Part 14

Akhirnya hari yang mereka tunggu-tunggu tiba seperti biasa Rinjani menghadap ke dosen pembimbingnya selama berada di Jakarta Rinjani senang akhirnya pertukaran mahasiswi yang selama ini di jalaninya selesai dan akan kembali ke Bandung guna menyelesaikan judul skripsinya yang tidak lama lagi akan meraih gelar sarjananya, Tak berbeda dengan sang kekasih David juga merasa senang akan kembali ke Bandung untuk melanjutkan judul skripsinya selama berada di Jakarta, hari ini hari terakhir mereka berada di Jakarta Rinjani dan David tidak melewatkan hari ini setelah mata kuliah mereka selesai mereka akan menikmati suasana malam Minggu kota Jakarta.

Gisel Bastian dan Dista sudah mendengar kalau saja mahasiswa asal Bandung itu akan kembali besok hari Dista merasa sedih akan kepulangan David ke Bandung dan tidak akan bertemu dengannya lagi.

"Jadi Lohh akan biarkan David kembali ke Bandung." Tanya Gisel berjalan beriringan.

"Gua juga bingung nga mungkin juga gua pindah kampus hanya untuk mengejar David yang tidak pernah melirik ku sedikitpun." Geram Gisel mengingat sikap David selama ini.

"Tapi apa kau senang akan melihat kedekatan mereka." Bastian memperhatikan David dan Rinjani yang sedang tertawa bersama.

Dista kembali geram dengan keromantisan mereka yang semakin dekat dan juga semakin mesra di mana pun berada, Gisel menatap wajah merah padam Dista yang sedang asik menatap kedekatan Rinjani dan David.

"Sebaiknya Lohh pikirkan rencana untuk memisahkan mereka sebelum kembali ke jakarta." Saran Bastian menatap mereka.

"Yang di omongin Bastian ada benarnya Lohh apa luhh nga cemburu kalau mereka akan semakin dekat kalau kembali ke Bandung." Ucap Gisel mengompori Dista.

"Kalian bisa diam nga sihh gua lagi kesal nihh liatin mereka malah kalian kek gini." Kesal Dista berjalan mendahului mereka.

Gisel dan Bastian saling bertukar pandangan timbul senyum licik di wajah mereka berdua dan kembali berjalan menyusul Dista yang sudah jauh di depan mereka, Rinjani dan David segera masuk ke dalam kelas setelah mendengar bel berbunyi dan berpisah di depan kelas mereka Rinjani berjalan masuk ke dalam kelas menemukan setangkai bunga mawar merah dan juga sepucuk surat cinta untuknya. Rinjani merasa heran dengan kehadiran bunga yang tiba-tiba saja berada di atas mejanya dan membaca surat cinta untuknya dan tertawa lepas dengan ucapan lucu dari pengirim bunga ini, Rinjani melirik ke sana kemari tapi tidak menemukan orang yang mencurigakan dia pun berjalan menuju luar kelas membuang bunga itu dalam tong sampah dan kembali masuk ke dalam kelasnya.

"Kok di buang sihh Anjani." Ucap pria tampan.

Rinjani menoleh kearah sumber suara dan tersentak dengan kehadirannya." Kau yang meletakkan bunga itu di atas meja ku." Ucap Rinjani dengan gugup.

'Iya kau suka kan." Ucap Desta dengan senyum manisnya.

"Sebaiknya Lohh bawa pulang saja bunga itu dan jangan terlalu berharap untuk kembali pada ku karena itu tidak akan pernah terjadi." Rinjani berjalan masuk dan duduk di kursinya.

Desta merasa sangat marah dengan jawaban surat cinta dari Rinjani dan membuang bunga pemberiannya khusus untuk Rinjani dan menatap kesal segera berjalan pergi dari depan kelas Rinjani, Kiki merasa sedikit takut dengan tatapan Desta yang tidak seperti biasanya.

"Rinjani apa sebaiknya kau ambil kembali bunga pemberian kak Desta."

"Nga buat apa dia cuman masa lalu buat gua."

"Tapi sepertinya kak Desta marah dehh karena Lohh nga menerima bunga pemberiannya." Kiki mulai cemas dengan teman baiknya.

"Kamu nga usah mikirin dia lagian gua juga nga mungkin Nerima itu kan Lohh tau sendiri David seperti apa." Jawab Rinjani kembali fokus dengan ujianya.

Kiki kembali mengerjakan ujianya dan menatap Rinjani sejenak Desta mengepalkan tangannya membuang bunga yang baru saja diberikan kepada Rinjani, dan di tolak dengannya Gisel tidak sengaja melihat kemarahan Desta dan segera berjalan menghampirinya.

"Kenapa sihh belakangan ini Lohh sama Dista malah berusaha mendekati Rinjani dan David."

"Ini bukan urusan Lohh Gisel sebaiknya Lohh pergi dari sini."

"Ayolah Des lupakan Rinjani biarkan mereka bahagia."

"Gua bilang jangan ikut campur sama urusan gua." Desta berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Gisel menatap kepergian Desta yang merasa kesal dengan Rinjani dan tertawa lepas melihat ekspresi wajah Desta dan kembali berjalan menuju kelasnya sepanjang perjalanan Gisel hanya tertawa dengan tingkahnya memanasi suasana antara Dista dan Desta, tanpa sengaja bertabrakan dengan David di depan kelasnya dan membulatkan matanya melihat pria tampan di depannya.

"David." Lirih Gisel menatap David.

"Pake mata dong kalau jalan jangan bengong gitu." Ketus David berjalan melewati Gisel.

"David mau ke mana." Gisel menahan pergelangan tangan David.

"Apaan sihh Lohh." David melepas genggaman Gisel.

"Sorry gua cuman mau ngobrol doang sebentar aja mau ya." Ucap Gisel dengan mata baby eysnya.

David merasa jengah dengan tatapan penuh harap yang diberikan oleh Gisel." Dengarkan gua baik-baik sebaiknya kau jauh-jauh sama gua karena gua nga akan pernah mau ngomong sama Lohh apa lagi sama teman luhh itu." Hardik David berjalan menuju kelasnya.

Gisel menatap tajam Kepergian David dan mengeratkan gigi bawah dan atasnya." Dihh kau sangat sombong tapi Lohh akan merasa menyesal karena sudah berbicara dengan gua seperti itu." Geram Gisel kembali berjalan.

Sepasang mata mengintai mereka dari awal perbincangan mereka dan merasa kesal karena kedekatan mereka meskipun David selalu saja menghindari Gisel, David merasa geram dengan sikap Gisel yang baru saja dan segera masuk ke dalam kelasnya duduk memperhatikan dosen pembimbingnya menjelaskan setiap rinci skripsi yang akan mereka lakukan. Dua puluh lima menit berlalu mata kuliah terakhir mereka selesai Rinjani sedang bersiap-siap memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya Kiki memperhatikan wajah cantik Rinjani yang akan segera kembali ke Bandung dan tidak akan kembali lagi, Rinjani merasa heran dengan pandangan mata Kiki dengannya dan kembali duduk memandangi wajah imut teman baiknya selama berada di Jakarta.

"Mau gua copot tuhh mata ngeliatin nya segitu amat." Ucap Rinjani dengan tawa kecil.

"Gua cuman mau lihat Lohh untuk terakhir kalinya sebelum kau kembali ke Bandung." Ucap Kiki dengan sedih.

"Kiki kan Lohh bisa datang liburan ke Bandung atau gua liburan ke Jakarta jadi nga usah sedih ya." Rinjani memeluk tubuh mungil teman baiknya itu.

"Iya kau benar kita kan masih bisa bertemu." Ucap Kiki menyeka air matanya.

Setelah melepas pelukannya mereka beranjak keluar kelas berjalan beriringan menuju parkiran mobil di mana ada kehebohan para mahasiswa yang asik menyaksikan adengan Dista yang sedang memeluk erat tubuh David di depan semua orang, Rinjani segera berlari menghampiri kerumunan yang begitu heboh dengan adengan pelukan Dista bersama David semua orang menoleh kearah Rinjani yang sedang menyaksikan kekasihnya bersama Dista semua berjalan mundur menghindari tatapan mata Rinjani yang merasa kesal dengan Dista dan juga David yang menjadi pusat perhatian semua mahasiswa kampus.

David mendorong dengan keras tubuh Dista hingga tersungkur ke bawah kaki para mahasiswa dan juga memandangi wajah Rinjani yang sedang susah di artikan olehnya, Dista melihat arah pandangan David dan tersenyum simpul dengan aksinya yang berhasil membuat Rinjani kesal dengan David dan dirinya dengan pedenya Dista berdiri dan berjalan kearah Rinjani dengan wajah kemenangannya.

Plakkk

Satu tamparan mendarat di pipi Dista hingga merah tanpa rasa bersalah Rinjani menarik kera baju Dista hingga robek dan memandang matanya, Dista mulai takut dan gemetaran dengan tatapan mata tajam Rinjani yang tidak biasanya David mulai panik dengan kemarahan Rinjani yang akan melukai Dista. David segera berjalan untuk menghentikan emosi Rinjani namun sebelum sampai di depan kekasihnya Rinjani telah melempar pandangan untuknya dan memberhentikan langkahnya.

"Ternyata kau memang tidak pernah berubah masih saja menyukai pria yang bersama ku apa kau tidak malu jadi benalu dan perusak dalam hubungan kami." Hardik Rinjani melepas cengkramannya.

Dista merasa sangat malu dengan omongan Rinjani yang berhasil membuat semua orang mengolok-oloknya." Kau sebaiknya tutup mulut Lohh itu David tidak pantas dengan wanita seperti mu." Bentak Dista.

"Lalu David pantas untuk mu." Rinjani tertawa terbahak-bahak dengan tingkah Dista." Dista Dista seharusnya kau itu tau diri ngaca dong David itu pacar gua lahh luhh siapa hanya benalu dan perusak hubungan orang." Ucap Rinjani dengan santai.

Dista melayangkan tangannya untuk segera mendarat di wajah cantik Rinjani namun David segera mencegah tangan Dista." Berani sekali kau menyentuh Rinjani apa kau tidak malu dengan sikap Lohh ini hanya mempermalukan mu saja gua udah pernah memperingati mu untuk tidak mendekati ku tapi kau malah bersikap seperti ini kau hanya memperlihatkan sikap murahan mu itu." Ucap David yang tidak terkendali lagi.

Semua orang tercengang dengan ucapan David yang baru saja keluar dari bibir manisnya bahkan Rinjani tidak menyangka kalau saja David akan membelanya seperti ini, Dista merasa di permalukan dengan David dan Rinjani segera pergi dari sana dengan air mata membasahi pipinya Rinjani merasa heran dengan sikap David yang baru saja di perlihatkannya padanya.

"Tumben banget kau itu ngebelain gua seperti itu."

"Kau ini ngomongin apa kau itu kekasih gua sudah semestinya gua belain Lohh di depan wanita seperti Dista." Kesal David menarik tangan Rinjani menjauh dari kerumunan.

Rinjani hanya tertawa kecil dengan tingkah kekasihnya yang selalu saja mengemaskan setiap kali mereka bertengkar Kiki merasa bahagia dengan keromantisan mereka yang selalu saja membuat teman baiknya itu tersenyum, Rinjani segera masuk ke dalam mobil melesat pergi dari parkiran kampus mereka hanya diam saja tanpa ingin bertanya atau pun sekedar menyapa David menepikan mobilnya di depan toko kue David segera keluar masuk ke dalam toko kue. Rinjani hanya diam dan tidak ingin masuk segera mengambil ponselnya di dalam tasnya dan melihat-lihat perkembangan Gladis di sosial media adiknya, sesekali Rinjani tertawa dengan ulah Gladis yang selalu membuat kakeknya kewalahan menjaganya David terus berjalan masuk ke dalam toko tanpa sadar bahwa Rinjani tidak ikut dengannya malah menarik tangan orang lain wanita itu hanya diam saja menikmati momen ini di pengang pria tampan sepanjang David memilih kue David mulai heran dengan sikap kekasihnya yang tidak banyak bicara dan segera menoleh kebelakang mendapati wanita lain di depannya dan segera melepaskan genggamannya.

"Kau sedang apa di sini." Ucap David sedikit tidak percaya.

"Beli kue lahh masa iya beli sayur." Ketus Gisel

"Dihh ngapain juga Lohh ikut sama gua." Kesal David segera pergi dari sana.

"Astaga dia yang narik malah dia yang marah dasar bodoh." Ucap Gisel.

David merasa kesal karena merasa tidak nyaman dengan kehadiran Gisel di dalam toko kue itu dan segera mencari-cari keberadaan Rinjani yang tidak tau di mana keberadaannya, setelah membayar kue pesanannya David segera keluar toko berjalan menuju mobilnya yang tidak begitu jauh terparkir dan segera masuk ke dalam mobil mendapati Rinjani sedang tertawa bersama Rani dan Gladis dengan video call.

"Kau di sini rupanya." Ucap David menaruh kue di kursi belakang.

"Iya sedari tadi gua emang sudah di sini kok." Ucap Rinjani tanpa menoleh.

"Kau ini pantesan saja Gisel senang dekat gua rupanya Lohh enak-enakan di sini." Ketus David melajukan mobilnya.

"Kau bertemu dengannya." Tanya Rinjani menutup sambungan teleponnya.

"Iya malahan dia narik-narik tangan gua lagi." Goda David.

"Nga usah seperti itu lagian gua nga bakal cemburu kok." Ucap Rinjani dengan santai.

Lagi-lagi Rinjani berhasil membuat kekasihnya geram dengan sikapnya yang selalu saja tidak peduli dengan wanita-wanita yang selalu dekat dengan David, Rinjani memejamkan matanya terlelap dalam tidurnya David melirik ke arah Rinjani dan melihat Rinjani sedang terlelap dalam tidurnya dia pun mengusap lembut rambut kekasihnya kembali fokus menyetir dan menambah laju mobilnya.

Di alam mimpi Rinjani kembali lagi ke dalam ruangan itu lagi dan melihat pria pertama kali di lihatnya kali ini pria itu sedang bersama wanita yang belum pernah dilihatnya, Rinjani terus menyaksikan adengan mereka yang seperti suami istri dan berjalan keluar kamar mendapati kamar yang menurut Rinjani aneh dengan keberanian Rinjani membuka pintu itu berjalan masuk mengedarkan pandangannya dan memandangi wanita cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur. Rinjani mendekati wanita itu dan tiba-tiba wanita yang berada di apartemennya kembali hadir di sudut kamar sedang memandangnya, awalnya Rinjani mulai aneh dengan wanita yang sedang melihatnya namun Rinjani menghiraukan tatapannya yang semakin dekat dengannya Rinjani kembali fokus dengan wanita di hadapannya memperhatikan wajahnya dengan seksama dan melirik wanita di sudut ruangan itu. Kakinya melemas tersungkur di bawah lantai seketika air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya Rinjani menangis tersedu-sedu melihat wanita itu entah kenapa perasaan Rinjani begitu sedih melihat wanita itu tak berdaya di atas tempat tidur itu.

"Kau sudah menemukan tubuh ku bukan." Ucap wanita itu mendekati Rinjani.

"Jadi kau sebenarnya belum meninggal tapi kenapa kau berada di sini." Tanya Rinjani berusaha bangkit.

"Ada rahasia di balik semua ini." Ucap wanita itu duduk di sebelah Rinjani.

"Rahasia? Apa mereka mempunyai kejahatan lagi." Kata Rinjani menatap wanita itu.

"Kau akan tahu kalau saja kau menemukan keberadaan ku di rumah mewah ini." Wanita itu pergi dari sana.

Rinjani mulai tersadar dari tidurnya membuka matanya secara perlahan mengedipkan matanya sesekali dan mencoba membukanya melihat wajah tampan David di hadapannya, Rinjani melirik ke sana kemari dan membenarkan posisinya duduk sambil mengatur nafasnya sesekali Rinjani mengedipkan matanya untuk memastikan kalau saja dia sudah kembali di alam sadarnya.

"Kau bermimpi buruk lagi." David menyodorkan sebotol minuman.

"Nga kok mungkin cuman kelelahan saja." Elak Rinjani meneguknya hingga tandas.

"Kau mulai berbohong dengan ku." Tanya David dengan serius.

"Aku nga bohong cuman kelelahan saja kok." Rinjani tersenyum manis padanya.

David menatap sekali lagi kekasihnya dan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menelusuri jalanan yang mulai gelap, mereka kembali menikmati perjalanan yang semakin membosankan David melihat keramaian di pasar malam tak jauh dari kota Bandung dan segera menepikan mobilnya. Rinjani bingung dengan tingkah David yang berhenti di depan pasar malam yang sangat ramai David menarik tangan Rinjani masuk ke dalam pasar malam, Rinjani hanya mengikuti langkah kekasihnya dan menikmati suasana seperti ini David mengajak Rinjani untuk bermain-main di semua wahana untuk menghilangkan rasa lelah mereka sepanjang perjalanan. Setiap wahana yang mereka masuki selalu saja David membuat kekacauan dengan ulahnya yang selalu bertengkar dengan pengunjung lain, Rinjani tak henti-hentinya tertawa dengan kelakuan kekasihnya yang sangat lucu tanpa sadar mereka menghabiskan waktu berdua hingga larut malam.

"Apa sekarang kau senang." Kata David memandangi wajah teduh kekasihnya.

"Senang banget terakhir aku bareng Rani main kek ginian waktu mama sama papa masih hidup." Jawab Rinjani menundukkan kepalanya.

"Kamu nga usah sedih lagi aku akan membawa mu main seperti ini kapan pun kau mau." David merangkul pundak Rinjani.

"Terima kasih kau selalu ada dan begitu sangat menyayangi ku." Rinjani membalas pelukan David.

'Kamu nga usah khawatir kau wanita yang ku cintai hingga nanti." Ucap David melepas pelukannya.

Mereka pun menikmati suasana malam yang indah hanya berdua saja di atas mobil mereka melihat kebahagiaan orang-orang yang berada di sana, hari semakin gelap mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung dan segera masuk ke dalam mobil melesat jauh dari pasar malam yang sangat ramai melanjutkan perjalanan mereka menuju Bandung. Rinjani menatap keluar jendela memperhatikan jalanan yang mereka lewati dan mendapati beberapa pria sedang melajukan motornya dengan kecepatan tinggi di samping mobil mereka, David menambah laju mobilnya di jalan yang sangat sepi dan jauh dari rumah warga Rinjani duduk tenang dan santai dengan situasi mereka saat ini David semakin menambah laju mobilnya hingga tertinggal jauh dari mereka yang berusaha menghadangnya dan kembali di laju rata-rata.

"Mereka mau apa sihh sebenarnya." Kesal Rinjani.

"Mereka itu mau balapan liar cuman karena kita menghalangi mereka." Tebak David.

"Dasar bocah pada nga sayang nyawa kali ya."

"Kamu kok jadi kesal gitu lagian mereka kan udah nga ada."

"Gimana gua nga kesal coba mereka itu balapannya di jalan raya kalau jatuh nyusahin orang lain ka berabe."

"Kamu lucu juga kalau lagi kesal gitu." David mencubit pipi tembem Rinjani.

Mereka tertawa bersama Rinjani kembali terlelap sampai di kediaman kakeknya David memasukan mobilnya ke dalam garasi segera turun dari dalam mobilnya, dengan perlahan David membawa Rinjani dalam pelukannya ala bridal style memasuki rumah mewah Rinjani dia terus berjalan dan menyalakan lampu yang sedari tadi begitu gelap dan juga sepi David terkejut melihat Rani Gladis dan juga kakeknya berada di bawah lantai dengan keadaan tidak sadarkan diri dan juga di dalam rumah begitu berantakan. David membaringkan Rinjani secara perlahan di atas sofa mencoba membangunkan Rani namun tidak sadar juga dengan terpaksa David membangun kan Rinjani yang terlelap dalam tidurnya, David menggoyangkan sedikit tubuh kekasihnya Rinjani yang merasa sentuhan David segera bangun dari tidurnya mengucek-kucek matanya melihat keadaan rumahnya yang sangat berantakan dan melihat keluarganya dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Rani bangun Rani bangun." Rinjani menggoyangkan tubuh adiknya.

"Sepertinya mereka pingsan kita bawa mereka semua segera ke rumah sakit." Ucap David.

"Kamu benar kita harus bawa mereka ke rumah sakit."

David segera membawa Gladis masuk ke dalam mobil dan kembali membawa kakeknya masuk ke dalam mobilnya sedangkan Rinjani membawa Rani ke dalam mobilnya segera melesat jauh dari rumah, Rinjani mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya mencari nama Dimas dan menekan tombol hijau. Deringan pertama Dimas tidak menjawab Rinjani kembali mencoba dan deringan kedua pun sama tidak ada jawaban Rinjani semakin kesal dan panik menambah laju mobilnya menuju rumah sakit, David menyusul laju mobil Rinjani yang semakin cepat hingga tak kelihatan lagi David berusaha menenangkan dirinya dan kembali menambah laju mobilnya hingga sampai di depan rumah sakit.

Mereka segera membawa keluarganya masuk ke dalam rumah sakit dan membaringkan tubuh mereka di atas tempat tidur semua suster dan juga dokter yang berjaga malam segera membawa keluarga Rinjani masuk ke dalam ruangan UGD, Rinjani berusaha tenang dan juga tidak panik dengan keadaan keluarganya Dimas yang baru saja selesai dengan rapat penting dengan petinggi pemegang saham di kantor tuan Arya berjalan keluar ruangan merogoh kocek saku celananya mengambil ponselnya melihat nama Rinjani beberapa kali menghubunginya. Dengan penasaran Dimas kembali menghubungi Rinjani namun tidak menemukan jawaban Dimas semakin penasaran dan kembali menghubungi Rinjani namun tidak ada jawaban, dia pun menghubungi nomor David dan deringan pertama David menekan tombol hijau dan memberikan ponselnya kepada Rinjani.

"Kamu di mana sekarang." Ucap Rinjani dengan suara dinginnya.

Dimas menelan Silvanya mendengar suara Rinjani." Maaf lady saya berada di kantor sedang mengadakan rapat penting." Ucap Dimas dengan gugup.

"Saya mau kau cari tahu siapa yang berani mengganggu keluarga ku dan saya mau informasi itu secepatnya." Rinjani mematikan sambungan teleponnya.

Dimas merasa bersalah dengan situasi yang di hadapi Rinjani dan segera berjalan masuk ke dalam ruangannya untuk mencari tahu siapa orang yang berani masuk ke dalam kediaman bos besarnya dan meretas cctv kediaman tuan Arya, Dimas merasa bersalah dengan situasi yang di hadapi Rinjani dan segera berjalan masuk ke dalam ruangannya untuk mencari tahu siapa orang yang berani masuk ke dalam kediaman bos besarnya dan meretas cctv kediaman tuan Arya, Dimas terus mencari informasi yang dibutuhkan oleh Rinjani hingga memperhatikan rekaman cctv setiap sudut rumah tuan Arya dan mendapati beberapa orang memasuki kediamannya dengan penutup wajah berjalan masuk ke dalam rumah seperti maling. Beberapa dari mereka ada yang menjaga situasi selama teman-temannya berada di dalam rumah nampak beberapa orang memukul kepala tuan Arya dan juga Rani namun hal berbeda di lakukan dengan gadis bertubuh mungil itu, mereka membawa Gladis masuk ke salah satu ruangan berbeda dan terus mengawasi selama teman mereka berada di dalam ruangan.

Tak lama kemudian Gladis keluar dengan santai bersama seorang pria paruh baya dan membawa sebuah berkas di salah satu tangannya, Dimas mengecek salah satu rekaman cctv ruang kerja tuan Arya dan melihat Gladis masuk ke dalam dengan berjalan hati-hati membuka salah satu brankas milik tuan Arya dan mengambil beberapa berkas yang berada di dalam brankas. Dimas dibuat bingung dengan tingkah laku Gladis yang berpura-pura di pukul oleh salah satu dari mereka dan pingsan tak sadarkan diri, Dimas segera berjalan keluar ruangan menuju lift berjalan keluar lift menuju parkiran mobil melewati lobi yang sedang begitu banyak karyawan sedang bergosip.

Dimas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Rinjani untuk segera mencari bukti apa saja yang mereka ambil dalam rumah tuan Arya, Rinjani semakin khawatir dengan kondisi mereka yang belum juga keluar dari dalam ruangan UGD berbeda dengan Rani dan juga kakeknya Gladis lebih dulu sadar dan juga keluar dari dalam UGD dan berada di dalam kamar rawatnya. Rinjani senang dengan keadaan gadis itu yang baik-baik saja dan kembali mengkhawatirkan kakek dan juga adiknya yang belum juga keluar dari dalam ruangannya, setelah menunggu cukup lama kakek dan juga adiknya di bawa keluar oleh dokter yang menangani mereka di dalam sana dan berjalan mengikuti mereka membawa Rani dan juga tuan Arya masuk ke dalam kamar rawat mereka.

Dokter keluar dari dalam kamar menghampiri Rinjani dan David yang terlihat kacau memikirkan kondisi keluarganya.

"Kalian tidak perlu khawatir dengan kondisinya mereka akan segera sadar besok pagi."

"Tapi mereka mengalami cedera di area kepala mereka apa dokter yakin kalau adik dan kakek saya akan baik-baik saja."

"Sejauh pemeriksaan mereka nampaknya baik-baik saja hanya karena benturan keras di kepala mereka makanya mereka pingsan selama ini saya akan memeriksa ulang kondisi mereka."

"Baiklah terima kasih atas kerjasamanya." Ucap David.

Dokter itu pun pamit undur diri segera berjalan menuju ruangannya meninggalkan mereka yang tengah duduk di depan kamar inap Rani, David menenangkan Rinjani agar tidak begitu khawatir dengan kondisi keluarganya.

"Sebaiknya kamu istirahat dulu ya dokter kan juga udah bilang kalau Rani dan opa baik-baik saja."

"Nga aku mau nungguin mereka sampai sadar."

"Tapi kamu juga harus menjaga kesehatan kamu Rinjani." Ucap David berusaha membujuk kekasihnya.

"Kalau aku bilang nga ya nga kamu aja sana pulang istirahat nga usah mikirin aku." Kesal Rinjani berjalan masuk ke dalam kamar Rani.

David hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Rinjani yang sedang khawatir dengan kondisi keluarganya dan Kembali masuk ke dalam kamar Rani menyusul langkah Rinjani, satu pasang mata bahagia melihat mereka yang sedang bertengkar kecil dengan keadaan keluarga Arya saat ini. Rinjani menggenggam tangan adiknya menangis tersedu-sedu dengan kondisi mereka yang belum juga sadar dari pingsannya Rinjani terus menggenggam tangan Rani hingga tertidur di sebelah Rani begitu pulas, David keluar kamar mandi mendapati Rinjani tertidur pulas dengan mengenggam tangan Rani dan berusaha membawa Rinjani istirahat di atas sofa dengan hati-hati David merebahkan tubuh Rinjani di atas sofa dan mengecup kening kekasihnya merebahkan tubuhnya yang sangat lelah di sebelah Rinjani.

Mentari menyapa dua sejoli ini yang belum juga tersadar dari tidurnya Rani yang merasakan sinar mentari memasuki kelopak matanya segera tersadar dari tidurnya membuka matanya secara perlahan mengedipkan sesekali matanya mengedarkan pandangannya, melihat kaknya bersama David sedang tidur pulas di atas sofa Rani membenarkan posisinya memperhatikan mereka yang asik tidur berdua di atas sofa Rani tertawa kecil dengan tingkah mereka yang sangat mengemaskan. Rani mengumpulkan nyawanya untuk segera beranjak masuk ke dalam kamar mandi kepalanya masih saja terasa begitu berat untuk berjalan dengan hati-hati Rani turun dari atas tempat tidur memengangi apa saja yang mampu menopang tubuhnya, Rani berjalan perlahan dan merasakan rasa sakit bagian belakang kepalanya namun berusaha untuk berjalan masuk ke dalam kamar mandi tak berselang lama Rani masuk ke dalam kamar mandi Rinjani tersadar dari tidurnya membuka matanya beranjak dari sofa melihat kekasihnya yang sedang tertidur pulas.

Rinjani mengedarkan pandangannya tak menemukan adiknya di atas tempat tidur segera membangunkan David yang masih saja tidur pulas.

"David bangun." Teriak Rinjani.

David segera bangun kalang kabut berlari kesana kemari." Ada apa mana apinya." Ucap David berlari kesana kemari.

Rinjani bengong dengan tingkah David yang sangat lucu membuatnya tertawa terpingkal-pingkal." Kau ini kenapa seperti cacing kepanasan." Tawa Rinjani memenuhi kamar Rani.

"Kau yang kenapa membangunkan orang seperti itu." Kesal David duduk di sebelah Rinjani.

"Kau nya aja tidur kek kebo kamu tahu nga Rani ke mana." Tanya Rinjani.

"Kau ini bodoh atau apaan sihh gua kan tidur mana tau Rani ke mana." Jawab David sambil menguap.

"Ngomong sama Lohh itu kaya ngomong sama tembok tau nga males gua ngomong sama Lohh." Ketus Rinjani berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Rinjani berteriak ketika berpapasan dengan Rani yang hendak keluar kamar mandi membuat Rani terkejut dan terjatuh ke bawah lantai.

"Aduhh." Ringisan Rani.

"Astaga Rani Lohh ngapain di bawah." Ucap Rinjani.

"Tidur udah tau jatuh malah balik nanya." Kesal Rani bangkit dari duduknya.

"Luhh sihh keluarnya tiba-tiba ya gua kaget lahh."

"Udah sana gua mau lewat." Rani sedikit menyenggol lengan kaknya berjalan naik keatas tempat tidurnya.

Rinjani berjalan masuk ke dalam kamar mandi tanpa rasa bersalah sudah menjatuhkan Rani hingga tersungkur ke bawah lantai, David menggelengkan kepalanya melihat sikap Rinjani yang selalu saja menyebalkan segera berjalan menghampiri Rani di atas tempat tidurnya.

"Kamu nga papa kan."

"Iya aku nga papa kok."

"Bagaimana bisa Lohh sama opa bisa pingsan seperti itu." Tanya David menyelidiki.

"Seingat aku beberapa orang masuk ke dalam rumah nga tau nyari apa dan mukul kepala aku dan opa hingga pingsan." Ucap Rani mengingat kejadian itu.

"Pasti mereka mengambil sesuatu dari kediaman kalian dan pasti benda yang sangat penting nga mungkin kan mereka masuk hanya untuk merampok benda-benda berharga kalian." David semakin curiga dengan mereka.

"Sepertinya begitu aku juga nga tau mereka mengambil apaan selama aku opa dan Gladis pingsan." Terang Rani.

Rinjani hanya mendengarkan penjelasan Rani tentang kejadian mereka dan memikirkan para pelaku yang masuk ke dalam rumahnya Rinjani teringat dengan mimpi yang melihat beberapa orang sedang memasuki rumahnya dan mengambil sesuatu dari dalam brankas, Rinjani berjalan keluar kamar mandi berpura-pura tidak mendengar percakapan mereka segera duduk di sofa memandangi Rani dan David yang sedang berbicara. Tiba-tiba pintu kamar Rani terbuka lebar memperlihatkan gadis mungil berjalan masuk memengangi selang infusnya menuju tempat tidurnya wajahnya nampak pucat dengan kejadian yang menimpa mereka.

"Gladis." Ucap Rinjani berjalan menuju arahnya.

"Kak Rinjani." Sapa Gladis memeluk Rinjani.

"Kamu kok jalan-jalan kan belum boleh kata dokter sekarang kamu kembali ke kamar ya Kaka Rinjani yang anterin." Ucap Rinjani memainkan rambut panjang Gladis.

"Aku bosen di kamar makanya jalan-jalan ke sini oh iya opa di mana." Gladis mencari-cari sosok pria paruh baya yang selalu menjaganya.

"Opa ada kok gimana keadaan kamu." Sahut Rani.

"Udah mendingan kak Rani gimana udah enakan ka." Gladis berjalan menghampiri Rani.

"Udah kok kamu kenapa kok jalan-jalan harusnya kan kamu itu istirahat." Ucap Rani.

Mereka semua berbincang tentang kejadian yang menimpa mereka waktu itu Rani menceritakan semuanya awal dan juga akhirnya mereka pingsan tak sadarkan diri, Rinjani pun sudah menghubungi Dimas persoalan cctv dan telah mendapatkan bukti dan informasi penting terkait dugaan seseorang untuk membuat keluarga mereka berantakan. Gladis mulai cemas perihal cctv yang telah di temukan oleh tangan kanan Rinjani dia pun berpamitan untuk kembali ke dalam kamarnya untuk beristirahat, Rinjani mulai curiga dengan tingkah Gladis yang terlihat cemas dan panik dengan situasi ini dan segera mengunjungi kakeknya yang tak jauh dari kamar adiknya Rinjani berjalan keluar kamar membuka pintu kamar kakeknya yang sudah lebih dulu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita bertubuh mungil berusaha melepaskan semua alat medis yang berada di tubuhnya. Rinjani berlari masuk dan memberikan satu bogem mentah tepat di wajahnya hingga tersungkur ke bawah Gladis terengah-engah dengan nafas yang memburu, Gladis mengusap buliran cairan merah di sudut bibirnya dan tertawa lepas di dalam kamar tuan Arya.

"Kau ternyata pintar juga."

"Diam kau gua nga nyangka kalau Lohh tega melakukan ini semua sama keluarga gue." Bentak Rinjani.

"Kalian terlalu baik dengan orang yang baru kau kenal dan sekarang kau tidak bisa apa-apa." Tanya Gladis mendekati Rinjani.

Rinjani memberikan satu bogem mentah di wajah cantik Gladis namun bisa di tepis dengan baik perkelahian pun tak terelakkan mereka saling melepaskan emosi satu sama lain hingga barang-barang yang berada di dalam semuanya hancur lebur hingga tak berbentuk, David segera berlari ke dalam kamar tuan Arya menyaksikan adengan Rinjani dan juga Gladis saling menyerang satu sama lain David bingung dengan mereka yang terlihat sangat emosi dalam perkelahian mereka.

'Hentikan." Teriak David menjadi pusat perhatian semua orang.

Rinjani menoleh ke arah sumber suara membulatkan matanya melihat kekasihnya berada tepat di belakangnya." David." Lirih Rinjani.

"Ada apa sama kalian kenapa saling bertengkar hah." Nada suara David terdengar sangat besar.

"Rinjani mulai menyerang ku kak aku juga nga tau kenapa." Elak Gladis.

"Emang itu benar Rinjani." Tanya David mendekati Rinjani.

"Kau percaya dengannya." Tanya balik Rinjani mulai mendekati David.

"Aku hanya bingung dengan kalian yang berusaha saling menyakiti."

"Karena dia berusaha meleyapkan nyawa opa." Bentak Rinjani.

"Apa." Teriak David." Kau sudah tidak waras kenapa Gladis mau melakukan itu semua."

"Kau tanya dia saja kenapa selang pernapasan opa bisa dia lepas di depan mata gua sendiri." Ucap Rinjani melirik Gladis.

Gladis mulai kehilangan akal dan juga tidak tahu harus bagaimana dan terlihat pucat David mulai curiga dengannya dan terus mendesaknya, tiba-tiba pintu terbuka lebar nampak pria bule berparas tampan bersama seorang polisi intelejen CIA membawa surat penangkapan untuk Gladis.

"Selamat pagi nona." Sapa Dimas menundukkan kepalanya.

"Pagi Dimas, apa kau sudah melakukan tugas yang ku perintahkan." Tanya Rinjani berjalan menuju Dimas.

"Sesuai dengan keinginan anda semuanya sudah berada di dalam surat penangkapan ini." Dimas memberikan sepucuk surat.

Rinjani membuka surat membacanya secara seksama dan tersenyum puas dengan kinerja tangan kanannya yang selalu bisa di andalkan, Rinjani melayangkan jari tangannya semua polisi segera membekap dan mengelintir tangan Gladis ke belakang dan membawanya keluar kamar tuan Arya. Dimas berserta yang lain berpamitan untuk segera mengurus masalah ini di kantor polisi Gladis menatap tajam mata Rinjani sebelum akhirnya di bawa polisi dan menghilang di balik keramaian, David menatap wajah cantik kekasihnya menggenggam tangan dan berjalan masuk ke dalam kamar tuan Arya untuk memeriksa kondisi kakeknya, setelah memeriksa semua baik-baik saja Rinjani kembali ke dalam kamar Rani untuk mengambil barang-barangnya dan pamit untuk menjaga kakeknya Rani tersenyum manis dan mengganggukkan kepalanya Rinjani meminta untuk menemani Rani sementara waktu sebelum mereka di izinkan untuk pulang. David tersenyum mengantar kekasihnya masuk ke dalam kamar kakeknya dan berpamitan kembali ke dalam kamar Rani untuk istirahat dan akan mengurus masalah ini esok hari, Rinjani memeriksa terlebih dahulu kondisi kakeknya sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Rinjani membasuh wajahnya melihat wajahnya dari pantulan cermin mencari-cari kesalahan dari wajah cantiknya air mata itu mengalir begitu saja membasahi pipinya tersungkur ke lantai menangis sejadi-jadinya mengingat semua kejadian yang menimpa keluarganya.

Rinjani berjalan keluar kamar mandi melihat kondisi kakeknya baik-baik saja lalu berjalan menuju sofa merebahkan tubuhnya memejamkan matanya hingga terlelap dalam tidurnya, dalam ruangan gelap Rinjani kembali lagi ke dalam mimpi sebelumnya memberikan isyarat untuk segera mengusut tuntas kasus ini kepada polisi Rinjani berjalan menelusuri lorong-lorong gudang tak terpakai melihat beberapa pria waktu itu bersama seorang pria tua tengah menceritakan rencana mereka, Rinjani terus menerus mendengar semua rencana mereka Rinjani berjalan mengitari mereka duduk di sebelah salah satu dari mereka memandangi wajahnya mencari bukti yang akurat untuk memperkarakan kasus ini agar di usut oleh polisi. Setelah beberapa jam mereka berdiskusi mereka keluar dari dalam ruangan meninggalkan beberapa berkas penting dalam rencana mereka, Rinjani mengambil beberapa berkas yang di butuhkan untuk mengungkap kasus kematian wanita cantik tempo hari bertemu di rumah sakit dan mengungkapkan semua kejahatan mereka yang selama ini mereka kerjakan. Lagi-lagi Rinjani bertukar dimensi Kembali ke dalam kamar tempat wanita cantik yang tengah tidur dengan beberapa alat medis di dalam tubuhnya, Rinjani memperhatikan wanita itu hingga kembali ke dalam alam sadarnya dan membuka matanya secara perlahan mengedarkan pandangannya melihat kakeknya tersadar dalam tidurnya.

Rinjani berjalan menghampiri kakeknya mengucek-kucek matanya bergegas berjalan kearah kakeknya.

"Opa." Ucap Rinjani dengan mata berbinar-binar.

"Rinjani." Lirih kakeknya.

Opa mana yang sakit."

"Opa baik-baik saja sayang." Arya memeluk erat tubuh cucunya.

Rinjani memesan beberapa makanan untuknya dan juga kakeknya mereka sarapan pagi bersama hingga dokter memeriksa semua kondisinya semua nampak baik-baik saja dan bisa pulang hari ini juga, Rani bersama David sedang bersiap-siap untuk mengemas barang-barangnya dan berjalan keluar kamar menuju kamar kakeknya Rinjani sedang mengemasi barang-barang kakeknya dan membantunya naik ke atas kursi roda, akibat benturan yang sangat keras sebagian otot motoriknya tidak berfungsi normal mengakibatkan kondisinya kurang baik dan mengalami struk ringan dan akan kembali dengan sendirinya.

Mereka berjalan menuju lobi rumah sakit di mana Dimas sedang menunggu kami Rinjani semakin terlihat dingin dan cuek tanpa memperdulikan mereka yang sedang menyapanya dengan ramah, David dan juga Rani semakin merasa ada yang aneh dan juga berbeda dari wanita berdarah dingin itu seperti sedang memperhatikan beberapa orang yang melewati mereka, Dimas dengan hormat mengambil alih kursi roda tuan Arya membantunya untuk masuk ke dalam mobil Rinjani bersama David akan mengikuti mereka dari belakang, Rinjani enggan untuk bercerita perihal kasus dan juga mimpinya yang harus segera di tuntaskan David merasa kalau saja kekasihnya ingin menyampaikan sesuatu dan menepikan mobilnya sejenak.

"Mau ngomong apa." Ucap David to the point.

"Aku mimpi tentang wanita yang aku temui beberapa bulan yang lalu di apartemen ku di Jakarta." Ucap Rinjani.

"Kau mimpi lagi apa yang kau lihat di dalam sana." Tanya David.

"Aku cuman melihat wanita itu sedang terbaring lemah dan juga koma di sebuah kamar rumah mewah tapi aku tidak tahu daerah mana."

"Coba kau ingat lagi mungkin ada petunjuk yang bisa kita dapat dalam kasus ini."

Rinjani kembali mengingat mimpinya semalam dan melihat dekorasi rumah yang tidak asing baginya dan melihat beberapa pria yang sedang menjaga rumah itu dengan sangat baik, Rinjani mengedarkan pandangannya melihat beberapa pemukiman warga yang jauh dari rumah mewah itu dan sebuah pohon besar yang tidak jauh dari rumah itu, tiba-tiba pikiran Rinjani mengarah rumah mewah yang mereka datangi beberapa Minggu yang lalu dan nampak sama seperti dalam mimpinya.

"Aku lihat rumah yang waktu itu kita datangi dan bertemu dengan Gladis." Ucap Rinjani memejamkan matanya.

"Apa kau sangat yakin." Tanya David memastikan.

"Sangat yakin dan aku rasa hantu yang berada di apartemen itu mengetahui sesuatu tentang wanita itu."

"Jadi maksud kamu kita harus ke Jakarta."

"Nga perlu kita cuman manggil dia pasti datang." Jawab Rinjani dengan santai.

Tak berselang lama angin bertiup kencang membuat bulu kuduk David merinding suasana mulai mencengangkan, Rinjani memejamkan matanya mengucapkan sebuah kata dan munculah wanita pemilik apartemen itu dengan cantiknya duduk di belakang mereka Rinjani membuka matanya melirik spion nampak hantu itu sedang tersenyum kepada mereka.

"Ngapain Lohh senyum-senyum gitu."

"Lahh Luhh yang manggil juga." Ketus wanita itu.

"Iya gua udah dapet wanita yang Lohh maksudkan selanjutnya gua harus gimana." Tanya Rinjani tanpa menoleh kebelakang.

"Sebaiknya kau bergerak cepat dengan petunjuk dalam mimpi Lohh itu, dan carilah sebuah ruangan di mana mereka menyimpan beberapa berkas yang bisa kau gunakan untuk membuat laporan kepada polisi."

"Baiklah terima kasih." Ucap Rinjani.

Wanita itu hilang dengan cepat meninggalkan sebuah surat dan juga sebuah foto wanita cantik, Rinjani memperhatikan wajahnya yang tidak asing baginya mengingat wanita di dalam mimpinya. David yang merasa ada yang aneh membuka matanya perlahan melihat Rinjani tengah menatapnya dengan heran dan segera membernarkan posisinya.

"Ngapain Lohh liat gua kek gitu." Tanya David dengan gugup.

"Dihh luhh kan pacar gua apa salahnya gua liat Lohh kek gitu, atau jangan-jangan Lohh takut ya sama hantu yang tadi." Goda Rinjani.

"Berisik aja luhh kita pulang sekarang." David kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Rinjani tertawa geli dengan ekspresi wajah kekasihnya yang pucat akibat ulahnya dan kembali mengingat ucapan hantu tadi hingga menatap kosong ke depan, sesekali David melirik Rinjani dan kembali fokus dengan jalanan di depannya, tiga puluh menit berlalu mereka akhirnya tiba di depan kediamannya David berjalan keluar mobil hendak membukakan pintu mobil untuk kekasihnya namun Rinjani membuka dengan sendirinya, David menahan tangan Rinjani yang hendak masuk memandangi wajahnya memeluknya dengan erat.

"Apa pun yang ingin kau ceritakan tidak usah ragu aku akan selalu ada untukmu." Ucap David mengecup kening kekasihnya.

"Aku cuman ingin segera menuntaskan kasus ini dan menghukum pelakunya seadil-adilnya." Rinjani berjalan masuk.

"Aku yakin kau akan menjadi pengacara yang hebat." David mengacak-acak rambut Rinjani dengan pelan

"David rambut aku nanti rontok tau." Kesal Rinjani berjalan masuk.

Setelah makan malam bersama David berpamitan kepada tuan Arya dan juga dua wanita cantik dan segera bergegas menuju kediamannya, Rinjani mengantarkan kakeknya untuk istirahat dan merebahkan tubuh Kakeknya di atas tempat tidurnya meninggalkannya usai terlelap dalam tidurnya. Rinjani berjalan keluar kamar menuju ruangan kerja kakeknya masuk dengan cepat nampak Dimas sedang menunggunya dengan beberapa teman lainnya, Rinjani membahas perihal kasus dan juga wanita yang berada di dalam mimpinya yang akan mereka usut besok pagi.

"Saya mau kalian mencari kamar wanita yang berada di dalam foto ini pantau terus jangan sampai kecolongan lagi."

"Baik lady apa kita harus menyelinap atau menyamar sebagai penjaga."

"Saya rasa itu tidak perlu kalian hanya perlu mengintai pria ini." Rinjani menyodorkan sebuah foto pria.

"Baiklah kalau begitu kami pamit dulu lady." Ucap Dimas memberikan hormat kepada Rinjani.

Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya berjalan keluar ruangan berjalan menuju kamarnya Rinjani membuka pintu kamarnya merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya melihat beberapa mimpi yang akan datang menghantuinya, Rinjani hanya tersenyum simpul memejamkan matanya sejenak hingga terlelap dalam tidurnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!