Part 4

Hari ini Rinjani sudah di perbolehkan untuk pulang karena kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya Rani dan thisa yang telah sampai di rumah sakit membereskan pakaian Rinjani dan memasukkannya dalam tas yang telah mereka bawa, Ken yang baru saja msuk setelah mengurus administrasi kamar Rinjani berjalan kearah mereka dengan wajah seperti biasanya tanpa ekspresi membuat Rani dan thisa hanya diam saja jika menatap pria tampan idola kampusnya.

"Apa kalian sudah selesai." Ucap Ken dengan ekspresi datar.

"Iya sudah ngapain kau masih di sini lagian mereka kan ada." Ketus Rinjani turun dari bangkarnya.

"Sudahlah nga usah banyak nanya ini permintaan dari tuan Arya langsung jadi nga usah nolak ayo." Menarik tangan Rinjani di depan Rani dan thisa.

"Nga usah di tarik juga gua bisa jalan sendiri kali." Melepaskan tangannya dan berjalan menuju pintu keluar.

Thisa dan Rani hanya tertawa geli dengan tingkah mereka yang sangat lucu mereka pun menyusul langkah Rinjani yang telah hilang di balik pintu dan berjalan menuju lobi rumah sakit mereka masuk bersamaan ke dalam mobil Ken, Rinjani yang memilih duduk di belakang bersama thisa dan Rani duduk di depan bersama Ken mereka melesat pergi dari rumah sakit sepanjang perjalanan Rinjani hanya menatap keluar jendela memperhatikan jalanan yang mereka lewati Ken hanya memperhatikan Rinjani dari balik spion mobilnya. Setelah perjalanan mereka memakan waktu akhirnya tiba di sebuah rumah mewah di kawasan elit Rinjani turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Ken dan thisa masuk ke dalam kamarnya Rani mempersilahkan Ken dan thisa untuk duduk dan segera ke dapur mengambilkan beberapa cemilan dan minuman untuk mereka.

Di dalam kamar Rinjani merebahkan tubuhnya memikirkan kembali ucapan Kevin yang merasuki kepalanya untuk tidak mengungkap kembali kasus sepuluh tahun yang lalu, Rani berjalan ke ruang tengah membawa cemilan dan minuman untuk Ken dan juga thisa mereka ngobrol bersama di iringi tawa namun Ken lebih memilih diam dan memperhatikan kamar Rinjani yang masih saja tertutup rapat Rani yang tahu dengan pandangan Ken hanya menggelengkan kepalanya yang terus memandangi kamar Rinjani yang masih saja tertutup. Tak lama penantian Ken kamar Rinjani terbuka lebar memunculkan pemilik kamar dengan penampilan yang menakjubkan di pandang mata membuatnya tak berkedip hingga Rinjani duduk tepat di hadapannya Rinjani melirik kearah thisa dan Rani Untuk mencari tahu tentang pandang Ken namun mereka hanya mengangkat bahunya dan Kembali fokus kepada film yang mereka nonton.

Rinjani melempar cemilan hingga membuat Ken tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya dan kembali meminum minumannya, tak lama deru mobil memasuki kediaman Rinjani nampak Brama dan Angga yang baru saja pulang dari kampus Rani menghampiri mereka dan mempersilahkan Brama dan Angga untuk duduk dan bergegas kembali ke dapur mengambil minuman tambahan buat Angga dan Brama. Angga berjalan kearah Rinjani dan mengusap lembut rambut Sahabatnya dan duduk di sampingnya membuat Ken terus memandangi mereka.

"Gimana keadaan kamu." Ucap Angga memakan cemilannya.

"Udah baikan kok." Ucap Rinjani sambil tersenyum.

"Ada kabar buruk yang harus kalian ketahui." Ucap Angga dengan serius.

")Rani yang baru saja dari dapur penasaran dengan ucapan Angga." Kabar buruk apa." Timpal Rani memberikan minuman Angga dan Brama.

"Wanita itu berniat kuliah di kampus kita." Angga melirik Rinjani yang masih saja asik dengan tontonan ya.

"Wanita siapa yang kalian maksudkan." Sahut Ken menatap mereka semua.

"Bukan urusan Lo jadi nga usah ikut campur." Beranjak pergi kembali ke dalam kamarnya.

Rani dan thisa segera melangkah menuju kamar Rinjani begitu pun Angga meninggalkan Brama dan Ken yang masih penasaran dengan pembahasan mereka yang membuatnya kesal dan geram dengan sikap dingin Rinjani. Di dalam kamar Rinjani mengepalkan tangannya dan memandangi satu-persatu temannya dan kembali mengontrol emosinya agar tidak terlalu berfikir keras yang akan membuat penyakitnya kambuh lagi.

"Apa dia tidak puas dengan kekacauan di sekolah kita dulu kenapa sekarang dia harus masuk ke dalam kampus kita." Teriak Rinjani membuat Angga merinding.

"Apa kau tidak salah informasi kalau dia masuk ke kampus kita itu berarti cepat atau lambat rahasia Rani akan terungkap kan." Ucap thisa dengan cemas.

"Kita harus bagaimana kak kalau dia berhasil dengan masuk ke dalam kampus kita akan dalam bahaya bukan." Rani semakin panik.

"Kalian tenang lah dulu gua akan memikirkan itu semua sekarang kita keluar kembali ke ruang tengah dengan keadaan seperti semula ok." Mengedipkan satu matanya dan bergegas keluar kamar kembali keruang tengah.

Mereka akhirnya kembali dengan wajah yang sama membuat Ken dan Brama di penuhi pertanyaan-pertanyaan di dalam kepala mereka, Rinjani kembali duduk di hadapan Ken memasang ekspresi datarnya seperti biasa Ken terus memandangi Rinjani dengan pandangan susah di artikan membuat Rinjani heran dengan Ken.

Bisa nga Lo nga usah ngeliatin gua kaya gitu emang Lo mau mata Lo gua copot dari tempatnya." Gertak Rinjani.

"Apa yang kalian sembunyikan dari kita sedari tadi kok kalian hanya diam dan juga saling pandang ada apa." Tanya Ken dengan serius.

"Bukan urusan Lo udah sana balik udah mau malam juga." Ketus Rinjani.

"Kak jangan kaya gitu dong opa udah bilang kalau mereka harus makan malam bersama." Timpal Rani.

"Iya nih baru aja duduk udah di suruh pulang gimana sih." Kesal Brama kembali memakan cemilannya.

"Mereka bisa makan di rumah mereka kan kenapa harus di sini sih." Rinjani kembali melirik Ken dan Brama.

"Kak yang sopan dong kan kak Ken udah baik sama kak jagain di rumah sakit rubah sedikit dong sikap kak." Rani mengelus elus lengan Rinjani.

"Kalau aja bukan dia yang tahu bagaimana cara mengatasi penyakit gua ogah juga mau di temanin sama dia." Kembali fokus dengan cemilannya.

Ken dan Brama hanya diam saja tanpa memperdulikan ocehan Rinjani dan Rani yang membicarakan mereka hari semakin larut setelah makan malam bersama teman-teman Rinjani dan Rani pamit untuk pulang Angga dan thisa melesat pergi dari kediaman rumah mewah tuan Arya dan Ken sama Brama melajukan mobilnya meninggalkan rumah Rinjani dan Rani, mereka bergegas masuk ke dalam kamar setelah mengantar teman-temannya sampai depan rumah Rani memikirkan wanita di masa lalunya yang membuat hidupnya menderita setelah kepergian orang tuanya ada rasa takut jika berhadapan dengan wanita itu sulit untuknya berbicara ketika bertemu dengan wanita masa lalunya. Rinjani kembali memikirkan perkataan thisa dan mengkhawatirkan keadaan adiknya yang akan kembali bertemu dengan wanita di masa lalu mereka yang membuat mereka menderita tanpa sadar Rinjani terlelap dalam mimpi yang sama dengan hari sebelumnya.

Rinjani berjalan menelusuri jalan yang asing baginya dia pun terus berjalan hingga menemukan rumah sederhana yang sangat asri Rinjani melangkah masuk ke halaman melihat beberapa anak-anak bermain bersama kedua orang tua mereka Rinjani memandangi wajah wanita paruh baya yang tak asing baginya, dia terus memperhatikan wajah itu seketika membuatnya membulatkan matanya melihat sosok pria yang berarti dalam hidupnya bersama Rani dia meneteskan air matanya mengalir begitu saja melihat kedua orang tuanya yang telah lama meninggal dunia. Rinjani berjalan dan berpindah tempat di sebuah jalanan yang sepi dengan beberapa orang yang tak di kenalnya tiba-tiba menabrak mobil sedan berwarna silver di dalam mobil itu nampak wajah yang baru saja di lihatnya di rumah masa kecilnya hingga membuatnya teriak sekeras-kerasnya ketika melihat mobil kedua orang tuanya masuk ke dalam jurang yang sangat dalam.

Rinjani berlari ke tempat itu menangis sejadi-jadinya dan berteriak-teriak memanggil ke dua orang tuanya dan menatap tajam ke beberapa orang yang tengah senang dengan kematian orang tuanya, dia pun mengepalkan tangannya dan menatap tajam beberapa orang yang tak asing baginya dan menyeka air matanya dan berdiri namun tiba-tiba dirinya pindah tempat ke sebuah perusahaan terbesar di kota ini dan berada di dalam ruangan direktur melihat orang yang sama di saat mobil ke dua orang tuanya ketika masuk ke dalam jurang yang dalam. Namun matanya menangkap sosok wanita di masa lalunya dia membulatkan matanya jika dirinya juga terlibat dengan kematian orang tuanya marah benci dan dendam merasuki hatinya dan pikirannya yang berambisi untuk menjatuhkan mereka semua yang merenggut kebahagiaan masa kecilnya hingga dirinya menderita dan tinggal di pinggir jalan.

"Kalian akan membayar semuanya." Batin Rinjani kembali ke alam sadarnya.

Rinjani membuka matanya secara perlahan memandang kamarnya dan berusaha untuk bangun dan menyandarkan tubuhnya ke belakang tempat tidurnya dan memikirkan mereka yang membuat orang tuanya meninggal hingga meneteskan air matanya melihat ke dua orang tuanya masuk ke dalam jurang dengan sengaja menabrak mobil mereka. Rinjani menghamburkan semua barang-barangnya hingga pecah dan berteriak histeris menyakiti dirinya sendiri Rani dan tuan Arya berlari masuk ke dalam kamar Rinjani setelah mendengar barang-barang yang hancur dan teriakan Rinjani yang begitu keras yang mampu membangunkan mereka. Rani terkejut melihat isi kamar Rinjani yang begitu berantakan dengan barang-barang yang berserakan di dalam kamarnya dan Rinjani duduk di bawah lantai memengangi kepalanya mengingat kejadian di mana ke dua orang tuanya meninggal dunia.

Rani mendekati Rinjani dan duduk sejajar dengan kaknya dan memperhatikan wajah sendu dan kacau kaknya dan mengusap lembut wajahnya, Rinjani tersadar dari lamunannya dan memandangi wajah cantik adiknya dan tersenyum terpaksa membuat Rani dan tuan Arya kembali tenang.

"Apa kau baik-baik saja sayang." Ucap Arya.

"Iya opa maafkan Anjani jika membangunkan kalian." Rinjani mengangkat wajahnya dan tersenyum manis kepada kakeknya.

"Apa kak yakin baik-baik saja setelah menghancurkan semua barang-barang kak." Ucap Rani membantu Rinjani duduk di atas kasurnya.

"Iya gua baik-baik aja tolong ambilkan gua obat yang biasa Ken berikan cepat." Tegas Rinjani dan Rani segera mengambilnya dan memberikan kepada Rinjani.

Setelah meminumnya Rinjani mulai tenang dan merebahkan tubuhnya dan kembali terlelap, Rani dan tuan Arya hanya diam dan kembali keluar meninggalkan Rinjani yang tengah tertidur lelap Rani merebahkan tubuhnya di atas kasur kembali tertidur dengan kantuk yang menyerangnya.

Pagi mentari memasuki sela-sela kamar wanita cantik yang masih asik di bawah selimutnya terik matahari memasuki kelopak matanya membuatnya terjaga dari tidur panjangnya dan segera membuka mata secara perlahan dan merenggangkan ototnya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat yang melanda. Rinjani merendam tubuhnya di dalam bathtub dengan sabun kesukaannya yang mampu membuatnya tenang dengan aromanya dua puluh lima menit lamanya Rinjani berlalu dan berjalan menuju shower untuk membasuh tubuhnya dan keluar kamar mandi setelah rapi dengan pakaian santainya dan berjalan ke arah meja rias. Rinjani mengeringkan rambutnya yang sangat basah dan menabur sedikit bedak di wajah cantiknya dan sedikit polesan lipstik di bibir ranum miliknya membuat penampilannya mempesona seperti biasanya usai merapikan rambutnya Rinjani berjalan keluar kamar menghampiri Rani dan tuan Arya yang tengah asik sarapan pagi bersama.

Rinjani duduk di samping Rani seperti biasanya mengambil sarapan sendiri dan menuang jus jeruk untuk sarapan paginya seperti biasa meja makan hanya hening tanpa ada pembahasan mereka terus mematuhi peraturan tuan Arya, setelah makan Rinjani dan Rani pamit untuk berangkat kampus usah berpamitan Rani dan Rinjani berjalan menuju halaman rumahnya kali ini Rinjani memilih ikut barengan adiknya sembari menjaga keselamatan adik satu-satunya dari bahaya yang mengincar mereka. Rani yang bingung dengan sikap kaknya hanya diam saja mengikuti semua perintahnya dan segera melajukan mobilnya pergi dari kediamannya menuju kampus mereka sejak meninggalkan rumah Rinjani hanya fokus menatap ke depan tanpa melirik atau sekedar bertanya kepada adiknya di persimpangan tak jauh dari kampusnya mobil mereka di hadang dengan beberapa geng motor yang menghalangi jalan mereka.

Rani mulai panik ketika melihat beberapa senjata tajam yang mereka pengang untuk menyerang mereka kapan saja Rinjani berusaha tenang dan segera turun dari dalam mobil meninggalkan Rani sendiri dan menyuruh Rani mengunci semua pintu, awalnya Rani menolak dan memilih putar arah namun karena jalan mereka yang di kepung dengan terpaksa mematuhi perintah kaknya Rani yakin jika kemampuan bela diri Rinjani akan mudah mengalahkan mereka Rinjani berjalan dengan santai menuju ke arah mereka dan duduk tepat di atas mobil dan berhadapan dengan mereka. Salah satu dari mereka berjalan menghampiri Rani yang berada di dalam mobil dengan sigap Rinjani memberi bogem mentah tepat di perut dan juga wajahnya membuat pria itu tersungkur ke tanah melihat rekannya babak belur dengan cepat mereka melayangkan bogem mentah namun masih bisa di tepis dengan Rinjani adengan demi adengan Rani hanya bisa gemetaran dan menyaksikan Rinjani bersama beberapa anak geng motor yang menghadang mereka.

Hampir setengah jam lamanya Rinjani memberi satu bogem mentah salah pria itu itu hingga mereka jatuh bersamaan dengan patah tulang berbeda-beda membuat mereka meringis kesakitan, Rinjani hanya tersenyum simpul dan kembali masuk ke dalam mobil dan mendapati Rani tengah gemetaran dan ketakutan dengan kejadian baru saja di saksikan nya Rinjani menenangkan adiknya hingga tenang seperti semula Rinjani mengambil alih kemudi dan segera melesat pergi dari tempat itu menuju kampusnya yang sudah tak jauh lagi setelah sampai di depan pintu kampus Emeli memparkirkan mobilnya ke parkiran mobil dan segera turun dari dalam mobil membuat seniornya menatap kagum kepadanya. Rani keluar dengan wajah pucat yang masih saja mengingat adengan Rinjani dengan beberapa anak geng motor yang menghalangi mereka Rinjani memapah tubuh adiknya hingga masuk ke dalam kelasnya menerobos kerumunan para seniornya yang tengah membicarakan tentang dirinya Ken dan Brama yang baru saja keluar kelasnya melihat Rinjani dan Rani yang tengah berjalan menuju kelas Rani dengan memapah tubuh Rani di pundaknya.

Meski Rani dan Rinjani memiliki sifat yang berbeda namun Rinjani masih begitu peduli dengan adiknya yang selalu membuatnya tertawa dan juga bahagia jika bersama dirinya, Ken berlari menghampiri Rinjani dan Rani yang hendak masuk ke dalam kelas Rani dan membantunya membawa masuk semua histeris melihat idola mereka masuk ke dalam kelasnya membawa Rani yang tengah terlihat tidak sehat. Angga terkejut dengan kedatangan Rani yang nampak pucat dan gemetaran membuat semua orang heran dengan keadaan wanita cantik yang biasanya hanya diam saja Angga menarik kursi Rabi dan mendudukkan Rani di kursinya Rinjani meminta Angga membelikan air dan juga minyak angin untuk mengobati adiknya yang tengah syok melihat kejadian barusan saja mereka hadapi.

"Ada dengan Rani." Tanya Ken memandangi Rinjani.

"Dia cuman syok aja tadi gua di hadang dengan beberapa geng motor makanya dia kek gini." Ucap Rinjani dengan santai.

"Apa." Sedikit berteriak." Tapi kalian nga papa kan atau ada yang luka." Ken memutar-mutar badan Rinjani dan Rani.

"Apa sih Lo Rani itu tengah sakit malah di putar-putar." Menepis tangan Ken dengan kasar membuat empunya kesakitan.

"Sakit tau nga orang nanya baik-baik juga." Ucap Ken dengan kesal.

"Sudahlah sebaiknya kak Ken kembali kelas nga usah mikirin kita semuanya baik-baik saja kok." Sahut Rani dan tersenyum ramah.

"Baiklah kalau begitu gua permisi dulu." Pergi meninggalkan kehebohan teman kelas Rani yang masih saja membicarakan tentang Rinjani dan Ken.

Tak lama Angga masuk bersama thisa yang begitu khawatir dengan keadaan kedua sahabatnya Angga memberi minyak angin dan juga minuman yang telah di belinya bersama Rinjani dengan telaten Anjani membasuh minyak angin ke seluruh tubuh adiknya membuat orang bengong dengan sikap pedulinya kepada adiknya sendiri bahkan Angga dan thisa hanya diam saja setahu mereka Anjani dan Rani tidak pernah akur jika bersama mereka pasti akan bertengkar kecil dan saling mengejek satu sama lain. Setelah merasa baikan Emeli pergi dan Kembali ke kelasnya bersama thisa mereka terus berjalan tanpa memperdulikan ucapan para mahasiswa yang sedang iri dengannya thisa mulai risih ketika tanpa sengaja berpapasan dengan seniornya dan wanita masa lalu mereka yang membuat Sahabatnya harus menderita Rinjani hanya menatap tajam kearahnya dan melewati mereka tanpa ingin mencari Keributan yang akan mengundang banyak perhatian orang-orang di are kampus.

Rinjani masuk ke dalam kelasnya dan duduk di kursinya dan mengeluarkan beberapa buku pelajaran yang akan mereka pelajari sebentar lagi, thisa pun duduk di kursinya dan menyelesaikan tugasnya yang belum juga selesai sejak Rinjani masuk ke rumah sakit nilainya mulai menurun tak lama dosen killer yang terkenal galak di kampus mereka masuk dengan gaya killer dan juga banyak gaya dengan make up-nya yang berlebihan seperti ondel-ondel Jakarta setiap kali membuat anak-anak dalam kelas tertawa dengan hiburan wajah dosennya. Mereka belajar dengan hikmat tanpa gangguan dan berjalan lancar dua puluh menit berlalu kelas Rinjani usai dan dosen mereka memberikan tugas agar mencari sebuah kasus untuk menjadi judul skripsi mereka nantinya Rinjani yang telah mendapatkan ide bergegas membereskan semua buku dan alat tulisnya masuk ke dalam tasnya dan keluar kelas bersama thisa menghampiri kelas Rani dan Angga sembari mengajak mereka ke taman belakang kampus mereka.

Namun mereka mendengar Keributan dari dalam kelas Rani yang heboh dengan kehadiran seniornya yang tengah mengerjai adiknya Rinjani hanya diam saja mengepalkan tangannya dan mengebrak pintu membuat semua orang terkejut dengan kehadirannya, Rani hanya bisa menangis mengingat kondisinya tidak bisa melawan mereka semua yang tengah mengerjainya habis-habisan Rinjani berjalan sambil menahan amarahnya membantu adiknya duduk kembali di kursinya dan melirik tangan Rani yang lebam dan juga merah membuatnya naik darah dan melirik tajam kearah seniornya dan wanita di masa lalu mereka. Namun sebelum Rinjani maju Rani lebih dulu mencegahnya agar rahasianya tak di ketahui semua orang namun emosi telah menguasai kepalanya dan menepis dengan kasar tangan adiknya dan mulai maju membuat seniornya mundur secara perlahan tanpa terkecuali musuh bebuyutannya nampak amarah yang besar di mata wanita cantik yang terkenal dingin di kampusnya wanita itu menatap mata Rinjani dan terkejut dengan tatapan mata yang tidak begitu asing baginya. Rinjani mengcengkram pergelangan tangan seniornya dan membuat pergelangan tangannya merah dan lebam seperti pergelangan tangan Rani membuatnya menangis kesakitan.

Wanita itu menepis tangan Rinjani agar melepas cengkraman nya dari tangan temannya namun Rinjani tak bergerak malah menambah cengkraman tangannya membuat semua orang menatap ngeri dengan Rinjani yang tak seperti biasanya.

"Gua udah memperingati kalian untuk tidak menggangu Rani ataupun teman-teman gua tapi nampaknya kalian memang ingin mencari masalah." Melepas cengkraman nya hingga seniornya tersungkur dan melirik tajam kepada wanita itu.

"Siapa kau sebenarnya." Tanya wanita itu membuat semua orang bingung.

"Apa kau sekarang mulai pikun tak mengenali ku apa mau gua bantu untuk mengingat kan kembali siapa diri ku." Maju mendekatinya hingga terjatuh di bawa ubin kelas Rani.

Sebelum melayangkan bogem mentah di wajah wanita itu Ken lebih dulu mencegahnya dan menatapnya tajam dan menjauhkan tubuh Rinjani dengan mahasiswa baru kampusnya dan membantunya bangun dan mendudukkan di kursi tempat biasa dosen duduki dan berjalan ke arah Rinjani menatap tajam manik mata yang biasa membuatnya luluh namun mata ini sangat asing baginya membuatnya terkejut. Rani menghampiri kaknya dan segera menatap matanya namun hal yang sama mata yang biasa membuatnya aman berbeda dengan tatapan yang sekarang di lihatnya dan terhuyung kebelakang dengan pandangan mata Rinjani yang tidak seperti biasanya.

"Siapa kau sebenarnya." Tanya Rani gemetaran.

"Ada apa dengan mu kenapa kau seperti bukan Rinjani yang kami kenal." Sahut Ken memperhatikan Rinjani.

Rinjani tak menghiraukan ucapan Rani dan mendekati Fani dan juga teman-temannya menatap tajam kearah mereka Rani mulai mencegah tangan Rinjani dan membuatnya menoleh ada rasa bersalah masuk ke dalam hatinya membuatnya luluh dan berjalan kearah Rani dan membantunya untuk duduk di kursinya namun Rani mundur kebelakang tak ingin berdekatan dengan kaknya membuat semua orang tercengang dengan sikap Rani.

"Jangan mendekat gua nga mau kau berada di sini." Isak tangis mulai terdengar dari bibir ranum Rani.

"Bahkan adik mu sendiri tidak ingin mendekati mu." Timpal wanita itu membuat Rinjani kembali meliriknya.

Rinjani mulai berjalan kearah wanita itu dan Rani menarik tangan kaknya namun di tepis kasar dengan Anjani membuat semua orang semakin heran dengan Rinjani, dia pun semakin mendekat hingga ingin menariknya namun Ken kembali menahannya dan menjauhkan dari wanita itu namun tenaga Rinjani dua kali lipat dari biasanya hingga membuat Ken tersungkur ke bawah Fani beserta teman-temannya gemetaran setiap kali menatap mata Rinjani yang selalu membuatnya takut Ken kembali menahannya dan memerintahkan semua keluar dan meninggalkan mereka dengan cepat Fani di bantu dengan teman-temannya meninggalkan kelas Rani dan berjalan keluar. Tiba-tiba pandangannya kabur dan terjatuh tak sadarkan diri membuat Rani Angga dan thisa panik setengah mati Angga memapah tubuh Rinjani masuk ke dalam mobil dan melaju kan menuju rumah Rani Sepenjang perjalanan Rani tak henti-hentinya menangis mengingat kejadian tadi Ken dan Brama yang belum mengerti dengan situasi ini segera menyusul mereka ke rumah Anjani di UKS kampus Fani dan wanita itu memikirkan Rinjani yang sangat mengerikan jika sedang marah Bahkan wanita itu seperti mengenal tatapan Rinjani yang tidak asing baginya.

"Kau lihat saja gua bakal membekas semua ini." Batin Fani meringis kesakitan.

Tiga puluh menit berlalu Angga tiba kediaman Rani dan segera membawa Rinjani ke dalam kamarnya dan menghubungi dokter Kevin sembari menunggu dokter tak berselang lama Kevin dan Ken datang bersamaan Rani mempersilahkan Kevin masuk untuk memeriksa kondisi Rinjani yang tengah pingsan, Kevin segera masuk dan mengeluarkan semua alat yang akan digunakan untuk memeriksa kondisi Rinjani butuh waktu lama Kevin berada di dalam dan segera keluar setelah selesai memasang selang infus dan berjalan keluar kamar menuju mereka yang tengah menunggu sembari tersenyum Rani beranjak dan berjalan menuju Kevin.

"Bagaimana keadaan Rinjani dokter." Tanya Rani dengan panik.

"Kalian nga usah khawatir Rinjani hanya syok sebentar lagi akan sadar kok." Ucap Kevin sambil tersenyum.

"Syukurlah kalau begitu terima kasih dokter." Rani mengulurkan tangannya.

Sama-sama kalian nga usah sungkan untuk menghubungi ku jika Rinjani kembali seperti ini." Melepas uluran tangan dan pamit undur diri dan masuk ke dalam kamar Rinjani.

Rani menangis tersedu-sedu dengan kondisi Rinjani saat ini dia merasa bersalah akan kejadian ini, dunia lain Rinjani kembali di mana mereka menghabiskan masa kecilnya namun tersadar akan perutnya yang sangat lapar Rinjani membuka matanya secara perlahan melirik ke sana kemari mendapati teman-temannya tengah khawatir dengan keadaannya Rinjani berusaha bangun menyandarkan tubuhnya kebelakang kasurnya dan memasang wajah seperti biasanya Rinjani mulai aneh dengan ruangan ini mengapa dirinya kembali ke kamar seingatnya dia berada di dalam kelas Rani begitu pikirnya.

"Pasti ini ulah dia udah gua bilang jangan kelewatan batas sial." Lirih Rinjani namun masih terdengar oleh Ken.

"Siapa yang kau maksudkan siapa yang kelewatan batas." Timpal Ken di sela-sela pikiran Anjani.

"Bukan siapa-siapa kau salah dengar kali." Kilah Rinjani mengalihkan perhatian Rani.

"Jangan berbohong lagi ada apa sebenarnya apa yang kau sembunyikan dari kami." Bentak Rani membuat Rinjani kesal.

"Sudah gua bilang jangan membentak ku ada apa dengan mu lagian apa yang gua sembunyikan itu cuman perasaan kalian saja." Rinjani sedikit meninggi kan suaranya.

"Gua nga mungkin bilang seperti itu kalau saja kau tidak berubah kau tidak seperti Rinjani yang kami kenal dengan tatapan mu itu membuat ku yakin kalau kau menyembunyikan sesuatu." Tuduh Rani membuat Rinjani terdiam sejenak.

Rinjani terus memikirkan jawaban apa yang akan di berikan kepada Rani dan Ken yang semakin curiga padanya tak ada satu pun ide yang terlintas di benaknya seketika otaknya membeku." Itu cuman pikiran kalian saja sudah sana keluar dari dalam kamar gua dan suruh pelayan membawakan ku makanan." Rinjani mulai memejamkan matanya agar mereka keluar.

Angga thisa hanya diam saja memperhatikan Rinjani yang sedikit gugup dan mereka keluar meninggalkan Rinjani sendiri untuk istirahat dan Rani memerintahkan pelayan untuk membawakan Rinjani makanan untuk di bawa ke dalam kamarnya mereka masih saja memikirkan tingkah Rinjani, setelah pelayan membawakan makanan Rinjani menyantap makanannya hingga habis tak tersisa dan keluar kamar membawa piring ke dapur dan masih saja menemukan teman-temannya duduk tengah menikmati cemilan di ruang tengah dan berjalan menuju mereka, setelah berbincang cukup lama mereka semua pamit pulang Rinjani mengantar mereka semua sampai ke halaman pintu rumahnya memperhatikan mereka harus hingga hilang di balik pagar menjulang tinggi Rinjani kembali ke dalam kamarnya mengambil sebuah buku di dalam laci dan berjalan menuju ruang belajar yang terhubung langsung dengan kamar pribadinya Rinjani terus menerus membacanya Rani yang tidak sengaja lewat melihat kamar Rinjani terbuka sedikit Rani membuka secara perlahan dan berjalan pelan-pelan masuk ke dalam kamar Anjani namun tidak menemukan siapapun di dalam kamar Rani membuka pintu kamar mandi dan sama tidak ada pandangan Rani menemukan pintu ruangan belajar yang terbuka dan melihat Rinjani tengah membaca buku diary Rani terus memandang Rinjani yang begitu asik dengan bukunya tanpa sadar Rani tengah menatapnya tanpa ingin ketahuan Rani kembali berjalan pintu keluar kamar Rinjani sebelum Anjani sadar akan kehadirannya dan menutup pelan-pelan pintu kamar Rinjani dan bergegas pergi dari sana kembali masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuhnya dan terlelap dalam tidurnya.

Rinjani yang telah selesai membaca bukunya Rinjani kembali ke dalam kamar meletakkan buku diary itu ke dalam laci dan merebahkan tubuhnya memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya, di dunia lain Rinjani tengah berada di sebuah kamar memperlihatkan wanita paruh baya yang tengah terbaring dengan tubuh yang lemas dan wajah pucat Pasih Rinjani mulai simpati melihat ibu dari wanita itu tak bisa di bayangkan jika dirinya di posisi seperti itu air mata yang di bendung lolos begitu saja membasahi pipinya setelah mendengar perkataan ibu dari wanita itu hatinya merasa sakit mendengar ucap ibu wanita itu dan melihat foto cantik anaknya Rinjani kembali keluar ke ruang tengah mencari benda yang telah di tulis di dalam buku diary itu dan menemukan sebuah kotak tersembunyi di bawah kursi kayu Rinjani berusaha mengambilnya dan kembali ke alam sadarnya. Rinjani membuka matanya secara perlahan dan melirik ke sana kemari menemukan kotak yang berada di dalan mimpinya nyata Rinjani mengucek-kucek matanya tak percaya dengan kotak tersebut Rinjani hanya diam saja memandangi kotak itu masih tak percaya dengan semua ini Rinjani mulai membuka kotak itu namun tiba-tiba nampak Rani di balik pintu membawa nampan berisikan sarapan pagi untuknya Rinjani menyembunyikan kotak itu di bawah selimut miliknya dan menatap tajam arah Rani. Rani meletakkan sarapan Rinjani ke atas meja dan duduk di tepi ranjang menatap Rinjani dengan tatapan tanpa bisa di artikan.

"Nih gua bawain sarapan pagi Lo segera makan lalu pergi mandi udah jam berapa ini." Ucap Rani beranjak dari duduknya.

"Bawel banget sih Lo iya ini udah gua mau makan udah sana keluar." Ucap Rinjani dengan kesal.

"Iya hari ini Lo bareng gua lagi." Berjalan keluar kamar berjalan menuju meja makan di mana Arya tengah sarapan.

Setelah keluar kamar Rani hanya diam saja memakan sarapannya hingga habis dan kembali murung Arya yang tak biasanya melihat cucu kesayangannya murung hanya diam saja dan berpamitan kepada kakeknya dan berjalan keluar menuju halaman rumah sembari menunggu Rinjani bersiap-siap Rinjani menyantap sarapan paginya hingga habis tak tersisa dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya Rinjani masuk ke dalam bathtub dan merendam tubuhnya dan memanjakan tubuhnya dengan aroma kesukaannya, dua puluh menit berlalu Rinjani beranjak menuju shower untuk membasuh tubuhnya dan keluar kamar mandi dengan pakaian santainya seperti biasa cantiknya tak bisa di tandingi Rinjani berjalan keluar kamar menuju meja makan membawa piring kotornya ke dalam dapur dan duduk di samping kakeknya.

"Pagi opa." Sapa Rinjani mengambil satu buah roti.

"Pagi sayang bagaimana keadaan kamu." Ucap tuan Arya.

"Udah baikan kok opa ya sudah Rinjani pamit dulu kasihan Rani menunggu ku." Mencium pipi kakeknya dan berjalan keluar rumah.

Rinjani berjalan menuju halaman rumah menghampiri Rani yang tengah duduk manis di bangku halaman rumah sambil memainkan ponselnya Rinjani masuk ke dalam mobil Rani beranjak dari duduknya masuk ke dalam mobilnya setelah melihat Rinjani masuk ke dalam mobil, Rani melaju kan mobilnya meninggalkan kediamannya sejak dari Kepergian dari rumah mereka Rani dan Rinjani hanya diam saja tanpa berbincang Rinjani fokus menatap ke depan tanpa melirik adiknya yang tengah menyetir Rani hanya memikirkan sikap Rinjani yang semakin dingin dengannya dan juga teman-temannya lima belas menit perjalanan mereka Rani memasuki area parkiran kampus dan memparkirkan mobilnya di tempat biasa. Rinjani keluar dari dalam mobil dan segera menginjakkan kakinya ke tanah namun di cegah lebih dulu oleh Rani, Rinjani hanya diam dan menatap tajam kearah adiknya dan melepaskan genggaman Rani dari tangannya.

"Ada apa." Dengan datarnya.

"Kau kenapa sih kok semakin hari kau semakin dingin denganku." Ucap Rani mulai berkaca-kaca.

"Nga papa kok itu cuman perasaan Lo aja udah gua mau masuk bentar lagi bel berbunyi." Bergegas berjalan menuju kelasnya.

Seperti biasanya para seniornya telah menunggu kedatangannya Rinjani hanya berjalan melewati mereka tanpa menghiraukan ucapan para seniornya salah satu dari mereka menghalangi jalannya dan menatap tajam kearahnya namun Rinjani hanya diam saja tanpa ingin mencari keributan pria itu mulai mengganggu Rinjani namun tak dapat respon dari wanita cantik di hadapannya.

"Wah wah jadi ini berandalan kampus kita yang sekarang jadi viral ya." Ucap pria itu.

"Minggir Lo nga usah nyari ribut sama gua." Menggeser sedikit tubuh seniornya hingga terhuyung kebelakang.

"Apa sekarang Lo itu bisu atau jangan-jangan nyali Lo menciut ya." Meremehkan Rinjani.

Rinjani hanya diam saja tak ingin menjawab pertanyaan para seniornya dan mulai berjalan maju namun pria itu masih saja berdiri dari hadapannya, Rani mulai memperhatikan wajah Rinjani yang tengah menahan amarahnya lagi-lagi Rani melihat tatapan Rinjani yang tidak seperti biasanya Rinjani mengepalkan tangannya dan mulai mendekati seniornya hingga tersungkur ketanah membuat Rani dan yang lainnya hanya bengong saja pria itu kembali berdiri dan menarik dengan kasar tangan Rinjani hingga terjatuh dan di tertawa kan dengan para seniornya Rinjani bangkit dan melayangkan satu bogem mentah tepat di wajahnya hingga mengeluarkan cairan merah segar di bagian hidungnya akhirnya perkelahian tak terelakan mereka saling melayangkan bogem mentah namun Rinjani dengan mudah menepisnya Rinjani kembali memberikan satu bogem mentah tepat di wajahnya hingga pria itu terjatuh kembali. Angga dan Rani hanya diam saja Rani melangkahkan kakinya ingin memisahkan mereka namun di cegah oleh Angga dan kembali menyaksikan semua tingkah Rinjani yang berubah jika emosi Rinjani hanya berdiam diri memperhatikan pria itu mereka menjadi pusat perhatian semua mahasiswa kampus.

Mereka kembali saling melayangkan bogem mentah Rinjani semakin emosi dan ingin menuntaskan semua ini satu bogem mendarat di wajah cantiknya namun masih bisa tepis oleh Rinjani hingga tak terelakkan lagi pertengkaran mereka menjadi pusat perhatian semua mahasiswa kampus mereka juga merekam semuanya hingga viral di forum kampus lagi Rinjani membogem satu lagi hingga membuat pria itu tak sadarkan diri. Rani berlari mencegah tangan Rinjani yang hendak ingin membogem wajah pria itu yang telah pingsan karena ulahnya.

"Berhenti." Teriak Rani mendorong tubuh Rinjani kebelakang.

"Apa kau tidak waras membuat anak orang sampai pingsan seperti itu." Bentak Rani.

"Kau mending pergi dari sini ini bukan urusan Lo." Suara Rinjani sedikit meninggi.

"Ada apa dengan mu kenapa kau semakin berubah Anjani siapa kau sebenarnya." Ucap Rani mulai meneteskan air matanya.

"Gua sudah bilang tidak usah ikut campur dan pergi ke kelas Lo sekarang." Teriak Rinjani yang masih tersulut emosi.

Semua yang berada di sana bergedik ngeri dengan teriakan Rinjani yang menulikan telinga mereka Rani berlari ke dalam kelasnya setelah mendengar ucapan kaknya Angga hanya melirik tajam kearah Rinjani dan segera berjalan menuju Rani masuk ke dalam kelasnya Rinjani berjalan santai seperti tidak melakukan apa-apa dan melewati kerumunan seniornya yang masih tidak percaya, Ken dan Brama yang baru saja tiba di area kampus melihat beberapa mahasiswi berkerumunan melihat pria yang tengah tergeletak di bawah tanah dengan tidak sadarkan diri Brama menerobos kerumunan orang-orang yang tengah histeris dengan pria itu hingga saat ini tak sadarkan diri Ken dan Brama mulai memeriksa denyut nadinya dan masih berdenyut dan meminta bantuan beberapa orang temannya untuk membawanya ke UKS kampus. Kaum hawa yang bisa melihat secara dekat idola kampusnya mengalihkan perhatian mereka kepada kedua pria tampan di hadapannya hingga tidak memperdulikan tatapan Fani yang tengah memperhatikan mereka Ken dan Brama mencoba melirik ke sana kemari agar menemukan keberadaan orang yang telah mencari Keributan di area kampus mereka.

"Di mana dia." Ucap Ken dengan para fansnya.

Dia siapa yang kau maksudkan." Ucap wanita dengan mata berbinar-binar.

"Orang yang membuat pria itu terbaring tak sadarkan diri." Tanya Ken sekali lagi.

"Oh dia kelasnya kali atau ke mana gua juga nga tau." Jengah wanita itu.

"Emang dia pria atau wanita." Timpal Brama dengan konyolnya.

"Apa kalian tidak tahu jika Rinjani yang membuatnya seperti itu." Berdengus kesal dengan pria tampan di hadapannya.

"Apa Rinjani." Teriak mereka bersamaan.

Ken dan Brama kembali berjalan menuju kelas Rinjani menghiraukan teriakan para fans dan juga Fani yang baru saja ingin menghampirinya Brama terus berjalan layaknya model papan atas Indonesia membuat semua mahasiswa histeris bukan main tak kalah dari Brama Ken juga berjalan seperti Brama yang membuat perhatian semua orang tertuju kepadanya, Rinjani yang baru saja duduk di kursinya kembali mendapatkan cibiran dari teman kelasnya yang tidak menyangka dengan perlakuan dirinya kepada seniornya bahkan thisa pun mulai menjauh darinya karena merasa tidak mengenal Rinjani lagi namun Rinjani hanya diam tanpa memperdulikan mereka kembali fokus dengan tugas dosennya yang telah di berikan seminggu yang lalu. Tiba-tiba gebrakan pintu mengalihkan pandangan mereka kepada dua pria tampan yang terlihat sangat marah kepada seseorang seketika mereka diam begitu pun thisa tak mampu menatap mereka Rinjani yang mulai aneh dengan suasana kelasnya menoleh ke arah sumber suara menemukan dua pria tampan tengah menatapnya tajam Rinjani hanya memutar bola matanya malas dan kembali fokus kepada tugasnya.

Ken dan Brama berjalan masuk ke dalam kelas Rinjani yang masih saja kesal dengan wanita itu mereka berdiri tepat di hadapan Rinjani dan thisa namun orang yang mereka tatap tak bergeming dari tempatnya yang hanya fokus pada bukunya, Brama mengambil tugas Rinjani dan melemparnya ke sembarang arah membuat Rinjani kesal dan geram Fani yang sedari tadi memperhatikan kedua pria itu hanya tersenyum simpul melihat ekspresi Rinjani yang semakin kesal dengan kedua pria di hadapannya Ken menarik tangan Rinjani untuk keluar kelas namun Rinjani tak bergeming dan melepas tangan Ken dengan kasar dan menendang mejanya hingga jatuh ke atas lantai kelasnya membuat semua orang tercengang Rinjani menarik kera baju Ken dan menatap tajam kearah manik matanya ada tatapan yang tidak biasa di temukan oleh Ken saat bertatapan dengan Rinjani membuatnya semakin penasaran dengan perubahan Rinjani saat ini.

"Gua udah pernah bilang jangan pernah mengganggu ku apa kau tidak bisa mengerti hah." Bentak Rinjani dengan kesal.

"Ada apa dengan mu kenapa kau membuat Keributan di area parkiran kampus dan membuat anak orang pingsan tak sadarkan diri apa yang kau lakukan." Ken sedikit meninggi kan suaranya.

"Jangan pernah membentak ku karena gua nga suka dan jangan pernah ikut campur dengan urusan ku kalau kau masih ingin hidup di dunia ini." Bisik Rinjani ke telinga Ken dan melepas genggamannya.

Rinjani membereskan semua buku dan memasukkan ke dalam tasnya dan segera pergi dari sana namun lagi-lagi di cegah oleh Ken dengan cepat Rinjani melayangkan satu bogem mentah di wajah tampan Ken hingga membuatnya terhuyung kebelakang dan kembali berjalan tanpa menghiraukan ucapan Brama dan thisa, Rinjani melewati Fani dan juga teman-temannya wanita itu tengah menunggunya di depan kelas dengan pandangan tak bisa di artikan Rinjani hanya cuek dan kembali melewatinya namun tiba-tiba genggaman tangan wanita itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearahnya menatap tajam manik mata yang selama ini di carinya.

"Lepasin tangan Lo." Ucap Rinjani dengan dingin.

"Mau ke mana Lo mau kabur lagi." Ucap wanita itu.

"Kabur maksud Lo apa." Kesal Rinjani menatap tajam kearahnya.

"Bukanya itu jati diri Lo ya dari dulu tiap ada masalah Lo pasti kabur iyakan." Rinjani mulai terbawa emosi dengan ucapan masa lalu itu.

"Diam kau Lo nga tau apa-apa jadi jangan pernah ikut campur dengan urusan gua lagian Lo kenapa ngikutin gua apa Lo nga puas dengan pria yang telah kau tiduri itu hingga kesini untuk merebut pria ku lagi dan menggodanya lagi ternyata kau memang nga pernah berubah murahan tetap saja murahan." Bentak Rinjani melepas genggaman wanita itu dan membuatnya malu dengan semua ucapannya.

Plakkk.

Satu tamparan lolos begitu saja di pipi mulusnya Rani yang tak sengaja melihatnya hanya diam saja tanpa ingin membela kaknya Rinjani memengangi pipinya yang terasa perih dan mengepalkan tangannya dan mulai mendekati wanita itu, wanita itu semakin mundur dan gemetaran melihat aura kemarahan yang tidak biasanya dari dalam mata Rinjani saat ini hampir saja satu tamparan mendekati pipi wanita itu namun di cegah oleh Brama yang geram dengan sikap Rinjani yang selalu saja membuat ribut dengan siapapun.

"Apa ini yang kau dapat dari ajaran tuan Arya." Bentak Brama dengan emosi memuncak.

"Diam kau jangan membawa nama opa gua ke sini kau kalau nga tau apa-apa nga usah ikut campur paham Lo." Melewati Brama namun masih saja di halangi oleh Brama sendiri.

"Ada apa dengan mu kenapa kau semakin berandalan mana Rinjani yang dulu." Ucap Brama memandangi wajah Rinjani.

"Rinjani yang dulu sudah lama mati dan ini lah gua sebenarnya Rinjani yang berandalan di dalam kampus dan inilah didikan opa gua puas Lo." Teriak Rinjani membuat semua orang tercengang dengan ucapannya dan melirik tajam kearah wanita di belakang Brama." Dan kau jangan pernah muncul lagi di hadapan gua karena gua muak lihat wajah so baik Lo itu." Mendorong tubuh Brama hingga mundur ke belakang dan berbalik arah menuju area parkiran.

Rinjani terus berjalan sambil bergumam dalam hati dengan perasaan kesal Rinjani memesan taksi online menuju alamat yang telah di tentukan oleh GPS ponselnya Rinjani duduk dengan tenang setelah meninggalkan kampus menuju sebuah rumah yang telah tertulis di dalam buku diary itu, Rinjani menikmati pemandangan yang di sajikan oleh jalan yang mereka lewati hingga tiba di sebuah rumah sederhana seperti dalam mimpinya dan segera turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi dan juga tidak terawat.

Rinjani mulai memasuki halaman rumah dan mengetuk-ngetuk pintu rumah itu namun tak ada jawaban Rinjani kembali mengetuk pintu dan terdengar sebuah suara gaduh dari dalam rumah membuatnya terkejut dan segera masuk ke dalam menemukan ibu dalam mimpinya tengah tergeletak di bawah lantai tak sadarkan diri, Rinjani berjalan dan membantunya masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya dengan hati-hati dan mengecek kondisinya meski pun Rinjani mengambil jurusan SH namun Rinjani tidak di ragukan lagi dengan kepintarannya dalam bidang kedokteran dengan telaten Rinjani menjalankan profesinya sebagai dokter dan memberikan suntikan obat yang telah di pesan melalui online dan memasang selang infus dan beranjak berjalan dari duduknya menuju dapur memasak bubur untuk ibu dalam mimpinya. Tiba-tiba wanita itu muncul dan duduk di bangku kesayangannya dan membuat Rinjani terkejut dan melempar sendok yang di pengangnya ke sembarangan arah Rinjani berdecak kesal karena wanita itu selalu saja muncul tanpa permisi.

"Apa kau tidak bisa muncul permisi dulu gitu." Kembali fokus dengan masakannya.

"Iya maaf gua nga tau kalau kau akan datang hari ini." Tertawa kecil dan beranjak dari duduknya menuju Rinjani.

"Kan kau sendiri yang menyuruh ku untuk segera membuka kasusnya gimana sih Lo lupa ya atau udah pikun." Decak kesal Rinjani.

"Apa kau yakin dengan tindakan kau ini kau tahukan dengan resikonya mana lagi teman-teman Lo pada ngejauhin lagi." Ucap wanita itu berbalik badan.

"Biarin aja gua nga peduli lagian gua nga mau melibatkan siapa pun termasuk Rani." Mengambil bubur dan menaruhnya ke dalam mangkuk dan berjalan menuju kamar ibu itu.

Rinjani mulai masuk ke dalam kamar nampak ibu itu telah sadar dari pingsannya Rinjani berjalan dan meletakkan bubur di atas meja dan duduk di tepi ranjang memandangi wajah ibu yang tengah pucat, ibu itu memandangi wajah Rinjani yang tidak pernah di lihat sebelumnya dan melirik ke sana kemari kamar di penuhi dengan alat-alat medis yang tidak tahu kapan datangnya.

"Siapa anda." Tanya gugup ibu itu.

"Perkenalkan nama saya Rinjani Bu saya teman anak ibu." Jawab Rinjani dengan tenang.

"Teman? Saya belum pernah melihat teman anak saya sebelumnya karena setahu saya Laras tidak mempunyai teman di Jakarta." Ucap ibu itu memikir-mikir kembali.

"Saya teman Laras dari Bandung kami teman SMA Bu." Jawab Rinjani dengan gugup sebab dia baru tahu jika nama wanita itu adalah Laras.

"Seperti itu terima kasih telah menolong ibu nak." Ibu Laras mulai berkaca-kaca.

Rinjani menemani ibu Laras hingga larut malam hingga lupa jika dia harus pulang namun karena hari semakin larut membuat Rinjani tak tega meninggalkan ibu Laras seorang diri, Rinjani masuk ke dalam kamar Laras yang masih saja tertata rapi dan bersih piagam dan piala memenuhi kamarnya nampak sebuah foto bersama ibunya dalam lomba bernyanyi se-kota Bandung Rinjani mulai takjub dengan wanita yang selalu datang tanpa di undang itu membuka buku-buku sekolah Laras dengan tulisan yang rapi dan juga indah mengalahkan tulisannya. Rinjani merebahkan tubuhnya dari lelah dan memikirkan sikapnya dengan adiknya dan juga teman-temannya air mata itu lolos membasahi pipinya emosi selalu merasukinya jika bertemu dengan wanita itu di mana Laras selalu saja masuk tanpa di minta dan merusak semua rencananya hingga berakhir bertengkar dengan semua teman-temannya.

"Nga usah di pikirin kali." Tiba-tiba Laras datang.

"Bisa nga Lo datang permisi dulu bisa-bisa jantung gua itu copot dari tempatnya." Rinjani melempar bantalnya tapi tembus pandang.

"Apa kau lupa kalau gua ini hantu mana ada rasa sakit yang gua rasa dasar Lo." Menyentil dahi Rinjani hingga merasakan sakit.

"Auu sakit tau tenaga Lo kuat amat sih tapi kenapa kau bisa menyentuhku." Tanya Rinjani beranjak dari rebahan.

"Ya bisalah itu anugrah yang di berikan oleh tuhan." Mulai mengoceh nga jelas.

"Dihh dasar Udah jadi hantu aja Lo kek gini apa lagi kalau jadi manusia pasti lebih menyebalkan." Rinjani kembali merebahkan tubuhnya.

"Kenapa kau tidak balik gimana kalau keluarga Lo nyariin bisa gawat tau." Laras mulai menarik tangan Rinjani.

"Udah nga usah panik gitu gua itu udah gede mana mau di cariin." Memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya dan Laras pun hilang.

Di kediaman Rinjani keluarganya semakin di buat panik ketika tidak menemukan Rinjani berada di dalam kamarnya Rani mulai menanyakan ke semua pelayan hingga penjaga namun tak melihat Rinjani pulang dari kuliahnya, Rani merasa bersalah dengan sikapnya yang selalu saja mencurigai kaknya hingga sekarang dirinya tak pulang ke rumah isakan tangis Rani mulai terdengar Rani mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Rinjani namun nomornya tidak aktif menambah rasa cemasnya Rani berniat menghubungi teman-temannya namun mereka lebih dulu sampai di rumahnya. Rani bangkit dan berjalan menuju mereka yang berada di depan pintu dengan perasaan yang merasa bersalah thisa terlihat tidak baik dengan mata yang sembab akibat menangis memikirkan perilakunya kepada sahabatnya begitu pun dengan yang lain berbeda dengan yang lain Ken hanya bersikap biasa-biasa saja dengan sikapnya kepada Rinjani menurutnya itu cukup untuk Rinjani agar tidak membuat keributan lagi.

Rani mempersilahkan mereka masuk dan membawa Meraka keruang tengah di sana tuan Arya sedang duduk merenung memikirkan keadaan cucunya yang belum saja pulang, Angga mengedarkan pandangannya namun tak menemukan keberadaan Rinjani sedari tadi begitu pun dengan thisa merasa aneh tak menemukan keberadaan Sahabatnya Rani berjalan ke dapur mengambilkan mereka minuman dan cemilan tuan Arya pamit untuk masuk ke dalam kamar dan mereka hanya tersenyum ramah kepada kakek Sahabatnya tidak berselang lama Kepergian tuan Arya Rani kembali membawa nampan berisi cemilan dan minuman untuk mereka Brama memandangi wajah Rani yang terlihat cemas namun tidak mengetahui cemas dengan siapa Rani menaruh cemilan dan minuman di atas meja dan duduk di samping Angga dan kembali termenung memikirkan Rinjani yang belum ada kabar hingga sekarang.

"Kenapa dengan wajah Lo apa kau memikirkan sesuatu." Tanya Angga memandang wajah Rani.

"Tidak gua baik-baik saja cuman kelelahan saja." Elak Rani mengambil minumannya.

"Apa kau tengah menyembunyikan sesuatu dari kami." Thisa mulai curiga dengan Rani.

"Nga ada kok itu cuman perasaan kalian saja silahkan di minum." Rani mengalihkan pembicaraan mereka karena gugup akan menjawab apa.

Ken mulai memandang kamar Rinjani yang tertutup rapat dan merasa aneh dengan ruangannya seperti tidak ada seseorang di dalam sana sejak mereka datang Rinjani tidak kelihatan." Rani di mana Anjani kenapa sedari tadi kok nga kelihatan apa dia sakit." Tanya Ken menyeruput minumannya.

Rani mulai diam tak tau harus menjawab apa keringat membasahi tubuhnya karena gugup dengan pertanyaan dari senior idola kampusnya." Dia ada kok kak." Jawab Rani dengan gugup.

"Kau kenapa kok badan Lo basah gitu mana keringat banget lagi ada apa Lo sakit." Timpal Brama memengangi jidat Rani tapi tidak panas.

"Nga papa mungkin udara lagi panas aja makanya keringat kek gini." Mengusap air keringatnya yang membasahi tubuhnya.

Tiba-tiba suara gaduh dari dalam kamar Rinjani terdengar membuat mereka semua terkejut dan segera berlari masuk ke dalam kamar itu namun tak menemukan siapa-siapa di dalam sana membuat pertanyaan mereka terjawab kalau saja Rinjani tak berada di dalam kamarnya, Rani mulai gugup dengan tatapan semua teman-temannya dia sangat tau dengan tatapan itu Rani mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan perlahan.

"Iya gua jawab nga usah lihat seperti itu." Ucap terpaksa Rani.

"Mana Rinjani katanya dia sedang tidur mana dia." Tanya thisa melirik kesana kemari tak menemukan siapa-siapa.

"Sebenarnya Rinjani dia." Rani mulai terbata-bata dia bingung dengan perasaannya.

"Rinjani kenapa Rani bicara yang benar dong." Kesal thisa yang menggoyangkan tubuh Rani.

"Sebenarnya dia nga pulang sejak pagi makanya gua sama opa lagi cemas dengan keadaan Rinjani mana ponselnya nga aktif lagi." Rani mulai menceritakan semuanya.

"Apa." Teriak mereka serempak.

"Ini bagaimana di mana dia kenapa sekarang dia nga pulang ini pasti karena kesalahan kita yang nga bisa membantunya dari kejadian tadi pagi." Segala pertanyaan di layangkan thisa membuat mereka panik.

"Sudah lah jangan khawatir seperti itu sebaiknya kita pulang tidak mungkin kalau kita mencarinya sekarang." Ucap Ken dengan setenang mungkin.

Mereka memikirkan perkataan Ken akhirnya thisa dan yang lainnya pamit pulang untuk segera pulang ke rumah mereka Ken melesat pergi dari kediaman Rani dia fokus dengan jalan di depan matanya memikirkan keberadaan Rinjani mungkin dia terlihat tenang namun di dalam kepalanya terus bertanya-tanya, Ken memasuki halaman rumah mewah dengan interior ala Italia Eropa dan memasuki garasi memparkirkan mobilnya segera turun dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam rumahnya dia berjalan masuk ke dalam kamar yang cukup luas dengan dekorasi ala pria membuat suasana kamar Ken seperti hidup Ken beranjak masuk ke dalam kamar membasuh wajahnya dan gosok gigi dan keluar kamar hanya menggunakan pakaian santainya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya dan terlelap dalam tidurnya.

Dunia lain Rinjani berada di sebuah ruangan yang pernah di datangi sebelumnya berjalan memasuki ruangan dan mencari-cari sebuah benda yang terletak di dalam kardus pojok seperti tulisan di buku diary itu, Rinjani terus mencari dan menemukan kardus yang di maksud dan mengeledah dan menemukan sebuah catatan yang menunjukkan nama-nama orang yang terlibat dengan korupsi di sebuah kampus terbesar di Jakarta Rinjani membaca secara detail dan menemukan sebuah nama yang tidak asing baginya namun sangat sulit di ingatnya tiba-tiba sebuah bayangan muncul dari balik pintu yang membuatnya terkejut dengan beberapa orang membawa seseorang wanita di dalam gendongan salah satu dari mereka dan meletakkan di bawah lantai dan mengikat seolah-olah dirinya bunuh diri dan meletakkan sebuah surat, tanpa kesadaran mereka surat yang berada di lantai telah lenyap dengan genggaman Rinjani dengan cepat Rinjani tersadar dari mimpinya dan membuka matanya dan melihat kamar yang semula Rinjani bernafas lega dan melihat kertas yang berada di genggamannya.

Rinjani mulai membaca isi surat itu di mana tertulis jika Laras bunuh diri akibat olokan seniornya yang membuat mentalnya terganggu dan gantung diri di sebuah ruangan dan di temukan dengan beberapa warga yang lewat, Rinjani melirik jam dinding menunjukkan pukul setengah 4 subuh dan meletakkan kertas itu dalam tasnya dan kembali merebahkan tubuhnya namun matanya tak ingin terpejam Rinjani berjalan mengitari kamar Laras dan mencari cari sesuatu yang akan mempermudah tujuannya akhirnya sebuah kotak kecil berada di bawah kasur di temukan Rinjani dengan terbungkus rapi Rinjani membuka dan melihat isinya ada beberapa foto senior Laras termasuk wanita itu dan juga pria di masa lalunya berada di sana.

"Apa dia kekasih Laras." Lirih Rinjani kembali mencari sesuatu.

Mata Rinjani tertangkap sebuah jam tangan yang tidak asing baginya dia pun memandangi hingga tak berkedip membuatnya semakin yakin jika mereka semua adalah target yang akan mereka penjarakan Rinjani kembali meletakkan kotak tersebut di dalam tasnya dan kembali merebahkan tubuhnya berusaha memejamkan matanya hingga akhirnya terlepas dalam tidurnya hilang di bawah alam sadarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!