Dunia semakin gelap Rinjani berjalan dengan senter menerangi ruangan yang begitu sangat gelap Rinjani dengan hati-hati masuk ke dalam kamar di mana dirinya berada terdengar suara Keributan di sebuah ruangan yang tak jauh dari kamarnya saat ini, Rinjani mencari keberadaan mereka dan menemukan beberapa orang sedang berdebat perihal kasus dan juga kematian wanita paruh baya di sebuah foto dalam genggaman tangan seorang pria berada di dalam mimpinya selama ini. Rinjani mendekati mereka mencari tahu siapa wanita itu dia memperhatikan wajahnya dengan seksama kakinya melemas melihat foto-foto wanita di mana dirinya bertemu di rumah sakit, Rinjani bingung dengan para lelaki ini apa yang mereka lakukan kepada wanita itu hingga menembaknya dan acara pernikahan mereka Rinjani terus berpikir tentang hubungan keduanya Rinjani terus mendengarkan pembicaraan mereka dan menemukan motifnya segera berjalan keluar kamar berusaha untuk keluar dari dalam mimpinya ini namun sia-sia Rinjani menemukan sebuah kotak dan terjaga dari tidurnya.
"Siapa mereka apa hubungannya dengan wanita itu dan kalau hanya itu motifnya kenapa dia harus menembaknya ini tidak masuk akal." Ucap Rinjani tanpa sengaja terdengar oleh David.
"Siapa mereka apa kau bermimpi lagi." Tanya David membawakan sarapan di atas nampan.
"Nga kok kamu ngapain di sini." Kilah Rinjani membenarkan posisinya.
"Sarapan pagi apa kau tidak melihat jam sekarang." David melirik jam dinding berada di depan kekasihnya.
Rinjani menatap jam dinding berada di kamarnya dan sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi dan tertawa geli dengan tingkahnya dan segera beranjak berlari masuk ke dalam kamar mandi membasuh wajahnya dan juga menggosok giginya, berjalan keluar kamar menuju balkon menghampiri David yang sedang duduk santai menikmati suasana yang nyaman dan juga asri matanya memperhatikan kedua orang tuanya yang asik dengan olahraga sepeda dan yang lainnya.
"Kenapa kau tidak ikut bergabung dengan mereka." Tanya Rinjani duduk di sebelah David.
"Aku menunggu mu apa kau akan pergi lagi." Ucap David memposisikan menghadap Rinjani.
"Memangnya kenapa kalau aku akan pergi apa kau mau ikut dengan ku." Ucap Rinjani mengunyah sarapannya.
"Tentu demi keselamatan mu aku harus selalu berada di samping mu benar kan." Ucap David memalingkan wajahnya.
Rinjani hanya tersenyum manis kepada David dan menyaksikan keseruan keluarga dan juga teman-teman mereka yang begitu asik dengan olahraga mereka masing-masing sesekali mereka saling tertawa melihat tingkah lugu thisa yang selalu saja menjadi bahana olokan Ken dan juga Brama yang suka menjahili thisa yang begitu penakut. Rani meneriaki dua pasang kekasih yang sedang asyik-asyiknya menikmati suasana berduaan di atas balkon sambil menyaksikan mereka.
"Woii dari pada di atas sini turun kita main bareng." Teriak Rani dari bawah.
"Mainan Lohh nga asik." Teriak David kembali.
"Idihh dasar luhh." Kini giliran Ken meneriaki mereka.
Ken dan yang lain di buat kesal dengan kekasih Sahabatnya itu Dista dan yang lain hanya menyaksikan dan bergegas menghampiri Rani dan Brama yang asik bermain tembak-tembakan menggunakan pistol mainan berisikan air dan saling membagi tim, Desta mengikuti Dista Gisel dan Bastian yang ingin ikut bergabung dan melirik ke atas melihat David dan Rinjani tengah asik tertawa terbahak-bahak dengan tingkah konyol Rani dan Brama merah padam mulai nampak di wajah tampan Desta dan Dista menyaksikan keromantisan mereka di atas sana. Dafa segera berjalan keluar dengan menggunakan baju santainya ingin ikut bergabung tapi langkahnya terhenti melihat Dista dan Desta yang sedang berjalan ke arah villa, seketika langkahnya melangkah kebelakang raut wajahnya cemas dan panik Rani yang memperhatikan wajah Dafa mulai penasaran dan segera menghampirinya.
"Kau baik-baik saja." Rani tiba-tiba saja di dihadapan Dafa.
"I-iya aku baik-baik saja sedang apa mereka di sini." Ucap Dafa mulai cemas.
"Apa kau mengenalnya." Rani semakin curiga dengan tingkah laku Dafa.
"Tentu tidak aku baru saja melihat mereka." Jawabnya dengan gugup.
"Ya sudah kita keluar sekarang." Rani menarik tangan Dafa namun orangnya masih betah di tempatnya.
"Kau pergi saja aku mau temui Rinjani dulu." Dafa langsung berlari masuk mencari kamar Rinjani.
Rani hanya bengong saja dengan sikap Dafa yang semakin mencurigakan ketika dia melihat Dista dan yang lainya karena tidak ingin membuat yang lainnya berpikiran aneh-aneh Rani segera berjalan keluar menemui yang lain dan menatap tajam wanita masa lalunya di hadapan mereka semua, Rinjani dan David hanya menatap mereka dari atas balkon mereka ingin melihat apa yang akan mereka lakukan Dafa yang baru saja sampai di dalam kamar dengan nafas tersengal-sengal segera menarik tangan Rinjani menjauhi David yang belum sadar akan kehadirannya.
"Lohh ngapain di sini." Geram Rinjani melepas genggaman Dafa.
"Dihh Lohh ini gimana sih kenapa mereka di sini." Tanya Dafa dengan gugup.
"Kok Lohh takut gitu ada apa sih sebenarnya." Ucap Rinjani menatap tajam mata Dafa.
"Aiss kau lupa atau memang ingatan Lohh itu gimana gawat kalau mereka membongkar sama mama dan papa kalau aku berusaha menyerang mu waktu itu karena mereka." Dafa semakin gemetaran.
"Setakut itu kahh Lohh sama mereka astaga Lohh tenang aja mereka tidak akan pernah berani gua jamin." Ucap Rinjani menenangkan Abang kekasihnya.
"Serius kan mereka tidak akan pernah berani." Tanya Dafa sekali lagi.
Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya dan berjalan kembali kearah David sebelum dia sadar akan kehadiran saudara kembarnya namun sebelum Rinjani melangkah David sudah berada di depan mereka membuat Rinjani terkejut bukan main, mendapatkan tatapan tajam oleh kekasihnya dan berjalan menuju arah Dafa yang mulai cemas akan kesalahpahaman antara mereka berdua.
"Gua nga ngapa-ngapain kok sama pacar Lohh tadi gua cuman mau nanya doang." Ucap Dafa dengan gugup.
David memperhatikan Dafa dengan seksama yang mulai gemetaran dengan tingkahnya dia pun tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi wajah Dafa." Lohh kenapa kek takut gitu cihh kau ini tenang aja gua nga marah kali." Ucap David menepuk pundak Dafa.
Plakkk
Rinjani menjitak kepala kekasihnya yang mulai agak keterlaluan dengan kaknya sendiri." Apa kau gila nakutin kak Lohh sendiri." Rinjani kembali menyentil dahi David hingga meringis kesakitan.
"Auu sakit tau nga sihh lagian gua cuman bercanda dianya aja yang penakut." Ledek David berjalan keluar kamar.
"Awas ya kau dasar gila." Teriak Rinjani kepada David.
Dafa hanya tertawa melihat tingkah lucu Rinjani bersama David yang begitu konyol Rinjani segera berjalan menyusul langkah David bersama Dafa sesekali mereka tertawa bersama berjalan beriringan menceritakan tentang David selama dia mengenalnya, mereka berada di halaman villa di mana Rani thisa dan Angga sedang bermain tembakan pistol mainan seperti anak kecil mata Dafa dan Rinjani menemukan sosok Dista dan Desta yang berada di halaman villa mereka sedangan menyaksikan keseruan keluarganya.
"Kenapa kok kalian memperhatikan mereka." Rinjani berjalan menuju arah mereka.
"Lohh kenapa gua Dateng ke sini baik-baik kali." Ucap Bastian.
"Gua nga ngomong sama luhh." Ketus Rinjani.
"Kita ke sini cuman mau ngajak main kok iya kan Des." Ucap Dista tersenyum kepada David.
"Main? Lohh gila main sama keluarga gua udah sana kalian nga di undang." Rani mulai kesal dengan tatapan Dista kepada David.
Desta segera menarik tangan Dista yang mulai kesal dengan ucapan dua wanita cantik di hadapannya yang mulai berlebihan menurut mereka, Rinjani hanya tersenyum simpul melihat ekspresi Dista yang geram dengan mereka Dafa yang belum sadar akan tatapan mata Dista kepadanya hanya diam saja dan berjalan masuk ke dalam villa menyusul David yang sedang duduk santai menikmati minumannya.
"Sedang apa kau di sini." Ucap Dafa duduk di sebelahnya.
"Lohh nga bisa liat gua ngapain." Ketus David.
"Sepertinya wanita tadi itu menyukai ku." Ucap Dafa dengan pedenya.
"Maksud Lohh Dista." Tanya David.
"Iya." Jawabnya singkat.
David tertawa terpingkal-pingkal dengan omongan kaknya yang mulai ngawur." Dihh Lohh Kepedean banget Dista kira Lohh itu gua mereka belum tau kalau kita itu kembar dasar luhh." David menyentil lengan saudaranya.
"Mama kelihatannya bahagia banget ya." Dafa mengalihkan pandangannya kepada sang mama.
"Dia bukan mama kandung kita." Terang David.
Dafa tersentak seketika senyuman di wajahnya memudar dengan jawaban adiknya." Kau bilang apa."
"Dia itu adik mama sekaligus Tante kita sendiri mama meminta kepada aunty Adisti untuk menikahi papa dan menjaga kita jadi aku harap kau bisa menerima dia sebagai ibu kandung kita." David tersenyum manis melihat kemesraan papa dan mamanya.
Dafa hanya diam saja kembali tersenyum manis melihat kemesraan kedua orangtuanya yang begitu sangat serasi, hari semakin terik Ken thisa dan yang lainnya sudah berada di kamarnya untuk segera beristirahat Rinjani yang baru saja membersihkan tubuhnya mendengar deringan ponsel dari salah satu ponsel pria yang sengaja dia ambil ketika mereka di hadang. Rinjani mengerutkan keningnya menatap nama panggilan di layar ponselnya dan segera menekan tombol hijau terdengar suara wanita sedang marah besar padanya.
"Bagaimana kerja kalian kenapa wanita sialan itu masih saja bisa senang-senang apa kalian makan gaji buta hah." Gertak wanita itu dengan penuh amarah.
"Heii apa kau tuli saya mau kalian segera menyingkirkan mereka kalau sampai kalian gagal lagi liat saja nanti kalian akan tau akibatnya." Ancam wanita itu segera menutup sambungan teleponnya.
Rinjani menimbang-nimbang suara itu yang sangat familiar untuknya dari villa sebelah Dista sedang begitu marah dengan kinerja anak buahnya yang tidak becus melenyapkan Rinjani, dari atas balkon Rinjani kembali menghubungi nomor tersebut deringan pertama tak ada jawaban deringan kedua pun sama tak ada jawaban Rinjani kembali lagi menghubungi dan akhirnya di angkat Dista menjauh dari teman-temannya menuju halaman belakang villa dekat balkon Rinjani dan segera menekan tombol hijau.
"Ada apa kau sudah punya rencana untuk melenyapkan wanita sialan itu." Ucap Dista dengan sangat pelan.
"Sayangnya kau tidak akan pernah berhasil dengan semua rencana Lohh itu." Ucap Rinjani Tersenyum simpul mematikan sambungan teleponnya.
Dista melirik kearah balkon Rinjani dan menemukan sosok wanita itu sedang tersenyum simpul dan berjalan masuk, Dista semakin kesal emosinya semakin memuncak dan segera masuk ke dalam kamarnya menutup pintunya dengan kasar membuat Desta Gisel Bastian heran dengan tingkahnya Dista menghamburkan semua barang-barang yang berada di dalam kamarnya berteriak-teriak memanggil nama Rinjani dan merobek-robek foto Rinjani yang berada di kamarnya. Rinjani hanya tertawa kecil dengan kekesalan Dista dengannya segera berjalan masuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya segera tertidur pulas dalam mimpinya kini Rinjani berada di sebuah kamar mewah dengan interior yang tidak asing lagi baginya terdengar suara percakapan banyak orang yang berada di sana sedang berdiskusi dengan beberapa foto yang mereka lihat di atas meja, Rinjani hanya memperhatikan mereka yang asik bercengkrama satu sama lain tak ada yang tahu kalau Rinjani berada di tengah-tengah mereka yang asik menyaksikan foto-foto yang menjadi target mereka kali ini ada yang menarik pandangannya seorang wanita cantik bertubuh mungil sedang mereka bahas yang akan menjadi target mereka untuk melaksanakan misi yang mereka dapatkan dari seseorang.
Rinjani terus melihat foto itu dengan seksama dan melihat seorang wanita cantik yang pernah di temuinya waktu berada di rumah sakit sambil tersenyum ramah padanya.
"Sedang apa kau di sini." Tanya wanita itu.
"Aku hanya ingin tahu mereka mengerjakan apa." Elak Rinjani.
"Kau tidak usah berbohong pada ku." Ucap wanita itu mendekati Rinjani.
"Mereka sebenarnya mengerjakan apa kok banyak sekali foto-foto wanita." Tanya Rinjani dengan penasaran.
"Mereka sindikat pengedar wanita malam dan foto-foto itu adalah target mereka untuk mereka jual kepada lelaki hidung belang." Jelas Ardina.
"Apa." Teriak Rinjani dengan kerasnya." Kurang ajar jadi mereka semua adalah target mereka ini tidak bisa di biarkan ini sudah tindak kriminal." Kesal Rinjani segera pergi dari sana.
Namun langkahnya terhenti ketika Ardina menahannya." Kau jangan ikut campur dengan pekerjaan mereka kalau tidak ingin bernasib sama dengan ku." Ucap Ardina dengan wajah sendunya.
"Jadi ini juga ulah mereka jangan mencoba menahan ku akan aku buktikan kematian mu dengan polisi dan mencari tahu dalangnya." Ucap Rinjani berjalan pergi.
Tiba-tiba suasana kembali normal Rinjani terjaga dalam tidurnya mencoba bangkit dan bersandar di bantalnya mencoba mengingat foto-foto wanita dan para pelakunya, Rinjani mengedarkan pandangannya beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya David dan Dafa berserta orang tuanya sedang asik menikmati suasana kebun teh berjalan-jalan pagi karena hari ini adalah hari terakhir mereka berada di villa milik kakek Rinjani. Terlihat jelas di mata Dafa nampak kebahagiaan sebuah keluarga yang lengkap baginya percakapan mereka diiringi tawa David dan juga Dafa yang selalu saja ribut dengan hal kecil, Dista dan Gisel berjalan-jalan ke daerah kebun teh dan melihat David dan juga orang tuanya berada di daerah yang sama mereka segera berjalan cepat menuju tempat David dan Dafa.
"Haii David." Sapa Dista.
Dafa terkejut dengan kehadiran Dista di tengah-tengah mereka dan bersikap tenang." Sedang apa kau di sini." Tanya Dafa dengan datar.
David berjalan menuju mereka yang sempat mengambil daun teh dan melihat keberadaan Dista di hadapan Dafa." Kau." Ucap David berjalan menuju mereka.
Dista dan Gisel terkejut dengan kehadiran dua pria tampan yang begitu persis seperti pinang di belah dua dan tak mampu lagi berkata-kata ketika di depan mereka.
"Woii sedang apa kau di sini." Teriak David.
"Siapa kau kok kalian ada dua." Tanya Gisel tidak percaya.
"Kau tidak waras ya dia saudara kembar gua kenapa dengan kalian." Tanya David penuh selidik.
"Kau kan." Ucap Dista namun terpotong dengan ucapan Dafa.
"Gua nga kenal sama Lohh sebaiknya pergi dari sini sekarang." Dafa melototkan matanya.
"Yang David mana nihh." Gisel melirik ke dua pria tampan itu.
"Sebaiknya Lohh nga usah tau udah sana pergi nga." Gertak David.
"David kok gitu sihh jangan kasar dong nak." Timpal Adisti di sela-sela percakapan mereka.
"Haii Tante saya Dista teman kampus David di Jakarta." Ucap Dista menyalami tangan Adisti.
"Saya Gisel Tante teman kampus David juga." Ucap Gisel dengan senyuman manisnya.
"Wahh ternyata David punya teman yang cantik-cantik tohh." Timpal Bagas berjalan menuju mereka.
Dafa hanya menatap jengah Gisel dan Dista segera pergi dari sana meninggalkan David bersama mereka kini Dista dan mereka pulang bersama menuju villa mereka masing-masing, thisa Angga dan dua seniornya ini tengah asik menikmati suasana pagi hari di bawah pohon belakang villa bersama-sama diiringi tawa lepas mereka yang sering kali bertengkar dengan hal kecil Rani ikut bergabung usai sarapan bersama kakeknya.
"Kalian ada yang lihat Anjani nga sihh." Rani duduk di sebelah thisa.
"Anjani bukanya dia masih di dalam kamar ya." Jawab thisa mengunyah cemilannya.
"Gitu kalau David ada yang liat nga kok keluarga mereka juga tidak kelihatan." Tanya Rani menatap mereka satu-persatu.
"Lohh ini udah seperti detektif Conan saja mau tau semuanya." Ledek Ken.
"Apaan sihh kak." Kesal Rani melempar cemilan kearah Ken.
Brama dan Ken tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi wajah Rani yang begitu kesal dengannya mereka berbincang-bincang dengan santai sambil menikmati cuaca Bandung yang begitu sejuk jauh dari Keributan kota, Dafa yang baru saja tiba di villa mendengar suara keramaian di taman belakang villa dan bergegas melangkah menuju taman belakang Dafa melihat Rani thisa dan yang lain tengah asik tertawa dan mengobrol dengan santai Dafa berjalan dan duduk di sebelah Brama yang sedang asik tertawa.
"Ehh Dafa habis dari mana luhh." Tanya Brama dengan tawa kecilnya.
"Habis jalan-jalan bareng papa mama dan juga David." Jawab Dafa menyeruput minuman Brama.
"Dasar nga waras itu minuman gua tau." Kesal Brama bergumam tidak jelas.
"Dihh luhh ambil saja punya kaki kan." Ledek Dafa memperhatikan wajah Rani.
"Lohh liatin apa." Ucap Dafa dengan dingin.
"Kepedean banget luhh gua cuman bingung ngebedain kalian aja." Jawab Rani dengan santai.
"Gua lebih ganteng dari adik gua." Ucap Dafa sambil tersenyum.
"Lohh tinggal liat wajah mereka saja Dafa itu lebih oval ke banding David wajahnya sedikit bulat David kan juga punya mata sedikit biru kalau Dafa punya mata sedikit kecoklatan." Ucap Ken menjelaskan.
"Wahh jadi selama ini Lohh ngefans sama gua jadi bisa membedakan gua sama David." Sahut Dafa mendekati Ken.
"Cihh gua males banget jadi fans kalian emang itu doang yang bisa bedain kalian kok." Ketus Ken memalingkan wajahnya.
Brama thisa dan Angga tertawa terbahak-bahak dengan kelucuan Ken dan Dafa yang selalu saja bisa mencairkan suasana mereka, Rani hanya diam saja menyaksikan wajah Dafa yang begitu tampan dari Brama namun segera tersadar dengan lamunannya segera pamit untuk bertemu dengan Rinjani mereka hanya tersenyum dan Kemabli menikmati suasana sejuk villa mereka. Rani berjalan menuju kamar Rinjani dan tanpa sengaja melihat David dan keluarganya pulang bersama dengan Dista dan hanya kesal segera berjalan masuk ke dalam kamar Rinjani mendapati Rinjani baru saja selesai mandi, Rinjani mengeringkan rambutnya berjalan menuju meja riasnya duduk manis di depan cermin kamarnya Rinjani hanya melirik sebentar kearah adiknya dan kembali fokus dengan rias wajahnya yang hampir selesai Rani duduk di tepi ranjang menghadap kaknya yang sedang berias wajahnya.
"Kenapa sihh muka luhh kok di tekuk gitu."
"Tau nga gua liat dua wanita ganjeng itu balik bareng David dan juga papa mamanya."
"Lahh terus kok Lohh yang kesal sihh." Ucapnya dengan santai.
"Apa Lohh nga marah atau cemburu Dista dan David pulang bareng kan luhh tau Dista itu kek gimana." Ucap Rani dengan serius.
"Nga kok lagian gua tau bagaimana David jadi Lohh tenang aja." Jawab Rinjani menyudahi ritual riasnya.
Rani hanya diam dan mengganggukkan kepalanya dan melihat kaknya dan begitu takjub dengan kecantikan Rinjani yang luar biasa di matanya tak ada yang bisa menandingi kecantikannya, raut wajah yang kesal segera hilang entah ke mana dan terlihat senyuman manis di wajahnya memperhatikan Rinjani yang sedang bersiap-siap untuk pergi.
"Mau ke mana." Tanya Rani beranjak dari duduknya.
"Ada urusan Lohh beresin barang-barang gua kalau gua pulang telat ya." Ucap Rinjani berjalan keluar kamar.
"Iya luhh tenang aja." Sahut Rani berjalan di belakang kaknya.
Rinjani bergegas keluar kamar berjalan seperti biasa mata para kaum Adam yang baru saja masuk dari taman belakang begitu terkejut dengan kecantikan Rinjani yang membuat mereka tidak berkedip, David baru saja selesai dengan rituanya pun di buat terkejut dengan penampilan kekasihnya yang menjadi pusat perhatian semua orang Dafa pangling dengan Rinjani yang di hadapan mereka tak percaya kalau saja kekasih adiknya begitu luar biasa.
"Opa Rinjani pergi dulu ya." Ucap Rinjani menyalami tangan kakeknya.
"Mau ke mana nak kok kamu cantik banget." Ucap Arya yang juga takjub.
"Rinjani ada urusan aku pergi bareng David kok jadi opa tenang aja ya." Rinjani Tersenyum manis.
"Opa tenang aja cucu cantik opa ini biar David yang jaga." Sahut David mengandeng tangan kekasihnya.
"Dihh biasa aja kali di sini para jomblo tau." Ketus Angga.
"Makanya cari pacar dong jangan sirik aja." Goda David berpamitan dengan semua orang.
Rinjani hanya tertawa geli dengan tingkah David yang menggoda Sahabatnya dan berjalan bergandengan masuk ke dalam mobil Desta tak sengaja melihat keberadaan Rinjani dan juga David berada di luar villa dengan penampilan tak biasa dan terlihat Rinjani begitu cantik dengan rias wajahnya, mereka melesat jauh dari villa menuju pesta yang akan mereka datangi Rinjani begitu gugup dengan penampilannya David menggenggam tangan kekasihnya untuk menenangkannya dan kembali fokus dengan jalan di depan matanya. Dua puluh menit kemudian mereka masuk ke dalam rumah mewah para miliuner muda dan juga pengusaha terkenal tanpa sepengetahuan kakeknya Rinjani menghadiri salah satu pesaing bisnisnya dan juga mencari tahu keberadaan bukti dalam mimpinya, David sengaja menemani Rinjani sebagai wali dari papanya yang juga sebagai tamu undangan David tidak ingin meninggalkan Rinjani pergi sendiri untuk mengusut kasus dua bulan yang lalu dan di tutup tanpa alasan yang jelas.
Dengan alibi Rinjani mendatangi pesta para penjabat dan juga pengusaha terkenal untuk menemukan keberadaan lelaki di dalam mimpinya, mereka berjalan masuk ke dalam pesta semua mata tertuju kepadanya yang sedang berjalan masuk untuk memberi selamat kepada kedua mempelai mereka begitu takjub dengan kecantikan Rinjani yang begitu luar biasa dari wanita biasanya. Rinjani terus mencari cari keberadaan kamar yang berada di lantai dua itu dan segera pamit untuk pergi ke kamar mandi, Rinjani melancarkan aksinya bergegas masuk ke dalam sebua kamar yang berada di dalam mimpinya mengeledah beberapa laci dan tidak sengaja mendapatkan foto-foto wanita yang sebagai target mereka dan mendapatkan berkas informasi yang akan mereka jalankan. Rinjani begitu tegang ketika mendengar suara langkah kaki yang akan segera masuk ke dalam kamar dan segera berlari keluar balkon membawa foto-foto dan juga berkas infomasi yang menurutnya penting. Pria paruh baya masuk ke dalam kamar dengan seorang wanita bertubuh mungil yang sedang tak sadarkan diri Rinjani membulatkan matanya mendapat wanita di dalam mimpinya sedang berada di pelukan pria hidung belang Rinjani tidak menyangka kalau saja orang-orang itu akan melancarkan aksinya malam ini, dia pun segera mencari cara untuk menyelamatkan gadis itu dari terkaman pria hidung belang.
Terlintas ide jail di dalam pikiran Rinjani dan segera menakuti pria itu yang sedang membuka busananya Rinjani membunyikan suara yang sangat menyeramkan dan suara tertawa wanita yang membuat bulu kuduk pria itu merinding, Rinjani menggoyang-goyangkan gorden yang berada di dalam kamar berjalan menuju arahnya pria itu mulai gemetaran dengan suasana kamar ini dia mulai mundur kebelakang dan segera membuka pintu kamar Rinjani tertawa lepas dengan usahanya dan segera keluar membawa wanita itu sebelum ada yang mengetahui ulahnya David yang sudah berada di tempat yang mereka janjikan dan segera membuka pintu setelah melihat Rinjani bersama wanita itu berjalan mengarahnya.
"Kau baik-baik saja kan." David segera memeluk erat tubuh Rinjani.
"Iya aku baik-baik aja kok yuk kita segera pergi kasian wanita ini." Ucap Rinjani mengalihkan perhatian David.
"Baiklah." David segera masuk ke dalam mobil bergegas meninggalkan rumah mewah itu dengan cepat.
Di ruang pesta pria itu berlari seperti orang tidak waras tanpa menggunakan busana atasnya dan telanjang dada membuat semua orang berteriak histeris dengan penampilannya, pemilik rumah segera menutupi dadanya dan menariknya dengan kasar menuju sebuah tempat yabg sepi menghempaskan genggamannya dengan kasar hingga membuat pria itu terjatuh.
"Kau ini kenapa bikin malu saja." Ucap pria itu.
"Aku lihat hantu di kamar khusus mu itu." Ucap pria itu dengan gagap.
"Apa kau tidak waras tidak ada hantu di rumah ini." Ketus Bromo.
"Ya udah sebaiknya aku pulang saja tempat ini seperti angker saja." Pria itu berjalan keluar rumah segera pergi dari sana.
Bromo mengepalkan tangannya memikirkan pengacau dalam bisnis dan juga pestanya yang di buat khusus untuk para koleganya yang datang ke dalam pestanya dan segera berjalan masuk untuk menenangkan para tamu dan melanjutkan kembali acaranya, David dan Rinjani bingung untuk membawa gadis itu kemana sebab dia belum saja sadar dari pingsannya Rinjani menghubungi Rani yang masih berada di villa bersama keluarganya Rinjani menekan tombol hijau samar-samar suara dari sana.
"Halo." Suara Rani terdengar dari sana.
"Kalian masih di villa kan." Ucap Rinjani.
"Iya ini lagi siap-siap kenapa Lohh udah jalan pulang." Tanya Rani menyiapkan barang Rinjani.
"Iya gua lagi di jalan sampaikan kesemuanya tungguin gua sama David." Ucap Rinjani melirik kearah gadis itu.
"Iya Lohh hati-hati di jalan." Rani mematikan sambungan teleponnya setelah mendengar suara Rinjani.
Rani menyiapkan barang-barang Rinjani dan memasukkan ke dalam kopernya segera berjalan berkumpul di ruangan tengah dengan semua orang, Dafa yang baru saja keluar dari kamar mendapati Rani kewalahan membawa kopernya dan juga kaknya Dafa dengan sigap menangkap koper Rinjani yang berada di tangannya.
"Biar gua yang bawa ini pasti berat kan." Ucapnya.
"Nga kok malah ngerepotin." Ucap Rani menggambil kembali kopernya.
"Udah biar gua aja bawah." Dafa membawa koper Rinjani menuju ruang tengah.
Rani hanya nurut dan berjalan di belakang Dafa menenteng kopernya berkumpul dengan semua orang Adisti tersenyum manis melihat keakraban Rani dan Dafa, berbeda dengan Adisti Brama malah cemburu dengan kedekatan Dafa dan juga Rani dan hanya menyaksikan mereka hingga Rani duduk di sebelahnya Dafa mulai canggung dengan tatapan Brama yang sangat tajam kepadanya dan memalingkan wajahnya kearah yang berbeda. Rani menatap wajah tampan kekasihnya yang sangat terlihat kesal kepada Dafa yang membantunya membawakan kopernya Rani menggenggam erat tangannya tersenyum manis kepada Brama, Angga menggelengkan kepalanya melihat sikap cemburu Dafa yang berlebihan dengan sahabatnya.
"Biasa aja kali nga usah cemburu gitu." Ledek Angga menyenggol sedikit tangan Brama.
"Berisik diam aja luhh." Ketus Brama melirik tajam kearahnya.
"Dihh dasar kutub Utara." Angga tak kalah ketus dari seniornya.
"Rinjani masih lama nga sihh." Ucap thisa sambil ngemil.
"Katanya usah dekat kok kita tungguin aja dulu." Ucap Rani.
Mereka hanya mengganggukkan kepalanya kembali mengobrol seperti biasanya menunggu kedatangan Rinjani dan juga David yang tak lama lagi pulang, tak berselang lama deru mobil mewah David memasuki halaman villa Ken dan Dafa segera berjalan keluar menemui mereka yang baru saja tiba namun dibuat terkejut dengan gadis mungil dalam gendongan David.
"Lohh nyulik anak orang." Kata Ken tak percaya.
"Sembarangan aja Lohh kita nga sengaja nemuin dia." Elak David berjalan masuk.
"Kalian nga lagi menyembunyikan sesuatu kan." Ucap Dafa dengan seksama.
"Tenang aja kita nga ngapa-ngapain kok." Tegas Rinjani berjalan beriringan dengan kekasihnya.
Rani dan thisa melototkan matanya melihat David membawa seorang gadis mungil dalam pelukannya ala bridal style, Adisti mendekati David dan Rinjani menatap gadis yang mereka bawa ke dalam villa yang nampak pingsan karena obat tidur.
"Siapa dia." Tanya Adisti mulai cemas.
"Nga tau mama tadi kami nga sengaja temuin dia di pinggir jalan udah nga sadar kok." Kilah David dengan santai.
"Yang di omongin David benar kok Tante kita temuin dia udah kaya gini makanya kita bawa kesini." Ucap Rinjani.
"Ya sudah kita bawa dia pulang aja lagian udah malam juga kan kita nga tau dia siapa." Sahut Rani beranjak dari duduknya.
"Yang di katakan Rani benar nak bawa dia ke rumah kita." Ucap Arya bersiap-siap.
"Baik opa." Ucap mereka bersamaan.
Rinjani membawa kopernya dan juga David menuju halaman villa dan memasukkannya ke dalam mobilnya David membawa gadis itu dan menaruhnya dengan pelan bersama thisa dan Rani, Dafa Brama dan Ken mereka dalam satu mobil melesat pergi dari villa sedangkan yang lain sudah lebih dulu berangkat Desta dan juga Dista menunggu kepergian Rinjani dan juga David yang masih berada di halaman villa. Setelah selesai David melajukan mobilnya menelusuri jalanan yang mulai gelap dan juga sunyi David terus waspada dengan jalanan yang mereka lewati, Desta terus mengikuti mobil Rinjani yang berada di depan mereka nampak wajah geram Dista yang melihat Rinjani dan David yang baru saja pulang dari pesta Gisel dan Bastian saling bertukar pandangan satu sama lain dan hanya tertawa geli dengan tingkah Dista yang seperti cacing kepanasan.
"Kalian cemburu dengan Rinjani dan David." Ucap Gisel dengan polosnya.
"Nga juga yang cemburu siapa." Kilah Desta fokus menyetir.
Dista hanya diam saja memperhatikan mobil Rinjani dan juga David yang begitu cepat hingga mereka susah untuk mengejar Desta terus mengikuti mereka yang sudah sangat jauh di depan sana hingga keluar dari padangan mereka, Desta memukul stir mobilnya dan menambah laju mobilnya mengejar mereka.
"Gimana sihh Lohh gitu aja nga bisa ngejar."
"Lohh bisa diem nga dia bawa mobilnya cepat banget gimana mau ngejar." Kesal Desta.
"Dasar luhh nya aja yang nga benar bawa mobil kan kita udah ketinggalan gimana sihh." Ketus Dista memalingkan wajahnya.
"Kalian ini kenapa ngapain juga kita ngejar mobil mereka." Sahut Gisel.
"Diam aja luhh." Jawabnya bersamaan.
"Udah Lohh nga usah urusin mereka yang lagi kesal karena Rinjani lagi bersama David." Kesal Bastian dengan mereka.
Dista dan Desta hanya saling diam dengan ucapan Bastian yang ada benarnya mereka begitu kesal karena Rinjani bersama David dalam satu mobil yang sama dan sekarang entah ke mana, Rinjani bersama David dan juga Rani sedang berada di sebuah restoran mewah di daerah puncak Bandung thisa yang baru saja masuk ke dalam restoran memastikan kalau gadis itu tidak akan kemana-mana dan mengunci mobilnya. Mereka menikmati hidangan yang tersedia di depan matanya tanpa sadar wanita itu tersadar dari pingsannya dan membuka matanya yang sangat berat tersentak berada di dalam sebuah mobil memenangi tubuhnya yang masih mengenakan busana dan bernafas lega, diapun berusaha membuka pintu namun tak berhasil dia berteriak-teriak tapi sama saja tak ada yang mendengarnya dia mulai panik dan menangis sejadi-jadinya Rinjani teringat kalau wanita itu berada di dalam mobil dan segera keluar restoran membuka mobilnya mendapati gadis itu sedang menangis.
"Kau kenapa." Tanya Rinjani dengan cemas.
Wanita itu menatap wajah cantik Rinjani dan mulai tenang." Anda siapa dan di mana saya." Ucapnya dengan gugup.
"Lohh sekarang aman kok keluar yuk kita makan pasti Lohh laper kan." Ucap Rinjani mengulurkan tangannya.
"Baiklah." Jawabnya menerima uluran tangan Rinjani.
Mereka berjalan masuk ke dalam restoran mewah yang berada di puncak Bandung matanya begitu liar menatap bangunan yang baru saja di lihatnya langsung dan sekarang berada di dalam bersama orang-orang yang tidak di kenalnya, Rani dan thisa menoleh melihat gadis mungil sedang menatap mereka dengan bingung Rani menarik kuris untuknya dan membawa gadis itu duduk di sebelahnya.
"Makasih." Lirih Gladis.
"Sama-sama kamu mau makan apa." Ucap thisa dengan ramah.
"Emang nga papa kalau aku ikut makan sama kalian." Ucap Gladis dengan gugup.
"Nga papa kok Lohh pesan aja jangan takut kita orang baik kok." Sahut David tersenyum ramah.
Rani memanggil salah satu pelayan yang tak berada jauh dari mereka Gladis memperhatikan Rinjani dan juga David yang seperti kucing dan tikus namun saling peduli dia merasa melihat kaknya yang selama ini pergi darinya meninggalkannya sendiri, air mata itu mengalir begitu saja membasahi wajahnya melihat keakraban thisa dan Rani yang sebagai sahabat Rinjani Rani melirik kearah Gladis dan melihatnya menangis tersedu-sedu melihat mereka.
"Gladis kenapa." Tanya Rani dengan lembut.
"Nga papa kok kak Gladis cuman kangen sama kak Gladis." Ucap Gladis menyeka air matanya.
"Emang kaknya Gladis ke mana." Ucap thisa menguyah makanannya.
"Nga tau dia pergi ninggalin Gladis sendiri." Air mata itu kembali mengalir.
Rinjani berjalan bersimpuh di bawa kaki Gladis menggenggam tangannya menatapnya sendu." Gladis nga usah sedih ya anggap saja kami ini kak Gladis juga." Rinjani menghapus jejak air mata Gladis.
Gladis merasa tersentuh dengan ucapan perhatian Rinjani dan juga Rani kepadanya dan mengingatkannya kepada kaknya yang pergi meninggalkannya sendiri dan harus bekerja keras demi menghidupi dirinya, mereka Kembali menikmati makanannya hingga habis tak tersisa Gladis merasa sangat kenyang dapat makan makanan enak seperti ini yang belum pernah merasakannya dan merasa senang dengan sikap baik David dan juga thisa. Mereka berjalan keluar setelah membayar semua tagihan makanannya berjalan keluar parkiran masuk ke dalam mobil lagi-lagi Gladis hanya bisa takjub dengan mobil mewah David yang baru saja masuk ke dalam mobilnya, David melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju Bandung Gladis bingung dengan arah pulang Rinjani dan yang lainnya tak seperti menuju kearah rumahnya yang berada di daerah puncak Bandung.
"Kita mau ke mana kok nga seperti jalan pulang ya." Ucap Gladis dengan ragu.
"Ohh iya kita lupa kamu ikut kita pulang ke kota Bandung ya soalnya kita kan nga tau kamu tinggal di mana." Ucap thisa menjelaskan.
"Tapi rumah saya gimana." Gladis mulai panik.
"Kamu tenang aja rumah kamu kan nga akan ke mana-mana emangnya kamu tinggal sama siapa di sana." Rinjani menoleh kebelakang.
Gladis tinggal sama kak tapi dia nga tau ke mana." Suaranya terdengar sendu.
Ya udah Gladis nga usah sedih lagi ya kita pulang ke rumah kak aja ya." Rani tersenyum manis padanya.
Gladis hanya mengganggukkan kepalanya dan mengikuti kemana pun mereka David semakin menambah laju mobilnya melewati jalanan yang mulai di guyur hujan di kota Bandung.
Selamat malam para pembaca misteri di balik mimpi kami minta maaf kalau baru bisa update episode terbaru soalnya saya lagi sibuk banget di dunia nyata jadi baru bisa update episode terbaru saya akan kembali update besok hari jangan lupa vote like dan komen ya 🙏❣️😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments