Sejak mereka menjadi pasangan kekasih Rinjani dan David tak pernah di pisahkan meski mereka terkenal cuek dan juga dingin tetapi kalau mereka berdua semua kekonyolan mereka melampaui batas sehingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak, Seperti perjanjian mereka bersama Gisel Rinjani dan David akan ikut bergabung dengan tim basket kampus mereka walaupun terpaksa dan juga tidak mengetahui maksud tujuan mereka namun Rinjani hanya menjalankan permainan mereka. Lapangan basket terluas di seluruh universitas terbaik di Jakarta telah di penuhi dengan orang-orang yang akan melihat langsung pertandingan mereka, tak lupa semua petinggi kampus mereka ikut serta hadir dalam pertandingan ini Gisel dan Bastian menunggu kedatangan dua pasang kekasih fenomenal sejak hubungan mereka diketahui semua anak kampus Rinjani dan juga David menjadi pujaan semua anak kampus karena keromantisan mereka.
Akhirnya pasangan kekasih fenomenal itu memasuki lapangan basket suara riuh mulai terdengar di telinga Gisel dan Bastian melihat keromantisan Rinjani dan juga David, hal tak terduga dan tak bisa di bayangkan oleh Gisel dan juga Bastian pakaian yang mereka pakai terlihat baik-baik saja tanpa ada robek ataupun semacamnya. Rinjani berjalan santai mendekati mereka dan tersenyum geli melihat ekspresi wajah kaget mereka dan segera duduk di kursi pemain untuk menyiapkan dirinya, Gisel dan Bastian saling bertukar pandangan Bastian hanya bisa menggelengkan kepalanya dia pun tidak mengerti dengan kedua pasangan kekasih ini.
"Bukanya Lohh udah bikin pakaian mereka robek kan kok keliatannya baik-baik aja sihh." Suara Gisel sedikit berbisik.
"Gua udah nyuruh anak-anak kok masa Iyah mereka nga becus sihh kerjanya." Kesal Bastian berbisik kepada Gisel.
Gisel hanya bisa geram dengan kelakuan Bastian yang tidak bisa mempermalukan Rinjani di depan semua orang Desta yang turut hadir dan menjadi tim basket mereka tak menyangka melihat Rinjani secantik itu dan juga David yang selalu di sampingnya, Dista yang melihat kedekatan Rinjani dan David mulai terbakar api cemburu dan berjalan menghampiri Gisel dan Bastian yang juga memperhatikan mereka.
"Bukanya kalian pengen buat Anjani malu kok keliatannya dia bahagia banget." Ucap Dista.
"Nga tau nihh kerja anak buah Bastian pada nga becus." Ketus Gisel melirik Bastian.
"Lohh kok nyalahin gua sihh." Ucap Bastian tak kalah ketus.
Gisel dan Dista mulai kesal dengan Bastian yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik malah membuat mereka menjadi pusat perhatian semua orang, dua puluh lima menit berlalu akhirnya acara yang mereka tunggu akhirnya di mulai seluruh tim basket dari seluruh universitas di Jakarta ikut serta dalam pertandingan ini Rinjani dan David menjadi tim cadangan dan akan menggantikan salah satu tim mereka ada yang cedera. Bastian tersenyum simpul kepada mereka karena berhasil menjadi kan mereka duduk di tim cadangan berbeda dengan Dista and geng Rinjani hanya bersikap santai dan biasa saja kalau dia duduk di bangku cadangan, tim mereka akan melawan tim dari universitas lain dan akhirnya pertandingan di mulai tiga puluh menit berlalu skor dari kampus mereka seimbang dengan lawan banyak universitas lain sudah gugur melawan universitas Rinjani dan hanya tersisa tim mereka dan juga tim yang lumayan kuat.
Rinjani dan David beranjak dari duduknya berjalan keluar lapangan mulai jengah dengan pertandingan mereka yang begitu-begitu saja namun langkahnya terhenti ketika salah satu tim mereka jatuh tak sadarkan diri, Rinjani segera berjalan menghampiri pria yang tak sadarkan diri di tengah-tengah lapangan yang membuat semua orang panik karena tak bisa berbuat apa-apa Rinjani membawa pria itu ke pinggir lapangan. Dia berusaha mengeluarkan tenaganya untuk memompa jantungnya agar bisa stabil Dista Bastian dan semua orang mulai panik ketika tak menemukan nafas dari pria ini, Rinjani akhirnya membantunya dengan nafas buatan selama tiga kali membuat Desta dan David cemburu namun karena menyelamatkan nyawa orang lain David hanya mendukung tindakan kekasihnya. Sepuluh menit berlalu akhirnya detak jantung pria itu stabil dan segera di bawa ke UKS kampus dengan beberapa mahasiswa lain untuk segera di tangani, Desta dan Bastian takjub dengan keahlian Rinjani yang mampu mengalahkan tim dokter senior yang pernah mereka lihat sebelumnya. David memberikan sebotol air mineral untuk kekasihnya dan menggenggam Erat tangannya di depan semua orang membuat yang lainnya patah hati nasional dengan kemesraan mereka yang di tunjukkan di depan semua orang.
"Makasih syang." Ucap mesra Rinjani.
"Capek banget ya kita pergi dari sini sekarang." Ucap David membantu Rinjani berdiri.
"Tunggu." Teriak Desta menghentikan langkah mereka.
Rinjani dan David menoleh bertukar padangan dan menggelengkan kepalanya." Apa." Jawab David dengan singkat.
"Kalian mau ke mana pertandingannya belum selesai kita kekurangan anggota kalian masuk sekarang." Ucap Desta berjalan menuju mereka.
"Apa Lohh buta nga liat Rinjani kelelahan Lohh cari orang lain saja." David melangkahkan kakinya.
"Tapi cuman kalian yang bisa menyelamatkan nama baik kampus kita." Suara Desta terdengar sangat memohon.
Rinjani melepaskan genggaman tangan David dengan lembut dan tersenyum kepada kekasihnya dan berjalan masuk ke dalam lapangan tanpa menjawab pertanyaan mantan kekasihnya, David melirik tajam kepada Desta dan berjalan mengikuti Rinjani masuk ke dalam lapangan semua mahasiswa berteriak teriak senang dengan pasangan kekasih itu masuk ke dalam lapangan. Gisel dan Dista kesal melihat Rinjani yang begitu sangat santai dan menjadi pusat semua pria yang berada di dalam lapangan, Rinjani hanya bersikap biasa-biasa saja dengan tatapan kaum Adam yang sedang melihatnya tanpa berkedip. Prirrrttt Pluit wasit telah di lantukan David dan Rinjani berlari saling mengoper bola satu sama lain hingga masuk ke dalam ring lawan, Pluit kedua di lantunkan kini giliran Desta dan Bastian yang akan mengiring bola ke dalam ring lawan namun tim lain dengan mudah merebut bola dari tangan ke dua pria tampan ini membuatnya kesal Rinjani hanya tertawa melihat tingkah mereka yang begitu lucu.
"Gitu aja nga bisa gimana sihh." Ledek Rinjani tertawa berlari merebut kembali bola dari tangan lawannya.
Kini bola telah di rebut oleh David dan mengiringnya kembali ke ring lawan dan masuk lapangan semakin riuh dengan tingkah Rinjani dan David yang lebih banyak memasukkan bola ke ring lawan, dua puluh lima menit berlalu akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu mereka fokus dengan skor mereka yang seimbang dengan tim Rinjani mengiring bola ketika Pluit terakhir berdering Rinjani bersama Bastian berlari bersamaan saling melempar bola hingga Rinjani sulit untuk lolos Rinjani melirik David dan juga yang lainnya yang sama-sama susah untuk lepas dari mereka. Rinjani memfokuskan bolanya mengarah kepada ring lawan dan Rinjani menyuntingnya masuk ke dalam ring lawan membuat semua tercengang dengan penampilannya yang sangat mengangumkan membuat tim lawan lemas seketika, Rinjani berjalan santai bersama David keluar lapangan mengambil minum dan saling bertatapan satu sama lain David mengusap keringat yang membasahi tubuh kekasihnya menggunakan sapu tangan miliknya.
Lagi-lagi tingkah romantis mereka menjadi sorotan semua orang yang berada di sana bahkan Dista mengepalkan tangannya melihat keromantisan David kepada Rinjani, berbeda dengan Dista Gisel mulai kesal melihat tatapan penuh harap Desta kepada Rinjani yang begitu sangat di harapkan berada di sampingnya sekarang.
"Sayang ayo kita balik kayanya kamu capek banget." Ucap David merangkulkan jaket yang di gunakan kepada Rinjani.
"Iya aku capek banget nihh yang udah kita balik tapi kita makan dulu ya laper aku." Ucap Rinjani dengan manja.
"Tentu yuk." Mereka keluar lapangan sambil bergandengan tangan.
Desta begitu terbakar api cemburu melihat mantan kekasihnya begitu bahagia bersama kekasihnya sekarang, Dista menghampiri Desta yang begitu sangat memperhatikan mereka hingga hilang di balik pintu keluar.
"Cemburu ya." Ledek Dista berdiri di sampingnya.
"Iya nihh kelihatannya seperti itu." Goda Gisel.
"Yang cemburu siapa sih." Elak Desta menyeruput minumannya.
"Bilang aja Desta keliatan tuhh dari Muke luhh." Bastian menyenggol sedikit tangan Desta hingga airnya terjatuh ke bawah.
Mereka tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi wajah Desta yang begitu kesal karena Bastian menjatuhkan minumannya, Desta berjalan keluar lapangan meninggalkan semua yang tengah menertawakannya berjalan menuju parkiran tanpa sengaja melihat David yang tengah panik melihat keadaan Rinjani yang tiba-tiba saja memengangi kepalanya. Desta berlari menuju mereka dan menatap wajah kesakitan Rinjani yang sangat terlihat dari wajahnya hingga membuatnya menjadi kasihan dan juga panik.
"Dia kenapa." Tanya Desta.
"Lohh nga usah ikut campur udah sana." David sedikit menyingkirkan tubuh Desta.
"Udah bawa dia masuk ke dalam mobil kita bawa dia ke rumah sakit." Ketus Desta membawa Rinjani masuk ke dalam mobil.
"Baiklah." David menyusul langkah Desta dan segera duduk bersama Rinjani di bangku belakang.
Desta melaju dengan kecepatan tinggi menelusuri jalan ke rumah sakit terdekat dari kampus mereka, Desta tak henti-hentinya melirik kearah David dan Rinjani yang berada di belakang kursi ada rasa sakit di dalam hatinya namun tetap fokus dengan jalan di depan mata mereka. Dua puluh menit berlalu akhirnya mereka tiba di sebuah rumah sakit lumayan besar dan segera membawa Rinjani masuk ke dalam rumah sakit menidurkannya di atas tempat tidur mengikuti langkah para suster dan juga dokter masuk ke dalam IGD, David dan Desta dibuat panik sebab Rinjani berteriak teriak di dalam ruangan IGD David Menatap tajam mata Desta yang masih saja berdiri di depan pintu IGD dengan perasaan khawatir.
"Pulang sekarang Rinjani biar gua aja yang jagain." Ketus David.
"Biarkan gua di sini sampai Rinjani keluar boleh ya." Pinta Desta dengan memohon.
"Nga Lohh pulang sekarang." Tegas David menunjukkan jalan Keluar.
Desta segera pergi tanpa ingin berdebat dengan David yang di selimuti emosi dan perasaan yang sangat panik dengan keadaan kekasihnya berada di dalam, ketika Desta meninggalkan kamar IGD dokter bersama Rinjani keluar dengan keadaan baik-baik saja dan Rinjani telah sadar dari pingsannya. Desta berbalik kembali masuk ke dalam kamar IGD melihat Rinjani sudah sadar dan keluar rumah sakit Rinjani meminta kepada dokter untuk segera di ijinkan pulang ke rumah, David yang tidak mengijinkan Rinjani pulang sempat berdebat kecil dengan kekasihnya namun Rinjani dengan keras meminta pulang dengan terpaksa mereka menuruti keinginan Rinjani dan segera berjalan keluar Rinjani dan David melihat kehadiran Desta memutar bola matanya malas.
"Ngapain dia di sini." Kata Rinjani melirik ke arah David.
"Entah tadi aku udah bilang pulang tapi masih di situ aja." Kesal David.
"Rinjani Lohh baik-baik saja kan." Ucap Desta berjalan mendekati Rinjani.
"Seperti yang Lohh liat gua baik-baik saja jadi Lohh pulang saja." Ketus Rinjani melanjutkan perjalanan.
Desta hanya diam saja melihat kepergian Rinjani bersama David keluar kamar menuju lobi rumah sakit, Desta mengikuti langkah mereka dari belakang hingga masuk ke dalam mobil Rinjani sedikit membuka jendela mobilnya menatap Desta.
"Terima kasih udah mau bantuin gua." Ucap Rinjani meninggalkan rumah sakit.
Senyum manis timbul di bibir Desta mendengar ucapan terima kasih dari wanita yang pernah mengisi relung hatinya dan membuatnya menderita sehingga meninggalkan rasa sakit dalam hatinya, Desta berjalan masuk ke dalam mobilnya melesat pergi jauh dari rumah sakit menuju cafe di mana Dista dan yang lainnya berkumpul merayakan kemenangan tim basket mereka. David yang merasa cemburu dengan Rinjani mengucapkan terima kasih kepada Desta cemberut dengan kekasihnya Rinjani yang heran dengan ekspresi wajah kekasihnya hanya tertawa geli.
"Wajah kamu kenapa kok tekuk gitu." Ucap Rinjani menatap David.
"Apa kau tidak mengerti kenapa kau mengucapkan terima kasih kepada mantan kekasih mu itu." Kesal David dengan Rinjani.
"Jadi kamu cemburu dengan Desta ya ampun sayang hati aku kan udah milik kamu seutuhnya sudahlah jangan ngambek gitu dong." Rayu Rinjani memasang wajah imutnya.
David melirik wajah kekasihnya yang mampu meluluhkan hatinya dan tersenyum manis mengusap pipi lembut Rinjani." Kalau wajah kamu seperti ini terus aku nga bisa marah sayang." Ucap David mengecup pipi Rinjani.
Mereka akhirnya menikmati jalanan dan berhenti di sebuah cafe yang cukup ramai dengan pengunjung yang rata-rata anak muda seperti mereka, Rinjani dan David berjalan masuk ke dalam cafe hingga membuat mata semua orang tertuju pada mereka berdua kecantikan dan juga ketampanan Rinjani dan David tak lepas dari pandangan semua orang. Tak di sangka mereka bertemu dengan Gisel dan semua teman-temannya yang berada di sana juga, Rinjani dan David mulai jengah melihat tatapan Desta dan juga Dista yang menatap Rinjani dan David dengan mata berbinar-binar David menarik lembut tangan kekasihnya menjauh dari mereka memilih kursi sudut cafe dan duduk berdua. David menarik kan kursi untuk kekasihnya Rinjani terharu melihat keromantisan David dan segera duduk mereka memesan makanan favorit mereka dan beberapa cemilan untuk makanan penutup, Rinjani mengoceh ponselnya mencari nama Rani menekan tombol hijau Rani mengambil ponselnya karena matanya masih belum bisa melihat Rani meminta Brama membantunya dan melihat nama Rinjani tengah melakukan video call Rani begitu senang dan memposisikan wajahnya mengarah kepada teman-temannya.
"Kak." Teriak bahagia Rani melihat wajah cantik kaknya.
"Rani." Sapa bahagia Rinjani melihat wajah cantik adiknya.
"Gimana kabar kak di sana." Tanya Rani.
"Baik kok bagaimana kamu udah dapat pendonor mata kan." Tanya penasaran Rinjani.
"Belum." Suara Rani terdengar parau.
Rinjani memandangi wajah Rani yang terlihat teduh dan berusaha menghiburnya." Nga usah sedih gitu dong kan kita bisa mencari lagi oh iya kamu lagi di mana." Rinjani mengalihkan pembicaraannya.
Rani memposisikan ponselnya mengarah kepada semua Sahabatnya dan juga dua seniornya yang sedang asik berbincang dan juga tertawa bersama, Ken terlihat senang melihat wajah cantik Rinjani yang selalu menjadi pusat perhatiannya namun hal berbeda dari mereka thisa dan yang lainnya melihat kehadiran pria tampan di samping Rinjani yang begitu tampan.
"Itu David kan." Tanya thisa penasaran.
"Iya kita lagi makan bareng." Jawab Rinjani dengan santai.
"Wahh atau jangan-jangan kalian udah jadian ya." Goda Rani mendengar nama David.
"Tau aja Lohh ya udah gua makan dulu jaga diri ya di sana salam sama opa dan ibu ya dahh." Rinjani melambaikan tangannya dan tersenyum manis kepada semua Sahabatnya.
David hanya diam saja tanpa ingin bertanya kepada Rinjani yang begitu senang habis melihat wajah cantik adiknya, David tahu kalau obat kesakitan Rinjani adalah adiknya makanya David tidak terlalu cemburu jika mereka saling menghubungi dan juga saling bertukar kabar dengan Sahabatnya. Berbeda dengan David Ken yang berada di Bandung terlihat kecewa mendengar kabar jadian Rinjani dan David dan melihat ekspresi kebahagiaan Rinjani, Brama dan yang lainnya mengerti bagaimana perasaan Ken yang terlihat sangat patah hati mereka tahu Ken sangat menyukai Rinjani sehingga sikapnya kepada Rinjani begitu dingin.
"Sudahlah Ken masih banyak kesempatan kok." Ucap Brama menghibur.
"Apa kau tidak mendengarnya kalau mereka sudah jadian di mana kesempatan ku." Ketus Ken menyeruput minumannya.
"Nga usah berkecil hati begitu lah Ken masih banyak wanita di luar sana." Timpal Rani mendengar percakapan mereka.
"Tapi Rinjani itu istimewa untuk ku." Suara Ken terdengar sangat sendu.
Rani dan yang lain tidak bisa berbuat apa-apa karena ini semua keputusan dari Rinjani memilih David pria tampan yang membuat semua kaum hawa terpesona melihat ketampanannya, di sisi lain Rinjani dan David sedang menikmati makan siang mereka dengan lahap hingga habis tak tersisa David mengusap lembut bibir kekasihnya dari sisa makanan. Desta tak henti-hentinya mendengar perbincangan mereka dari awal hingga akhir bahkan dia sedikit terkejut kalau Rani saat ini tak bisa melihat, berbeda dengan Desta Dista malah senang mendengar Rani dalam keadaan tidak bisa melihat Bastian beranjak dari duduknya berjalan menuju meja David dan Rinjani yang hendak pergi dari sana.
"Mau ke mana kalian." Tanya Bastian.
"Balik." Jawabnya singkat.
"Bisa nga kalian gabung sama kita lagian ini kan kemenangan kita bersama." Ucap Bastian melirik teman-temannya.
"Terima kasih kalian saja kami harus pulang sekarang." Ucap Rinjani setenang mungkin.
"Terima kasih ajakan kalian kami pulang dulu." Ketus David berjalan mengandeng tangan kekasihnya.
Rinjani berjalan beriringan dengan David senyum mereka terlihat di wajah cantik Rinjani yang begitu bahagia melihat sikap manis kekasihnya di depan semua orang yang ingin mengganggu mereka, Gisel tertawa lepas melihat Bastian berjalan dengan muka di tekuk seperti jemuran pakaian.
"Gua udah bilang mereka akan nolak luhh sih kepedean."
"Bisa diam nga luhh lagian Kitakan rayain kemenangan kita karena mereka juga." Ketus Bastian.
"Lagian yang menyuruh Lohh manggil mereka siapa." Ucap Dista dengan sinis.
"Dihh luhh lupa kalau Rinjani dan David yang membuat tim kita menang mikir dong luhh." Suara Bastian sedikit meninggi.
"Jadi maksud Lohh tanpa mereka kalian kalah begitu." Suara Dista tak kalah tinggi.
"Diam nga yang di bilang Bastian itu benar kok kalau nga ada Rinjani tim kita nga mungkin menang kaya gini." Ucap Desta .
"Terserah kalian lahh." Dista berjalan keluar cafe menuju parkiran mobil.
Gisel segera keluar menyusul langkah Dista yang sudah pergi melesat dari cafe dan segera masuk ke dalam mobilnya menyusul Kepergian Dista, Desta dan Bastian kesal dengan sikap Dista yang merasa tidak terima dengan kemenangan mereka karena Rinjani dan segera keluar masuk ke dalam mobilnya. Rinjani yang baru saja tiba di depan kamarnya bersama David segera membuka pintunya dan berjalan masuk ke dapur untuk membawakan David minuman dan juga cemilan, David berjalan-jalan melihat ruangan tamu Rinjani dan melihat wanita cantik dalam sebuah lemari kaca sedang tersenyum manis kepada ibunya David memperhatikannya merasa tidak asing dengan wajah cantiknya. Rinjani berjalan keluar dapur sambil membawakan makanan untuk David dan meletakkannya di atas meja menghampiri David yang tengah bengong melihat foto cantik Laras.
"Dia Laras." Ucap Rinjani membuyarkan lamunannya.
"Laras? Apa dia cucu kakek Arya." Tanya konyol David.
"Apa kau sudah kehilangan akal dia bukan cucu opa ku dia itu Laras wanita cantik yang berada di dalam kasus pembunuhan kemarin."
"Jadi dia orangnya."
"Iya apakah kau mengenalnya."
"Aku sepertinya pernah melihatnya tapi nga tahu di mana." Berjalan menuju sofa.
Rinjani memperhatikan wajah cantik teman mimpinya itu dan berjalan duduk di samping David, mereka berbincang diringi tawa lepas dari keduanya hingga larut malam David sudah lebih dulu pulang Rinjani yang baru saja selesai dengan ritual mandinya segera keluar kamar menuju tempat tidurnya merebahkan tubuhnya.
Di alam mimpi Rinjani tengah berada di dalam ruang sidang kasus Laras yang lumayan kacau dengan beberapakali orang asing mengacaukan persidangan mereka dan membawa lari dua tahanan yang berperan penting di dalam kasus ini, Rinjani segera berlari keluar ruangan menuju dalam mobil yang membawa mereka ke sebuah rumah mewah di kalangan kolongmerat terkaya di kota ini Rinjani mengikuti dua pria yang sedang berjalan masuk menggunakan topeng wajah agar tidak ada yang mengetahui kalau mereka yang membawa dua tahanan yang lainnya. Rinjani membulatkan matanya melihat satu pria dan satu wanita yang tidak asing baginya mereka tertawa lepas dengan keberhasilan mereka keluar dari persidangan berkat bantuan orang-orang dalam dan yang berperan penting di dalam persidangan ini, Rinjani segera mencari dalang yang sebenarnya dalam pelarian para tahanan dan segera tersadar dari mimpinya Rinjani membuka matanya secara perlahan beranjak dari tidurnya duduk di tepi ranjang memikirkan siapa yang membantu mereka dalam pelarian yang akan menjalankan persidangan hari ini.
"Siapa mereka bisa gawat kalau para pelaku bebas dengan paksa gua harus bagaimana." Lirih Rinjani beranjak dari duduknya.
Rinjani berjalan masuk ke dalam kamar mandi merendam tubuhnya seperti biasa memulai ritual mandinya Rinjani memakai shampo dan juga sabun kesukaannya, hari ini Rinjani akan menghadiri persidangan para pelaku pembunuhan Laras dan juga kedua orangtuanya yang selama ini hidup bersenang-senang memakai harta kedua orang tuanya. Dua puluh lima menit berlalu dia pun berjalan menuju shower membasuh wajah dan juga tubuhnya memikirkan cara untuk menghentikan rencana mereka yang akan membatalkan persidangan, Rinjani berjalan keluar kamar mandi duduk di depan cermin kamarnya mengeringkan rambutnya dan segera mendandani wajahnya secantik mungkin dan berjalan keluar kamar berjalan mengarah dapur namun matanya menangkap sosok pria tampan di atas meja sedang mempersiapkan sarapan pagi mereka dengan telaten memasak dan menyiapkan makanan kesukaannya.
"Kapan kau sampai." Tanya Rinjani mulai berjalan kearah meja makan.
"Sejak kau mandi ya udah aku masak sarapan pagi buat kita sebelum ke persidangan." Ucap David menarik salah satu kursi untuk Rinjani.
"Terima kasih." Rinjani segera duduk dan tersenyum manis.
"Kau makan yang banyak ya." David mengambilkan sarapan buatnya dan mengusap lembut rambutnya.
Mereka melahap sarapan paginya dengan berbincang perihal kasus yang akan mereka tangani meskipun David tidak ikut serta dalam persidangan namun dia ingin menjaga keselamatan kekasihnya tak lupa Rinjani menceritakan tentang mimpinya yang akan terjadi hari ini, mendengar cerita Rinjani David mulai cemas dengan kondisi Rinjani menghadapi sidang hari ini dan tak lupa Rinjani memberikan salinan berkas yang akan mereka butuhkan kepada David dan juga menghubungi asistennya agar mengawasi setiap gerak-gerik orang-orang yang mencurigakan kala persidangan di mulai. Di sela-sela percakapan mereka bunyi bel memberhentikan sarapannya David segera berdiri berjalan menuju pintu dan membukanya secara perlahan nampak pria paruh baya dan seorang ibu paruh baya membuat David sedikit terkejut dengan kehadiran tuan Arya dan juga ibu Santi, David mempersilahkan mereka masuk dan memanggil kekasihnya Rinjani yang mendengar teriakkan David segera berjalan menuju ruang tamu dan melihat kedatangan orang-orang yang sangat di rindukannya.
"Opa." Ucap Rinjani berjalan memeluk kakeknya.
"Sayang kamu semakin cantik saja." Goda Arya melihat kecantikan cucunya.
"Ibu bagaimana kabar ibu." Tanya Rinjani memeluknya.
"Ibu baik nak bagaimana kau siap kan." Ibu Santi melepas pelukannya.
"Pasti dong bu ohh iya Rani dan yang lainnya mana kok nga ikut." Rinjani berjalan keluar kamar celingak-celinguk.
"Mereka nga bisa hadir karena masih ada mata kuliah sayang jadi opa sama ibu Santi aja yang bisa datang nga papa kan." Ucap Arya menenangkan cucunya yang terlihat kecewa.
"Nga papa opa Sama ibu aja Rinjani udah bahagia kok." Rinjani berusaha tersenyum kepada mereka.
David menyalami tangan Arya dan juga ibu Santi mereka duduk bersama berbincang dengan santai diiringi tawa kebahagiaan, lima belas menit berlalu mereka bersiap-siap untuk menghadiri persidangan para pelaku dan keluar kamar Berjalan masuk ke dalam lift Rinjani dan juga lainnya merasa aneh dengan suasana lift setiap kali mereka masuk mereka merasa selalu ada yang mengawasi mereka dari jauh. Rinjani dan David berusaha tenang dan juga biasa-biasa saja hingga mereka keluar dari dalam lift Rinjani masuk ke dalam mobil kakeknya bersama David dan juga ibu Santi melesat pergi ke pengadilan, Rinjani terus mencari cara untuk menggagalkan rencana mereka membawa kabur tahanan saat persidangan berlangsung bunyi pesan ponsel Rinjani membuyarkan lamunannya dan melihat informasi tentang orang-orang yang terlibat dalam rencana hari ini tak lupa Dimas juga mengirim sebuah video percakapan sebelum akhirnya mereka menyudahi pembicaraan mereka. Rinjani hanya tersenyum simpul melihat rencana mereka yang akan segera di gagalkan oleh asisten dan juga teman-temannya nanti, dua puluh menit berlalu Rinjani beserta yang lainnya tiba di depan kantor persidangan Rinjani yang begitu cantik memakai jas yang telah di berikan oleh jaksa penuntut umum dan juga id card tanda pengenal bahwa dia adalah pengacara pihak korban yang akan memberikan hukuman yang setimpal dengan mereka.
David berjalan masuk ke dalam ruangan bersama kakeknya dan juga ibu Santi sedangkan Rinjani harus bertemu dengan hakim yang akan memimpin persidangan, tak lupa Dimas menemani Rinjani masuk ke dalam ruangan khusus hanya untuk hakim dan juga orang-orang yang berkepentingan masuk ke dalam ruangan. Ketika masuk Rinjani tak menemukan siapa-siapa dan menemukan sebuah surat pengunduran diri dari hakim yang akan bertugas, sesuai mimpinya hakim yang akan memimpin persidangan adalah hakim yang di tunjuk oleh para pelaku karena telah bernegosiasi dengan para pengacara pelaku masing-masing. Rinjani mengepalkan tangannya meremas kertas yang berada di tangannya hingga robek berkeping-keping hingga tak berwujud lagi, Dimas segera memberikan solusi kepada Rinjani agar nanti mereka tidak menang di persidangan tak lama mereka melangkah suara Keributan dari dalam gudang terdengar sangat keras hingga merusak pendengaran mereka Dimas segara mendobrak pintu dan terkejut melihat hakim yang akan memimpin berada di dalam gudang seorang diri.
"Bapak sedang apa di dalam." Tanya Rinjani membantunya keluar.
"Saya juga nga ngerti tadi saya cuman mau lewat tapi ada orang dengan sengaja membawa ku dalam gudang ini."
"Baiklah sekarang bapak istirahat di mobil saya Dimas tolong kamu bawa dia bawa dia kalau saya sudah memberikan mu kode." Ucap Rinjani dengan serius.
"Baik lady." Dimas membawa hakim itu keluar memakai masker agar aman dan tidak ada yang tahu.
Rinjani berjalan menuju ruang persidangan yang sebentar lagi akan di mulai Rinjani berjalan dengan santai tanpa sadar dia bertemu dengan Desta dan Dista yang baru saja masuk ke dalam ruangan, Desta memperhatikan baju yang di kenakan Rinjani dan membaca id card yang bergantung di lehernya dan melirik dari atas hingga bawah dan takjub dengan pakaian yang di kenakannya.
"Jadi kau pengacara pihak korban." Tanya Dista merebahkan.
"Tentu apa kau takut pelaku akan di hukum seumur hidup." Tantang Rinjani dengan santai.
"Mending kau kubur jauh-jauh mimpi Lohh itu Anjani karena papa akan segera bebas Lohh liat saja." Ucap sinis Dista.
"Kita lihat saja tapi gua sarankan untuk tidak terlalu berharap melihat papa Lohh itu bakal bebas dengan mudah." Ucap tegas Rinjani berjalan masuk ke dalam ruangan.
Dista mengepalkan tangannya berjalan masuk ke dalam ruangan duduk di kursi mereka dan memperhatikan David yabg tengah memberikan Rinjani semangat dan dukungan dari kakek dan seorang ibu paruh baya di sana, Rinjani memperhatikan Desta dan Dista dan tersenyum simpul membuat Dista geram setengah mati dengan senyum mengejek Rinjani mengarah kepadanya.
"Kurang ajar Lohh liat dia sangat kepedean akan memenangkan kasus ini." Kesal Dista.
"Lohh diam lahh jangan mencari Keributan kita lihat saja nanti aku yakin papa akan segera bebas jadi kau diam saja." Ketus Desta melirik Rinjani.
"Mata Lohh biasa aja kali kaya nga pernah liat cewek cantik aja." Ketus Dista tak kalah kesal.
Desta segera memalingkan wajahnya dari Rinjani dan fokus dengan tujuan dan juga kasus ayahnya yang akan di adakan beberapa saat lagi, hakim yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba di dalam ruangan persidangan berjalan dengan wajah datarnya duduk di kursi kebesarannya Rinjani memberikan berkas tuntutan kepada hakim dan juga jaksa penuntut umum agar pelaku di hukum dengan seadil-adilnya karena melakukan pembunuhan kepada Laras dan juga orang tuanya tak lupa Rinjani memberikan berkas bukti hasil korupsinya selama bekerja di perusahaan ayahnya. Desta dan Dista tak menyangka kalau saja Rinjani mempunyai semua bukti yang akan memberatkan hukuman orang tua mereka jaksa penuntut umum memeriksa dan membenarkan kalau berkas yang mereka punya adalah asli, bahkan jaksa penuntut umum memberikan berkas kasus Laras yang telah lama di tutup oleh pihak kepolisian untuk menutupi perbuatannya dan membuat orang tua dari gadis manis iru harus mengalami kesulitan di balik tembok rumah sakit jiwa.
Rinjani yang mengerti dengan raut wajah hakim yang berada di depannya itu hanya diam saja melihat langkah yang akan mereka ambil dalam membela para pelaku.
"Apa kau yakin ini semua berkas dan Bukti yang asli." Ucap pria paruh baya di hadapannya.
"Tentu sangat akurat pak hakim bahkan saya mempunyai rekaman suara mereka dalam mengakui semua perbuatannya, apakah anda meragukan bukti yang saya punya." Tantang Rinjani berjalan maju.
"Saya tidak bisa percaya begitu saja hanya karena bukti seperti ini." Ucapnya dengan datar.
"Lalu bukti apa yang kau ingin kan sehingga itu akan membuat mereka semua di hukum seumur hidup dengan perbuatannya." Suara Rinjani mulai terdengar dingin.
"Hadirkan saksi dalam kasus nona Laras dan juga saksi dalam pembunuhan orang tua anda."
"Apa kau meragukan kemampuan ku boleh saja anda salah dalam menilai saya pak hakim kalau begitu saya mau meminta pelaku mengakui terlebih dahulu mengapa hakim yang telah di tunjuk oleh jaksa penuntut umum harus di ganti dengan anda." Tantang Rinjani.
"Mereka semua terkejut terlebih lagi pelaku dan hakim yang berada di dalam ruangan mereka, hakim itu tidak terima dan mengebrak meja hingga berkas di atas meja berserakan.
"Berani sekali kau mempertanyakan itu hakim yang mereka tunjuk sedang sakit makanya mengundurkan diri." Timpal salah satu pelaku.
"Begitu bagaimana kalau ada seseorang dengan sengaja membawanya masuk ke dalam gudang dan menguncinya di sana agar anda bisa menggantikan posisinya dengan hakim gadungan seperti dia." Terang Rinjani memutar data diri dari hakim saat ini berada di dalam ruangan.
Kaki mereka mulai gemetaran dengan bukti Rinjani yang akan membuat hukuman mereka bertambah lama tak lupa Rinjani memberikan kode kepada Dimas untuk membawa hakim yang asli masuk ke dalam ruangan membuat hakim gadungan itu kocar Kacir untuk kabur namun sayang pergerakan mereka telah di kepung dengan semua anggota intelejen CIA seluruh penjuru, David tercengang dengan aksi Rinjani di atas modium dalam membela Laras dan juga orangtuanya demi hukuman pelaku Desta mengepalkan tangannya menatap Rinjani dan menghubungi salah satu anak buahnya agar bertindak namun hal tak terduga menghampirinya semua anak buah yang mereka bayar telah di bawa masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang babak belur oleh anggota intelejen CIA suruhan Rinjani. Akhirnya selama waktu banyak terbuang dan juga perdebatan kecil kepada pelaku dan juga pengacaranya pihak Rinjani mengajukan hukuman seumur hidup kepada pelaku dan telah di setujui oleh hakim dan juga jaksa penuntut umum.
"Saudara halim pemilik perusahaan terbesar di kota Jakarta dan saudara Budi Hutomo adik ipar dari Halim perdana dengan tuduhan pembunuhan saudari Larasati Pohan dan juga saudara Hadi dan istrinya Nani dengan pembunuhan dengan sengaja hanya karena menyembunyikan korupsi anda merelakan melenyapkan mereka semua dengan itu hukuman dari jaksa dan juga pengacara keluarganya anda di hukum seumur hidup." Ketukan palu telah terdengar isakan tangisan dari Rinjani dan ibu Santi memenuhi ruangan.
Dista tak menerima hukuman untuk papanya berteriak teriak seperti orang gila bahkan Desta hanya diam mendengar hukuman ayahnya wartawan yang telah meliput persidangan itu pun di buat puas dan takjub dengan pengorbanan Rinjani dalam membuktikan bahwa mereka bersalah dan mendapatkan balasan yang setimpal, Rinjani berlari memeluk kakeknya mencurahkan semua kebahagiaannya menangis tersedu-sedu dengan keberhasilannya membela Laras dan juga kedua orangtuanya.
*Kau berhasil sayang." Kakeknya meneteskan air matanya.
"Opa benar semua kerja keras Rinjani terbayar dengan terungkapnya kasus Laras mama dan papa." Air mata Rinjani mengalir deras.
"Kau hebat nak." Ibu Santi mengusap lembut rambutnya.
"Terima kasih ibu senang kan sekarang."
"Tentu senang sayang." Ibu Santi memeluk erat tubuhnya.
Di sela-sela tangisan mereka Dista berjalan cepat menuju Rinjani menariknya hingga jatuh terpental jauh dari David dan juga yang lainnya Dista mencekik lehernya hingga Rinjani kehabisan nafas semua kelakuannya tak sadar telah di liput secara langsung oleh salah satu wartawan hingga prilakunya viral dengan cepat, Rinjani melayangkan satu bogem mentah tepat di wajah cantik Dista hingga tersungkur kebawah dengan meringis kesakitan Desta segera berlari membawa Dista keluar ruangan menjauh dari semua wartawan dan juga orang-orang. Budi yang tidak terima dengan perlakuan Rinjani dan hukuman yang di terimanya berteriak-teriak kepada Rinjani dengan emosi meluap-luap berbeda dengan adik iparnya ayah Desta malah sebaliknya hanya terlihat tenang dan juga memperhatikan Rinjani dan David yang tengah menatapnya tajam.
Setelah berkas dan semua urusan sudah selesai Rinjani berjalan keluar ruangan menyusul David dan yang lainnya tak lupa Dimas selalu dengan setia menemaninya di belakang berjaga-jaga dengan serangan mendadak, Rinjani berjalan menghampiri kakek dan juga ibu Santi yang berada di parkiran mobil.
"Opa langsung balik sama ibu kan." Tanya Rinjani berdiri di hadapan mereka.
"Iya sayang." Ucap Arya.
"Kalian hati-hati ya ibu jaga diri baik-baik ya." Rinjani memeluk erat tubuh ibu paruh baya itu.
"Iya kamu juga jaga diri baik-baik nak." Ucap ibu Santi masuk ke dalam mobil.
Tuan Arya dan juga ibu Santi melaju dengan kecepatan rata-rata meninggalkan gedung sidang pulang ke Bandung, Rinjani yang tidak menemukan David berjalan menelusuri lorong-lorong ruangan persidangan namun tak menemukannya Rinjani menghubunginya namun tak bisa Rinjani mulai cemas kalah saja pihak musuh akan mencelakainya. Rinjani segera berjalan menuju parkiran namun mendengar suara orang minta tolong dalam ruangan serba gelap dan juga pengap dan sepi, Rinjani berjalan perlahan menuju ruangan itu memastikan kalau suara yang dia dengarkan nyata semakin dekat langkah Rinjani suara itu semakin keras di telinganya dan mendengar suara itu semakin dekat tak asing baginya. Rinjani segera berlari ke depan pintu gudang mendengar suara David berada di dalam meminta tolong Rinjani berusaha mencari bantuan namun parkiran sudah sepi dan hari semakin gelap, dengan terpaksa Rinjani mendobrak pintunya hingga tersungkur ke bawa lantai tak menemukan siapa-siapa di dalam gudang.
Kewaspadaan mulai menyerang Rinjani tanpa sadar seseorang menyerang Rinjani dari belakang untung saja Rinjani berusaha menghindar dan perkelahian tak terelakan lagi mereka saling memberikan bogem mentah Rinjani terus menepis serangannya hingga akhirnya dia pun terjatuh di bawa lantai, Rinjani berjalan kearahnya duduk sejajar dan membuka topeng yang di kenakan oleh pelaku yang menyerangnya matanya terbelalak kaget melihat pria tampan di hadapannya berada di depannya dan berusaha melukainya langkah Rinjani mulai terhuyung kebelakang air matanya mulai mengalir deras.
"Kau." Ucap Rinjani terbata-bata
Pria itu hanya bisa diam melihat wajah terkejut Rinjani dan berusaha lari dari sana meninggalkannya sendiri di tempat gelap dan juga sepi Rinjani menangis tersedu-sedu tidak menyangka kalau saja dia akan melakukan itu padanya dan berusaha melenyapkannya di gudang ini, Rinjani berusaha beranjak dari duduknya namun kakinya terlalu berat untuk melangkah dan belum bisa percaya dengan semua ini David yang baru saja tiba di depan pintu persidangan tak menemukan siapa-siapa. David terus berjalan menelusuri jalan ruangan namun tak menemukannya juga David melanjutkan perjalanannya hingga ke sebuah gudang sepi dan gelap terdengar suara isakan tangisan tak asing baginya dan segera berjalan cepat melihat Rinjani menangis tersedu-sedu di bawah lantai yang dingin. David berjalan masuk dan duduk di depan kekasihnya mengusap air matanya namun dengan cepat Rinjani menepisnya dan mendorong kuat tubuh David hingga terpental jauh darinya.
"Jangan pernah kau menyentuh ku dengan tanganmu itu." Teriak Rinjani dalam gudang.
"Ada apa dengan mu kenapa kau tiba-tiba seperti ini." Ucap David yang Bingung.
"Apa kau lupa dengan kejadian tadi bahkan baru saja sepuluh menit yang lalu kau berusaha melenyapkan ku apa kau lupa."
"Apa yang kau bicarakan aku bahkan baru saja tiba setelah Dimas memberitahukan ku kalau kau membutuhkan berkas lain dan tertinggal di apartemen mu." Ucap David menyakinkan.
"Kau tidak usah memutar balik kan fakta bahkan Dimas sedari tadi menemani ku hingga kau pergi setelah persidangan selesai."
"Aku bersumpah Anjani bahkan aku baru saja sampai percaya lah padaku." Ucap David memohon.
Rinjani diam saja tidak percaya dengan semua ini bahkan David memperlihatkan foto bahwa dirinya baru saja keluar dari apartemennya sekitar satu jam yang lalu dan penyerangan itu sepuluh menit berlalu kalau David berada di sana yang menyerangnya siapa, karena pikiran yang berat dan tidak sanggup dengan semua ini Rinjani jatuh tak sadarkan diri David mulai panik segera membawa kekasihnya masuk ke dalam mobil segera melajukan dengan kecepatan tinggi menuju apartemen Rinjani. Beberapa pasang mata terlihat sangat bahagia dengan perselisihan mereka yang mulai tegang dan melihat ekspresi Rinjani yang tidak menyangka kalau saja David menyerangnya hingga tak sadarkan diri, David menambah laju mobilnya melewati persimpangan jalan yang sepi hujan mengguyur Jakarta David semakin waspada dengan jalanan yang di lewatinya hingga sampai di depan pintu apartemen miliknya dan segera membawa Rinjani masuk ke dalam lift hingga sampai di depan pintu kamar Rinjani dan membawanya masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuh Rinjani di atas kasur dan berjalan keluar.
David memikirkan ucapan Rinjani yang menyatakan kalau dia menyerangnya bahkan pikiran seperti itu tidak akan pernah ada di dalam benaknya, David memijit-mijit kepalanya yang cukup pening dengan pikirannya yang membuat Rinjani sampai tak sadarkan diri. Rasa bersalah menyerang kepalanya hingga tertidur pulas di atas sofa Rinjani hingga pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments