jika kontraknya menjadi model di batalkan dengan alasan kelakuannya telah viral di mana-mana. Nadine tidak menyangka jika berita ini akan melebar dengan cepat ke media sosial dengan kelakuan mereka, Brama dan yang lainnya baru saja sampai hanya diam menatap tajam kearah mereka yang tengah merobek-robek foto mereka dan membuangnya ke dalam tong sampah.
"Nga usah marah seperti itu bukannya itu memang pekerjaan kalian kan." Ejek Rani yang baru saja tiba di kerumunan orang-orang.
"Kau jaga ucapan Lo itu berita ini semua itu nga benar pasti ada orang yang sengaja mengedit foto ini untuk menjatuhkan ku? Atau jangan-jangan ini semua ulah kau dan kak berandalan kau itu." Teriak Fani yang tidak terima dengan semua ini.
Plakkk
Satu tamparan mulus melesat cepat di pipi mulus Fani membuat semua orang terkejut dengan kehadiran Rinjani di tengah-tengah mereka yang memperhatikan ulah Fani sejak pagi hari." Jaga ucapan Lo jangan samakan gua sama perbuatan menjijikan kau ini emang kau punya bukti apa kalau ini semua ulah gua bahkan gua baru saja sampai dari Jakarta ke Bandung." Tantang Rinjani tersenyum licik.
Fani mulai geram dan mengepalkan tangannya dan berlalu dari sana dengan perasaan malu sebab ulahnya sendiri, Rinjani hanya tersenyum simpul puas mempermalukan Fani dan juga teman-temannya namun tatapan Nadine membuat Rinjani geram dan berusaha tenang dan santai menanggapi tatapan Nadine yang berusaha mencari tahu dengan tatapan Rinjani. Ken dan Brama mendekati Rinjani yang baru saja muncul di kehebohan para mahasiswa dengan berita ini dan mulai menyelidiki ini lewat Rinjani yang merasa puas dengan kinerjanya.
"Sejak kapan kau di sini." Tanya Ken berjalan menuju arahnya.
"Bukan urusan Lo sejak kapan gua di sini." Timpal Rinjani dengan santai.
"Atau jangan-jangan ini semua ulah Lo yang tidak terima dengan perlakuan kita sama Rani kemarin." Sahut Brama menatap tajam mata Rinjani.
"Apa kalian hidup di dunia ini hanya untuk mengurusi hidup orang ya? Kalian punya bukti apa kalau ini semua ulah gua jangan asal nuduh kalau kalian nga tau apa-apa dan gua ingetin sekali lagi jaga sikap kalian sama adik gua karena gua tidak akan tinggal diam kalau Rani kenapa-kenapa paham kalian." Menarik tangan Rani menuju kelasnya.
Ken dan Brama merasa sangat di rendahkan dengan ucapan Rinjani barusan namun yang di katakan dia tidak ada salahnya kalau saja ini ulah Rinjani pasti bakal ketahuan tapi ini sangat bersih dan rapih tanpa ada yang tahu siapa penyebar dan juga yang memasang foto ini di mading kampus, Rani mulai heran dengan kedatangan Rinjani yang tiba-tiba dan muncul di balik kerumunan anak-anak bahkan dia tidak mengabari jika dia pulang dan tidak ke rumah kakeknya. Mereka masuk ke dalam kelas yang riuh akan berita heboh senior mereka yang telah viral di media sosial melihat kedatangan Rinjani mereka diam senyap seperti kelas tak berpenghuni Angga yang bengong melihat sahabatnya datang tanpa sepengetahuan dirinya dan yang lain.
Rani duduk di kursinya memandang wajah Rinjani yang tidak biasa baginya Rani merasa aneh dengan raut wajah Rinjani dengan semua berita ini.
"Ini bukan ulah Lo kan Anjani." Tanya Rani dengan serius.
"Cihh ayolah buat apa coba gua lakuin ini untungnya buat gua apa." Ucap Rinjani santai memainkan ponselnya.
"Iya nga mungkin orang lain yang menyebar kan ini semua dan mana itu orang misterius lagi." Timpal Angga tak percaya.
"Ja-di maksud kalian gua sewa orang buat menyebar kan ini untuk membuat malu Fani dan yang lainnya terus keuntungannya buat gua apa? Apa yang gua dapat dari masalah ini nga adakan bukannya senang gua datang malah di tuduh nga benar cabut gua malas liat kalian." Bentak Rinjani berlalu pergi dengan perasaan kesal.
Rani dan Angga merasa bersalah dengan ucapannya dan berusaha mengejar Rinjani namun tidak menemukan keberadaannya, Rani mulai cemas dengan perasaannya sendiri bahkan mereka mencari Rinjani ke taman belakang nihil tidak ada dengan perasaan gelisah dan merasa bersalah dengan semua ini bukannya senang mereka malah menanyakan hal yang tidak mungkin di lakukan oleh seorang Rinjani. Rani dan Angga berjalan terus menuju kelasnya tanpa sadar berpapasan dengan Rinjani yang baru saja keluar dari kantor dekan membawa sebuah berkas yang di butuhkan dosen kampus di Jakarta, Rinjani memasang wajah masamnya berjalan melewati mereka menuju parkiran namun langkahnya terhenti dengan cegahan tangan Rani di pergelangan tangannya namun Rinjani menepisnya dengan kasar dan berjalan terus tanpa menghiraukan teriakan Rani dan Angga.
Kesal geram jadi satu usaha Fani untuk melejit menjadi terkenal terbuang sia-sia dengan kabar burung ini menjadi masalah besar bagi mereka, mereka harus di rumahkan sementara waktu dan skripsi mereka di tolak mentah-mentah oleh dosen pembimbing yang tidak mau lagi mengurus skripsi mereka kalau saja mereka tidak bisa membuktikan jika berita itu benar adanya.
"Bagaimana bisa kita cari bukti coba karena berita itu real adanya dan siapa juga yang berani memperlakukan kita." Kesal Fani menendang ban mobilnya.
"Kalian curiga ngasih dengan Rinjani kenapa dia tiba-tiba datang ke sini pada saat berita ini tengah heboh-hebohnya." Tuduh Nadine memperkeruh suasana.
"Kalau saja benar liat aja gua bakal lakuin hal yang sama dengan adik tersayangnya itu." Hardik Fani melihat Rinjani mengarah ke parkiran.
Fani memberikan instruksi kepada Nadine dan juga teman-temannya untuk bersedia memberi perhitungan kepada Rinjani karena telah melangkah sejauh ini, Rinjani berjalan tanpa curiga dengan Fani yang terus memperhatikannya saat ingin menuju mobilnya.
Buyrrr
Nadine dan yang lain sengaja menyiram air kepada Rinjani membuat semua basah kuyup dan tertawa dengan usaha mereka mengerjai Rinjani. Rani kesal segera berlalu dan menyiram Fani beserta yang lainnya dengan air yang sama membuat Fani kesal dan segera menarik tangan Rani namun di kalah cepat oleh Rinjani yang lebih dulu menggenggam tangan Fani dengan erat.
"Berapa kali gua udah bilang jangan pernah menyentuh adik gua dengan tangan kotor Lo ini apa kau itu budek hah." Bentak Rinjani menambah genggamannya.
"Aduhh sakit lepasin tangan gua Anjani." Teriak rintihan Fani dan mulai mengeluarkan air matanya agar ada yang kasihan padanya.
"Rinjani apaan Lo nga waras ya nyakitin anak orang kenapa semakin ke sini kau nga seperti Rinjani yang dulu." Timpal Ken melepas genggamannya dan merangkul Fani.
"Emang gua dulu kaya gimana baik nga berandalan gitu atau gua ini nga pernah dapat didikan dari opa gua itu kan maksud kalian terus kenapa kalian itu bertanya lagi di mana Rinjani yang dulu karena itu semua memang nga pernah ada." Teriak Rinjani dengan emosi sampai-sampai mendorong kuat tubuh Ken hingga terjatuh ke tanah.
"Gua ingatkan sekali lagi jangan pernah kalian mencoba mengganggu Rani atau kalian akan mendapatkan balasan yang tidak pernah kalian bayangkan." Bisik Rinjani di telinga Ken dan Fani membuatnya sedikit takut dengan wanita ini.
"Apa-apaan sih Lohh kasihan kak Ken Anjani." Ucap Rani menarik tangan kaknya.
"Udah nga usah di bela itu pantas kok buat orang yang suka mengurusi hidup orang, oh iya gua anterin Lo pulang sekalian gua mau ketemu sama opa supaya mereka di keluarin dari kampus." Tegas Rinjani.
Mereka sedikit takut dengan Rinjani yang saat ini bahkan Nadine yang begitu mengenal Rinjani tak menemukan sisi baik dari teman lamanya itu, Rinjani menarik tangan Rani dan tersenyum manis kepada ke dua sahabatnya yang berusaha tenang dengan sikap arogan Rinjani yang baru saja dilihatnya. Tak ada yang bisa di katakan oleh Brama dan Ken atas perlakuan Rinjani padanya dan juga Fani yang begitu sangat melampaui batas kesabaranya namun apa yang di katakan Rinjani tidak salah mereka terlalu ikut campur dengan urusan pribadi mereka. Nadine membantu Fani berdiri dan membawanya masuk ke dalam mobil kerumunan yang tadinya ramai kini hilang entah ke mana ketika melihat kemarahan Rinjani yang tidak biasanya.
Di dalam mobil Rani berusaha tenang memandangi wajah datar kaknya yang baru saja membelanya mati-matian dari mereka yang berusaha untuk mengusik ketenangannya selama Rinjani tidak bersamanya.
"Gua minta maaf ya soal tuduhan itu gua nga bermaksud seperti itu kok." Ucap Rani dengan gugup.
"Nga usah di pikirin Lo tenang aja mereka nga akan berani lagi mengganggu apa lagi berusaha membuat mu malu." Ucap Rinjani dengan dingin.
"Iya." Jawab singkat Rani dan kembali fokus ke depan.
Kini mereka tiba di kediaman kakeknya Rani segera keluar dari dalam mobil masuk berjalan menuju rumahnya, Rinjani menepikan mobilnya dan keluar dari dalam mobil berjalan masuk menyusul langkah Rani namun ponselnya berbunyi menghentikan langkahnya dan segera menekan tombol hijau melihat nama David terpampang nyata di layar ponselnya.
"Kenapa." Jawab Rinjani dengan singkat.
"Lo balik ke Bandung cuman mau nyari ribut dengan mereka." Suara David sedikit berteriak.
"Maksud Lo apa gua nga ngerti." Tanya Rinjani Berusaha menangkap maksud dari ucapan David.
"Jangan pikir gua nga tau ya Lo lakuin apa saja di Bandung kenapa sih Lo harus bohong sama gua." Kini suara David mulai teduh.
"Nanti gua jelasin gua mau masuk dulu." Mematikan ponselnya berjalan masuk ke dalam rumahnya.
David kesal dengan sikap Rinjani yang seperti ini tapi perasaan aneh menghampiri hatinya kenapa harus semarah ini dengan urusan Rinjani yang tidak ada urusannya dengannya, David mengacak-acak rambutnya dan segera masuk ke dalam mobil melesat pergi menuju rumahnya untuk istirahat dari rutinitas kuliahnya. Rinjani masuk ke dalam kamarnya sembari menunggu kedatangan kakeknya dari kantor merebahkan tubuhnya memikirkan tindakannya yang menurutnya sedikit berlebihan tapi mereka pantas mendapatkan itu semua pikirnya beranjak dari tempatnya berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Usai melakukan ritual mandinya Rinjani keluar kamar memakai baju santainya dan berjalan keluar kamar menuju dapur untuk masak makan malam mereka mumpung dirinya berada di Bandung dan ingin memasak sesuatu untuk Rani dan Kakek tercinta, Rani yang baru saja keluar dari kamar mencium aroma makanan yang harum dan menggunggah selera makannya dan segera berjalan menuju dapur mendapati Rinjani tengah bergulat dengan bahan-bahan makanan dan juga alat masak.
Sejak kepergian mama dan papanya Rinjani menjadi sosok ayah dan ibu bagi Rani sejak SMA Rinjani selalu belajar masak dengan mamanya bahkan berlatih bela diri dari papanya jadi wajar saja Rinjani tumbuh menjadi wanita yang sedikit tegas dan juga cuek karena masa lalu yang sangat memprihatinkan. Rani terus menatap kaknya yang tengah asik memasak makanan kesukaannya meski Rinjani begitu dingin dengan teman atau pun adiknya sendiri di sisi lain Rinjani adalah sosok wanita cantik dan juga peduli dengan keluarga dan teman-temannya dia merasa sakit jika salah satu dari mereka terluka dan akan membalas mereka lebih dari yang mereka lakukan. Rinjani sadar dengan tatapan mata adiknya yang selalu mengingat kan mereka dengan masa lalu yang begitu kelam jika di Ingat.
"Ngapain bengong sini belajar masak buat opa." Panggil Rinjani menatap adiknya.
"Ganggu aja gua lagi melamun tau." Jengah Rani dengan kaknya.
"Dihh nga usah melamun Mulu nanti kesambet benaran Lohh." Ledek Rinjani mendapat tatapan tajam dari Rani.
Mereka akhirnya memasak bersama meskipun Rani belum tahu apa-apa tapi Rinjani mengajarinya dengan penuh kelembutan dan juga kesabaran dan akhirnya makanan kesukaan kakeknya telah tersaji di atas meja. Mereka segera masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya dari bau masakan yang menempel di tubuh mereka masing-masing, tuan Arya yang baru saja pulang dari kantor mendapatkan pemandangan yang begitu indah mendapatkan makanan kesukaannya tersaji di atas meja.
"Tumben Lohh bibi masak banyak seperti ini." Ucap Arya berbinar-binar.
"Maaf tuan ini bukan masakan saya." Ucap bibi ayu yang tengah menuangkan minuman mereka.
"Lalu masakan siapa nga mungkin kan Rani dia nga bisa masak Lohh Bi." Ledek Arya.
"Ini masakan nona Rani dan juga Rinjani tuan." Jawab ayu pergi dari sana.
Tuan Arya terkejut dengan kehadiran Rinjani yang tiba-tiba duduk di sampingnya dengan wajah berseri-seri melihat kakeknya yang begitu senang dengan masakannya dengan Rani.
"Gimana enak kan opa." Tanya Rinjani.
"Enak seperti masakan ibu kalian." Suara Arya mulai sendu mengingat kejadian itu.
"Opa nga usah khawatir ya Rani dan Anjani akan bersama opa." Timpal Rani menenangkan kakeknya.
Arya hanya tersenyum dan melanjutkan makan malam mereka hingga habis tak tersisa semua menu yang tersaji habis tanpa sisa membuat cucunya terkejut dengan makan kakeknya yang menghabiskan semua makanan yang mereka masak. Hari semakin larut Rinjani dan Rani telah masuk ke dalam kamar meraka untuk beristirahat Rinjani segera memikirkan untuk mengungkap rahasia di balik kematian Laras yang sudah lama tertutup rapat oleh kepolisian sulit baginya untuk membuka kembali kasus Laras yang telah tertutup rapat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atas perkara ini.
Rinjani memejamkan matanya berusaha masuk ke dalam mimpi yang sebelum menghantuinya namun dia hanya tertidur hingga pagi hari, Rinjani membuka matanya secara perlahan dan merenggangkan ototnya mengumpulkan semua nyawanya berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk segera mandi dan kembali ke Jakarta. Tiga puluh lima menit lamanya ritual mandi Rinjani menyudahi dan keluar kamar untuk segera berganti pakaian dan keluar kamar menuju meja makan, usai rapih dan memeriksa barang-barang yang tertinggal Rinjani keluar kamar duduk manis di samping adiknya dan seperti biasa mengambil makanan sendiri dan juga menuangkan jus jeruk yang harus tersaji di atas meja makan. Kebiasaan Rinjani mengambil sarapan dan menuangkan jus jeruk sudah menjadi kebiasaannya agar tidak menyusahkan orang lain dan berusaha mandiri untuk masalah seperti ini hal .ini lah yang di sukai Rani dan juga kakeknya Rinjani tidak ingin memerintah orang tua darinya menurutnya itu hal yang kurang sopan meski sebenarnya itulah tugas pembantu di rumah ini.
Rinjani menguyah makanannya menikmati suasana ini sebelum dirinya pergi kembali ke Jakarta melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda, Rinjani telah berbicara kepada kakeknya atas masalah yang menghebohkan universitas yang menjadi miliknya awalnya kakeknya begitu tidak setuju dengan hal ini namun karena banyaknya yang meminta mereka keluar dengan terpaksa Arya memenuhi permintaan cucunya. Fani yang telah menerima surat DO dari dekan kampusnya membuatnya geram kesal kenapa harus dia yang keluar dari kampus ini padahal tujuan awalnya adalah mengeluarkan Rinjani dan juga Rani dari kampus ini, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab universitas itu adalah milik kakeknya yang berhak mengeluarkan siapa saja yang berusaha mencoreng nama baik kampus yang selama ini di bangunnya dengan kerja keras namun malah mahasiswa dengan mudah melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Berbeda dengan Fani dan yang lainnya berusaha menerima ini semua tapi Nadine malah sebaliknya tidak terima membuat Rinjani mengakui semua perbuatannya kepada semua orang meski hal itu tidak benar adanya. Nadine menghubungi Bastian agar memberi sedikit pelajaran kepada Rinjani usai kepulangannya dari Bandung, Rinjani dan Rani yang telah selesai dengan sarapannya pamit untuk pergi ke kampus hari ini Rinjani ingin mengantar langsung adiknya sampai di depan kelas dengan selamat tanpa sepengetahuan kakeknya diam-diam Rinjani membawa lari motor kesayangannya ke Jakarta dan mengantar Rani ke kampus. Mereka menikmati suasana seperti ini kembali ke momen pergi sekolah bareng-bareng Rinjani berhenti di sebuah toko perlengkapan kuliah untuk membeli sedikit barang-barang yang akan di gunakan dalam penyelidikan, Rani yang penasaran dengan alat itu hanya diam saja tidak ingin merusak suasana langka seperti ini, usai berbelanja mereka melanjutkan perjalanan menuju kampus namun di pertengahan jalan Rani melihat teman-teman adik Brama tengah Berhadapan dengan beberapa preman kampung yang berusaha meminta uang mereka.
Karena rasa bersalah Rani meminta Rinjani untuk segera membantu mereka tanpa pikir panjang Rinjani menepikan motornya segera turun berjalan menuju kearah mereka, lagi-lagi anak itu bersembunyi di belakang Rinjani dan Rani yang tengah berdiri di depan para preman kampung yang ingin meminta uang jajan mereka. Rinjani hanya memasang wajah masamnya dan menatap wajah mereka satu per satu dan memulai aksinya Rani mulai menjauh membawa anak-anak itu dari sana meninggalkan Rinjani sendiri dengan para preman, kini mereka saling memberi bogem mentah namun masih bisa di tepis oleh Rinjani mereka tak henti-hentinya memberi bogem mentah dan membuat semuanya tersungkur kebawah dengan wajah babak belur. Anak-anak itu kagum dengan bela diri Rinjani yang melebihi kapasitas dari biasanya dan lebih takjub karena Rinjani adalah seorang wanita yang biasanya takut berhadapan dengan para pria yang lebih besar darinya Rinjani berjalan menuju mereka dan duduk sejajar dengan preman-preman di hadapannya.
"Kalau mau uang itu kalian kerja dong jangan malak anak orang mana lagi anak SMA malu ingat umur udah bangkotan kaya gitu nihh buat kalian obati sekalian beli makanan dan ingat jangan sampai terulang lagi kalau sampai gua dengar kalian malak gua nga segan-segan melaporkan kalian ke polisi sana cabut." Bentak Rinjani sedikit galak dan berjalan menuju Rani dan yang lainnya.
Mereka semua pada lari setelah mendengar ancaman Rinjani yang sangat menakutkan untuk di dengarkan Rinjani menatap mereka satu per satu.
"Jadi kalian bocah-bocah yang malak sahabat gua." Ucap Rinjani sedikit galak.
"Ma-maafkan kami kak lain kali nga gitu dehh." Ucap mereka bersamaan.
"Ok hari ini saya maafkan tapi kalian ingat belajar baik-baik nga usah malak orang lain sekarang malah kalian kan yang di palak preman itu karma karena kalian sudah malak sebelumnya." Terang Rinjani menasehati mereka.
"Iya kak kami sadar kok kalau perbuatan kami waktu itu salah." Ucap mereka menundukkan kepalanya.
"Ya sudah kalian pulang sana." Mereka hanya mengganggukkan kepalanya dan segera pergi.
Rani meninggalkan lokasi menuju kampus dua puluh menit berlalu Rinjani kini tiba di parkiran kampus seperti biasa Rinjani menjadi pusat perhatian semua orang karena dengan sikapnya kepada seniornya, namun mereka hanya diam tidak ingin mengambil pusing dan berjalan masuk menuju kelas Rani setiap perjalanan mereka ada-ada saja cibiran dari mahasiswa lain namun Rinjani tetap fokus dengan ponselnya. Setelah sampai di depan kelas Rani segera pamit untuk pulang ke Jakarta mereka saling memeluk melepas kerinduan dan berlalu begitu saja meninggalkan Rani dengan kesedihannya kembali dan berjalan masuk ke dalam kelas Rani menumpahkan semua kesedihannya melepas kepergian Rinjani kembali ke Jakarta. Rinjani berjalan menuju parkiran dengan hal yang sama fokus dengan ponselnya tanpa sadar berpapasan dengan Ken dan Brama tapi Rinjani hanya melirik sebentar dan melanjutkan perjalanannya ke parkiran kampus dan naik ke atas motornya melesat pergi dari sana kembali ke Jakarta. Ken hanya merasa sedikit kecewa dan juga sedih dengan sikap dingin Rinjani kepadanya walaupun sebenarnya itu sudah lama namun karena kedekatan mereka di rumah Laras membuat hati Ken sedikit mencair namun sekarang sia-sia karena Rinjani kembali dingin seperti biasanya Brama mengerti dengan perasaan Ken yang tengah memikirkan sikap dingin kepada mereka namun ini semua karena salah mereka yang terlalu ikut campur dengan urusan mereka yang sering kali membuat mereka berdebat hanya seperti ini. Rinjani melajukan motornya dengan kecepatan tinggi untuk segera sampai di apartemennya sepanjang perjalanan Rinjani hanya fokus ke depan saja dan menambah laju kendaraannya dengan kecepatannya.
Di atas rata-rata hanya satu jam Rinjani menuju Jakarta dan sekarang sampai di depan lobi apartemennya dan segera berjalan masuk ke dalam lift untuk menuju kamarnya. Ting Rinjani keluar dari lift dan berjalan menuju kamarnya ada rasa aneh setiap Rinjani memasuki lift tersebut namun berusaha tenang dan berpikir positif dengan semua ini, David yang telah sampai lebih dulu dari Rinjani berdiri di depan kamarnya sambil menunggu pemilik kamar pulang Rinjani memperhatikan pria tampan yang berdiri di depan kamarnya yang sedang menunggunya seperti biasa memasang wajah masam dan juga dinginnya.
"Udah jadi penjaga kamar Lo sekarang." Ledek Rinjani yang baru saja sampai di depan kamarnya.
"Nga usah banyak nanya nihh gua bawa makanan kita makan bareng soalnya di rumah nga ada orang." David memasang wajah kasihan nya.
"Dihh muka loh tuhh emang gua mau makan gitu sama Lohh sana pulang gua kenyang dan mau istirahat." Masuk ke dalam menutup pintu sebelum David masuk.
Tanpa rasa bersalah dan juga menyesal Rinjani masuk ke dalam kamar merebahkan tubuhnya menghiraukan teriakan David yang berada di depan kamarnya Seperti orang yang tidak waras berteriak-teriak dan mengendor pintunya. Rinjani mulai memejamkan matanya namun karena suara Keributan di depan kamarnya membuatnya terpaksa terbangun dan berjalan keluar kamar menuju pintu keluar dan membuka pintunya secara paksa membuat semua orang terkejut dengannya.
"Berisik banget sihh kalian nga tau apa orang lagi capek." Teriak Rinjani dengan semua orang.
David segera masuk dan menutup pintu Rinjani berjalan menuju meja makan menyajikan makanan yang telah di bawahnya dari rumah, Rinjani geram menarik tangan paksa David untuk segera keluar namun tenaganya kurang kuat untuk membuat pria itu bergeser dari tempatnya karena rasa lelah dan David tidak ingin keluar sebelum menemaninya makan Rinjani duduk dengan wajah masamnya menikmati makanan David yang di bawahnya dari rumahnya.
"Kalau sudah Lo balik gua mau tidur besok kuliah gua masuk duluan." Berjalan meninggalkan David di meja makan dengan semua makanan yang telah di bawa.
David merasa sedih dengan sikap dingin Rinjani padahal dia hanya ingin Rinjani menemaninya makan malam bersama namun karena Rinjani lelah malah seperti ini, David memasukkan makanannya ke dalam kulkas dan segera merebahkan tubuhnya di atas sofa milik Rinjani enggan untuk pulang meninggalkan Rinjani sendiri. Rinjani merasa bersalah dengan sikap dinginnya namun hanya itu yang bisa dia lakukan agar David tidak terlalu dekat dengannya Rinjani merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya terlelap dalam mimpi indahnya.
Haii guys selamat menikmati ceritanya ya guys semoga kalian suka jangan lupa vote dan like ya🙏😘❤️😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments