Sang Surya menyapa gadis cantik yang baru saja tersadar dari tidurnya yang sangat melelahkan, dia mengumpulkan tenaganya untuk berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang masih setengah terbuka karena sangat lelah dari alam mimpinya. Seperti biasa Rinjani merendam tubuhnya dengan sabun kesukaannya dan memanjakan tubuhnya beberapa saat sebelum akhirnya beranjak menuju shower untuk membasuh tubuhnya, Rinjani keluar kamar mandi setelah selesai memakai baju gantinya dan segera berjalan keluar kamar menuju dapur seketika matanya terbelalak kaget mendapati sosok pria tampan tengah memasak sarapan pagi mereka. Dengan telaten David memasukkan semua bahan makanan ke dalam wajan datar dia begitu tampan dengan celemek yang biasa di gunakan Rinjani saat masak, timbul senyum manis di bibir Rinjani melihat pria dingin dan juga galak yang begitu romantis dari pria lain yang rela memasak untuknya.
"Apa kau tidak pulang dari semalam." Ucap Rinjani berjalan menuju arahnya.
"Tidak emang kenapa luhh keberatan gua nginap di sini." Ketus David seperti biasanya.
"Tentu saja bagaimana kalau ada yang tau kau tidak pulang kita akan menjadi bahan omongan orang-orang sekarang kau minggir biar gua yang masak." Ucap Rinjani dengan dingin dan melanjutkan pekerjaan David memasak.
"Apa kau pandai masak." Tanya konyol David.
"Bisa udah sana duduk aja." Rinjani sedikit menyingkirkan tubuh David dari hadapannya.
Karena tidak ingin bertengkar pagi-pagi dengan ratu galak dengan berat hati David duduk di kursi memperhatikan Rinjani yang begitu pandai memasak nasi goreng kesukaannya, David kagum dengan kepintaran Rinjani dengan berbagai hal sebelum makanannya selesai David berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari bau masakan. David takjub dengan interior kamar apartemen Rinjani yang begitu elegan semua barang-barang begitu rapih dan tersusun dengan baik, tanpa buang-buang waktu David masuk ke dalam kamar mandi membasuh tubuhnya. Dua puluh lima menit berlalu David telah selesai dengan ritual mandinya dan segera keluar kamar setelah mengganti bajunya dan sarapan pun telah tersaji di depan matanya, banyak hidangan tersaji di atas meja dengan berbagai masakan oleh tangan Rinjani yang begitu menggugah selera makannya. Rinjani mengambilkan sarapan untuk David dan segera makan sebelum mereka berangkat bersama ke kampus, satu suapan pertama masuk ke dalam mulutnya dan terdiam dengan masakan Rinjani yang begitu sangat lezat dia tak menyangka kalau saja Rinjani bisa masak makanan seenak ini dan habis tak tersisa mengangetkan Rinjani yang tak berselera makan melihat David begitu lahap memakan masakannya.
"Kau seperti nga pernah makan saja." Ucap Rinjani menyudahi sarapannya.
"Emang kenapa lagian salah luhh juga kenapa memasak makanan seenak ini coba." Ucap David dengan jujur.
"Nga usah muji gitu udah dari dulu masakan gua enak kali." Rinjani sedikit membanggakan dirinya.
David hanya jengah mendengar ucapan Rinjani seperti ini yang membuatnya kesal setiap kali membanggakan dirinya sendiri, usai sarapan mereka berjalan memasuki lift seperti biasanya setiap kali Rinjani masuk ke dalam lift ini ada perasaan aneh yang merasuki hatinya seperti ada yang memperhatikan mereka dari jarak jauh. Tak ingin David curiga Rinjani berusaha tenang dan fokus dengan pintu lift yang sudah terbuka dan segera lari keluar menghirup udara sebanyak-banyaknya dan berjalan ke parkiran menaiki motor kesayangannya, awalnya David tidak ingin Rinjani berangkat sendiri namun karena Rinjani memiliki sifat keras kepala dengan terpaksa David mengijinkannya dan akan mengawasinya dari belakang. Rinjani yang tak ingin ribut hanya mengganggukkan kepalanya dan segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan David yang tengah mengejarnya dari belakang, David memukul stir mobilnya ketika tidak mendapati jejak Rinjani di depannya yang begitu banyak kendaraan hingga kehilangan jejak Rinjani menoleh kebelakang tidak menemukan keberadaan mobil David hanya tersenyum simpul dan membawa laju motornya dengan kecepatan rata-rata hingga sampai di parkiran kampus lebih dulu dari David. Ramai yang melihat kedatangan Rinjani yang baru saja datang memakai motor pengeluaran terbaru dan terpopuler hingga membuat semua kaum Adam kagum dengan pemiliknya yang tak lain adalah Rinjani membuka helmnya dan membuat semua orang terpesona dengan kecantikannya yang tak ada duanya.
Bahkan Bastian di buat pangling dengan penampilan Rinjani yang baru saja anggun dan memakai sepeda motor, David yang baru saja tiba melihat semua tatapan anak kampus begitu terpesona dengan Rinjani hingga tak berkedip sedikitpun. Gisel yang baru saja keluar dari dalam mobilnya di buat geram dengan penampilan Rinjani yang mengalahkan penampilannya, Rinjani berjalan seperti biasa tanpa memperdulikan mereka yang menatapnya tanpa berkedip dan melewatinya begitu saja berjalan menuju kelasnya Bastian segera tersadar dan mengejarnya hingga menghalangi jalannya yang hendak masuk ke dalam kelasnya.
"Tunggu." Ucap Bastian di depan Rinjani.
Rinjani menatap jengah pria tampan di depan wajahnya." Ada apa." Jawabnya sedingin es balok.
"Gua mau ngomong sama Lohh bentar aja bisa kan." Bastian melancarkan aksinya.
"Nga bisa udah sana pergi dari hadapan gua." Ketus Rinjani melewati Bastian dan duduk di kursinya.
Bastian memandangi Rinjani begitu geram karena berhasil membuatnya malu di depan fans fanatiknya yang melihat mereka berbincang berdua, Bastian mengepalkan tangannya dan berlalu dari sana meninggalkan kelas Rinjani yang penuhi oleh fansnya dari jauh David hanya tertawa geli melihat ekspresi wajah Bastian yang begitu lucu ketika Rinjani tidak ingin berbincang dengannya. David segera berjalan menuju kelasnya dan menatap Rinjani sebentar dan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelasnya yang tak jauh dari kelas Rinjani, Kiki yang heran dengan sikap Rinjani kepada Bastian hanya memandangnya dengan wajah yang susah di artikan Rinjani yang merasa Kiki menatapnya secara berlebihan menoleh dan membelalakkan matanya hingga membuat Kiki ketakutan.
"Ma-mata Lohh kenapa." Ucap Kiki dengan gugup.
"Mata gua kenapa dia baik-baik saja kok." Kilah Rinjani menahan tawanya.
"Kok seperti mau keluar gitu." Ucap Kiki blak-blakan.
Rinjani akhirnya tertawa terbahak-bahak dengan tingkah Kiki yang sangat lucu." Ngaco aja luhh gimana mau keluar orang dia betah aja kok di tempatnya." Goda Rinjani membuat pipi Kiki memerah.
Kiki memalingkan wajahnya dan melanjutkan tugasnya kembali dan tidak ingin membahas itu lagi, Rinjani hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan tugasnya yang sudah ketinggalan beberapa hari tak berselang lama pria itu kembali masuk ke dalam kelasnya dan lagi-lagi Rinjani di buat geram namun masih bisa menahan amarahnya yang sudah di puncak kepalanya. Mereka akhirnya fokus dengan mata kuliah di depannya Rinjani bukanya fokus pada penjelasan dosennya malah fokus dengan pikirin nya untuk segera mengungkapkan kasus ini dengan cepat sebelum masa pertukarannya selesai beberapa bulan lagi, tiga puluh menit lamanya menjelaskan akhirnya mata kuliahnya selesai dan pamit undur diri dari kelasnya dan berjalan menuju ruangannya membuka pintunya membuka sebuah paket yang di tujukan untuknya dan segera membukanya seketika matanya terbelalak kaget melihat isinya dan berteriak sekeras kerasnya hingga satu kampus mengerumuni ruangannya yang begitu penasaran dengan teriakan dosen yang terkenal killer itu.
Sebagian teman kelas Rinjani berlarian keluar kelas segera ke ruangan yang sedang heboh dengan paket misterius yang di terima oleh dosen mereka, semuanya bertanya-tanya dengan isinya dan juga surat ancamannya yang mengatakan untuk segera menyerahkan dirinya ke polisi kalau tidak cepat atau lambat dia sendiri yang akan membawanya masuk ke dalam jeruji besi. Tak ada yang mengerti bahkan dosen itu tak ingin berbicara setelah melihat surat dan juga isinya hingga membuatnya kaget dan terjatuh ke lantai, David yang penasaran dengan ruangan yang begitu banyak orang segera berjalan ke sana dan menerobos kerumunan hingga di depan pintu dosennya melihat bingkisan yang sangat mengerikan dan juga surat ancaman yang membuatnya bingung segera pergi dari sana menuju kelas Rinjani. David masuk ke dalam setelah melihat Rinjani yang begitu santai dengan majalah yang di bacanya di dalam ponselnya seorang diri David berjalan dan duduk di samping Rinjani.
"Ngapain kau di sini semua orang tengah heboh dengan bingkisan misterius yang di terima oleh pak Gery Lohh malah senang-senang di sini." Tanya David duduk di samping Rinjani.
"Gua nga sekepo mereka yang begitu heboh hanya bingkisan seperti itu." Ucap Rinjani dengan datar dan masih fokus pada ponselnya.
David merasa di cuekin segera merampas ponsel Rinjani dan melihat infomasi tentang balap motor yang akan segera di umumkan pemenangnya." Jangan bilang Lohh ikutan ya dengan balapan ini." Tanya David dengan penuh selidik.
Rinjani merampasnya kembali dan menaruhnya ke dalam saku celananya." Kepo aja luhh udah sana keluar empet gua liatin luhh Mulu." Ketus Rinjani menatap tajam mata David.
Bukanya beranjak David malah semakin mendekati Rinjani hingga mendapatkan satu tendangan dari wanita dingin di sampingnya hingga jatuh ke lantai yang sangat dingin dan merintih kesakitan memengangi kakinya yang lumayan sakit.
"Auu Rinjani bisa nga luhh tuhh pelan-pelan sakit kaki gua." Kesal David berdiri dari jatuhnya.
Bukanya menolong Rinjani malah tertawa kecil melihat ekspresi wajah David yang kesakitan." Udah gua bilang bukan mendingan luhh pergi malah betah di situ ya udah itu salah luhh sendiri." Tawa Rinjani memenuhi kelasnya.
Di sela-sela percakapan mereka seorang pria tampan memasuki ruangan bersama seorang wanita cantik, Rinjani menoleh dan terkejut dengan kehadiran mereka yang begitu tidak di harapkannya dan segera berdiri dari duduknya menatap tajam arah matanya dan bersikap setenang mungkin menghadapai mereka yang selalu saja berbuat onar ketika menemuinya.
"Wah wah liat guys teman lama kita berada di kampus ini dan kita baru mengetahuinya." Ucap wanita itu mendekati Rinjani.
Rinjani hanya diam saja tanpa ingin menjawab pertanyaan wanita itu membuat mereka sedikit tertantang dengan sikap dingin Rinjani yang sangat berubah sejak mereka tidak berjumpa.
"Keliatannya Lohh udah kaya lagi atau jangan-jangan Lohh itu bersenang-senang dengan om-om makanya bisa hidup mewah seperti ini." Wanita itu memperlihatkan Rinjani dari atas hingga bawah kaki dan semua barang branded.
David yang hanya diam saja mulai geram dan mendekati mereka namun tangan Rinjani mencegahnya hingga langkahnya terhenti membuat David menoleh kearah Rinjani yang terlihat tidak baik-baik saja." Anjani kau kenapa." Tanya David dengan khawatir menggenggam tangan Rinjani.
"Uhh jadi sekarang udah ada nihh yang belain luhh atau dia mungkin simpanan Lohh atau mungkin juga dia anak om-om yang selalu Lohh temanin ya." Ucap Dista semakin mempermalukan Rinjani.
"Kau tutup mulut Lohh itu Rinjani tidak seperti itu." Bentak David yang tidak terima dengan perlakuan mereka.
Pria itu terus menatap Rinjani tidak memperdulikan keributan di depan matanya."Halo Anjani lama tidak berjumpa." Ucap pria itu.
"Apa kau sekarang bisu atau sekarang kau tidak bisa berbicara lagi." Tawa Dista memenuhi ruangan.
Rinjani mengepalkan tangannya ingin sekali menghajar mereka yang sekarang berada di depannya namun masih bisa menahan amarahnya." Apa sekarang kalian datang lagi untuk merebut harta gua atau kalian datang ke sini untuk mengemis." Ucap datar Rinjani mendekati mereka.
Dista dan juga pria itu hanya diam mendengar perkataan Rinjani yang memutar balikkan keadaan sehingga mereka di gunjing dengan para mahasiswa yang menyaksikan mereka." Wah jadi sekarang Lohh udah punya nyali ngelawan kita." Dista melayangkan pukulannya di wajah Rinjani.
Hampir saja pukulan itu mampir di wajah Rinjani namun lebih dulu di cengkraman olehnya dan mengelintir kebelakang hingga merintih kesakitan, teman-temannya tidak tinggal diam dan segera melayangkan satu bogem mentah ke wajah Rinjani namun masih kalah dengan kecepatan Rinjani dalam membogem mereka hingga tersungkur membuat kelas Rinjani semakin riuh dengan teriakan anak kampus. David ingin membantu terhalang oleh Rinjani yang melayangkan tatapan tajam kepadanya hingga membuat nyalinya menciut seketika dan berjalan mundur menjauh dari mereka, melihat teman-teman hingga adik sepupunya merintih kesakitan Desta melayangkan satu bogem mentah namun masih di mudah di tepis oleh Rinjani dan melepas cengkraman tangannya dan memberikan Dista satu tendangan dan tersungkur ke bawah dan menangis tersedu-sedu, mereka akhirnya saling menyerang hingga perkelahian tak terelakan lagi membuat kelas menjadi kacau balau dibuatnya hingga akhirnya bogem terakhir melayang di perut Desta hingga tersungkur ke bawah dengan perasaan yang malu tidak mampu mengalahkan Rinjani seorang diri.
"Apa kalian sebodoh itu melawan Rinjani seorang diri saja kalian kalah." Teriak Dista tidak terima.
"Udahlah gua nga mau buang-buang waktu hanya meladeni kalian." Tegas Rinjani berbalik badan duduk di kursinya kembali.
"Awas kau Lohh liat aja semua orang akan mengetahui siapa kau sebenarnya." Bentak Dista berjalan keluar kelasnya.
Rinjani hanya tersenyum simpul dengan kemarahan teman lamanya membuat Desta geram dan mengebrak meja Rinjani hingga buku-buku berserakan di bawah lantai dan menarik paksa tangan Rinjani namun segera di tepis oleh Rinjani.
"Jangan pernah lagi Lohh pengang tangan gua dengan tangan kotor Lohh itu." Ucapnya dengan sinis dan berjalan keluar dari dalam kelasnya.
"Anjani awas kau gua bakal buat luhh membalas semua ini." Teriak frustasi Desta berjalan keluar kelas menuju kelasnya.
David yang tidak mengetahui dengan masalah mereka keluar kelas mengejar Rinjani yang lebih dulu berjalan menuju taman seorang diri, David terus berlari hingga menemukan Rinjani duduk di bangku taman sambil bernyanyi menghilangkan rasa kesalnya kepada mereka tak di sangka yang mendengar nyanyian Rinjani membuat hati mereka adem dan terus mendengarkan nyanyiannya. David berjalan perlahan-lahan berdiri di belakangnya dengan wajah tak bisa di artikan dan mendengarkan suara Rinjani yang begitu merdu, Rinjani yang merasa dengan kehadiran David menghentikan nyanyiannya dan menoleh mendapati David yang tengah menikmati suara merdunya.
"Suara Lohh bagus juga ternyata." Puji David menatap Rinjani.
"Apa sekarang kau itu juri dan satpam yang selalu saja mengikuti ku ke manapun gua pergi." Jengah Rinjani menatap kosong ke depan.
David berdengus kesal setiap kali mendengar jawaban Rinjani yang sangat sedikit mengganggu hatinya." Gua mau nanya dehh sama Lohh." Suara David terdengar serius.
"Nanya apa." Jawabnya dengan singkat.
"Mereka siapa kok sepertinya mengenal luhh sudah lama." Tanya David dengan penasaran.
Rinjani terdiam sesaat mendengar pertanyaan David tanpa di minta air matanya mengalir begitu saja dan segera menghapusnya." Mereka teman gua waktu SMA." Jawab Rinjani menyeka air matanya yang membanjir pipinya.
David memandangi wajah sendu Rinjani yang bingung dengan air mata Rinjani." Kau nangis ada apa atau kau sakit." Kata David duduk bersimpuh di bawah kaki Rinjani.
"Gua baik-baik aja udah berdiri sana nga enak di liatin orang." Rinjani membatu David untuk berdiri.
"Lohh yakin baik-baik saja." Tanya David dengan serius.
Rinjani hanya diam dan mengganggukkan kepalanya David berdiri dan kembali duduk mendengarkan nyanyian Rinjani yang begitu merdu membuatnya nyaman, Di sisi lain Dista dan Desta masih di selimuti rasa geram dengan sikap Rinjani yang mulai berani melawan mereka bahkan tak menyangka jika saat Rinjani adalah anak kolongmerat terkaya di asia dan memiliki universitas terbaik di Bandung Desta merogoh kocek saku celananya mengambil ponselnya dan mencari nama kekasihnya dan segera menekan tombol hijau.
Deringan pertama tidak ada jawaban darinya dan mencobanya kembali deringan kedua suaranya terdengar samar-samar.
"Iya halo sayang ada apa kau menghubungi ku." Ucap Nadine dari seberang sana.
"Aku mau kau mencari tahu informasi tentang Rani dan Rinjani kenapa mereka sekarang menjadi cucu dari seorang Abimana aryasatya dan berikan informasinya kepada ku secepatnya." Tegas Desta.
Nadine sedikit kesal ketika kekasihnya menyuruhnya untuk mencari tahu tentang informasi mantan kekasihnya." Apa kau masih menyukainya hingga kau menyuruhku mencari tahu tentangnya hah." Bentak Nadine mematikan sambungan teleponnya.
Nadine mengepalkan tangannya menghamburkan semua makanan di atas meja apartemen miliknya mendengar kekasihnya masih peduli dengan mantan kekasihnya." Kau sudah keterlaluan Rinjani bahkan Desta masih begitu peduli dengan mu." Teriak Nadine memenuhi ruangan.
Berbeda dengan Nadine mantan kekasih Rinjani malah senang mendengar amarah Nadine yang sengaja menanyakan perihal informasi Rinjani agar membuatnya marah kepada mantan teman baiknya itu, Dista yang merasa sepupunya ini tengah berbahagia hanya diam dan memperhatikan wajah Desta dan mengingat kembali perlakuan Rinjani yang begitu arogan dengannya.
"Awas aja gua nga akan tinggal diam dengan semua ini." Guman Dista sambil memengangi tangannya.
Usai melepaskan kekesalannya dengan bernyanyi Rinjani beranjak dari taman dan berjalan menuju kelasnya yang akan segera di mulai sebentar lagi, David mengikuti langkahnya dari belakang dan memasang wajah datarnya sejak kejadian di dalam kelasnya Rinjani dan David menjadi omongan semua orang bahkan tak ayal mereka mencoba menghalau Rinjani namun mendapatkan satu bogem dengan wanita dingin di depannya hingga ketakutan dan berlari menjauhi mereka. Mereka saling masuk ke dalam kelasnya dan duduk di kursi mereka masing-masing Kiki yang masih saja penasaran dengan sosok wanita di depannya hanya menatapnya lekat mencari tahu lewat matanya namun tak menemukan apa-apa.
"Ada apa." Kata Rinjani tanpa menoleh kearah Kiki.
"Ahh nga papa gua hanya mau nanya doang." Memutar kursinya menghadap Rinjani.
"Nanya apa." Singkat Rinjani.
"Apa kalian saling mengenal." Tanya Kiki menatap Rinjani.
"Mereka teman SMA gua emang kenapa." Rinjani mulai jengah dengan pertanyaan Kiki.
"Tidak cuman mau tau aja." Kilah Kiki kembali memutar kursinya menghadap papan tulis.
Rinjani hanya diam saja tidak menghiraukan sikap aneh dari teman sebangkunya dan kembali fokus dengan mata kuliah dosennya yang telah mulai sejak mereka berbincang, Rinjani memikirkan langkah selanjutnya untuk membungkam mulut para musuh di masa lalunya agar tidak membeberkan rahasia Rinjani di masa lalu semuanya akan berantakan kalau saja semua orang mengetahui masa kelam adiknya. Meski saat ini Nadine beserta yang lainnya tak satu kampus dengan Rani dan teman-temannya tapi Rinjani selalu memantau pergerakan mereka hingga pergerakan Rani yang selalu dalam pemantauannya, tak berselang lama mata kuliahnya berakhir dan segera membereskan semua buku-bukunya memasukkan ke dalam tasnya mendapati pesan dari asistennya tentang langkahnya selanjutnya Rinjani hanya tersenyum simpul dan segera pergi berjalan menuju pintu keluar dan berpapasan dengan David yang tengah menuju kelasnya, tanpa memperdulikan David Rinjani berjalan menuju parkiran motor dengan langkah cepatnya naik ke atas motornya melajukan motornya meninggalkan parkiran kampus menuju tempat yang mereka sepakati.
David segera masuk ke dalam mobilnya melesat pergi mengikuti arah motor Rinjani yang semakin jauh hingga tak terlihat lagi dan menghilang begitu saja, lagi-lagi David memukul stir mobilnya dan berputar arah menuju rumahnya untuk segera pulang dan istirahat. Rinjani menambah laju motornya hingga sampai di sebuah rumah mewah yang di kelilingi hutan belantara dan segera memparkirkan motornya berjalan masuk dan di sambut ramah dengan para penjaga di sana, Rinjani terus berjalan masuk ke dalam ruangan kerjanya dan duduk di depan seorang pria bule yang sudah menunggu kedatangannya dengan penuh kesabaran dan tersenyum manis kepada Rinjani.
"Bagaimana apa rencana kita selanjutnya." Ucap Rinjani dengan suara dinginnya.
"Silahkan anda lihat lady." Ucap pria itu dengan tegas.
Rinjani mengambil sebuah berkas penting dan membacanya sedetail mungkin dan tersenyum puas." Bagus pantau mereka dan segera bertindak sesuai rencana dan ingat jangan meninggalkan jejak sedikit pun." Kata Rinjani sedatar mungkin.
"Baik lady kalau begitu saya permisi dulu." Jawab pria itu melangkah keluar ruangan.
Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya dan kembali melihat berkas di tangannya dan tertawa geli dengan semua orang-orang yang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya.
"Liat saja sampai kapan kalian bersenang-senang di luar sana dengan kematian seseorang." Lirih Rinjani menatap penuh amarah dengan daftar hitam di tangannya.
Hari semakin larut Rinjani telah berada di apartemen miliknya dengan tubuh yang baru saja selesai mandi dan segera keluar kamar menuju ruang tengah menonton film favoritnya dan mengambil cemilan dan minuman duduk di depan tv besar dan mulai dengan filmnya.
Di Bandung Rani baru saja pulang dari pesta ulang tahun thisa yang mereka rayakan bersama-sama di sebuah cafe hingga larut malam Rani masuk ke dalam mobilnya dan segera melesat pergi dari sana kembali ke rumahnya, Rani menelusuri jalanan sepi dan juga renggang tak satu pun kendaraan yang lewat di jalanan ini membuat Rani semakin waspada dan menambah laju mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga tak melihat seseorang yang hendak menyebrang jalan untung saja Rani masih sempat mengerem sebelum menabrak pria misterius di depan mobilnya. Rani melirik sekitar tempat ini dan tak menemukan siapa-siapa di sana Rani menelan Silvanya dengan paksa dan kembali melajukan mobilnya secepat mungkin dari sana tanpa sadar seseorang telah berada di dalam mobilnya membekapnya dari belakang hingga tak sadarkan diri dan menabrak pohon hingga pingsan dengan kepala yang mulai mengeluarkan cairan merah segar dari kepalanya.
Tiba-tiba saja gelas yang dalam genggaman Rinjani terjatuh begitu saja perasaan aneh menyelimuti pikirannya dan mengingat adiknya yang berada di Bandung, seketika suara dan bisikan menggaung di telinganya sedari tadi dan tetap tidak menghiraukannya tetapi suara ini semakin mengganggunya hingga mengambil ponselnya menghubungi Rani namun tak ada jawaban hatinya semakin gelisah menghubungi beberapa kali nomor Rani namun sama tak ada jawaban. Rani yang sementara tak sadarkan diri semakin mengeluarkan cairan segar akibat benturan keras dari depan mobilnya, tiba-tiba saja seorang wanita menghampiri mobil Rani yang hancur bagian depan akibat dari ulahnya dan tersenyum puas melihat cairan segar mengalir begitu saja dari kepala Rani dan segera pergi dari sana sebelum ada yang melihat kehadirannya. Setelah kepergian wanita itu Brama yang tak sengaja melewati jalan yang sepi dan sadar melihat mobil Rani berhenti di depan pohon yang besar dan segera menepikan mobilnya dan keluar dari dalam mobilnya berlari menuju mobil Rani seketika kakinya melemas melihat kondisi Rani begitu prihatin dan segera membawanya ke dalam mobilnya menuju rumah sakit.
Tak lupa Brama menghubungi thisa dan Angga untuk segera menyusulnya ke rumah sakit karena Rani mengalami kecelakaan, mereka pun segera pergi dari cafe setelah mendapat kabar dari Brama kalau Rani mengalami kecelakaan yang begitu hebat hingga membuat mobilnya hancur bagian depan. Rinjani semakin gelisah dengan perasaannya sendiri dan terus menangis begitu saja tanpa tau sebabnya tiba-tiba deringan ponsel membuyarkan lamunannya dan segera menekan tombol hijau melihat nama Angga menghubunginya.
"Halo Angga ada apa." Suara Rinjani terdengar panik.
"Anjani gua mau kasih kabar kalau Rani mengalami kecelakaan." Ucap Angga tak kalah panik.
Deg deg hati Rinjani seperti keluar dari dalam tubuhnya kakinya gemetaran hebat mendengar berita tentang adiknya hingga menjatuhkan ponselnya ke bawah lantai." Rani." Teriak Rinjani menangis tersedu-sedu.
David yang baru saja sampai di depan kamar Rinjani segera masuk ke dalam kamarnya setelah mendengar teriakkan Rinjani dari dalam dan menemukan Rinjani berada di bawah lantai menangis tersedu-sedu.
"Rinjani ada apa." David semakin panik melihat tangisan Rinjani semakin keras.
"Rani." Ucap Rinjani terbata-bata.
"Iya Rani kenapa kalau ngomong yang jelas dong Rani kenapa." Ucap David menenangkan Rinjani.
"Dia kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit." Ucapnya lirih dan gemetaran.
David tercengang dengan semuanya dan berusaha untuk tenang dan tidak ikut dalam suasana hati Rinjani yang kini sangatlah kacau dan panik dengan kondisi adiknya, David merangkul Rinjani berada di pelukannya dan menenangkannya hingga merasa lebih baik dan segera berangkat menuju Bandung malam ini juga. Mumpung besok adalah hari Minggu mereka berangkat malam ini dan segera melesat pergi dari apartemen Rinjani menuju Bandung dengan kecepatan tinggi menelusuri jalanan yang sepi dan juga disertai hujan deras mengguyur Jakarta dan sekitarnya, sepanjang perjalanan Rinjani hanya menatap luar jendela sembari melihat jalan yang mereka lewati. Di Bandung Kevin beserta beberapa dokter senior tengah menangani Rani di dalam ruangan UGD kakek dan yang lainnya tengah menunggu kabar dari Kevin dan menunggu kedatangan Rinjani yang tengah berada di jalan menuju Bandung.
Rani yang ke habisan darah dan membutuhkan pendonor yang cukup untuk membantu kondisi Rani yang mulai memburuk akibat kehabisan darah, suster yang berada di dalam segera berlari keluar menuju ruangan di mana stok darah yang mereka milik teman-teman dan Kakeknya yang berada di luar semakin cemas dengan kondisi Rani yang belum juga keluar dari dalam ruangan operasi. Arya hanya bisa diam menatap pintu ruangan Rani berada dengan keadaan susah di artikan lewat tatapan matanya, satu jam perjalanan Rinjani dan David akhirnya tiba di depan rumah sakit di mana dokter Kevin bekerja dan segera berlari keluar dari dalam mobil masuk ke dalam rumah sakit Rinjani mencari ruangan UGD dan menemukan teman-temannya dan juga kakeknya dalam keadaan panik dan cemas melihat ruangan yang belum juga selesai. Rinjani berjalan menuju ruangan UGD dengan perasaan gelisah di sertai kecemasan yang sangat dalam mengingat kejadian yang terjadi kepada orang tuanya yang pergi dengan cara yang sama, thisa yang melihat kehadiran Sahabatnya berlari hendak memeluknya namun teralihkan dengan sosok David yang dengan setia menemaninya di belakang panik cemas hilang begitu saja melihat pria tampan yang berada di belakang sahabatnya.
"Bagaimana bisa Rani mengalami kecelakaan." Tanya Rinjani menatap tajam kearah mereka semua.
"Lohh tenang dulu lahh Anjani kita semua juga nga tau bagaimana kronologi kejadiannya tapi berkat Brama Rani bisa di bawa ke rumah sakit." Sahut Angga melirik Brama.
Rinjani mendekati Brama dengan tatapan yang susah diartikan dan mengepalkan tangannya menarik kera bajunya." Jelaskan pada ku ada apa sebenarnya." Suara dingin Rinjani membuat bulu kuduk mereka merinding.
Brama menelan Silvanya dengan paksa dan mengalihkan pandangannya dari mata Rinjani yang sangat tajam menatapnya hingga gemetaran." Gua juga nga tau bagaimana kejadiannya tapi pada saat itu mobil Rani memang sudah hancur dan Rani sudah tak sadarkan diri." Terang Brama dengan gugup.
"Arrkkkhhh." Teriak kemarahan Rinjani memenuhi koridor rumah sakit." Kurang ajar siapa pun kalian liat saja gua akan memberikan balasan yang sama seperti kalian memperlakukan Rani." Lirih Rinjani melepas cengkramannya dari Brama.
Mereka hanya diam saja tak berani menjawab bahkan kakeknya hanya memperhatikan cucunya yang begitu marah dengan orang yang membuat adiknya masuk ke dalam rumah sakit, ada perasaan aneh yang di rasakan olehnya seperti tidak melihat sisi Rinjani yang tenang dan juga tegas namun berbanding terbalik menjadi Rinjani yang arogan dan penuh dendam di dalam matanya. David berusaha menenangkan Rinjani namun empunya sudah terselut emosi yang memuncak di kepalanya, tak berselang lama mereka menunggu Kevin dan berserta lainnya keluar kamar berjalan membawa bangkar Rani keluar ruangan UGD Rinjani segera memeluk erat tubuh adiknya yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dan menangis tersedu-sedu mereka yang menyaksikan hanya diam dan terharu melihat kesedihan Rinjani yang begitu dalam dan sangat menyayangi adiknya bahkan kakeknya tidak mungkin mempunyai perasaan yang sama dengan cucunya. Rinjani melepaskan pelukannya dan berjalan mengikuti langkah Kevin hingga masuk ke dalam ruangan serba putih dan memasang selang infus dan alat lainnya, Rinjani terus menatap perkejaan Kevin hingga selesai Kevin berjalan menuju kearahnya dan menarik tangan Rinjani sedikit menjauh dari mereka.
Rinjani melepaskan tangan Kevin dan menatap tajam arah matanya." Bagaimana kondisi Rani." Ucapnya dengan dingin.
"Gua harap Lohh bisa menerima kondisi Rani saat ini." Kata Kevin dengan perasaan Berat hati.
"Tidak usah berlama-lama ada apa sebenarnya." Ketus Rinjani.
"Rani." Kevin menggantungkan ucapannya." Rani mengalami buta akibat benturan yang sangat keras hingga merusak kornea matanya." Ucap Kevin menjelaskan tentang kondisi Rani saat ini.
Buk satu bogem mentah melesat cepat di wajah tampan Kevin hingga membuat empunya meringis kesakitan dan membuat semua orang tercengang dengan tingkah Rinjani yang tiba-tiba saja memberikan bogem mentah di wajah Kevin.
"Jangan pernah kau memberikan informasi seperti itu karena Rani tidak akan mungkin buta tarik kembali ucapan Lohh itu Kevin." Hampir saja satu pukulan menuju wajahnya namun Ken masih bisa menghalanginya.
"Apa-apaan kau jangan membuat Keributan di dalam kamar Rani dan apapun kondisi Rani kita harus terima." Timpal Ken yang merasa geram dengan sikap Rinjani.
"Diam kau jangan pernah ikut campur dengan urusan gua dan pergi dari sini sekarang." Teriak Rinjani dengan penuh amarah." Dan kau Kevin jangan berbicara seperti itu lagi kalau kau masih ingin bernafas di dunia ini." Hardik Rinjani membuat semua orang heran dengan sikap Rinjani yang tidak seperti biasanya.
Dengan perasaan kesal dan kecewa Ken berjalan keluar kamar Brama segera menyusul langkah Ken dan melirik tajam mata Rinjani dan segera keluar, kakeknya mendekati Rinjani memandang lekat wajah penuh amarah cucunya dan memeluknya erat hingga Rinjani menumpahkan rasa kecewanya tidak bisa menjaga adiknya sendiri.
"Ini semua salah ku opa hingga Rani seperti ini." Tangisan Rinjani memenuhi satu kamar.
"Jangan pernah menyalahkan diri mu nak apapun yang terjadi Ini semua sudah takdir tenang kan diri mu jangan membuat suasana semakin kacau." Ucap kakeknya mengusap lembut rambut cucunya.
Rinjani hanya tersenyum dan menatap Kevin dan meminta maaf kepadanya dokter tampan yang baru saja diberikan satu bogem itu hingga dibuat bonyok olehnya, Kevin hanya memaklumi sikap naik turunnya emosi Rinjani yang tidak terima dengan kondisi adiknya yang baru saja melewati masa kritisnya. Kevin pamit setelah menjelaskan tentang kondisi Rani saat ini dan pamit undur diri untuk segera kembali ke ruangannya mereka hanya mengganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah dan segera melangkah pergi dari kamar Rani berjalan menuju ruangannya, Rinjani meminta agar kakeknya beserta teman-temannya pulang namun mereka tak ingin melewatkan sedikitpun tentang kondisi Rani saat ini Rinjani yang tahu betul dengan dua sahabatnya hanya diam kembali menatap wajah adiknya perasaan bersalah menghantui kepalanya yang tidak mampu menjaga adiknya. Thisa Angga dan David menunggu Rani diluar kamarnya Rinjani dan Kakeknya berjaga di dalam kamarnya, malam semakin larut Rinjani berada di alam mimpinya di mana lokasi Rani saat mengalami kecelakaan dan menemukan mobilnya yang masih berada di lokasi kejadian memperhatikan secara rinci mobil adiknya hingga menemukan hal aneh berada di sana. Ada sebuah sapu tangan yang masih basah berada di jok belakang kursi mobil adiknya Rinjani mengambilnya dan menaruhnya di dalam sebuah plastik dan menaruhnya di dalam tas, Rinjani juga melihat sebuah mobil mewah menghampiri lokasi dan seorang wanita cantik turun dari dalam mobilnya berjalan menuju Rani Rinjani yang merasa mengenal wanita itu terus memperhatikannya dan pergi meninggalkan Rani seorang diri.
Tubuhnya kembali gemetaran hingga keringat membasahi tubuhnya kakeknya yang belum begitu tertidur merasa aneh dengan getaran tempat tidur Rani dan melihat Rinjani gemetaran seperti biasanya yang membuatnya panik dan segera memanggil dokter, David dan yang lainnya baru saja tertidur terpaksa terbangun dari tidurnya karena mendengar suara tuan Arya berteriak dari dalam mereka pun masuk ke dalam melihat tubuh Rinjani gemetaran hebat hingga mengeluarkan keringat begitu banyak sehingga keringat membasahi tubuhnya. Kevin yang baru saja sampai segera menyuruh mereka keluar dan membawa Rinjani ke atas sofa memberikan vitamin dan juga obat yang biasanya di konsumsi Rinjani saat seperti ini, mereka menunggu hingga akhirnya Kevin keluar dengan perasaan tenang dan tersenyum manis kepada mereka semua.
"Rinjani sudah lebih baik kalian berikan vitamin dan juga obat ini kalau saja Rinjani kembali seperti itu." Ucap Kevin memberikan sebuah kotak obat berisikan obat untuk Rinjani.
"Apa penyakit Rinjani itu berbahaya kenapa setiap bermimpi kondisinya seperti ini ada apa sebenarnya." Tanya David yang sudah lama penasaran.
"Apa kau belum mengetahui penyakit Rinjani." Tanya balik Kevin.
David hanya menggelengkan kepalanya akhirnya Kevin menceritakan kalau saja Rinjani berada di alam mimpi tubuh yang berada di alam nyata akan mengalami getaran dan keringat yang membasahi tubuhnya pikirannya berusaha untuk keluar dari alam mimpinya hal itu yang akan memicu otaknya berpikir cukup keras mengakibatkan kondisi kepalanya tidak bergerak secara normal dan akan menimbulkan seperti ini gemetaran dan juga keringat.
"Tapi sebaiknya kalian membawa Rinjani ke dokter spesialis jiwa mungkin saja dia bisa menjawab pertanyaan kalian." Ucap Kevin pamit dan segera pergi dari sana.
David memikirkan saran Kevin dan akan membawa dokter spesialis kejiwaan yang menanganinya saat dirinya merasa kehilangan hingga depresi berat, David berjalan masuk ke dalam kamar berjalan dan duduk di bawah lantai menggenggam tangan Rinjani dengan erat hingga terlelap dalam tidurnya. Tuan Arya yang merasa David menyukai cucunya hingga rela menjaga Rinjani untuknya dia hanya tersenyum akhirnya ada seorang pria yang mampu mengambil hatinya dan kehilangan arah, malam semakin larut mereka yang tengah berbahagia dengan berita kecelakaan Rani merayakan kemenangannya secara perlahan mereka menyingkirkan orang-orang yang berharga buat Rinjani pergi untuk selamanya, Nadine bahagia berhasil membuat Rani kembali menderita untuk kedua kalinya Fani yang mendukung semua rencana Sahabatnya turut hadir dalam pesta perayaan keberhasilan mereka hingga pagi hari.
Mentari menyapa menyinari jendela kamar Rani yang belum sadarkan diri dari paskah operasi, David terjaga dari tidur panjangnya mengucek-kucek matanya mendapati Rinjani masih saja tertidur lelap setelah Kevin memberikan obat dan vitamin seperti biasanya. Thisa dan Angga yang sudah terjaga dari tidurnya berjalan masuk membawa sekantong penuh makanan untuk mereka sarapan David berjalan menuju kamar mandi usai thisa dan Angga menemani Rani dan Rinjani untuk membasuh wajahnya dan menggosok giginya. Lima belas menit berlalu David berjalan keluar kamar mandi mendapati thisa dan Angga sedang sarapan pagi David memeriksa kondisi Rani dan melirik Rinjani yang masih saja sama belum sadar dari tidurnya dan berjalan menuju thisa dan Angga yang tengah asik dengan sarapan mereka.
"Apa dia selalu seperti ini." Kata David melirik Rinjani
"Iya penyakit ini akan timbul kalau Rinjani berada di alam mimpi emang luhh nga tau." Sahut Angga sambil mengunyah makanannya.
"Oh ya jadi Rinjani pingsan waktu itu karena bermimpi." Ucap David melirik Rinjani.
"Kau nga usah khawatir dia memang seperti itu kalau sedang bermimpi makanya kita sebagai teman sangat menjaga Rinjani namun sekarang kami tidak bisa berbuat apa-apa kalau dia seperti ini di Jakarta." Sahut thisa menatap sendu wajah Sahabatnya.
David hanya mengganggukkan kepalanya dan segera melahap sarapan paginya hingga tandas, tiga puluh menit berlalu Rani tersadar dari tidurnya dan membuka matanya secara perlahan melihat ruangan serba gelap hingga matanya terbuka lebar masih saja sama ruangan serba gelap tak ada cahaya yang menerangi matanya. Membuatnya sedikit panik dan berteriak-teriak memanggil Kakeknya dan juga yang lainnya thisa segera berlari menghampiri Rani yang tersadar dari tidurnya.
"Rani luhh tenang dulu okay." Ucap thisa dengan lembut.
"Thisa kenapa penglihatan gua gelap apa kau mematikan lampunya atau mati lampu sihh kenapa semuanya gelap." Ucap Rani mulai aneh dengan penglihatannya.
Thisa bingung harus menjawab apa dan harus menjelaskan bagaimana Rinjani yang baru saja tersadar dari tidurnya segera beranjak dari sofa menuju tempat tidur Rani memeluk erat mencurahkan semua rasa sedihnya bersama adiknya.
"Kau baik-baik saja hanya kau saat ini harus menjalani kehidupan di mana semua terasa gelap." Suara Rinjani mulai terdengar parau.
"Maksud Lohh apa Anjani bicara yang jelas." Teriak Rani yang merasa Rinjani sedang menyembunyikan sesuatu.
"Maafkan aku Lohh saat ini buta akibat benturan keras yang merusak kornea mata mu." Lirih Rinjani membuat Rani tak percaya.
"Tidak kau pasti berbohong kan pasti lampunya matikan iyakan thisa nyalakan lampunya di sini gelap Anjani di mana kau kenapa semuanya gelap Anjani." Teriak Rani dengan panik menangis sejadi-jadinya.
Entah apa yang harus di jelaskan Rinjani melihat kondisi adiknya seperti ini dia pun berlari keluar kamar menangis sejadi-jadinya meratapi hidup mereka yang selalu menderita hingga kini, Rani terus berteriak teriak tidak terima dengan matanya saat ini Kevin dan kakeknya segera masuk setelah membicarakan pendonor mata yang masih belum mereka dapatkan kakeknya merasa sedih dengan keadaan cucunya yang merasa terpukul dengan kejadian ini. Rinjani terjatuh di taman rumah sakit yang sepi mencurahkan semua kekesalannya dan amarahnya merasa tidak terima dengan hidup mereka yang selalu saja seperti ini sampai-sampai melempar segala benda yang berada di depannya mengepalkan tangannya menatap tajam kearah depan.
"Kau akan menerima balasan yang sama liat saja kalian arrkkkhhh." Teriak Rinjani dengan amarahnya.
Rinjani memukul tubuhnya melampiaskan amarahnya kepada dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga adiknya hingga seperti ini, David segera berlari menghampiri Rinjani yang semakin di luar kendali menyakiti dirinya sendiri menyalahkan dirinya atas kejadian ini.
"Apa yang kau lakukan kau menyakiti diri mu sendiri." Ucap David memeluk Rinjani.
"Awas kau tidak usah ikut campur mereka semua memberikan penderitaan kepada ku dan Rani sejak SMA dan sekarang mereka membuat Rani buta dan itu semua karena mereka." Bentak Rinjani menyikirkan tubuh David hingga terpental jauh.
"Lohh tenang kan diri kau dulu kita akan mencari tahu semuanya sekarang Rani membutuhkan mu di sisinya jangan seperti ini kalau kau seperti ini yang menjaga Rani siapa." David mendekati Rinjani menatap lekat wajahnya.
Rinjani memeluk erat tubuh David mencurahkan isi hatinya sepasang mata memperhatikan mereka sejak awal hingga membuat pria itu kesal dan merasa sakit melihat kedekatan Rinjani bersama David yang semakin dekat sejak kepergian mereka ke Jakarta, setelah merasa tenang Rinjani tersenyum dan beranjak dari duduknya berjalan menuju kamar Rani dengan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya David menemani Rinjani dengan setia berjalan di belakangnya hingga masuk ke dalam kamar Rani. Thisa dan Angga berjalan keluar kamar memberikan waktu bersama Rani dan Rinjani David pun melangkahkan kakinya bersama thisa dan Angga keluar kamar meninggalkan mereka berdua untuk saling berbicara, Rinjani bersimpuh di bawah tempat tidur Rani menggenggam erat tangan adiknya air mata kembali mengalir begitu saja membuat Rani ikut menangis mendengar rasa kecewa dari kakaknya yang gagal menjaganya.
"Maafkan aku yang sudah gagal menjaga mu dari mereka." Isakan tangisan Rinjani kembali terdengar.
"Jangan menyalahkan diri mu sendiri ini bukan salah kita ini takdir yang harus aku jalani ku mohon jangan membuat ku serba salah dengan keadaan ku saat ini." Ucap Rani dengan setenang mungkin.
Rinjani memandangi wajah teduh adiknya yang saat ini di hadapannya dan memeluk erat-erat tubuh Rani." Aku berjanji akan mencarikan donor mata terbaik di Bandung dan akan membawa pelakunya masuk ke dalam penjara dengan tangan ku sendiri." Kata Rinjani penuh amarah.
"Aku percaya padamu." Rani mengusap air mata Rinjani yang masih saja mengalir di pipinya.
Rinjani merawat Rani dengan tangannya sendiri memberikan perawatan terbaik di rumah sakit ini thisa dan Angga pamit pulang ke rumah mereka, Rinjani berterima kasih telah menjaga Rani semalaman thisa dan Angga memeluk mereka berdua mencurahkan segala kesedihannya mereka pun berjalan keluar kamar menuju parkiran mobil dan melesat jauh dari rumah sakit. David yang enggan pulang terus menemani Rinjani hingga sore hari Rani yang tertidur pulas meminta David menjaga adiknya sebentar namun David tidak menginjakan Rinjani pergi seorang diri saat tengah berdebat Brama muncul di balik pintu berjalan masuk membawa seikat bunga kesukaan Rani, Rinjani memasang wajah masamnya dan mempersilahkan Brama masuk ke dalam Rinjani merasa bersalah dengan sikapnya kepada seniornya sendiri.
"Terima kasih karena kau telah membawa Rani ke rumah sakit soal sikap ku kemarin gua minta maaf." Ucap Rinjani dengan penuh penyesalan dan mengulurkan tangannya.
"Tidak usah sungkan Rani juga teman gua udah seharusnya gua tolongin dia dan kau tidak usah meminta maaf gua tau bagaimana perasaan Lohh kemarin." Brama menerima uluran tangan Rinjani dan tersenyum manis.
Rinjani pun tersenyum manis dan mengobrol sebentar dan meminta Brama untuk menjaga Rani selama dia dan David pergi, dengan senang hati Brama akan menjaga Rani hingga mereka kembali Rinjani berjalan menuju tempat tidur Rani dan mengecup puncak kepalanya menggenggam erat tangannya memandangi wajah adiknya.
"Aku akan menemukan pelakunya dan membawanya ke dalam penjara dengan tangan ku sendiri." Lirih Rinjani namun masih saja terdengar oleh dua pria tampan.
Rinjani segera berjalan keluar kamar menuju parkiran mobil setiap langkah Rinjani merasakan ada sosok lain di antara mereka namun berusaha menepisnya dan kembali fokus berjalan melewati lobi rumah sakit dan masuk ke dalam mobil David. Mereka melesat pergi dari rumah sakit menuju ke lokasi di mana Rani mengalami kecelakaan hingga membuatnya buta sepanjang perjalanan Rinjani hanya diam saja tanpa berbicara ataupun menjawab pertanyaan David yang tengah berusaha untuk berbicara padanya. Dua puluh menit berlalu mereka sampai di lokasi kejadian di mana mobil Rani masih seperti semalam tanpa ada yang menemukannya atau pun memeriksa kondisi mobilnya Rinjani segera keluar dari dalam mobil mencari keberadaan sapu tangan dalam mimpinya, seketika bayangan kejadian Rani melintas di hadapannya hingga membuat tubuhnya terhuyung kebelakang dengan sigap David menangkap tubuhnya hingga tak terjatuh.
"Maaf." Lirih Rinjani beranjak dari pelukan David.
"Sebaiknya kau berhati-hati apa ada yang sakit."
"Tidak ada gua mau Lohh nyari sapu tangan di sekitar sini."
"Sapu tangan? Buat apa kita mencarinya." Tanya penasaran David.
"Bisa nga Lohh nga usah banyak nanya dan cari aja itu petunjuk siapa pelakunya." Ketus Rinjani melirik tajam kearah David.
David segera mencari keberadaan sapu tangan yang di di maksud oleh Rinjani mereka terus mencari hingga menjelang malam hari namun tak menemukan benda yang mereka cari, Rinjani kembali memikirkan di mana letak sapu tangan yang berada di dalam mimpinya perlahan tapi pasti Rinjani berjalan menuju pintu belakang membukanya mencari sapu tangan itu dengan mata tertutup membayangkan sapu tangan itu di dalam mimpinya dan akhirnya benda yang mereka cari ada di depan mata mereka. Rinjani meminta David untuk mengambil plastik dalam tasnya dan juga sarung tangan untuk mengangkat sapu tangan itu dan memasukkannya ke dalam plastik yang telah di sediakan sebelum Ke lokasi kejadian, David takjub dengan Rinjani yang bisa menemukan keberadaan sapu tangan itu hanya mengandalkan mimpinya saja Rinjani meletakkan barang buktinya ke dalam tasnya menghubungi kantor intelejen untuk memeriksa mobil Rani di tempat kejadian agar mengetahui siapa saja yang terlibat dalam kasus ini. Usai menghubungi mereka Rinjani kembali masuk ke dalam mobil dan pulang untuk mengambil pakaian dan juga beberapa pakaian Rani yang harus di bawa ke rumah sakit, di rumah sakit Rani yang baru saja terbangun meraba-raba meja untuk mencari sesuatu Brama yang melihat pergerakan Rani segera beranjak dari sofa menghampiri Rani.
"Apa kau butuh sesuatu." Tanya Brama mengejutkan Rani.
"Brama." Lirih Rani memastikan jika suara Brama yang berada di dalam kamarnya.
"Iya ini gua ada apa kau butuh sesuatu bilang saja padaku." Ucap Brama mengambilkan sarapan untuk Rani.
"Sedang apa kau di sini dan mana Rinjani." Tanya Rani membenarkan posisinya.
"Dia dan David lagi keluar sebentar dan mereka menitipkan mu sementara dengan ku kau tidak keberatan kan." Ucap Brama duduk di tepi ranjang.
"Apa kau kira aku ini anak kecil Rinjani ada-ada saja gua udah gede lagi." Kesal Rani.
Brama hanya tertawa geli dengan tingkah lucu Rani yang begitu kesal dengan Rinjani malam semakin gelap menambah kewaspadaan Brama menjaga Rani, pintu kamar terbuka nampak wanita cantik membawa sebuah koper kecil dan di ikuti pria tampan di belakangnya seperti penjaga pribadinya membuat Rinjani kesal dengan David yang selalu saja berada di belakangnya.
"Bisa nga sih kau tidak mengikuti ku apa kau tidak bosan berada di belakang ku nga lama Lohh gua hajar juga." Kesal Rinjani meletakkan koper Rani sembarangan arah.
"Tidak sangat menyenangkan berada di Belakang mu seperti menjadi pengawal anak presiden." Tawa David memenuhi ruangan.
Buk satu bogem mendarat di perutnya hingga David meringis kesakitan." Bisa diam nga atau kau gua buang keluar jendela sekarang juga." Geram Rinjani mengepalkan tangannya.
David yang merasa perutnya sangat sakit berjalan ke arah sofa menjatuhkan tubuhnya di atasnya memengangi perutnya yang masih saja sakit, Brama dan Rani hanya tertawa melihat tingkah dua orang di hadapannya yang selalu saja ribut setiap kali bersama.
"Sudahlah Anjani bagus David mau jagain Lohh." Goda Rani.
"Diam kau emang Lohh juga mau gua tampol." Kesal Rinjani memeriksa keadaan Rani.
"Galak banget Lohh." Ketus Rani.
Setelah memeriksa kondisi Rani yang semakin membaik dari sebelumnya Rinjani dan yang lainnya beristirahat Brama meminta untuk menemani Rani di dalam kamar dan mendapatkan persetujuan dari Rinjani dan mereka akhirnya menikmati suasana malam yang indah bersama hingga tertidur pulas dengan mimpi indah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments