Part 10

Dua bulan berlalu dari kecelakaan itu Rani memulai hari-harinya dengan keadaan yang berbeda yang tidak bisa melihat lagi seperti dulu akibat musibah yang di alaminya, hari-hari Rani mulai sulit ketika keadaannya tidak di terima oleh teman-teman kelas hingga mahasiswa lain dengan fisiknya yang sekarang dengan keadaan buta. Berkat dukungan dan juga kerja kerasnya menyesuaikan diri kembali akhirnya semua berjalan dengan semestinya meski sekarang fisiknya tidak bisa melihat namun tidak membuat Rani berkecil hati, tidak membuat Sahabat menjauhinya para sahabatnya dengan setia menemani hari-hari sulit Rani hingga menerima keadaannya yang sekarang.

Rinjani sudah kembali ke Jakarta setelah memastikan kondisi adiknya yang tidak akan mendapatkan cibiran dari siapapun bahkan, pelaku yang mengakibatkan dia seperti ini pun telah mendapatkan balasan yang setimpal dengan hukuman lima tahun kurungan penjara membuat Nadine dan juga Fani harus mengubur dalam-dalam cita-citanya yang akan lama menekam di balik jeruji penjara.

Hari ini akan menjadi hari terakhir para pelaku pembunuhan Laras yang sudah lama bersenang-senang di luar sana kini saatnya mereka menanggung perbuatannya, dengan bantuan asistennya Rinjani melancarkan aksi terornya menakuti para pelaku satu-persatu hingga mengakui perbuatannya yang telah membunuh Laras dengan cara tidak manusiawi dan membuat ibunya harus berada di balik tembok rumah sakit jiwa akibat ulah mereka yang telah melenyapkan putri satu-satunya untuk selamanya.

Dua bulan lamanya Rinjani fokus dengan rencana yang matang yang di susun dengan rapih David yang setia berada di belakang Rinjani pun ikut andil dalam teror para pelaku, agar segera menekam di penjara sesuai dengan rencana mereka hari ini Rinjani akan melancarkan kembali aksinya untuk memastikan semua masuk ke dalam perangkapnya. Malam ini mereka mengadakan rapat penting di mana semua pelaku sebenarnya berkumpul untuk membahas tentang Abimana aryasatya dan juga peneror mereka selama ini, Rinjani yang telah mengetahui rencana mereka akan membalasnya dengan caranya sendiri Rinjani bekerjasama dengan intelejen CIA untuk membuka kembali kasus Laras yang telah lama terkubur.

Berkat dukungan keluarga sahabat dan juga orang yang spesial untuknya Rinjani berhasil sampai saat ini, meski banyak rintangan mereka bisa menjalankan misi ini dengan tuntas tanpa sepengetahuan pelaku Rinjani bersama David telah menyadap ruangan mereka dan memasang alat perekam suara yang secara otomatis akan merekam setiap perbincangan mereka. Rinjani hanya tersenyum licik melihat semua pelaku telah berkumpul sesuai dengan rencananya tak lupa Rinjani telah menghubungi temannya yang akan menangkap mereka semua, dan bersiap-siap setelah Rinjani masuk ke dalam ruangan percakapan demi percakapan mereka telah membahas untuk mengambil alih perusahaan kakeknya dengan cara seperti mengambil alih perusahaan ayahnya. Rinjani terus mendengarkan pembicaraan mereka tanpa terkecuali Rinjani pun menangis ketika mereka dengan keji membunuh orang tuanya dengan sengaja dan memberitakan kalau kematian mereka adalah karena kecelakaan, semua yang terlibat akan di kenakan pasal berlapis-lapis dan kurungan penjara yang sangat lama akibat telah melenyapkan nyawa seseorang dengan sengaja dan juga menipu orang lain demi kepentingan mereka sendiri.

Satu jam lamanya mereka berdiskusi akhirnya menyudahi perbincangannya dan menikmati makanan yang telah di sajikan, Rinjani keluar dari dalam ruangan cctv berjalan menuju ruangan di mana para pelaku berkumpul David tak lupa ikut berjalan di belakangnya mengikuti di mana pun Rinjani berada setibanya di depan pintu ruangan perasaan Rinjani mulai tak karuan tetapi berusaha untuk tenang dan akan membuktikan kalau kasus Laras bukanlah perkara bunuh diri melainkan kasus pembunuhan untuk menutupi perbuatan pelakunya.

Rinjani membuka pintu berjalan masuk duduk menghadap mereka semua yang berada di dalam ruangan, mereka yang telah mengenal Rinjani hanya tersenyum simpul dan ada yang merasa bingung dengan kehadirannya dengan beberapa orang yang mengelilingi mereka.

"Kalian pasti terkejut dengan kehadiran kami bukan." Ucap Rinjani dengan santai.

"Ada hal apa yang membawa mu kemari Rinjani ini bukan ruangan untuk sembarang orang kami tengah mengadakan rapat penting." Ucap pria paruh baya.

"Jadi kedatangan ku mengganggu rapat penting kalian." Rinjani bersedih dibuat-buat.

"Kau tidak usah berbelit-belit pada intinya saja sedang apa kau di sini." Ketus ayah dari mantan kekasihnya.

"Jadi benar kah kehadiran ku tak di harapkan bahkan sama mantan calon mertua ku sendiri tapi nga papa kalau kalian memaksa, David putar sekarang biar mereka mendengarnya." Tegas Rinjani yang masih terlihat tenang.

David mengganggukkan kepalanya dan segera memutar rekaman suara mereka dari awal hingga akhir obrolan yang lagi membahas semua perbuatannya yang telah tega melenyapkan nyawa orang lain demi harta, pria itu merasa tidak terima dan segera mengambil senjata di balik jas yang di kenakannya menyodorkan ke arah Rinjani namun kalah cepat dengan asisten pribadi Rinjani yang telah lebih dulu menyodorkan senjata tepat di kepala mereka masing-masing.

Mereka mulai gemetaran ketika melihat kedatangan anggota intelejen CIA masuk ke dalam ruangan membawa surat penangkapan untuk mereka dan segera di bawa keluar ruangan, Rinjani sengaja mengundang langsung wartawan untuk meliput berita penting ini para wartawan terus mendekati para pelaku ketika di bawa keluar dari ruangan rapat menuju lobi hotel dengan tangan yang telah di borgol dan di kawal beberapa anggota intelejen.

Rinjani hanya melambaikan tangannya tersenyum manis kearah pria yang telah melenyapkan orang tuanya dan mengambil alih perusahaan ayahnya demi keuntungan pribadinya, bahkan Desta dan Dista turut hadir dalam penangkapan kedua orang tua mereka yang terbukti dengan kasus pembunuhan Laras dan juga kedua orang tua Rinjani.

Rani dan Kakeknya sengaja menonton berita yang akan menayangkan para pelaku pembunuhan ayah dan ibunya yang tertangkap dengan bukti-bukti yang ada dan terlibat dalam kasus pembunuhan seorang mahasiswi cantik yang mengetahui perbuatan mereka hingga tega melenyapkan nyawanya. Ibu Santi yang juga tengah menonton berita yang telah viral di semua stasiun televisi merasa puas dengan semua Pelaku pembubuhan putrinya dan merasa bangga dengan Rinjani yang berhasil dengan misinya dan membuktikan bahwa mereka bersalah dengan kasus yang berbeda-beda.

"Kau senang kan sekarang." Tanya David berdiri di sampingnya.

"Belum sebelum mereka di hukum seumur hidup dan aku akan membawa mereka semua ke dalam penjara." Ucap Rinjani dengan perasaan penuh amarah.

"Kita berdoa saja semoga mereka akan mendapatkan hukuman itu." David menepuk pundak Rinjani.

"Amin." Lirih Rinjani berjalan melewati para wartawan yang ingin memintai penjelasan darinya.

Semua kerja keras serta doa telah terbayar dengan terungkapnya kasus Laras yang dengan sengaja dilenyapkan hanya untuk menutupi perbuatannya, bahkan Rinjani berhasil menyelamatkan perusahaan kakeknya yang di ambang kehancuran kalau saja jatuh ke tangan mereka untuk ke dua kalinya. Berita ini viral hingga keseluruhan penjuru tanah air Nadine dan Fani yang berada di dalam penjara tidak menyangka akan mendengar berita ini di mana orang-orang yang telah bekerjasama dengan perusahaan papinya harus di tangkap atas kasus pembunuhan dengan sengaja.

Setelah para pelaku masuk ke dalam penjara dan akan di sidang satu Minggu lagi Rinjani di tunjuk untuk menjadi pengacara korban oleh hakim yang akan bertugas dalam sidang mereka, sesuai keinginan Rinjani menerimanya dengan senang hati dan akan merayakan kemenangannya bersama kakek beserta yang lainnya di rumah Laras untuk memperingati keberhasilan mereka.

Sore hari menjelang malam menyapa taman belakang rumah sederhana terletak tak jauh dari kota Bandung di mana keluarga Rani dan juga teman-temannya tengah merayakan keberhasilan mereka mengungkapkan kasus Laras yang telah lama di kubur oleh pihak berwajib, Rinjani bersama David dan Ken tengah memasak hidangan yang akan mereka makan dan yang lainnya menyediakan meja dan juga cemilan penutup makanan mereka. Ken yang tidak ingin jauh-jauh dari Rinjani terus menerus berada di sampingnya menyikirkan posisi David hingga terpental sedikit jauh dari mereka, kesal geram menjadi satu David mengerjai Ken dengan memukul sedikit pundaknya dan kembali ke tempatnya semula Ken menoleh dan melirik kesana kemari namun tidak menemukan siapa-siapa. David kembali mengerjai Ken dan memukuli kepalanya memakai sendal yang di kenakannya hingga kembali lagi ke tempat semula hingga membuat Ken geram dan segera berbalik badan dan tidak menemukan siapa-siapa.

"Jail banget sihh dia Mukul-mukul pala gua awas ja kalau dapat gua bakar sekalian." Ketus Ken kembali fokus ke masakannya.

"Lo bicara sama gua." Tanya Rinjani menoleh kearahnya.

"Bukan." Jawabnya singkat.

"Lalu siapa cuman kita berdua di sini udah sana biarkan David di sini." Usir Rinjani dan Ken pun pergi membantu Brama.

David tertawa dalam hati begitu melihat ekspresi wajah Ken yang merasa kesal dengan orang yang mengerjainya, David melanjutkan pekerjaan Ken dan memasak bersama Rinjani mereka tengah asik memasak dengan di iringi tawa dan juga kejailan David yang selalu membuat Rinjani tertawa lepas. Membuat semua orang memperhatikan kedekatan mereka yang tidak biasa Ken merasa cemburu dengan kedekatan Rinjani dan David yang semakin hari semakin dekat bahkan mereka satu kampus, Brama mengerti dengan perasaan Ken segera berjalan menghampirinya.

"Udahlah nga usah cemburu kek gitu lagian diakan cuman teman doang." Kata Brama melanjutkan pekerjaannya.

"Berisik aja luhh nga liat tuhh mereka akrab banget mana gua semakin jauh sama Rinjani malah dekat sama pria kadal seperti dia." Kesal Ken membuat Brama tertawa.

"Lohh bilangin David kadal lahh luhh apaan buaya." Ledek Brama pergi meninggalkan Ken.

"Sialan Lohh." Teriak Ken melempari Brama dengan sendalnya.

Ken kembali menyaksikan keseruan Rinjani dan pria kadal itu yang tengah menyajikan makan malam untuk mereka dengan telaten Rani menyusun semuanya meski pun buta namun Rani tak lupa dengan posisi piring dan garpu yang selalu berada satu sisinya, Brama salut dengan Rani yang begitu telaten menyusun semua benda yang akan mereka gunakan saat makan nanti tuan Arya dan juga ibu Santi tengah berbincang perihal kasus Laras yang akan di sidang satu Minggu lagi membuat mereka tidak sabar dengan hukuman pelaku.

"Sebentar lagi kita akan menemukan kebahagiaan di mana para pelaku di hukum dengan seadil-adilnya."

"Anda benar taun Arya saya berharap mereka di hukum dengan seadil-adilnya."

"Jadi ibu nga usah khawatir karena semua telah di rencanakan oleh Rinjani." Tuan Arya tersenyum menyakinkan ibu Santi.

"Saya percaya dengan kinerja Rinjani yang tidak di ragukan lagi dan berkat kerja kerasnya Rinjani berhasil membuktikan bahwa kasus Laras adalah kasus pembunuhan." Air matanya mengalir begitu saja.

Tuan Arya tahu bagaimana perasaan ibu Santi yang kehilangan putrinya seperti dirinya yang harus kehilangan putri satu-satunya dan juga menantunya, mereka saling mencurahkan kesedihan mengingat kematian putri mereka dengan pelaku yang sama Rinjani yang memandang mereka begitu sedih segera berjalan menghampiri mereka duduk di samping kakeknya.

"Opa kalian kenapa kok sedih begitu." Rinjani menatap kedua orang tua yang berharga baginya.

"Kita nga papa kok nak bagaimana semuanya sudah tersaji." Ibu Santi mengalihkan pembicaraan mereka.

"Tentu sebaiknya kita berkumpul untuk makan malam bersama." Ucap Rinjani menggenggam tangan ibu Santi.

Mereka pun beranjak dan segera berjalan menuju meja makan di mana Rani dan kawan-kawannya berkumpul dan mengobrol dengan tawa mereka, ibu Santi dan tuan Arya di layani dengan penuh kasih sayang oleh Rinjani yang memperlakukan mereka begitu baik hingga makanan mereka Rinjani sendiri yang menyajikan di atas piringnya. Ken Brama dan yang lainnya begitu senang melihat kesenangan di mata Rinjani yang telah lama hilang dari pandangan mereka Rani yang tidak bisa melihat hanya bisa merasakan kasih sayang kaknya kepada kakeknya dan juga ibu Santi yang begitu di sayangi, Rinjani duduk di samping kiri adiknya menyuapi Rani dengan telaten hingga membuat Rani malu dengan kondisinya dan berusaha makan sendiri namun berantakan dan kembali mendapatkan cibiran panas oleh kakaknya dan kembali nurut kepada Rinjani hingga habis tak tersisa.

Rinjani yang belum sempat makan malam melihat bayangan seorang pria terjatuh dari atas jurang seperti dalam mimpinya membuat dirinya gemetaran dan juga pingsan tak sadarkan diri, mengejutkan semua orang David segera membawa Rinjani ke dalam kamar untuk merebahkan tubuhnya dan segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Rinjani yang begitu tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri. Mereka tengah menunggu dokter spesialis kejiwaan yang di pesan khusus oleh David untuk mengetahui kondisi fisik Rinjani saat ini, wanita cantik bertubuh semampai Keluar kamar dengan sudut wajah yang susah di artikan dan merasa aneh dengan perasaannya.

"Tolong jelaskan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi dokter." Kata David yang begitu khawatir.

"Kondisinya baik-baik saja namun ada hal aneh yang berada di dalam pikiran Rinjani saat ini." Ucap wanita cantik itu dengan penasaran.

"Maksud dokter apa yahh." Ucap mereka serempak.

"Seperti ada kejadian yang selalu menghantui pikirinnya hingga membuatnya pingsan seperti ini." Terang Adelia.

"Dia memang seperti itu dokter selalu bermimpi namun kami tidak tahu bagaimana isi mimpinya karena Rinjani sangat tertutup." Timpal Rani menjelaskan.

"David bawa Rinjani ke kantor ku biar aku sendiri yang akan memeriksa kondisinya." Kata Adelia membereskan semua perlengkapannya.

"Baik dokter." Sahut David mengantar Adelia hingga hilang di balik gelapnya malam.

Ken dan yang lainnya tengah berbincang di bawah gelapnya malam Rani dan yang lainnya telah tertidur pulas, David beserta ke-tiga pria tampan tengah membicarakan perihal kondisi Rinjani yang baru saja mereka dengarkan dari dokter Adelia. Ken merasa selama ini Rinjani menanggung beban itu sendiri dan tidak ingin menceritakan apa pun dengab mereka David pun berpikir seperti itu kalau Rinjani membutuhkan sedikit bantuan untuk menghilangkan rasa khawatir berlebihan yang akan membuatnya tak sadarkan diri.

Hari semakin gelap di alam mimpi Rinjani tengah berusaha mencari tahu siapa pria tampan yang berada dalam mimpinya yang menghantuinya hingga saat ini, di sela-sela mencari siapa pria itu lagi-lagi Rinjani mendapati wanita cantik yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi bahkan dia selalu datang di dalam mimpinya seperti ingin memberitahukan sesuatu. Rinjani mendekatinya selangkah demi selangkah namun langkahnya terhenti ketika melihat wanita itu hilang entah ke mana dan mencari-carinya ke mana-mana tidak kelihatan, Rinjani terus memikirkan siapa wanita itu dan juga pria di dalam mimpinya yang belum bisa di pecahkan olehnya. Rinjani terjaga dari tidurnya membuka matanya secara perlahan dan beranjak dari tidurnya melirik sejenak jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Rinjani beranjak dari duduknya menuju kamar mandi membasuh wajah dan juga menggosok gigi segera berjalan ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua.

Ken yang baru saja dari belakang rumah mendapat Rinjani tengah asik bergulat dengan bahan-bahan masakan untuk sarapan mereka, Ken berjalan menghampirinya dan berdiri tepat di sampingnya memperhatikan cara memasaknya yang sedikit unik bagi Ken.

"Galak-galak Lohh tau masak juga." Goda Ken membantu pekerjaan Rinjani.

"Kalau hanya untuk meledek mending Lohh pergi sana malas gua debat sama anak onta." Ledek Rinjani mengubah raut wajah Ken.

"Anak onta? Siapa yang Lohh maksud anak onta." Tanya Ken yang masih bingung.

"Nga tau lahh Lohh cari aja sendiri." Rinjani kembali fokus memasak hingga sarapan pagi mereka selesai.

Ken terus memikirkan ucapan Rinjani seketika Ken merasa di bohongi oleh Rinjani hanya memasang wajah masamnya segera pergi dari sana, Rinjani tertawa terbahak-bahak dengan tingkah lucu Ken yang seperti itu menghiburnya di pagi hari dengan tingkah konyolnya. Tanpa sadar Ken berpapasan dengan David yang baru saja terjaga dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi, Ken hanya melewati David tanpa ingin menyapa atau melihatnya David mengerutkan keningnya menatap kepergian Ken yang sangat kesal dengan seseorang.

Tidak ingin memikirkan sikap Ken David segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan memulai ritual mandinya di pagi hari, Rinjani berjalan menuju kamar kakeknya serta yang lainnya untuk segera sarapan pagi bersama di atas meja belakang rumah Laras. David yang baru saja selesai dengan ritual mandinya segera berjalan ke taman belakang untuk sarapan pagi dengan semua orang sebelum mereka pulang untuk melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Rani begitu menikmati masakan Rinjani yang seperti ibunya sesekali Rani menjatuhkan air matanya namun segera menyekanya kembali, ibu Santi memperhatikan mereka yang asik dengan obrolannya masing-masing dengan tawa mereka memenuhi halaman belakang rumah dia merasa senang dengan kehadiran Rinjani bersama keluarganya untuk menemaninya di rumah yang akan sepi setelah mereka semua pergi.

Hari semakin terik Rinjani dan yang lainnya tengah bersiap-siap untuk mengemas barang-barangnya masuk ke dalam tasnya, setelah selesai Rinjani berjalan keluar kamar menuju halaman depan rumah Laras Rinjani menatap sendu rumah wanita cantik bertalenta seperti dirinya dan meneteskan air matanya membanjiri pipinya. Rinjani segera menyeka air matanya dan ikut bergabung dengan mereka dan masuk ke dalam mobil masing-masing melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata meninggalkan rumah Laras, Rinjani menoleh kearah belakang melihat wajah sendu ibu Santi melihat kepergian mereka dari kediamannya yang akan sendiri lagi.

Rinjani beserta adiknya segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menelusuri jalan yang mulai di guyur hujan deras, David dan kakeknya tengah fokus dengan jalanan sepi sekitar hutan membuat kewaspadaan kedua pria berbeda usia ini. Rani yang terlelap dalam tidurnya hanya menikmati perjalanan tanpa mengetahui situasi di sekitarnya yang mulai mencengangkan, satu jam lamanya perjalanan mereka David beserta yang lainnya tiba di kediaman kakek Rinjani dengan selamat tanpa ada gangguan dari orang yang ingin melukai mereka Rinjani membantu Rani keluar dari dalam mobil menuntunnya masuk ke dalam kamarnya David masuk ke dalam rumah Rinjani sembari menunggu wanita cantik itu tengah mengantar Rani ke dalam kamarnya.

Setelah selesai dengan ritual mandinya Rinjani berjalan keluar kamar menghampiri David yang tertidur menunggunya dari tadi membuat Rinjani merasa bersalah karena membuat pria tampan ini menunggu dirinya selama itu Rinjani berniat membangunkan David dengan cara meneriakinya.

"Woii bangun." Teriak Rinjani di telinga David.

David kocar Kacir mendengar suara bariton Rinjani di gendang telinganya yang hampir pecah." Astaga Rinjani luhh ngapain ngagetin gua kalau gua jantungan gimana." Kesal David mengatur nafasnya.

"Lagian ngapain tidur di sini coba udah sana balik udah malam juga besok aja kita berangkat." Ucap Rinjani tanpa rasa bersalah.

"Gua nunggu lama sampai ketiduran itu karena Lohh lama banget mandinya udah kaya setahun tau nga." Dengus kesal David melanjutkan tidurnya.

"Ehh ngapain lanjut tidur sana pulang luhh pikir ini hotel apa seenak jidat Lohh tidur di sini." Ketus Rinjani berdiri dari duduknya.

Bukanya beranjak David malah berdengkur keras hingga membuat Rinjani merah padam dan segera berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat, David hanya tertawa kecil melihat wajah merah padam di Rinjani akibat ulahnya yang tidak ingin pulang akhirnya melanjutkan tidurnya hingga pagi hari.

Rinjani berjalan keluar kamar setelah berpakaian rapih dan membawa kopernya kembali tak lupa berkas-berkas yang di butuhkan di persidangan di bawa juga pulang ke Jakarta, David yang lebih dulu berada di meja makan duduk dengan santai sarapan pagi bersama Rani dan juga kakeknya. Rinjani melirik ke David sebelum akhirnya duduk di samping kakeknya dan mengambil sendiri sarapan dan menuangkan jus jeruk kesukaannya seperti biasa, David hanya memperhatikan tanpa ingin bertanya segera menghabiskan sarapannya hingga habis tak tersisa.

Setelah sarapan bersama Rinjani dan David berpamitan kepada kakeknya dan juga Rani lagi-lagi mereka menangis tersedu-sedu melepas kepergian Rinjani kembali ke Jakarta, usai berpamitan Rinjani menyusul langkah David masuk ke dalam mobil melesat pergi dari kediaman kakeknya menuju Jakarta. Mereka menikmati jalanan yang akan memakan waktu lama tak lupa mereka singgah di sebuah toko kue terletak tak jauh dari kota Bandung dan segera turun dari dalam mobilnya berjalan beriringan dengan David dan masuk ke dalam toko yang ramai dengan pengunjung.

"Mau beli kue buat siapa." Tanya Rinjani berjalan di belakang David

"Buat gebetan gua." Kata David dengan santai.

"Dihh emang cowok kadal kaya Lohh punya gebetan juga." Rinjani menahan tawanya.

"Ada emang luhh nga punya gebetan." Ledek David mendapat satu pukulan bagian perutnya.

"Nga usah banyak omong cepat cari kue gua mau liat-liat dulu." Dengus kesal Rinjani berjalan menuju lorong selanjutnya.

Rinjani menelusuri lorong yang di penuhi dengan aneka kue yang begitu menggugah selera Rinjani melihat-lihat kue yang menarik perhatiannya segera mengambilnya namun seseorang lebih dulu merampasnya.

"Itu kue gua ngapain Lohh ambil." Kesal Rinjani menoleh kearah orang itu matanya terbelalak kaget dengan pria di hadapannya.

"Siapa cepat dia yang dapat ini udah jadi incaran gua dari tadi jadi Lohh cari yang lain." Kata Desta berjalan pergi.

"Luhh emang pantas ngambil barang bekas orang lain dari dulu." Hardik Rinjani berjalan mendahuluinya.

Desta menaruh kembali kue yang telah di pengangnya dan menahan tangan Rinjani dengan erat." Lohh sudah melewati batas kesabaran gua." Desta menambah cengkraman tangannya.

Rinjani menepis tangan Desta hingga terjatuh di bawa lantai yang dingin." Gua sudah pernah bilang jangan pernah menyentuh tangan gua dengan tangan kotor Lohh itu." Rinjani pergi dari sana.

"Lohh liat aja gua bakal membalas ini semua." Lirih Desta berdiri dari duduknya.

Rinjani berjalan keluar dengan perasaan kesal meninggalkan David yang tengah mencari kue buat gebetannya, David yang tidak menemukan Rinjani berada di dalam toko segera berjalan keluar toko berjalan menghampiri Rinjani di depan mobilnya.

"Gua cari-cari Lohh di sini udah dapet kue yang luhh cari."

"Nga jadi cowok itu ngambil gitu aja." Kesal Rinjani.

"Cowok siapa." Tanya David.

"Sudahlah kita pulang malas gua di sini." Berjalan masuk ke dalam mobil melihat Desta berjalan keluar toko.

David hanya diam dan segera masuk ke dalam mobilnya menyalakan mobilnya melesat pergi dari sana meninggalkan toko kue menuju Jakarta Rinjani terus berpikir tentang kedatangan Desta ke Bandung hingga menghantui kepalanya, David yang merasa keanehan di wajah Rinjani menggenggam tangannya memandangi wajahnya dengan seksama.

"Cerita sama gua ada apa sebenarnya."

"Fokus aja menyetir mobilnya gua nga papa kok."

"Lohh bohong kan bilang sama gua ada apa." David mendesak Rinjani agar jujur.

"Gua ketemu sama Desta di dalam toko kue." Ucapnya dengan datar.

"Jadi dia cowok yang mengambil kue yang Lohh mau." Tanya David.

"Iya tapi gua bingung ngapain dia di Bandung." Rinjani masih saja memikirkan Desta yang tiba-tiba berada di depannya.

"Mungkin saja dia baru saja ketemu sama Nadine." Jawab David dengan santai.

Rinjani hanya diam dan kembali menatap luar jendela sembari menikmati perjalanan mereka yang masih jauh menuju Jakarta, Hari semakin sore tanpa sadar Rinjani terlelap dalam tidurnya hingga sampai di depan parkiran apartemen miliknya David menepikan mobilnya dan segera menggoyangkan tubuh Rinjani agar terjaga dari tidurnya.

"Anjani bangun." David menepuk-nepuk pipinya.

Rinjani tersadar dan berusaha membuka matanya melirik ke sana kemari dan beranjak dari duduknya berjalan keluar mobil." Pulang sana gua masuk sendiri saja." Rinjani berjalan sempoyongan.

"Mau masuk dengan keadaan seperti ini bisa-bisa Lohh nabrak orang lagi." David menarik tangan Rinjani dengan lembut.

Rinjani hanya mengikuti jalan David menuntunnya masuk ke dalam lift Rinjani yang masih belum sadar dari tidurnya menemukan sosok wanita itu lagi hingga membulatkan matanya, David tercengang dengan ekspresi wajah Rinjani yang tiba-tiba saja membulatkan matanya David mengarahkan pandangannya menuju pandangan Rinjani namun tidak menemukan apa-apa di sana semakin membuat suasana semakin menyeramkan.

"Lohh liatin apaan sihh." Seketika bulu kuduk David merinding.

Rinjani hanya diam saja memperhatikan wanita cantik yang tengah mengawasi mereka dari jarak jauh." Udah nga usah banyak nanya." Rinjani memelankan suaranya.

Ting pintu lift terbuka dan nampak beberapa penghuni apartemen yang lain sedang menunggu mereka keluar dari dalam lift, Rinjani dan David keluar lift setelah semua orang masuk dan berjalan menuju kamarnya wanita itu semakin mendekatinya namun ragu sebab kehadiran David yang menghalanginya.

"Berhenti di situ." Teriak Rinjani membuat David memberhentikan langkahnya.

"Kenapa kok berhenti." Tanya David dengan bingung.

Rinjani menoleh kebelakang menatap tajam wanita cantik yang berada di depannya." Apa yang kau inginkan." Ucapnya dengan dingin.

David merasa aneh dan bulu kuduknya semakin merinding seperti ada mahluk lain yang berada di dekat mereka namun tidak menemukan sosoknya, Rinjani seolah-olah berbicara serius dengan wanita itu hingga membuat David semakin takut dengan situasi sepi dan juga menyeramkan. Rinjani berbalik badan dan kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya usai berbincang panjang lebar dengan wanita itu, entah apa yang mereka bahas hanya mereka yang tahu dan itulah membuat David semakin penasaran dengan Rinjani yang selalu saja menutupi rahasianya seolah-olah tidak ingin ada yang tahu.

Setelah mengantar kan Rinjani masuk ke dalam kamar David pamit undur diri pergi dari apartemen Rinjani, berjalan seorang diri menelusuri koridor apartemen yang tampak sepi dari penghuni yang lain membuat tempat ini semakin menyeramkan. Tanpa ingin berpikir yang lain-lain David menekan lantai dasar dan mengalihkan pikiran yang membuatnya ketakutan dan segera keluar dari dalam lift ketika pintunya terbuka lebar dan berlari masuk ke dalam mobilnya.

"Perasaan apa ini kenapa gua sepertinya sedang di awasi ya." Batin David menatap pintu apartemen Rinjani.

Rinjani yang berada di dalam kamar sedang memikirkan permintaan wanita itu untuk mencari tahu tentang kematian seseorang untuknya, Rinjani merasa ada kejanggalan dari cerita wanita itu di mana mengatakan jika dirinya meninggal di tabrak dengan seseorang dan mengakibatkan dirinya kehilangan nyawanya.

"Kalau dia meninggal karena kecelakaan itu wajar saja tapi kenapa dia selalu berada di dalam lift ketika gua ada di sana ada apa ini." Lirih Rinjani.

Rinjani kembali memikirkan mimpi sebelumnya yang berada di dalam kamar mewah dan mendengar keributan dari luar kamarnya hingga melihat wanita terjatuh akibat tembakan seseorang.

"Apa dia wanita itu tapi kenapa dia bilang seperti itu ada apa ini." Rinjani bertanya-tanya dengan pikirannya sendiri.

Tanpa sadar terlelap dalam tidurnya dan masuk ke dalam mimpi yang sama seperti pikirannya berada di sebuah kamar mewah dan mendengar kembali suara Keributan dari dalam kamarnya, Rinjani yang enggan untuk melihat kembali mendengar suara tembakan sebanyak dua kali hingga suara itu kembali senyap seperti biasanya. Rinjani yang hanya memastikan wanita itu segera beranjak berjalan keluar kamar menemukan sosok pria dengan senjata di tangannya tengah membawa seorang wanita cantik yang telah tiada akibat tembakan senjatanya, Rinjani memperhatikan wanita itu namun tak menemukan wajah yang sama seperti wanita yang selalu mengawasinya dari jauh Rinjani kembali ke alam sadarnya membuka matanya sejenak dan terlintas kejadian itu lagi dan segera membenarkan posisinya.

"Kenapa mimpi ini semakin sulit siapa wanita itu dan apa maksud dari mimpi ini." Lirih Rinjani semakin kalut dengan pikirannya.

Sebelum ke kampus Rinjani berjalan keluar kamarnya menuju tempat di mana wanita dan pria itu berada ada keanehan di tempat kejadian ini seakan-akan baru saja kejadian itu terjadi dan membawanya ke dalam mimpinya, di sela-sela Rinjani berpikir seseorang menepuk pundaknya segera menoleh kebelakang melihat David dengan senyum mereka di wajahnya.

"Astaga David bisa nga Lohh muncul nga kek hantu kaget gua." Decak kesal Rinjani.

"Lagian gua udah manggil-manggil Lohh tapi kau malah melamun nga jelas di depan kamar orang." Ketus David memperhatikan Rinjani.

"Oh gitu nahh sekarang Lohh ngapain pagi-pagi ke sini." Ucapnya dengan datar berjalan kembali ke dalam kamarnya.

"Gua mau sarapan bareng Lohh nihh gua bawa masakan dari rumah temenin gua makan ya." David segera masuk menyelonong tanpa permisi.

"Kebiasaan luhh masuk nga permisi dulu." Jengah Rinjani mengikuti David dari belakang.

Rinjani hanya duduk manis menunggu David selesai menyajikan sarapan pagi buat mereka aroma masakan yang baru saja masuk ke dalam Indra penciumannya melirik semua makanan yang ada di atas meja, Rinjani menelan Silvanya dengan aroma masakan yang menggunggah selera makannya Rinjani yang tidak tahan lagi mengambil setiap makanan yang berada di atas meja melahapnya hingga satu sendok saja masuk ke dalam mulutnya. Sendok yang berada di genggamannya jatuh begitu saja melihat Rinjani begitu bar- bar di atas meja makan seperti tidak makan selama ini.

"Ya ampun Anjani luhh makan atau apaan nihh." Ucapanya tidak percaya.

"Laper lah udah sana makan gua mau mandi." Menyudahi sarapannya dan menyeruput minumannya hingga tandas.

Rinjani berjalan menuju kamarnya tanpa rasa malu berjalan dengan santai masuk ke dalam kamarnya, David menenggelamkan kepalanya dan segera melahap sarapannya yang begitu berantakan dengan ulah Rinjani yang bar-bar di atas meja makan. Rinjani memulai ritual mandinya memanjakan tubuhnya kejadian itu terlintas kembali di dalam benaknya dan beranjak dari tempatnya membasuh tubuhnya di bawah guyuran shower, Setelah berganti pakaian Rinjani berjalan keluar kamar menuju sofa di mana David tengah menunggunya melihat Rinjani sudah rapih dan cantik mereka beranjak keluar kamar apartemen menuju lift dan segera masuk. seperti biasanya Rinjani bersikap biasa-biasa saja dengan situasi mencengkram setiap kali dia memasuki lift ini pintu terbuka lebar dan banyak orang-orang tengah menunggu di depan lift, Rinjani melangkahkan kakinya berjalan keluar lobi kearah parkiran mobil dan masuk ke dalam mobil melesat jauh dari apartemen Rinjani membuka ponselnya melihat pesan dari asistennya tentang informasi wanita itu. Rinjani mengerutkan keningnya menimbang-nimbang usulan asistennya untuk meninjau langsung kondisi wanita itu saat ini yang tengah berbaring lemah di sebuah rumah sakit di luar Jakarta David yang merasa Rinjani sedang memikirkan sesuatu memandangi wajahnya.

"Mikirin apa lagi bukanya sidang Laras masih lama lagi kan."

"Iya gua cuman memikirkan kasus yang akan aku usut lagi dan itu di luar kota."

"Luar kota." Tanya David.

"Iya luar kota luhh budek ya." Kesal Rinjani.

"Nga maksud gua yang bakal temanin Lohh di sana siapa."

"Ada asisten gua kok Lohh tenang aja."

David hanya diam dan kembali menambah laju mobilnya melewati persimpangan jalan melihat beberapa orang tengah memukuli seorang pria dengan membabi buta, Rinjani menyuruh David untuk menepikan mobilnya dan segera keluar dari dalam mobil menghampiri mereka yang tengah asik memukuli seorang pria.

"Kalau berani satu lawan satu dong bukan rame-rame gitu." Kata Rinjani berjalan dengan santai.

Mereka yang tengah melancarkan aksinya menoleh mendapati wajah cantik Rinjani dan wajah tampan David yang tengah berdiri di belakang mereka sembari merekam adegan mereka yang begitu seenaknya memukuli anak orang hingga tak sadarkan diri.

"Kalian ambil ponsel wanita itu mereka merekam kita semua." Teriak salah satu dari mereka.

Rinjani meletakkan ponselnya ke dalam saku celananya agar sulit untuk mereka menjangkaunya, segala cara mereka lakukan demi ponsel Rinjani hingga perkelahian antara mereka tak terelakkan lagi bogem demi bogem di layang Rinjani dan David hingga membuat mereka semua tersungkur meringis kesakitan. Rinjani berjalan menuju pria yang tengah tak sadarkan diri itu dan membawanya masuk ke dalam mobil dan melesat pergi menuju klinik terdekat agar segera di tangani oleh dokter, mereka tiba di sebuah klinik terdekat dari lokasi dan membawanya masuk ke dalam ruangan pemeriksaan untuk memeriksa kondisinya.

David dan Rinjani setia menunggu dokter itu keluar dari dalam ruangannya tiga puluh menit berlalu akhirnya dokter itu keluar dari dalam ruangannya sambil tersenyum ramah kepada mereka.

"Kalian tidak usah panik seperti itu dia baik-baik saja hanya pingsan sebentar lagi akan siuman kok." Ucap dokter paruh baya di hadapannya.

"Syukur lah oh iya saya boleh menitipkan dia di sini dulu saya harus ke kampus dan akan kembali lagi kalau dia sudah lebih baik." Sahut Rinjani pamit undur diri.

Mereka akhirnya meninggalkan klinik segera melesat jauh kembali fokus ke depan dan akhirnya tiba di depan parkiran kampus melihat kerumunan orang-orang yang tengah heboh dengan berita yang baru saja muncul di situs internet, Rinjani dan David segera berjalan menuju kerumunan orang-orang tak di sangka malah mereka mendapatkan sindiran pedas dari anak kampus.

"Jadi ini calon pengacara tapi kok kelakuannya malah mukulin anak orang sihh." Cibiran anak kampus.

"Iya harusnya dia kan mencontohkan hal yang baik tapi malah kek gini." Cibiran yang lain.

David dan Rinjani hanya tersenyum simpul dan melewati kerumunan kaum Adam dan hawa yang heboh dengan berita yang dengan sengaja di buat-buat oleh orang lain untuk menjatuhkannya, sebelum sampai di depan kelasnya Rinjani mendapatkan beberapa anak kampus melemparinya dengan air dan juga sampah dari tong sampah membuat David dan Rinjani geram dengan ulah mereka.

"Berhenti apa-apaan kalian kasihan Rinjani." Bentak David di ujung tanduk.

"Alah nga usah Lohh belain wanita bar-bar kaya dia udah pantas kok dia dapetin ini." Ucap salah satu teman kelas Rinjani.

"Diam Lohh kau nga tau apa-apa tapi banyak omong emang Lohh tau apa kalau saja mengandalkan video doang kita juga punya kok." Kesal David menatap tajam kearah mereka.

"Buang-buang waktu aja tau nga ladeni orang nga waras seperti kalian stop dehh ngurusin hidup orang." Ketus Rinjani membersihkan tubuhnya dari sampah yang bertaburan di bajunya.

Rinjani berjalan menuju parkiran kampus mengambil bingkisan berisikan baju yang selalu di bawa ke mana-mana untuk jaga-jaga seperti kejadian ini, Rinjani berjalan menuju kamar mandi kampus di mana para seniornya berkumpul membahas tentang Rinjani yang berhasil di kerjain oleh Dista. Rinjani mengepalkan tangannya dan segera mendorong pintu dengan keras mengangetkan mereka semua melihat Rinjani berada di depan pintu dengan tatapan mematikannya, berjalan masuk ke dalam ruangan ganti baju untuk mengganti bajunya dan keluar melakukan hal yang sama membuka pintu secara keras dan keluar kamar mandi. Dista menatapnya dengan kesal akibat membuat mereka semua kaget, siapa sangka kalau Rinjani bisa seperti itu dan berjalan keluar kamar mandi dengan tawa geli memandangi raut wajah Dista dan juga teman-temannya yang sangat kesal akibat ulahnya.

David menunggu Rinjani di luar kelasnya semua mata tertuju kepada gadis manis yang tengah berjalan dengan santainya dan begitu cantik dengan gaun yang dikenakannya bahkan Bastian dan David pangling melihat kecantikan Rinjani yang selalu membuatnya terpesona. Rinjani menghampiri David yang menatapnya tanpa berkedip dan sengaja menginjak kaki David hingga meringis kesakitan.

"Auu Rinjani sakit." Ucapnya dengan kesal.

"Makanya mata Lohh itu nga usah kaya gitu mau gua colok." Kesal Rinjani berjalan masuk ke dalam kelasnya.

"Habisnya Lohh cantik banget tau sampai pangling gua." Puji David tidak memalingkan wajahnya.

Rinjani kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelasnya duduk di kursinya namun hal berbeda terjadi kepada teman kursinya, Kiki memilih menjauh darinya dan duduk di belakangnya sontak membuat Rinjani terkejut dan cuek dengan semuanya. Rinjani kembali fokus dengan mata kuliah yang tengah di jelaskan oleh dosennya deringan pesan membuat Rinjani menoleh merogoh kocek saku celananya melihat pesan dari asistennya, Rinjani tersenyum simpul dan segera memerintahkan segera mengirim video itu ke seluruh forum kampus dan segera kembali fokus ke depan mendengar kembali penjelasan dosennya. Sesuai perintah Dimas menjalankan tugasnya dengan baik seperti biasa tanpa meninggalkan jejak atau pun bukti kalau mereka yang melakukannya, sepuluh menit saja video itu telah viral satu kampus mengangetkan semua mahasiswa tentang penangkapan orang tua Desta dan juga Dista yang tertangkap akibat kasus pembunuhan mahasiswi cantik sepuluh tahun yang lalu. Berita ini menggencar kan semua mahasiswa yang mengetahui kasus itu dan tidak percaya dengan semua ini bahkan Desta dan Dista terkejut mendengar berita ini dan melihat cibiran semua anak kampus kepada papanya yang tega melenyapkan nyawa orang demi kepentingannya sendiri. Desta mencari tahu siapa yang berani melakukan ini untuk mempermalukan orang tua mereka, Dista kesal dan geram dengan orang yang dengan sengaja membeberkan berita yang telah mereka tutup dengan menyuap seluruh wartawan yang meliput penangkapan mereka Rinjani yang baru saja selesai dengan mata kuliah terakhirnya berjalan keluar kelasnya dan mendapatkan tatapan tajam kepada Kiki membuatnya heran dan melanjutkan kembali langkahnya menghampiri David yang berada di depan kelasnya.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil yang telah heboh dengan berita ini David telah memikirkan kalau ini ulah Rinjani bersama asistennya dan hanya diam saja melewati kerumunan orang yang tengah ramai dengan berita itu, Gisel menghampiri David dan Rinjani yang tengah berjalan menuju mobil mereka Bastian pun ikut berjalan kebelakang Gisel dengan wajah senang ria.

"Hai." Sapa Gisel dan Bastian.

David dan Rinjani saling bertukaran pandangan heran dengan tingkah dua orang di hadapannya." Apa." Jawab singkat David.

"Gua mau ngajak kalian gabung dalam tim basket kampus Lohh mau kan." Ucap Bastian dengan senyum harapan.

Rinjani menimbang-nimbang tawaran Gisel dan Bastian dan memperhatikan raut wajah penuh teka teki." Boleh." Ucapnya dengan singkat.

"Lohh serius mau gabung gimana kalau mereka cuman ngerjain kita." Bisik David di telinga Rinjani.

"Udah Lohh tenang aja semua udah gua pikirin." Jawabnya dengan santai.

Gisel dan Bastian saling bertatapan dan tersenyum simpul dengan rencana mereka Rinjani yang tahu ada apa dengan pikiran mereka hanya mengikuti permainan mereka dan segera masuk ke dalam mobil, David menyusul Rinjani masuk ke dalam mobil dan melesat pergi jauh dari area kampus Gisel dan Bastian tertawa lepas dengan rencana yang akan membuat Rinjani malu di depan semua anak kampus. David yang merasa ada keanehan dengan ajakan dua orang yang terkenal sangat menyebalkan itu hanya waspada dan memikirkan rencana apa yang mereka lakukan nanti saat mereka berhadapan, berbeda dengan David Rinjani malah terlihat santai dan juga diam saja hingga sampai di depan restoran bintang lima Rinjani mulai bingung dengan tingkah David masuk ke dalam restoran dan kembali keluar untuk menjemput Rinjani.

"Ayo masuk." David mengulurkan tangannya.

"Ngapain kita ke sini" Rinjani menepis tangan David dengan pelan dan keluar sendiri.

"Udah gua mau Loh jadi saksi hari istimewa gua sama gebetan gua." Berjalan menyusul Rinjani.

"Apa." Rinjani memberhentikan langkahnya." Lohh mau gua jadi nyamuk enak aja luhh aja yang masuk sana gua balik duluan." Berjalan menuju mobil namun David menahan langkahnya.

Dengan terpaksa David menarik Rinjani masuk ke dalam restoran hingga menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di dalam restoran, sudut restoran sebuah ruangan yang telah di hiasi berbagai bunga dan balon berbentuk love membuat Rinjani tercengang dengan dekorasinya yang mengagumkan, Rinjani melirik kesana kemari melihat beberapa orang tengah memainkan alat musik dan sebuah meja telah tersaji makanan kesukaannya David mempersilahkan Rinjani duduk di kursi Rinjani duduk dan memperhatikan raut wajah kebahagiaan David saat ini.

"Mana gebetan Lohh belum datang atau bagaimana." Tanya bingung Rinjani melirik kiri kanan.

"Udah ada kok di depan mata gua." Ucapan David sontak membuat Rinjani membulatkan matanya.

"Apa." Sedikit meninggi kan suaranya." Nga waras ya Lohh nga usah main-main gitu gua nga suka ya David." Rinjani beranjak dari duduknya.

"Gua serius nga main-main ini semua gua siapkan untuk mengatakan perasaan gua sama Lohh." David menatap penuh harapan kepada Rinjani.

Rinjani sedikit merasa bersalah dengan sikapnya yang selalu saja cuek dan dingin dengan pria tampan di hadapannya." Tapi Lohh tau kan gua belum bisa buka hati buat siapa pun." Rinjani menundukkan kepalanya.

"Gua janji akan menjaga mu dengan baik tolong berikan gua kesempatan." David bersimpuh di bawah kaki Rinjani membuat semua orang terpesona dengan sikap romantis David.

Rinjani menatap tajam mata David menemukan perasaan yang belum pernah di lihat kepada pria lain meski pun pernah membuka hati namun perasaan David tulus untuknya." Iya baiklah gua harap Lohh nga akan buat gua kecewa." Rinjani tersenyum manis kepada David.

Mendengar jawaban Rinjani sontak membuat David memeluk erat tubuh wanita pujaannya Rinjani pun gak menolak dengan perlakuan manis David yang baru di rasakannya, mereka kembali duduk menikmati malam yang indah ini dengan lantunan lagu yang di iringi oleh pemain band yang telah di minta khusus oleh David untuk menjadi saksi keromantisan mereka senyum keduanya tak pernah lepas hingga mereka kembali ke apartemen Rinjani.

Romantis kan😘❤️❣️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!