Hari ini Fani dan juga gengnya tengah menunggu masa-masa Rinjani bersama Rani untuk keluar dari kampus mereka Nadine yang belum tahu kegagalan anak buahnya berjalan dengan enteng melewati Mading dan terkejut melihat beberapa foto tentang dirinya bersama seorang pria berada dalam satu kamar alih-alih ingin mempermalukan Rinjani dan Rani malah dirinya dan Fani yang di permalukan. Fani mulai geram melihat fotonya berada di Mading kampus yang tengah jalan bersama seorang om-om yang membuat semua orang tidak percaya dan segera membersihkannya bahkan dalam forum kampus mereka menjadi topik terhangat Nadine dan Fani menukar pandangan dan berjalan menuju parkiran meninggalkan kerumunan yang menceritakan tentang berita yang baru saja mereka lihat. Semua mahasiswa memberikan mereka cibiran dan juga sindiran mutlak membuat Fani dan Nadine merah padam dan terus berjalan tidak menghiraukan semua ucapan mahasiswa seluruh kampus malu marah jadi satu dan segera berjalan ke arah parkiran dan menatap tajam mata Nadine Fani mendekati Nadine.
"Apa ini yang kau lakukan mempermalukan kita sendiri apa kau tidak punya pikiran hah." Fani menarik kera baju Nadine.
"Gua nga tau tentang itu semua sumpah anak buah yang gua perintahkan memasang foto Rinjani dan Rani di Mading kenapa malah foto kita berada di sana." Ucap Nadine dengan nada serius.
"Bagaimana bisa menjadi foto kita kalau anak buah kau itu bekerja dengan baik dasar anak buah kau itu nga becus saja." Kesal Fani dan membuang semua benda berada di area parkiran.
Perdebatan mereka menjadi topik trending satu kampus Rinjani dan Rani yang membaca berita di forum kampus merasa puas dengan kinerja mereka, Rani dan Rinjani sengaja datang lebih awal untuk memasang foto Fani dan Nadine yang mereka dapatkan dari mata-mata yang teruji dengan kehebatan memata-matai seseorang Rinjani hanya tertawa kecil melihat berita itu dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kampusnya. Rani tiba lebih dulu dari Rinjani dan tidak sengaja melihat perdebatan antara Nadine dan juga Fani tentang foto mereka yang tiba-tiba saja berada di Mading Rani hanya tersenyum puas dan keluar dari dalam mobilnya dan berjalan dengan santai melewati mereka yang masih terlihat geram dengan Rani dan kaknya Fani menahan langkah Rani dan berusaha untuk melukainya namun masih bisa di cegah oleh Angga dan thisa yang memperhatikan sejak awal.
"Lepaskan tangan kau dari lengan gua." Teriak Fani yang telah terselut emosi.
"Tidak akan gua lepas kan kalau kau masih saja mengganggu Rinjani dan juga Rani mengerti kan Lo." Ucap Angga dengan serius menambah cengkraman tangannya.
"Ini bukan urusan Lo jadi nga usah ikut campur dengan urusan kami." Fani semakin emosi dan meronta-ronta untuk di lepaskan.
Angga yang merasa terganggu dengan suara bising Fani segera melepas tangannya tanpa sengaja Fani terjatuh dan menjadi tertawaan anak kampus." Aduhh maaf ya gua nga sengaja." Ucap Angga dan mengulurkan tangannya untuk membantu Fani.
Nadine menepis tangan Angga dengan kasar membantu Fani berdiri dan menatap tajam kearah mereka." Kau dan Ken itu selalu saja ikut campur dengan urusan kami jadi jangan salahkan kami kalau kau akan merasakan sakit yang sama dengan sahabat Lo itu tunggu saja." Ancamannya dan berjalan melewati mereka pergi dari sana membawa Fani untuk mengobati tangannya.
Rinjani yang baru saja tiba dan tidak sempat melihat adengan itu segera memparkirkan mobilnya dan segera turun dari dalam mobil berjalan menuju arah Angga dan yang lainnya yang tengah bahagia dan tertawa lepas.
"Ada apa nihh kok kalian senang gitu." Ucap Rinjani tiba-tiba.
"Dihh luhh sih datangnya lama kan jadi nga sempat dehh ngeliatin Nadine dan Fani jadi tertawaan anak-anak." Sahut thisa di iringi tawa.
"Oh ya kalian aja yang nga mau nungguin gua tau." Pergi dari sana dan berjalan melewati kerumunan orang-orang yang berada di depan Mading.
Fani hanya menahan rasa malunya yang sekian kalinya akibat ulah Nadine yang begitu lalai dalam menjalankan tugas darinya di dalam UKS kampus Nadine tengah mengobati luka di lengan Fani dengan hati-hati menaburkan salep anti bekas dan nyeri agar segera kering dan baik-baik lagi.
"Kau liat kan kita di permalukan lagi kapan sih Lo itu bekerja dengan baik kenapa selalu saja kita yang kembali dipermalukan kalau kau tidak bisa bekerja dengan becus mending kau pergi dari sini." Hardik Fani yang menahan amarahnya.
"Apa kau bisa tidak menyalahkan ku gua udah bekerja dengan baik mana gua tau kalau saja mereka bertindak lebih dulu dari kita kau kan tau Rinjani itu licik." Kata Nadine yang tidak terima dengan tuduhan Fani.
Fani hanya diam saja memikirkan langkah selanjutnya untuk benar-benar membuat Rinjani dan Rani malu darinya dan di keluarkan dari kampusnya sendiri Fani hanya mengepalkan tangannya yang tidak terima di permalukan kesekian kalinya dan pergi dari UKS kampus. Rinjani tengah berada di dalam kelasnya tengah duduk santai melihat lihat sebuah baju yang cocok dengannya akibat dosen tidak masuk karena alasan tertentu membuat teman-teman Rinjani bosan dan mencari hiburan sendiri di dalam kelas mereka, sebuah kehebohan terjadi di luar lapangan basket yang menjadi pusat perhatian semua orang dua idola kampusnya tengah mengadakan perlombaan basket yang di ikuti seluruh universitas terbaik di Bandung. Rani menghampiri Rinjani hendak mengajaknya untuk ikut menonton alih-alih ingin mengajak Rani dan Angga tidak menemukan keberadaan Rinjani di mana-mana membuat mereka kesal setiap kali Rinjani hilang pasti mereka akan kerepotan, karena tidak ingin melewati pertandingan Ken dan Brama thisa Rani dan Angga berjalan menuju lapangan di mana kehebohan para kaum hawa tengah menonton life streaming para idolanya yang tengah dengan coolnya bermain basket.
Rinjani yang lebih dulu berada di sana duduk dengan santai memakai headphone sambil menonton keseruan anak kampus yang bersorak-sorai melihat tingkah Bram dan Ken yang begitu asik berlatih basket, thisa yang tidak sengaja melihat kehadiran Rinjani di tengah-tengah fans fanatik dua idola kampus mereka di buat terkejut karena mereka dengan susah payah mencarinya malah dia dengan santainya duduk bersantai di kursi penonton menyaksikan latihan Ken dan Brama di sana Rani berdengus kesal dan berjalan menuju kaknya yang tengah asik menonton adengan Ken dan Brama.
"Enak ya Lo nonton di sini Sedangkan kita kerepotan mencari Lo ke mana-mana ternyata di sini." Rani mencubit lengan Rinjani hingga meringis kesakitan.
"Ganggu aja Lo lagian ngapain juga Lo nyariin gua." Ucap Rinjani dengan santai.
"Kita takut kalau Fani dan Nadine ngapa-ngapain luhh ehh taunya enak-enak di sini." Timpal Angga duduk di samping Rinjani dan thisa.
"Mereka mana bisa melawan gua." Menyombongkan dirinya dan menatap ke depan memperhatikan Ken dan Brama.
Mereka akhirnya menikmati permainan basket yang di adakan oleh pihak kampus mereka, semua lawan yang menghadapi tim Ken dan Brama lawan yang sangat kuat dan juga tidak mudah di kalahkan bahkan banyak yang gugur melawan tim dari universitas xx yang bermain dengan bagus dan juga pandai membawa bola Fani dan Nadine yang baru saja sampai tidak sempat melihat tim Ken Brama dari awal karena harus bertemu dengan dosen pembimbing mereka yang akan mereka hadapi di ujian skripsi nanti. Brama yang melihat kehadiran Rinjani dan yang lainnya tengah menonton timnya hanya tersenyum simpul melihat Rinjani yang begitu cantik dari semua kaum hawa yang berada di sana matanya terus menatap kearah wanita cantik yang duduk di tengah-tengah fansnya Fani yang melihat tatapan Brama yang mengarah kepada Rinjani di buat kesal karena Brama hanya mau menatap Rani dan Rinjani saja Nadine tau jika temannya saat ini tengah kesal makanya dia lebih baik diam dan memperhatikan Ken yang tengah duduk bersama timnya.
Rani yang juga memperhatikan tatapan Brama menuju arah Rinjani hanya diam saja ada rasa aneh berada di hatinya namun berusaha menepisnya dan memperhatikan semua tim basket yang tengah bertanding, kini tim basket Ken masuk final dan akan melawan tim paling kuat dari universitas xx yang masuk dalam final dengan skor yang lumayan tinggi dari mereka Brama fokus dengan pria tampan idola semua wanita yang begitu pandai dan juga kuat melawan semua tim yang berhasil di gugurkan dengan skor yang mereka miliki. Rinjani yang tidak yakin dengan tim Ken akan menang hanya diam dan memperhatikan teman-temannya tengah bertanding di area lapangan dengan susah payah mengejar skor yang tertinggal Brama dan Ken di buat kewalahan menghadapi pria tampan yang begitu pandai meraih bola dengan mudah dan memasukkan bola ke dalam ring tidak pernah meleset membuat mereka takjub akan dirinya berbeda dengan yang lain begitu takjub dengan pria itu Rinjani hanya biasa-biasa saja dan memperhatikan tim Ken yang sudah sangat lelah melawan mereka.
Rinjani turun dari kursi penonton menuju arah pintu keluar Rani berpikir jika Rinjani bosan dengan pertandingan ini dan memilih keluar namun dugaannya salah Rinjani menuju ruang ganti pemain dan memakai baju basket yang di berikan pelatih Ken sebelum pertandingan karena coach yakin dengan permainan basket Rinjani yang begitu bagus saat bermain tidak sengaja memperlihatkan cara bermain Rinjani dan bolanya selalu masuk tanpa meleset ke ring. Sebagian mahasiswa ada yang heran dan ada yang meremehkan dirinya yang akan kalah dan bikin malu tim Ken dan Brama yang telah kalah skor dari kampus xx namun bukan Rinjani namanya kalau dengan mudah kalah dengan santainya masuk ke dalam lapangan mengganti kan salah satu tim Ken yang cukup cedera dari pertandingan awal Ken yang tidak tahu jika Rinjani akan bermain hanya diam saja dan menatap tajam manik mata Rinjani berbeda dengan Ken Brama malah di buat senang Dengan kehadiran Rinjani. Fani semakin kesal karena tanpa sepengetahuaunya dan semua anak kampus Rinjani telah terpilih menjadi bagian tim basket kampus dengan kemampuannya yang cukup pandai bermain bola basket Rani dan yang lainnya di buat tercengang dengan tingkah Rinjani yang tidak pernah menceritakan hal ini dengannya Rinjani melewati pria yang baru saja memperhatikan wajah cantiknya dan tertawa kecil melihat Rinjani yang begitu santai masuk ke dalam lapangan.
"Apa nga ada pengganti lain kenapa harus wanita seperti dia yang masuk ke dalam timnya." Ucap pria itu menatap remeh kepada Rinjani.
"Nga usah banyak bicara mending kau tutup mulut Lo itu dan segera selesaikan pertandingan ini gua malas liat muka so Lo itu." Ucap Emeli tak kalah meremehkan pria itu.
Prirrrttt
Bunyi peluit panjang di senandung kan oleh wasit menandakan bahwa permainan di mulai Rinjani berlari membawa bola dan berusaha untuk menghindari pria itu dan memasukkan bolanya dan masuk membuat suasana lapangan riuh dengan teriakan fans fanatik Brama dan Ken, Rinjani hanya tersenyum kecil melewati pria itu peluit kedua pun berbunyi kini giliran David membawa bola menuju ring Ken namun masih bisa di ambil alih oleh tim Ken Rinjani membawa dan mengoper sesekali kepada Ken dan Brama dan masuk lagi hingga skor mereka seimbang. Hampir sepanjang pertandingan Rinjani terus memasukkan bola hingga di menit terakhir membuat tim Ken dan Brama menang telak dengan bantuan Rinjani di dalamnya Ken menampilkan senyuman manisnya membuat para kaum hawa meleleh seketika bahkan Nadine di buat baper dengan senyuman Ken yang baru saja lihatnya meskipun senyuman itu buat Rinjani namun mereka senang dengan senyuman idola mereka.
Rinjani melewati David dengan senyuman kemenangan di wajah cantiknya membuat David geram dan kesal dibuatnya Rinjani menuju ruang ganti dan segera pergi dari sana namun langkahnya terhenti ketika menemukan semua teman-temannya berada di depan pintu ruang ganti baju, Rinjani tahu dengan tatapan itu hanya memutar bola matanya malas dan melewati mereka begitu saja keluar dari ruangan Rani menyusul langkah kaknya yang tiba-tiba berhenti begitu saja ketika bertemu dengan David idola wanita kaum hawa yang melihatnya Rani memperhatikan mereka dari jarak yang begitu dekat dan ingin mengetahui hubungan mereka Rinjani merasa jengah dengan pria tampan di hadapannya saat ini.
"Minggir gua mau lewat Lo menghalangi jalan gua." Ucap Rinjani sedikit mendorong tubuh David.
David menggenggam tangan Rinjani hingga terjatuh ke bawah namun dengan sigap David menangkap tubuh Rinjani hingga mereka saling berpandangan satu sama lain membuat semua orang iri dengan keromantisan mereka di tengah-tengah lapangan bahkan Rani dan thisa hampir pingsan di buatnya dengan adengan kaknya bersama seorang pria untuk pertama kalinya detak jantung mereka berdetak begitu sangat cepat hingga ingin keluar dari dalam tempatnya mata mereka saling bertatapan satu sama lain ketiga pria tampan yang memikat hatinya duluan oleh Rinjani merasa kesal dan tersingkirkan dengan adengan mereka. Fani mengabadikan momen ini dan mengirim ke dalam forum kampus dan menjadi trending topik dengan waktu lima menit saja Rinjani segera tersadar dan mendorong tubuh kekar David hingga terjatuh akibat dorongannya yang begitu kuat membuat pria tampan itu merintih kesakitan.
"Dasar kau apa kau sengaja agar kita menjadi pusat perhatian semua orang." Bentak Rinjani yang emosi.
"Jangan kepedean luhh udah baik gua bantuin malah marah-marah kaya gini dasar aneh." Kesal David segera berdiri.
"Apa Lo bilang aneh luhh tuh yang so kegantengan padahal mahh pas-pasan doang." Ejek Rinjani pergi dari sana karena merasa malu.
Angga dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Sahabatnya dan segera menyusulnya ke parkiran kampus dalam hati Rinjani tak henti-hentinya bergumam tidak jelas dan menendang ban mobilnya sendiri membuat kakinya sakit akibat ulahnya sendiri.
"Duhh sakit banget dasar cowok so kegantengan mau gua tabok kepalanya." Ucap Rinjani memengangi kakinya yang sakit.
"Jangan terlalu membenci orang kak nanti malah jatuh cinta Lohh." Ucap Rani baru saja datang.
"Kau? sejak kapan kalian di sini apa kalian itu hantu yang selalu datang tiba-tiba nga lama gua jantungan tau nga." Ucap Rinjani berdengus kesal.
"Dihh ada yang marah-marah nga jelas karena jadi topik hangat anak-anak ya." Goda thisa berdiri di samping Rinjani.
"Diam kau dasar bocah ngoceh aja gua pamit dulu mau ke rumah ibu Santi dan Lo bilang sama opa kalau malam ini gua nginap di sana." Melirik Rani dan pamit pergi dari sana.
"Jangan lupa nitip salam ya." Teriak mereka serempak Rinjani hanya melambaikan tangannya dan melesat pergi menuju rumah ibu Santi.
Di lapangan David sedang memantau detak jantung yang semakin berdebar-debar ketika melihat tatapan mata Rinjani yang mampu membuatnya terpesona dengan kecantikan wajahnya di sela-sela lamunannya Ken dan Brama menghampirinya dan menatap tajam mata David melihat kedatangan dua pria tampan yang menjadi idola kampus hanya diam dan memasang wajah seperti biasanya.
"Kalau bukan hal yang penting amat nga usah ngomong." Ucap ketus David.
"Gua cuman mau bilang jauhi teman gua kalau nga Lo bakal tau sendiri akibatnya." Hardik Ken dengan nada serius.
"Kalian itu omong apaan teman kalian yang mana." David masih bersikap santai.
"Wanita yang baru saja kau peluk itu di depan semua orang dia teman baik gua jadi jangan pernah bermimpi untuk dekat dengannya." Kini Brama terlihat lebih serius.
David hanya tertawa kecil dengan tingkah dan ucapan kedua pria di hadapannya seolah-olah seperti pacar Rinjani yang harus menjauhinya." Apa kalian bapaknya atau bodyguardnya kenapa kalian bertingkah seperti pacar dia sih lagian yang mau deketin wanita kaya dia siapa ya kali gua mau." Kilah David walaupun dalam hatinya berkata tidak mau.
"Bagus lah kalau kau lebih sadar diri yuk kita balik di sini sudah panas banget." Ejek Brama dan pergi bersama dengan Ken.
David hanya menatap tajam Kepergian mereka dan memikirkan ucapan Ken dan Brama untuk tidak mendekati Rinjani yang membuat jantungnya berdetak kencang seperti ingin lari maraton di jalan menuju rumah ibu Santi Rinjani di buat Bingung dengan perasaannya sendiri yang berusaha menenangkan hatinya yang ingin lari dari tempatnya mengingat kejadian tadi membuatnya tidak berpikir jernih Rinjani terus melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan menikmati jalanan yang dia lewati di persimpangan jalan Rinjani melihat beberapa anak geng motor yang tengah menghadang seorang wanita muda yang baru saja pulang dari sekolahnya Rinjani menepikan mobilnya dan keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menghampiri mereka yang tengah asik bercanda dan meminta uang dari wanita itu.
"Apa seperti ini pelajaran yang kalian dapatkan di sekolah meminta uang yang bukan hak kalian." Rinjani berjalan santai dan mengangetkan mereka.
"Lihat teman-teman kita kedatangan mangsa baru dan sepertinya dia anak orang kaya." Ucap anak muda salah satu dari mereka.
"Lebih baik kak pergi dari sini saya akan memberikan semua uang saya tapi tolong jangan meminta uangnya lagi." Wanita itu mengambil dompetnya dan mengeluarkan semua isi uang yang di milikinya dan memberikan kepada mereka.
Namun Rinjani merampasnya dan menyimpan kembali uang gadis itu ke dalam saku dompetnya dan menatap satu persatu dari merek." Kalau kalian mau uang belajar yang benar jangan jadi seperti ini kalian melakukan tindakan kriminal mau gua laporin kalian semua sama polisi dan masuk penjara." Hardik Rinjani mengeluarkan ponselnya berpura-pura.
Mereka semua lari dengan segera meninggalkan Rinjani dan gadis itu hingga hilang tak terlihat lagi Rinjani hanya tertawa terbahak-bahak dengan tingkah anak bocah seperti mereka yang ingin menjadi penjahat namun takut dengan polisi, Rinjani melirik gadis mungil dan cantik yang berdiri tak jauh darinya seperti takut akan sesuatu melihat itu ada rasa aneh yang di lihatnya dari gadis itu dan melirik ke sana kemari dan menemukan sosok Laras berada di balik pohon tengah memperhatikan mereka Rinjani melototkan matanya agar hantu itu pergi dari sana namun Laras seperti tidak mengerti dengan isyarat yang di berikan Rinjani padanya dan mulai mendekati mereka membuat gadis itu tiba-tiba memeluk erat pinggang Rinjani dan bersembunyi di balik badan Rinjani yang mampu menutupi keseluruhan tubuhnya yang mungil.
"Gua udah bilang sama luhh kalo muncul kasih kode jangan kek gini tiba-tiba nongol mengagetkan orang aja Luh." Bisik Rinjani tapi masih di dengar dengan gadis itu.
"Kak suruh dia pergi ya aku takut melihat dia." Ucap gadis itu tersedu-sedu.
"Tuhh kan luhh sih nongol kek hantu makanya dia nangis udah sana ngapain masih di situ gua lemparin batu mau." Gertak Rinjani namun Laras masih tidak bergeming.
"Ehh ngoceh aja gua kan emang hantu ya nongolnya nga liat-liat waktu lah oh iya emang dia bisa liat gua." Laras memperhatikan gadis yang bersembunyi di balik tubuh Rinjani.
Rinjani mulai tersadar dengan ucapan Laras tentang gadis yang memeluknya ini Rinjani melepas secara perlahan dan menatap mata gadis itu dan melihat matanya persis dengannya seperti bisa melihat mahluk astral yang tak kasat mata." Apa kau bisa melihat teman kak ini." Ucap Rinjani dengan ragu-ragu gadis itu mengganggukkan kepalanya.
Rinjani dan Laras hanya tertawa kecil dengan tingkah mereka yang seperti anak-anak." Gua udah bilang pergi kenapa masih di situ sih." Kesal Rinjani.
"Iya ini udah mau pergi bawel amat luhh." Pergi dan menghilang begitu saja.
Rinjani melepas pelukannya dan berjalan menuju dalam mobil membawa gadis itu yang masih saja syok dengan semua yang di lihatnya Rinjani melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata agar cepat sampai di rumah gadis yang belum di ketahui namanya, Usai mendapatkan alamat rumahnya Risa keluar dari dalam mobil dan mempersilahkan Rinjani masuk namun karena gelap dan menjelang malam Rinjani menolak dan segera pamit pergi dari sana dan Risa hanya tersenyum dan memandangi Kepergian Rinjani yang hilang di balik hujan yang membasahi bumi. Rinjani waspada dengan jalanan yang mengguyur desa Laras dengan sangat deras Rani yang belum bisa mendapatkan kabar dari kaknya terus berpikir positif dengan keselamatannya Arya yang belum juga tidur berjalan keluar kamar mendapati Rani tengah gelisah dengan ponsel di tangannya.
Kamu belum tidur Adek." Ucap Arya baru saja keluar kamarnya.
Opa Rani belum bisa menghubungi Rinjani sedari tadi dia belum ngabarin gitu opa." Ucap Rani duduk di samping kakeknya.
Kak kamu itu sudah gede jadi bisa jaga diri sendiri jadi kamu tidur Istirahat jangan terlalu kamu pikirkan." Berjalan menuju kamarnya.
Hari semakin larut Rani pun tengah terbaring di sofa ruang tamu dengan menunggu kabar dari kaknya Rinjani yang baru saja datang segera turun dari dalam mobilnya berjalan masuk ke dalam rumah ibu Santi, kedatangan Rinjani di sambut hangat oleh ibu Santi yang begitu bahagia dengan kehadiran Rinjani walaupun masih saja berasa sedih namun secara perlahan mereka mengikhlaskan kepergian Laras yang telah tenang di atas sana. Ibu Santi menyiapkan semua keperluan Rinjani meski bukan anak kandung namun Rinjani sudah membuat hari-harinya bewarna dari sebelumnya Rinjani sampai kaget dengan kamar Laras yang di penuhi dengan barang-barang yang biasa digunakan seketika teringat dengan kematian Laras yang tidak wajar dan meletakkan barang-barang itu ke dalam tasnya memejamkan matanya.
Dunia lain pria yang waktu itu berada di kampusnya sedang makan bersama wanita cantik aku terus memperhatikan mereka hingga mereka pergi dari sana ketika mereka melewati ku seketika aku terkejut melihat wanita itu bersama dengan pria yang bersama Laras, aku terus mengikuti mereka hingga tiba di sebuah rumah mewah dan megah masuk ke dalam kamar mereka dan berhubungan layaknya suami istri aku pun keluar kamar dan berpikir jika mereka sepasang suami istri.
Tapi dia kan pacar dia kenapa dia bersama pria itu ada apa ini sebenarnya." Batin Rinjani.
Wanita itu berjalan keluar kamar menuju dapur mengambil segelas minuman dan menaruh sesuatu yang akan membuat pria itu tidak sadarkan diri, Rinjani pun mengikutinya hingga masuk ke dalam kamar dan melihat pria itu meminumnya seketika dia pun keracunan dan mati di tempat Rinjani pun terkejut dan segera berlari keluar kamar menenangkan perasaannya. Wanita itu keluar dari kamar membawa sebuah berkas penting dan tersenyum manis dan berjalan keluar kamar menuju halaman rumah Rinjani pun masuk ke dalam kamar tak menemukan siapa-siapa berada di dalam kamar itu dan segera berpindah ke dalam mobilnya dan ikut bersama wanita itu tiba di kediaman yang tidak asing baginya dia pun berjalan masuk ke dalam rumah itu dan bertemu dengan seorang pria paruh baya dan tersenyum dengan kedatangannya seperti kedatangannya itu sudah di tunggu-tunggu oleh pria itu Rinjani pun ikut masuk dan bertemu dengan pria itu membulatkan matanya ketika pria itu memanggilnya dengan sebutan putri dengan pria yang tidak begitu asing baginya Rinjani teringat dengan wanita itu yang baru saja melewatinya dan berpikir dengan keras siapa dirinya. Namun dia pun tersadar dari mimpinya dan tubuhnya bergetar di penuhi dengan keringat melihat ke sana ke sini mencari keberadaan Laras yang tak kunjung datang untuk menjelaskan dengannya tentang wanita dan pria paruh baya tersebut, seketika orang yang telah dicarinya berada di sampingnya hingga Rinjani terjungkal dan terjatuh di bawah lantai hingga merintih kesakitan dengan memengangi telapak tangannya yang terasa perih.
Astaga dasar hantu nga ada akhlak banget sih luhh gua kan udah bilang kalau datang itu permisi dulu jangan kek gini." Ucapnya memukul tubuh Laras dengan bantal namun tembus pandang.
Aduhh sakit tau badan gua." Ucap Laras tertawa kecil.
Sakit apaan bantalnya aja tembus gitu nga usah pura-pura luhh." Dercak kesal Rinjani.
Hahaha iya maaf lagaian luhh galak banget sih nga usah marah gitu dong." Laras semakin tertarik menggoda Rinjani.
Sudahlah gua mau nanya nihh penting banget." Ucap Rinjani menatap Laras dengan tatapan serius.
Iya gua tau pasti kau itu mau bahas wanita itu dan pria paruh baya yang tak asing bagi Lo kan." Ucap Laras blak-blakan dan berganti posisi.
Iya gua nga asing dengan wanita dan juga pria itu tapi kenapa dia harus melenyapkan pria yang pernah bertemu dengan ku ada apa sebenarnya." Rinjani benar-benar penasaran dengan ini semua.
Nanti luhh bakal tau alasannya semua tentang harta dan juga wanita itu sebenarnya belum tentu bersalah sih karena pria itu juga memperlakukannya begitu nga manusiawi jadi wajar saja kalau dia begitu marah dan melenyapkannya." Laras menatap arah depan.
Gua nga ngerti dehh jelasin sama gua sekarang." Rinjani menarik narik lengan Laras.
Gua udah bilang nanti luhh tau sendiri alasannya ya udah gua balik dulu dahh." Hilang begitu saja meninggalkan Rinjani dengan seribu pertanyaan.
Ahh luhh mah kek gitu dia sebenarnya siapa dan apa tujuannya gua harus cari tau." Teriak frustasi Rinjani memenuhi isi kamarnya.
Rinjani merebahkan tubuhnya sekiranya bisa masuk ke dalam mimpi itu lagi namun ternyata tidak hingga di tertidur pulas hingga pagi hari jam weker kesayangan Laras berdering sangat kencang hingga membuat Rinjani membuka matanya secara terpaksa dan merenggangkan ototnya berjalan keluar kamar menuju kamar mandi membasuh wajahnya, mumpung ini hari Minggu dan kampusnya libur Rinjani mengajak semua Sahabatnya untuk segera datang mereka akan berpiknik di belakang rumah Laras yang sangat luas cocok untuk mereka piknik Rani dan yang lainnya sedang berada di perjalanan mereka senang bisa piknik lagi bersama seperti jaman SMA mereka sebelum insiden itu terjadi kepada dua bersaudara cantik itu. Khusus hanya Rani dan yang lainnya Ken dan Brama tidak ikut dalam daftar tamu semua telah di siapkan dengan baik mulai dari cemilan dan makanan yang lainnya yang akan mereka masak sendiri di belakang taman dengan bantuan dokter tampan taman belakang Laras cukup terlihat sangat indah dengan lampu yang bertebaran dengan indah di sisi kanan dan kiri. Rinjani sengaja mengajak Kevin dengan permintaan ibu Santi sendiri Rinjani pun tak keberatan dengan kehadiran Kevin yang sangat membantu mereka beberapa hari ini, deru mobil yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba di depan rumah Laras Rinjani berjalan keluar untuk menyambut kedatangan mereka Rani keluar dari dalam mobilnya berjalan masuk dengan membawa makanan dan kue kesukaan ibu Santi dan Rinjani mereka berjalan masuk dan berjalan kearah dapur dan keluar di taman yang sangat luas dan indah dengan dekorasi ala piknik thisa terkejut melihat kehadiran dokter tampan Kevin hingga dibuat pangling dan tersenyum sendiri Rani Menatap tajam arah Kevin dan menarik Rinjani agar menjauh dari mereka dan menatap tajam mata kaknya.
"Gimana sih luhh nga ajakin Ken dan Brama tapi Lo ajak dokter Kevin gimana sih." Rani mulai kesal dengan kehadiran Kevin.
"Bukan gua yang mau dia datang itu permintaan ibu langsung emang kenapa sih kalau dokter Kevin datang." Tanya Rinjani penuh selidik.
"Emang Luh mau kalau di katain perebut pacar orang." Bisik Rani di telinga Rinjani membuat empunya tertawa terbahak-bahak.
"Apa perebut gua nga punya pikiran kesana kali ngaco aja Luh." Masih dengan tertawanya hingga menjadi pusat perhatian semua orang.
"Pelan kan suaranya astaga Anjani kita di lihat semua orang." Mencubit lengan kaknya dan tersenyum kikuk.
"Auu Rani sakit kali sudahlah luhh nga usah berpikir macam-macam paham karena gua nga suka sama Kevin." Berdecak kesal dan pergi dari sana.
Rinjani ikut bergabung dengan mereka yang tengah masak bersama dengan tawa kebahagiaan mewarnai taman ini mereka makan hingga malam hari bahkan Kevin selalu saja membuat semua orang bahagia dengan tingkah konyolnya, Rinjani memperhatikan Kevin hingga tak berkedip dibuatnya Rani hanya diam saja dan menggelengkan kepalanya melihat tatapan kaknya yang begitu susah di artikan saat melihat Kevin Rinjani membuyarkan lamunannya dan kembali fokus dengan makan malam yang kali ini adalah masakan dia menjadi sajian mereka semua Rani membantu Rinjani dalam menyajikan masakannya Rani memperhatikan raut wajah cantik kaknya yang terlihat tidak sehat tidak seperti biasanya. Di saat mereka tengah menikmati makan malam yang mereka sajikan tiba-tiba sebuah mobil sedang memasuk halaman rumah Rinjani dan semua orang berpandangan satu sama lain dan hanya menggelengkan kepalanya Rani bangkit dan berjalan menuju halaman rumah dan terkejut dengan kedatangan dua pria tampan idola kampusnya berada di depan rumah Ken menghampiri Rani yang tengah bengong di depan pintu malam malam begini.
Jangan melamun Mulu nanti kesambet." Ketus Ken berjalan masuk.
Ehhh mau ke mana kalian." Ucap Rani menghalangi jalan mereka.
Mau masuk lah minggir ngapain juga di luhh berdiri di situ." Ucap Brama yang heran dengan tingkah Rani.
Duhh mending luhh pulang dehh kalian nga masuk daftar tamu soalnya." Rani kecoplosan dengan ucapannya.
Daftar tamu? Apa kalian sedang mengadakan makan malam dan tidak mengundang kami begitu." Menerobos masuk melewati Rani.
Rani mengejar kedua pria tampan itu yang semakin jauh masuk ke dalam Ken dan Brama hanya bisa tercengang melihat kedekatan Rinjani bareng Kevin yang terlihat sangat romantis membuat mereka cemburu setengah mati Ken berjalan menuju mereka dan menyingkirkan posisi Kevin dan mengambil alih pekerjaan Kevin membuat semua orang terkejut dengan kedatangan mereka.
"Ngapain Lo di sini." Rinjani kaget dengan kehadiran mereka.
"Ya mau makan lah masa iya mau nyuri." Berjalan melalui Rinjani yang masih diam saja.
"Kalian makan malam bersama tanpa mengundang kami begitu cihh jahat banget sihh kalian." Ketus Brama duduk di samping Rani.
"Kalian kan bukan daftar tamu kali." Rinjani tak kalah ketus.
"Sudahlah kita makan malam bareng yuk tidak usah berdebat gitu nak." Ucap ibu Santi.
Mereka akhirnya menikmati makan malam dengan masakan Rinjani dengan lahapnya Ken dan Brama melahap makanan hingga habis tak tersisa membuat semua orang bengong dengan tingkahnya, Rinjani hanya diam saja memperhatikan mereka yang seperti orang tidak pernah makan setahun dan tertawa kecil melanjutkan makannya dan habis tak tersisa. Malam semakin larut Kevin telah pamit lebih dulu untuk pulang karena pekerjaan yang tidak bisa di tinggal lama ibu Santi telah Istirahat lebih dulu meninggalkan anak muda sedang bercengkrama dengan di iringi tawa dari mereka memenuhi ruang tamu miliknya Rinjani berjalan menuju halaman belakangan duduk seorang diri menikmati indahnya malam dengan taburan bintang yang memenuhi langit di atas, Angga mengedarkan pandangannya tak menemukan Rinjani di antara mereka akhirnya bangkit dan berjalan menuju halaman belakang melihat Rinjani seorang diri tengah menikmati langit malam Angga berjalan menuju Sahabatnya duduk tepat di sampingnya memandangi wajah teduh Sahabatnya.
"Kau kok di sini nga ikut bareng kita." Ucap Angga duduk di samping Rinjani.
"Ehh luhh gua lagi pengen sendiri aja." Ucap Rinjani memalingkan wajahnya.
"Luhh nangis." Angga membalik tubuh Rinjani.
"Nga mata gua kelilipan debu kayanya." Rinjani mengusap air Matanya.
"Nga mungkin ini Lo kenapa nga usah bohong Anjani sama gua." Memandang wajah Sahabatnya.
"Benar dehh mata gua cuman ke masukan debu." Tersenyum manis kepada Angga.
Angga pun hanya diam saja menatap kosong ke depan mereka menikmati malam yang indah hanya berdua saja percakapan mereka di iringi dengan tawa bahagia dengan tingkah lucu Angga yang selalu saja membuatnya lebih baik setelah bersama dengan Sahabatnya meski Angga menaruh hati kepada Rinjani tapi Angga masih bisa menahan perasaan itu saat mereka berdua karena dia pun tau bagaimana perasaan Rinjani kepadanya yang hanya menganggapnya sebagai sahabat dan itu tidak akan berubah sampai kapan pun. Malam semakin malam hujan pun turun membasahi Angga dan Rinjani mereka bermain layaknya seperti anak-anak yang senang dengan bermain hujan Ken dan Brama yang melihat tingkah mereka dibuat bingung dengan mereka yang bermain hujan di tengah malam seperti ini Rani dan thisa ikut heran dengan dua sahabatnya yang bermain hujan di tengah malam karena tidak ingin kaknya sakit Rani menarik tangan Rinjani namun Angga menarik kembali tangannya hingga payung yang di gunakan terbang begitu saja hingga dia pun basah di bawah guyuran hujan. Karena tidak ingin ketinggalan thisa pun ikut bermain bersama ketiga sahabatnya mereka seperti anak-anak yang senang bermain dengan teman-temannya Rinjani menjadi sasaran mereka dengan sengaja melempar balon air yang mereka isi dengan air hujan mereka terus tertawa bersama tidak menghiraukan tatapan mata dua pria tampan yang hanya diam saja melihat mereka.
Cuaca mulai dingin hujan semakin deras akhirnya mereka memberhentikan bermain hujan dan masuk ke dalam Ken dan Brama telah menyiapkan air mandi untuk mereka semua agar tidak sakit nantinya, thisa dan Rani dibuat sebagai ratu yang di siapkan dengan semua keperluannya membuat orangnya baper dengan perhatian manis idola kampusnya Rinjani hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik dan juga teman baiknya setelah selesai bersih Rinjani masuk ke dalam kamar menyusul Rani dan thisa yang sudah lebih dulu tidur dengan lelap di atas kasur. Rinjani merebahkan tubuhnya berharap mimpi itu akan kembali lagi dengan segera Rinjani tertidur lelap menelusuri mimpi yang semalam menghantuinya Rinjani melihat wanita itu lagi bersama ayahnya tengah makan malam bersama dengan seorang pria tampan yang asing baginya Rinjani hanya diam dan memperhatikan mereka yang berbincang-bincang dengan santai membahas soal pria yang telah tiada beberapa waktu yang lalu. Mereka membahas perusahaan seseorang yang akan mereka ambil alih dengan cara apa pun akan mereka lakukan untuk bisa menguasai perusahaan itu dengan mudah seperti dugaan Laras mereka menggunakan wanita itu untuk mengambil alih perusahaan yang tengah besar di dunia bisnis semua investor yang menanamkan sahamnya kepada perusahaan itu karena keuntungan yang di tawarkan cukup besar.
Rinjani mendengarkan setiap ucapan mereka tanpa terkecuali termasuk ketika mereka membahas tentang Abimana aryasatya seorang pengusaha sukses di kalangan kolongmerat yang tengah lagi naik daun di dunia bisnis di Asia, karena tidak ingin kakeknya kenapa-kenapa Rinjani terus mendengarkan rencana mereka yang akan menjatuhkan perusahaan tuan Arya dan mengambil alih perusahaannya seperti yang mereka lakukan kepada ke dua orang tuanya Rinjani mengepalkan tangannya menatap tajam satu persatu orang-orang yang akan berusaha menjatuhkan kakeknya.
"Apa pun yang kalian lakukan dengan keluarga ku aku tidak akan tinggal diam siap-siap saja kalian menerima Balasannya." Batin Rinjani terbangun dari tidurnya.
Keringat lagi-lagi membasahi tubuhnya detak jantungnya tidak begitu beraturan dengan susah payah dirinya mengatur nafasnya agar tidak seperti biasanya, Rinjani melirik jam Dinding yang menunjukkan pukul setengah empat subuh Rinjani bangkit dari tidurnya berjalan keluar kamar di halaman rumah hujan semakin deras tidak ada tanda-tanda akan berhenti akhirnya Rinjani duduk sendiri di halaman rumah memandangi hujan yang tengah membasahi bumi dan alam sekitarnya. Rinjani memikirkan rencana mereka yang akan membuat kehancuran dengan perusahaan kakeknya yang cepat atau lambat mereka akan melakukan itu geram marah menjadi satu emosi memenuhinya kepalanya di saat Rinjani tengah menatap kosong ke depan angin berhembus sangat kencang dan menampakkan wajah cantik Laras berjalan menuju kearahnya dengan mimik wajah yang tidak biasanya.
"Muka loh kenapa jelek gitu." Ucap Rinjani melirik Laras.
"Ini hari terakhir kita untuk bertemu." Air mata itu lolos di pipi mulus Laras.
"Lo nangis ada apa sebenarnya." Ucap Rinjani mulai cemas.
"Aku mau kau bertindak secepatnya untuk mengungkap kematian gua dan menangkap mereka semua yang akan menghancurkan kamu juga." Sahut Laras menatap tajam mata Rinjani.
"Kau serius akan pergi terus yang bakal nolongin gua siapa gua udah janji dengan ibu Santi untuk menangkap mereka semua tanpa bantuan Lo gua bakal kesulitan." Ucap Rinjani mulai takut jika berhadapan dengan mereka.
"Lo cuman harus dapatkan sidik jari para pelaku itu akan memudahkan mu untuk menangkap mereka ingat kesuksesan misi Lo ini akan bergantung dengan bisnis tuan Arya kalau kau buang-buang waktu kau akan melihat kehancuran kakek kamu sendiri." Suara Laras mulai serak dan menghilang.
Rinjani mulai bingung dengan situasi ini selama ini Laras yang membantunya mendapatkan semua bukti yang di butuhkan untuknya tapi yang di katakan Laras benar jika perusahaan kakeknya tergantung dengan misinya kali ini." Tapi bagaimana caranya gua nga mungkin bertindak sendiri Laras." Melirik Laras yang telah hilang entah kemana.
Rinjani memanggil manggil nama Laras dan mencarinya ke mana-mana tapi tidak di temukan Rinjani lemas seketika wajahnya pucat Pasih dan juga gemetaran namun berusaha menepisnya dan memikirkan cara untuk tindakannya kali ini yang akan berbahaya, karena tidak mampu membendung kesedihannya Rinjani menangis tersedu-sedu air matanya mengalir begitu saja tanpa sadar Angga memperhatikan kesedihan Sahabatnya Angga mulai paham jika Rinjani selama ini menanggung masalahnya seorang diri. Angga memeluk Rinjani berusaha untuk menenangkan dirinya mendapat pelukan dari Sahabatnya Rinjani menumpahkan semua kesedihannya yang akan di hadapinya nanti Angga merasakan kesedihan Rinjani dan memandangi wajah teduh Sahabatnya mengusap lembut pipinya menghapus setiap buliran air mata yang mengalir di pipi mulusnya.
"Apa pun yang akan kau hadapi nanti Lo tenang saja gua dan yang lainnya tidak akan meninggalkan mu." Ucap Angga masih membekap tubuh gemetaran Rinjani.
"Gua bingung harus bagaimana lagi untuk mengungkap semuanya gua udah janji dengan ibu nga mungkin gua lari dari kenyataan dan membiarkan mereka bahagia di luar sana." Ucap Rinjani menatap sendu wajah Angga.
"Kita akan hadapi sama-sama kau jangan pernah merasa sendiri karena gua dan Rani akan menemani mu di saat sulit nanti kau percaya sama gua kan." Ucap Angga menyakinkan Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya.
Angga membawa Rinjani berada di pelukannya masuk ke dalam rumah yang sudah beranjak pagi Ken dan Brama yang melihat pemandangan itu hanya geram dan menyingkirkan tangan Angga dan mengambil alih Rinjani berada dalam pelukannya Rinjani hanya diam saja pikirannya melayang layang tanpa ingin memperdulikan mereka yang tengah ribut dengan pria tampan idola kampusnya.
"Biar gua aja yang bawa dia masuk." Ken dengan ketus dan membawa Rinjani ke dalam kamar.
"Dihh dia itu sahabat gua Lo udah kaya bapaknya aja." Pergi berlalu begitu saja.
Brama hanya jengah melihat teman-temannya yang berebutan hanya seorang wanita saja dan menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil melihat ke bucinan Sahabatnya yang terkenal dingin dengan seorang wanita, meski hanya sebatas teman saja Brama pun ikut cemburu dengan kedekatan Ken Angga dan Rinjani ada rasa sakit dalam hatinya jika mereka bersama dan begitu dekat. Rani yang baru saja terjaga hanya diam saja melihat kedatangan Ken membawa kaknya yang gemetaran dan juga sedikit pucat pasih Rani mempersilahkan Ken merebahkan tubuh Rinjani di atas kasur thisa pun ikut bahagia dengan kedekatan Ken dan juga Rinjani berbeda dengan dua wanita yang menatap mereka Rinjani hanya biasa-biasa saja jika bersama Ken tidak ada rasa getar ketika mereka bersama Ken berbeda dengan Kevin dan juga David meski baru saja kenal dengan David tapi hati Rinjani sedikit getar jika bertatapan dengannya.
Ibu Santi sudah lebih baik dari sebelumnya dan memasak untuk mereka yang tengah berada di rumahnya banyak tetangga mereka yang iri dengan ibu Santi yang begitu dekat dengan cucu terkaya di kota bandung dan juga teman-temannya yang dekat sesekali mereka meremehkan ibu Santi mereka masih tidak percaya jika ibu Laras ini telah sembuh dari sakit jiwa yang melanda dirinya beberapa tahun yang lalu akibat kematian putrinya. Usai memasak mereka berkumpul kembali ke halaman belakang rumah Laras untuk sarapan pagi bersama karena suasana yang sangat cocok untuk makan atau pun sekedar berbincang tempat ini sangat nyaman untuk mereka Brama dan Ken yang baru saja makan makanan yang sederhana namun enak dalam lidah mereka Rinjani yang telah terbiasa dengan masakan rumahan ibu Santi di buat nambah terus hingga menghabiskan beberapa piring nasi membuat ketiga pria itu hanya bengong saja memperhatikan cara makan Rinjani yang begitu lahap.
Setelah sarapan pagi bersama Rinjani dan semua teman-temannya pamit pulang dan akan kembali lagi usai libur kuliah nanti ada rasa sedih di hati ibu Santi melihat kepergian Rinjani dan juga teman-temannya, Rinjani melajukan mobilnya meninggalkan rumah Laras bersama teman-temannya Rani dan yang lain akan lebih dulu masuk ke kampus thisa dan Rinjani datang siang karena jadwal kuliahnya siang Rinjani dan thisa untuk pulang mengambil tugas mereka Rinjani melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menelusuri jalanan menuju kediamannya. Rinjani baru saja tiba di kediamannya keluar dari mobilnya menuju dalam rumahnya melewati para penjaga rumah yang menyapanya Rinjani masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuhnya di atas kasur sejenak sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Rinjani mengisi air dalam bathtub dan menuangkan sabun kesukaannya dan masuk merendam tubuhnya ke dalam bathub memanjakan tubuhnya di sela-sela mandinya Rinjani kembali teringat dengan ucapan Laras yang tidak akan menemaninya lagi-lagi air matanya kembali mengalir begitu deras dan menyeka air matanya beranjak dari bathtub dan membasuh tubuhnya di bawah guyuran shower.
Usai dengan ritual mandinya Rinjani memakai baju santainya memasukkan beberapa buku dan juga tugasnya ke dalam tas memberi sedikit sentuhan lipstik dan bedak di wajah cantiknya dan terlihat menakjubkan dan berjalan keluar kamar menuju ruang makan untuk makan siang sebelum dirinya berangkat ke kampus. Rinjani menikmati makanannya sambil tersenyum melihat foto-foto mereka yang begitu bahagia bersama di rumah Laras seketika ponselnya berdering melihat nama kakeknya berada di layar depan dengan segera menekan tombol hijau.
"Halo opa." Sapa Rinjani lewat telponnya.
"Bisa kan kamu ke kantor opa sebelum kamu ke kampus nak." Ucap Arya terdengar sedih.
"Opa kenapa kok sedih begitu." Sahut Rinjani yang peka dengan suara kakeknya.
"Opa nga papa opa tunggu ya nak." Arya mematikan sambungan teleponnya sebelum mendengar jawaban Rinjani.
Rinjani yang dibuat heran dengan sikap kakeknya hanya diam saja dan melanjutkan makan siangnya sebelum ke kantor kakeknya, usai makan siang sebelum berangkat ke kampus Rinjani akan pergi menemui kakeknya Rinjani melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menelusuri jalanan menuju kantor kakeknya yang baru kali ini dia ke sana setibanya di parkiran mobil Rinjani keluar dari dalam mobil berjalan memasuki kantor kakeknya. Semua karyawan yang belum pernah melihat Rinjani hanya menatapnya kagum dengan kecantikannya dan juga tidak mengetahui jika Rinjani adalah cucu bos besar mereka seperti biasanya Rinjani memasang wajah dinginnya dan menghampiri resepsionis untuk bertemu kakeknya.
"Saya mau ketemu dengan tuan Arya dia ada di ruangannya kan." Ucap Rinjani dengan santai.
"Maaf anda sudah buat janji dengan bos besar nona." Ucap wanita yang berada di meja resepsionis.
"Iya Baru saja dia menghubungi saya ruangannya di mana." Tanya Rinjani.
"Maaf tidak bisa nona sebelum saya menanyakan tuan Arya dulu." Wanita itu menghubungi sekertaris pribadi tuan Arya dan memberitahukan jika bos besar mereka tengah meeting dengan clien penting.
"Bagaimana tuan arya ada di ruangannya kan." Rinjani mulai jengah dengan wanita di hadapannya ini.
"Anda belum bisa menemui tuan Arya nona saat ini tuan Arya sedang meeting dengan clien penting buat perusahaan." Ucap wanita itu sekali lagi.
Wanita itu sengaja membuat Rinjani geram dengannya agar pergi dari sana namun bukan Rinjani namanya kalau saja tidak bisa masuk dengan cara baik-baik, Rinjani berjalan masuk dengan berlari menghindari para penjaga kantor Kakeknya dan memberi bogem mentah setiap orang yang menghalanginya wanita itu geram segera menghubungi sekertaris pribadi tuan Arya memberitahukan jika di lobi kantor tengah ada keributan di buat oleh wanita cantik yang ingin bertemu dengan tuan Arya. Karena tidak ingin mendapat masalah Clara memberitahukan jika seorang wanita cantik tengah membuat Keributan di bawah dengan beberapa penjaga Arya yang tau jika cucunya akan bikin onar dengan cepat berlari ke bawah dan melihat Rinjani tengah memberi bogem mentah kepada karyawannya yang menghalanginya.
"Rinjani berhenti." Teriak tuan Arya menggelegar satu kantor.
Rinjani menoleh ke sumber suara dan tersenyum manis dan berjalan menuju kakeknya dan berdiri tepat di sampingnya." Opa dari mana aja mereka semua itu melarang Rinjani masuk ke dalam kantor bagaimana sih opa memperkerjakan orang-orang kaya mereka." Ucap Rinjani yang kesal dengan karyawan kakeknya.
"Kamu kenapa tidak menghubungi opa kalau mereka menghalangi mu masuk." Suara kakeknya terdengar sedikit meninggi.
"Aku udah bilang kalau udah buat janji sama opa ehh malah di kirain bohong ya udah aku beri mereka sedikit pelajaran." Ucap Rinjani cegegesan.
"Clara bawa Rinjani masuk ke dalam ruangan meeting tunggu saya di sana sekarang." Ucap tuan Arya berlalu begitu saja.
Mereka yang mendapat tatapan dari Bos besarnya mulai takut dengan sikapnya Arya memerintahkan semua karyawannya untuk bersikap hormat dengan cucunya sebelum mereka kehilangan pekerjaan mereka, setelah memberitahukan ke semua karyawannya Arya berjalan menuju ruang meeting menemui semua pemegang saham di perusahaannya yang kini ingin pindah ke investor baru Rinjani sedikit mendengar pembicaraan sebagian pemegang saham yang ingin menarik sahamnya dan akan berinvestasi ke perusahaan yang lebih besar lagi. Arya memasuki ruangan meeting dengan berjalan seperti biasanya berwibawa dan juga terlihat tegas dari raut wajahnya Rinjani yang baru saja melihat melihat kakeknya seperti ini membuatnya kagum dengan sikap tegas dan wibawanya.
"Selamat siang." Sapa tuan Arya duduk di kursi kebesarannya.
"Siang tuan Arya." Ucap mereka serempak.
"Maaf kalau saya mengumpulkan kalian semua tanpa pemberitahuan terlebih dahulu saya hanya ingin memperkenalkan cucu saya yang akan menggantikan posisi saya di perusahaan ini karena saya ingin pensiun dari pekerjaan ini." Arya tersenyum bahagia memperkenalkan cucunya di depan semua pemegang saham perusahaannya.
Terkejut heran menjadi satu Rinjani tak bisa berkata-kata lagi dengan ucapan Kakeknya." Opa apa nga salah nihh." Rinjani gugup dengan semuanya.
"Tidak dong sayang emang kenapa cepat atau lambat kamu akan menggantikan posisi opa di sini." Ucap Arya menatap cucunya.
"Tapi Rinjani masih kuliah opa mana lagi jurusan Rinjani kan beda dengan perusahaan opa." Rinjani mulai menolak keinginan kakeknya.
"Mau tidak mau kamu akan menggantikan posisi opa ingat itu saya hanya ingin memperkenalkan cucu saya dan sekarang kalian boleh keluar dari sini." Ucap Arya dan pergi berlalu begitu saja.
Rinjani terpaku dengan semua ini dan berjalan keluar ruangan menuju parkiran mobil dengan menatap kosong ke depan masuk ke dalam mobil memikirkan semua ucapan kakeknya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menelusuri jalanan dengan tatapan kosong hampir saja Rinjani menabrak seseorang membuatnya terbuyar dari lamunannya dan segera keluar dalam mobilnya menghampiri pria yang tanpa sengaja menabraknya.
"Astaga maaf kan saya mas ada yang luka." Ucap Rinjani dengan panik.
Pria itu menoleh dan membulatkan matanya melihat wanita cantik pemilik hatinya dan tersenyum manis." Luhh kalau naik mobil itu liat-liat kalau orang lain luhh tabrak pasti akan jadi masalah kan." Ucap David dengan ketus.
"Lo nga papakan jadi gua udah bisa pergi kan." Ucap Rinjani berlalu begitu saja.
David hanya kesal dan segera menahan tangan Rinjani yang hendak masuk ke dalam mobil." Ehh luhh mau ke mana enak aja main pergi-pergi aja mau ke mana tanggung jawab dulu dong." David menggenggam tangan Rinjani.
Rinjani menepis tangan David dengan kasar menatap tajam mata David." Kau jangan pernah sentuh gua ya awas Luh lagian Lo itu nga papa mau tanggung jawab dari mana." Rinjani sedikit meninggi kan suaranya.
"Ini nihh kalau nabrak nga mau tanggung jawab." Ucap David dengan geram.
"Jaga ucapan Lo gua mau kampus nih ambil hubungi gua kalau patah tulang atau apa pun itu sana." Memberikan kartu nama dan segera masuk ke dalam mobilnya pergi berlalu begitu saja.
David tersenyum puas dengan rencananya ingin mengerjai Rinjani dengan mendekati secara perlahan menyimpan kartu nama Rinjani ke dalam ponselnya dan pergi berlalu begitu saja meninggalkan tempat itu berjalan masuk ke dalam mobilnya dan melajukan Dengan kecepatan rata-rata. Di dalam mobil Rinjani memukul stir mobilnya yang begitu kesal dengan David yang sengaja ingin mengerjainya sesampainya di parkiran mobil Rinjani memperhatikan mobil adiknya yang begitu banyak senior berkerumun Rinjani keluar dari dalam mobilnya menatap tajam mata semua seniornya yang sengaja menunggunya. Pria yang waktu itu pun ikut nimbrung dengan semua seniornya yang tersenyum simpul melihat kedatangan Rinjani baru saja dengan wajah datarnya Rinjani menghampiri mereka.
"Ngapain kalian di depan mobil adik gua." Ucap Rinjani dengan datar.
"Gua nungguin luhh." Ucap Danu salah satu teman Ken.
"Ngapain Lo nungguin gua emang ada apa lagi." Rinjani duduk di depan mobilnya mengangkat kakinya satu.
"Gua mau Lo masuk ke dalam tim basket gua dan keluar dari tim basket Ken Lo mau kan." Ucap Danu memberikan tawaran.
"Lo ngajak gua gabung dengan tim luhh gitu haha mau bayar berapa luhh." Ucap Rinjani meremehkan Danu di depan semua temannya.
Danu mulai geram dengan sikap sombong Rinjani yang meremehkannya." Gua bakal bayar berapapun yang Lo mau." Danu pun mengikuti permintaan Rinjani.
Rinjani menimbang-nimbang tawaran Danu dan hanya ingin mengerjainya." Lo jangan pernah mimpi bisa membayar gua dengan uang luhh itu karena gua nga bakal mau gabung dengan kalian katanya teman tapi nusuk dari belakang." Hardik Rinjani menyingkirkan Danu dari hadapannya.
Rinjani pergi begitu saja meninggalkan mereka yang geram dengannya dan tertawa kecil berjalan menuju kelasnya sepanjang perjalanan Rinjani menuju kelasnya selalu saja menjadi pusat perhatian semua mahasiswa banyak yang iri dengannya karena bisa dekat dengan Ken dan juga Brama idola mereka Rinjani hanya diam dan berjalan tanpa memperdulikan cibiran mereka. Tanpa sengaja bertemu dengan Fani dan juga anak gengnya yang sedikit bertambah dari sebelumnya Rinjani hanya tersenyum simpul melihat anggota baru Fani yang terlihat galak tapi masih takut bertemu dengan wanita dingin di kampusnya.
"Hai Rinjani." Sapa Fani dengan tatapan mata pura-pura baiknya.
"Hemm." Ucap Rinjani.
"Lo bisu atau lagi nga mau bicara aja." Ucap kesal salah satu teman Fani.
"Gua malas bicara sama orang yang nga penting seperti kalian." Ketus Rinjani melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelasnya.
Fani dan Nadine geram dengan sikap sombong Rinjani yang tidak pernah berubah ketika bertemu dengan mereka Rinjani duduk di kursinya seperti biasa hanya diam saja tanpa berbicara sedikit pun dengan teman kelasnya atau hanya sekedar menyapa Rinjani dan Rani terkenal dengan sebutan irit bicara karena mereka berdua hanya berbicara dengan teman dekat mereka saja makanya banyak yang hanya bisa menatap kagum dengannya tanpa harus menyapanya. Dosen killer masuk ke dalam kelas Rinjani semua teman-teman Rinjani mulai diam dan senyap mendengar penjelasan Karin tentang membahas sebuah kasus yang akan mereka angkat menjadi judul skripsi mereka nanti sepanjang penjelasan Rinjani mendengarkan secara detail tanpa melewatkan sedikitpun dari penjelasan Karin. Thisa yang baru saja tiba harus menunggu di luar kelas sampai mata kuliah dosen killer mereka selesai Rani dan Angga yang baru saja selesai dengan mata kuliah akhir mereka berjalan menuju thisa yang duduk di bangku halaman depan kelasnya seorang diri.
"Terlambat lagi ya." Kata Angga mengejek thisa.
"Udah tau nanya lagi luhh." Kesal thisa yang selalu saja di goda dengan teman baiknya ini.
"Galak amat sih thisa." Kata Rani memandang kelas Brama dan Ken.
"Nga usah di pandangan kali bentar juga mereka keluar." Bisik thisa membuat pipi Rani merona.
"Ihh apaan sih luhh yang liatin mereka siapa ngaco aja." Kilah Rani memalingkan wajahnya.
"Udahlah yuk ke kantin lapar gua." Ajak Angga yang sudah berdiri.
"Duluan aja gua nungguin kak gua dulu." Timpal Rani menaikan ponselnya.
"Ya udah gua duluan ya." Ucap thisa pergi dari sana.
Rani fokus dengan ponselnya melihat berita yang baru saja terbit di media sosial tentang pengangkatan posisi Rinjani yang akan menjadi pewaris selanjutnya dan menjadi direktur utama di perusahaan terbesar milik kakek mereka Lepas mata kuliah dosen killer Rinjani selesai Rani segera masuk ke dalam kelas kaknya dan duduk di sampingnya sembari memperhatikan ponselnya.
"Ini benar ya kalau tadi siang Lo itu di angkat jadi pewaris tunggal opa." Ucap Rani terburu-buru menyodorkan ponselnya.
Rinjani melihat berita yang memberitakan tentang dirinya yang baru saja di angkat pewaris tunggal kakeknya di perusahaan tuan Arya." Iya gua juga nga ngerti sihh sama jalanan pikiran opa gua kan SH bukan jurusan begituan mana gua ngerti." Ucap Rinjani memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Iya juga ya tapi Lo terimakan permintaan opa." Tanya Rani dengan serius.
"Apa Lo gila ya engga lahh gua itu calon pengacara bukan calon pebisnis ngaco aja luhh." Gertak Rinjani beranjak menuju pintu keluar.
Rani mengikuti langkah Rinjani yang hampir keluar kelasnya." Tapi Lo mau liat opa kecewa dengan penolakan Lo ini." Ucapan Rani memberhentikan langkah Rinjani.
"Lo dengar gua baik-baik sampai kapan pun gua nga mau jadi pewaris perusahaan opa kalau Lo mau ya udah Lo aja gua nga minat." Ketus Rinjani pergi menuju area parkiran.
"Dihh tuhh anak nga bisa apa bicara baik-baik." Kesal Rani berjalan menuju kantin.
Rinjani masuk ke dalam mobilnya meninggalkan area parkiran menuju cafe cukup terkenal di kalangan anak muda hits jaman sekarang David yang telah tiba lebih dulu duduk di sebuah kursi taman menghadap pintu keluar agar bisa langsung melihat kecantikan Rinjani dari jauh, Rinjani menelusuri jalan yang begitu padat hingga membuatnya kesal dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar David tidak menunggu lama Rinjani menepikan mobilnya memparkirkan dengan baik dan segera keluar dari dalam mobil sebelum masuk Rinjani memperhatikan penampilannya dan melangkah masuk ke dalam cafe David yang melihat kedatangan pujaan hatinya melambaikan tangannya Rinjani segera menghampiri David setelah melihat lambaian tangannya.
"Lama banget sih Lo." Ucap David setelah Rinjani duduk.
"Macet bawel amat Luh udah kaya emak-emak aja." Ketus Rinjani melirik ke sana kemari.
"Kenapa tempatnya bagus kan." Kata David memuji tempatnya.
"Nga biasa aja ada apa luhh manggil gua ke sini." Ucap Rinjani to the point.
David berdengus kesal karena Rinjani begitu santai dengan tempat pilihannya." Mau minta pertanggungjawaban Luh aja bisa kan." Suara David mulai tenang.
"Nga mau Lo kan nga papa buat apa gua tanggung jawab." Rinjani menyeruput minumannya.
"Kau nga bisa nolak karena kasus ini udah gua laporin ke polisi." Ancam David menatap Rinjani.
"Laporin aja gua nga takut kalau cuman itu yang Luh mau ngomongin gua balik dulu masih banyak kerjaan soalnya." Ucap Rinjani dengan santai dan pergi berlalu begitu saja meninggalkan David.
David bengong dengan jawaban Rinjani yang diluar dugaannya Rinjani begitu santai dan malah menantangnya balik untuk melaporkannya ke polisi David mengebrak mejanya hingga makanan yang mereka pesan berhamburan di bawah lantai dan menatap tajam Kepergian Rinjani yang sudah hilang di balik pintu.
"Kau liat saja ini bukan main-main kalau gua nga bisa dapetin luhh dengan cara baik-baik gua bakal dapetin Luh dengan cara kasar." Batin David pergi dari sana.
Rinjani tertawa terbahak-bahak dengan tingkahnya tadi melihat ekspresi wajah David yang bengong saja terlihat lucu menjadi hiburannya yang sangat lelah hari ini Rinjani melajukan mobilnya masuk ke dalam ke pemakaman di mana Laras di makamkan Rinjani menepikan mobilnya dan keluar dari dalam mobilnya berjalan menuju makam Laras yang tak jauh dari rumah ibu Santi Rinjani terus berjalan hingga melihat sosok pria di dalam mimpinya berada di depan makam Rinjani tengah menangis tersedu-sedu melihat batu nisan Laras. Rinjani mulai mendekati pria itu hendak ingin mendengar pembicaraannya namun ternyata pria itu beranjak dan tanpa sengaja melihat Rinjani berada di pemakaman membuatnya bingung.
"Sedang apa nona di sini." Ucap pria itu melihat kehadiran Rinjani.
"Sa-saya lagi mau ke makam teman saya pak." Ucap Rinjani dengan gugup.
"Ahh ya saya permisi dulu kalau begitu." Ucap pria itu dan pergi dari sana Rinjani hanya tersenyum melihat kepergian salah satu dosennya.
Rinjani mendekati makam Laras meneteskan air matanya mengalir begitu deras melihat batu nisan teman mimpinya itu tak menyangka akan seperti ini jadinya Rinjani hanya bisa bertemu dengannya lewat mimpi dan sekarang dia pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dirinya sendiri dan mengungkap kematiannya depan semua orang. Rinjani mengusap batu nisan Laras sesekali memeluknya dan menangis sejadi-jadinya mengingat momen mereka jika bersama walaupun pertemanan mereka sebentar dan begitu singkat namun kedekatan mereka melebihi dekat bersama dan Angga yang sedari SMA berteman namun masih kalah dengan kedekatan Laras dan dirinya. Rinjani menaburkan bunga dan berdoa untuk keselamatan Laras di alam sana dan berjanji akan mengungkap kematiannya walaupun itu sulit baginya dia akan berusaha untuk membantunya dalam kasus ini. Cuaca semakin buruk hujan mulai jatuh membasahi tubuhnya dan petir mulai terdengar mengiringi kesedihannya Rinjani bangkit dari duduknya memandang batu nisan Laras dan berlalu pergi dari sana dengan perasaan yang sangat kacau Rinjani berjalan sedikit pelan karena pikiran yang kacau membuatnya tidak melihat jalan hingga membuatnya jatuh tak sadarkan diri di bawah guyuran hujan.
Rani yang baru saja pulang melihat kakeknya tengah cemas dan panik di depan pintu rumahnya Rani keluar dari dalam mobilnya berjalan menuju kakeknya.
"Opa kok di sini." Ucap Rani menyalami tangan kakeknya.
"Kak kamu belum pulang Rani." Arya mulai cemas.
"Lohh kan tadi dia balik duluan opa masa iya belum sampai sihh." Ucap Rani dengan santai.
"Opa udah pulang dari tadi belum juga melihat kak kamu pulang oh iya kamu hubungi ibu Santi siapa tau dia di sana." Arya menatap kearah pagar memperhatikan mobil Rinjani.
"Baik opa." Ucap Rani dengan pelan.
Rani menghubungi ibu Santi dan mencari keberadaan kaknya di sana namun Rinjani belum datang sejak kepulangan mereka Rani mulai cemas dengan kondisi kaknya di mana hujan tengah membasahi bumi dengan deras di sertai dengan bunyi petir menyambar Arya semakin cemas ketika mendengar jika Rinjani tidak berada di rumah Laras dan belum datang sejak kepulangan mereka. Arya memerintahkan tangan kanannya untuk mencari keberadaan cucunya di mana pun berada Dimas segera pergi setelah mendengar perintah tuan besarnya Rani mengajak kakeknya masuk sebab cuaca mulai dingin dan tidak sehat buat kesehatannya. David yang baru saja pulang dari makam mamahnya tidak sengaja melihat seorang wanita tengah pingsan di pinggir batu nisan Laras karena penasaran David mendekati wanita itu dan melihat wajahnya seketika matanya terbelalak kaget melihat Rinjani pingsan tak sadarkan diri David segera membawa Rinjani masuk ke dalam mobilnya melesat pergi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Pandangannya tak pernah berhenti melihat Rinjani yang tengah pingsan di sampingnya dengan keadaan yang sedikit pucat David menambah laju mobilnya melihat tubuh Rinjani semakin gemetaran sejak dari pemakaman, lima belas menit perjalanan mereka David sampai di depan pintu rumah sakit segera membawa Rinjani dalam pelukannya masuk ke dalam rumah sakit sambil berlari dan memanggil para dokter untuk membantunya semua para suster mulai berlarian menuju David membawa bangkar Rinjani masuk ke dalam ruangan ICU untuk segera mendapat perawatan intensif. Karena pikiran yang kacau David lupa memberitahukan kabar soal Rinjani ke keluarganya dan terus kepikiran dengan kondisi Rinjani yang berada di dalam ruangan ICU suster keluar dari ruangan ICU membawa Rinjani dengan keadaan baik-baik saja masuk ke dalam kamar VVIP seperti kemauan David.
"Bagaimana keadaan dia dokter." David terus menatap Rinjani.
"Dia baik-baik saja cuman syok dan banyak pikiran saja kamu tenang saja." Ucap dokter wanita cantik.
"Alhamdulillah terima kasih dokter saya bisa masuk sekarang kan." Pinta David tak sabar.
"Boleh silahkan saya permisi dulu." Kata dokter itu dan pergi dari sana kembali keruangaannya.
David berlari masuk menggenggam tangan Rinjani dengan erat menatap wajah teduh Rinjani yang tengah pucat dan terbaring lemah di atas bangkar David terus menemani Rinjani hingga pagi hari dan terlelap di atas sofa sampai lupa mengabari Rani dan tuan Arya. Rinjani membuka matanya secara perlahan dan memperhatikan ruangan serba hitam dan beranjak namun karena sakit kepala yang masih saja bersarang mengurungkan niatnya dan melihat David tidur dengan lelap di sofa sambil menjaganya.
"Woii." Panggil Rinjani.
David terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara Rinjani dan membuka matanya melangkah perlahan kearah Rinjani." Ada apa Lo butuh sesuatu bilang aja." Ucap lembut David.
"Lo kesambet apaan lembut gitu bicaranya." Menatap David dengan terheran heran.
"Kau itu nga ada syukur-syukurnya gua bicara lembut salah kasar salah nga ada baik-baiknya." Ketus David beranjak masuk ke dalam kamar mandi.
Rinjani mencari-cari ponselnya namun tidak menemukannya dan memanggil manggil David yang tengah membasuh wajahnya di dalam kamar mandi." Vid ponsel gua mana luhh ambil ya." Teriak Rinjani dengan suka hatinya.
David keluar kamar mandi setelah membasuh wajah dan menggosok giginya." Enak aja mana gua tau ponsel luhh di mana malah nuduh orang." Ucap David berjalan dan duduk di tepi ranjang.
"Ponsel Lo mana sini." Pinta Rinjani mengulurkan tangannya.
"Mau apa nihh." Memberikan ponselnya.
"Sibuk aja Lo." Ketus Rinjani segera menekan tombol menghubungi Rani.
Rani yang baru saja selesai mandi segera keluar kamar mandi dan memperhatikan nomor yang baru saja masuk dan terlihat nomor tak di kenal menghubunginya." Halo ini siapa ya." Ucap Rani dengan ramah.
"Ini gua Lo di mana." Ucap Rinjani dengan nada biasa-biasa aja.
"Anjani luhh di mana opa nyariin luhh kemana aja Lohh." Ucap Rani berkali-kali.
"Dihh bawel amat luhh bawain gua baju dan juga makanan laper gua di rumah sakit sekarang nga pake lama." Dengan santainya dan mematikan sambungan teleponnya.
David dibuat bengong dengan ocehan Rinjani yang seenaknya saja memerintahkan adiknya David pamit untuk membeli sesuatu di kantin Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya fokus dengan ponsel David dan melihat berita yang tengah beredar tentang pengangkatannya sebagai ahli waris dari kakeknya. Rani yang baru saja mendapatkan kabar jika kaknya masuk rumah sakit berlari keluar sambil memanggil manggil kakeknya yang tengah sarapan pagi di atas meja dan segera menghampirinya.
"Opa opa." Panggil Rani duduk di sampingnya.
"Ada sihh nak manggil kaya orang di buru hantu aja." Ucap tuan Arya.
Rani mengatur nafasnya yang memburu dan mulai berbicara secara tenang." Opa kak Anjani sekarang ada di rumah sakit makanya dia nga pulang semalam." Ucap Rani blak-blakan.
Tuan Arya terkejut dengan berita ini hingga membuatnya tersedak." Uhk uhk kok bisa kak kamu kenapa lagi sih Rani." Berusaha tenang dan segera minum.
"Opa pelan-pelan dong makannya tadi kak Anjani hubungi aku katanya dia semalam di rumah sakit soal dia kenapa aku juga nga tau sekarang kita kesana opa." Rani mulai cemas menarik-narik Legan kakeknya.
Tuan Arya menyudahi sarapannya dan segera berangkat ke rumah sakit bersama Rani melihat cucunya David yang baru saja sampai di depan kamar Rinjani membukanya secara perlahan dan masuk berjalan menuju bangkar Rinjani menaruh semua makanan yang telah di belinya di kantin rumah sakit Rinjani menoleh kearah David dan melihat semua makanan yang berada di atas meja dan membulatkan matanya dengan semua makanan yang entah buat siapa.
"Kecil kecil makan Lo banyak juga ya." Kata Rinjani masih tidak percaya.
"Bukan buat gua." David mengambil piring dan satu sendok.
"Terus buat siapa di sini nga ada hajatan kan sampai-sampai kau pesan sebanyak ini yang mau makan siapa hah." Tanya Rinjani sedikit kesal.
"Luhh lah kan tadi Lo bilang mau makan ya udah gua beliin Lo sekalian nga usah ngerepotin orang." Ucapnya dengan santai.
"Hah." Jawab Rinjani dengan mata melotot.
Karena tidak ingin mengecewakan David dengan terpaksa Rinjani memakan semua makanan yang telah di sajikan buatnya dan menunggu Rani datang, Rani segera masuk ke dalam kamar Rinjani tanpa permisi David sampai terjungkir kebelakang melihat kedatangan Rani yabg tiba-tiba membuat Rani dan Rinjani tertawa terbahak-bahak.
"Kau tuhh kenapa hah." Tawa Rinjani hingga membuat perutnya sakit.
"Duhh sakit banget tau nga Lo kalau masuk ketuk dulu jangan kek hantu gitu." Kesal David mengelus kepalanya.
"Dihh dia yang jatuh nyalahin orang lagi." Ketus Rani.
"Sudahlah opa mana kok nga datang." Tanya Rinjani melihat ke sana kemari.
"Opa lagi ngurus administrasi." Ucap Rani dengan santai.
Mereka pun menunggu kedatangan tuan Arya David dengan senang hati menyuapi Rinjani hingga selesai dengan makanannya Rani di buat pangling dengan sikap David yang sangat perhatian dengan kaknya dia pun baru sekali ini melihat Rinjani bisa menerima perhatian orang lain meski banyak yang mendekatinya namun baru David yang mampu meluluhkan hati batu Rinjani. Tak berselang lama kakeknya datang bersama dokter Kevin dan seorang suster mereka memeriksa keadaan Rinjani sebelum keluar dari rumah sakit David dengan setia menemani Rinjani di dalam kamar hingga selesai pemeriksaan.
"Semuanya sudah lebih baik sore nanti kamu sudah bisa pulang." Ucap Kevin mencatat kesehatan Rinjani.
"Terima kasih dokter." Ucap Arya.
Kevin pun pamit kepada mereka semua dan berjalan menuju pintu keluar dan hilang di balik pintu tuan Arya berterima kasih kepada David yang telah menemani cucunya sedari malam hingga kini. David hanya tersenyum dan membantu membawa Rinjani naik ke atas kursi roda dan membawanya hingga masuk ke dalam mobil mereka berpisah di depan pintu rumah sakit David pamit kepada taun Arya dan melesat jauh dari rumah sakit Rinjani tak henti-hentinya memandangi Kepergian pria tampan itu hingga hilang di balik kendaraan mereka meninggalkan rumah sakit menuju kediamannya Rinjani hanya menatap keluar jendela menikmati perjalanan dan melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi di depan matanya. Thisa yang telah mendapatkan kabar jika mereka telah di jalan menyiapkan makan malam untuk menyambut kepulangan Rinjani ke rumah sakit meski bukan yang pertama kalinya Rinjani masuk ke rumah sakit tapi mereka ingin jika hari ini hari terakhir Rinjani berada di rumah sakit. Tak berselang lama deru mobil memasuki pekarangan rumah Angga berlari membantu Sahabatnya keluar dalam mobilnya dan memapahnya masuk ke ruang tengah Angga mendudukkan Rinjani dengan secara perlahan Rinjani bahagia dengan perhatian semua Sahabatnya yang begitu setia menemaninya hingga sekarang Anjani tersenyum manis kepada Angga dan juga thisa yang telah menyiapkan semua ini.
Tak terasa hari semakin gelap Angga dan thisa telah pamit dan pulang ke rumah mereka Rinjani berjalan menuju kamarnya memakai kursi roda karena kepalanya tak memungkinkan kan untuknya berjalan dan berdiri lama Rinjani merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya tertidur lelap dalam mimpinya. Rinjani berada di dalam ruangan di mana dirinya bersama pria yang tidak asing baginya Rinjani berjalan secara perlahan mendekati dirinya sendiri yang tengah berbincang dengan seseorang yang tidak asing baginya dan memperhatikan wajah pria itu dengan seksama. Setelah berbincang mereka meninggalkan cafe dan masuk ke dalam mobil masing-masing Rinjani mengikuti mobil pria itu hingga hal tak terduga menghampiri pria itu mobilnya menembus batas jalan hingga keluar jalur dan terjun ke dalam jurang yang dalam hingga membuat Rinjani bangun dari tidurnya.
Rinjani mengatur nafasnya dan segera meminum obat yang biasa di konsumsinya dan mengingat kejadian itu lagi dan melihat wajah pria itu yang tidak asing baginya." Siapa dia dan pertanda apa ini bahkan kasus Laras saja belum aku selesaikan dan sekarang kejadian baru lagi ada apa ini." Lirih Rinjani beranjak naik ke kursi rodanya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah membasuh wajah dan menggosok gigi Rinjani keluar kamar mandi dan melirik jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam Rinjani kembali merebahkan tubuhnya dan terlelap kembali ke dalam tidurnya hingga pagi hari.
Haii guys cerita ini sengaja aku buat biar bisa lebih lama lagi bacanya heheh dan soal pria yang berada di dalam mimpinya lagi itu orang yang akan menjadi kekasihnya nanti duhh seru banget kan mana lagi kasus Laras belum selesai di tambah Masalah baru kasihan banget Rinjani 😓😟 ikuti terus ya ceritanya jangan lupa vote like dan komen ya😀👍❤️😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments