Part 2

Seperti mimpinya Rinjani tengah menunggu kehadiran mereka yang masuk ke dalam mimpinya Rinjani rela berangkat lebih awal sebab mimpinya menunjukkan waktu matahari belum terbit, Hampir tiga jam lamanya Rinjani menunggu namun tidak menemukan yang mengacaukan pikirannya yang membuatnya harus bangun lebih pagi dan berangkat tanpa sepengetahuan orang rumah Rinjani semakin bosan dan hendak pergi namun langkahnya terhenti mendapati pria yang berada dalam mimpinya tengah berjalan menuju arah ruangan dosen. Tidak mau kecolongan lagi Rinjani memperhatikan setiap langkah kakinya yang semakin berjalan cepat memasuki ruangannya namun Rinjani tidak menemukan sosok wanita di dalam mimpinya hingga jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi Rinjani tidak menemukan keberadaan wanita itu.

Ke mana wanita itu kenapa hingga sekarang dia belum juga datang." Guman Rinjani berjalan meninggalkan kantin.

Ken dan Brama yang baru sampai di area kampus mendapati motor Rinjani terparkir rapi di halaman kampusnya, mereka bingung mengapa Rinjani sudah berada di kampus sepagi ini Brama berjalan mencari keberadaan Rinjani di susul oleh Ken berjalan di belakangnya mereka berpapasan ketika Rinjani keluar dari arah kantin Rinjani hanya memutar bola matanya malas dan berjalan melewati mereka namun Brama dengan cepat mencegah tangan Rinjani yang sudah jauh berada di dekat mereka Rinjani menoleh dan menatap tajam manik mata Brama.

Lepasin tangan kau." Dengan Suara dinginnya.

Maaf." Brama melepaskan tangannya." kau ngapain di kampus pagi-pagi begini." Sambungnya.

Bukan urusan kau jadi nga usah gangguin gua malas gua liatin kalian berdua." Pergi menuju parkiran dan segera pulang ke rumahnya.

Dia kenapa galak banget." Tanya Ken.

Brama hanya mengangkat bahunya dan berjalan menuju kelasnya mereka berjalan seperti biasanya menjadi pusat perhatian kaum hawa dan mulai histeris melihat idolanya berjalan dengan coolnya melewati mereka. Rinjani yang tengah memikirkan mimpinya tanpa sengaja menabrak sesuatu dan akhirnya dia pun terjatuh dan tidak sadarkan diri semua warga yang berada di sana dengan cepat menolongnya dan menelfon ambulance, Rani yang baru saja keluar kamar segera pergi ke dalam kamar Rinjani namun tidak menemukan orang yang di carinya Rani berjalan menuju meja makan dan duduk di samping kakeknya yang tengah sarapan pagi.

Selamat pagi opa." Ucap Rani mencium pipi kakeknya.

Selamat pagi sayang." Balas Arya mengusap lembut rambutnya.

Opa Rinjani mana kok nga ikut sarapan." Tanya Rani celingak-celinguk ke sana kemari.

Mungkin masih di dalam kamarnya tunggu aja." Arya memakan sarapannya.

Tadi Rani udah ke kamarnya opa tapi dia nga ada." Ucap Rani.

Arya memikirkan ucapnya cucunya dan memanggil kepala pelayan dan juga penjaga rumahnya guna menanyakan kepergian Rinjani sepagi ini, mereka yang di panggil langsung menghadap ke depan tuan besarnya.

Ada apa tuan." Ucap mereka serempak.

Apa kalian melihat Rinjani meninggalkan rumah tadi pagi." Sahut Arya mengintrogasi.

Saya nga tau tuan." Ucap kepala pelayan tuan Arya.

Saya juga nga liat tuan waktu saya bangun motor nona Rinjani sudah tidak berada di garasi tuan." Sambung kepala penjaga.

Ya sudah kalian boleh pergi dari sini." Arya menggerakkan tangannya ke udara.

Mereka pun pergi dengan hormat meninggalkan tuan besarnya Arya dan Rani terus memikirkan Rinjani yang pergi tanpa sepengetahuan mereka tiba-tiba ponsel Arya berdering dengan hebat Arya yang bingung mendapatkan telpon sepagi ini dengan nomor tidak di kenal segera menekan tombol hijau.

Iya halo selamat pagi." Ucap Arya dengan ramah.

Selamat pagi tuan apa benar anda kakek dari pasien kami yang bernama Rinjani." Ucap susternya.

Iye betul ada apa dengan cucu saya." Arya menenangkan perasaannya.

Tadi pagi warga membawa nona Rinjani ke rumah sakit setelah kecelakaan di sebuah jalan tidak jauh dari kampusnya." Suster itu menjelaskan sedetail mungkin kronologisnya.

Deg deg

Tiba-tiba Arya ambruk dan pingsan tidak sadarkan diri Rani panik dan juga cemas dengan kondisi opanya yang tiba-tiba saja pingsan Rani menghubungi pihak rumah sakit untuk mengirim ambulance ke rumahnya Rani juga meminta tolong kepada semua pelayan dan penjaga rumahnya untuk membantunya membawa kakeknya ke dalam mobil sepuluh menit lamanya akhirnya ambulance datang dan segera membawa Arya ke rumah sakit di mana Rinjani di rawat dan di tangani dengan dokter tak henti-hentinya Rani menangis tersedu-sedu dengan kondisi keluarganya saat ini setibanya di rumah sakit mereka membawa tuan Arya masuk ke dalam ruangan IGD Rani semakin panik karena belum melihat keberadaan Rinjani di dalam kamar rawat dan masih saja di dalam ICU.

Rani menghubungi thisa dan juga Angga namun tidak mendapatkan jawaban setelah menunggu lama akhirnya thisa menghubungi Rani, Rani menceritakan semuanya dan memintanya untuk segera ke rumah sakit menyusulnya thisa yang tak kuasa mendengar berita ini menangis tersedu-sedu di dalam kelasnya thisa mematikan ponselnya dan segera berlari mencari-cari keberadaan Angga. Thisa terus berlari mencari Angga dan akhirnya thisa melihat Angga tengah duduk bersama seniornya tanpa rasa takut lagi thisa menghampiri angga dengan perasaan kacau. Tiba-tiba thisa menarik dengan kasar tangan Angga dan membuat mereka semua bingung dengan tingkah thisa yang dengan seenaknya menarik tangan Angga.

Woii sakit tangan gua thisa." Angga kesal karena thisa menarik tangannya dengan kasar.

Gua nyariin kau ke mana-mana tau nga." Suara thisa mulai meninggi.

Nyariin gua emang kenapa sih." Tanya Angga dengan polos.

Kau liat ponsel Lo Rani menghubungi kita sedari tadi memberi kabar kalau Rinjani kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit makanya gua narik kau." Kesal thisa yang tidak bisa menahan diri.

Deg deg

Brama Ken dan Angga tercengang tidak percaya dengan berita yang baru saja di cerita kan thisa tanpa pikir lagi mereka segera masuk ke dalam mobil Ken dan melajukan dengan kecepatan tinggi, sepanjang perjalanan thisa tak henti-hentinya menangis memikirkan kondisi Sahabatnya Brama yang tengah fokus menatap jalanan yang mereka lewati membuat pikirannya kacau beda hal dengan Ken dia tidak menampakkan wajah kekhawatirannya kepada semua orang. Butuh waktu lama mereka sampai ke rumah sakit akibat jalanan yang begitu padat dan akhirnya sampai di depan rumah sakit thisa langsung keluar dari dalam mobil dan berlari terbirit-birit masuk ke dalam mencari ruangan ICU di mana Rinjani di tangani dokter.

Ketiga pria tampan segera menyusul langkah thisa yang sangat terburu-buru Rani yang melihat kedatangan thisa berhamburan memeluknya dan menangis di pelukan thisa, mereka menangis tak memperdulikan ketiga pria yang menatapnya dengan heran setelah merasa tenang Rani dan thisa fokus menatap ruang ICU hampir tiga jam mereka menunggu akhirnya ruangan IGD terbuka nampak tuan Arya yang belum juga sadar Rani meninggalkan thisa dan yang lainnya mengantar kakeknya ke kamar rawat dan menjaganya hingga sadar. Mereka yang tengah menunggu akhirnya ruangan ICU terbuka lebar nampak seorang suster berlari terburu-buru dengan raut wajah yang panik seketika Ken menahan langkah suster itu.

Apa pasien di dalam baik-baik saja suster." Tanya Ken.

Mohon maaf saya belum bisa menjelaskan keadaannya karena saya harus segera mencari pendonor darah yang cocok dengan pasien karena saat ini dia sangat membutuhkan donor darah." Ucap suster itu dengan panik.

Kenapa harus mencari pendonor suster bukannya ini rumah sakit ternama seharusnya kalian mempunyai stok darah untuk para pasien kalian." Jelas Brama yang tengah kesal dengan rumah sakit ini.

Kami ke habisan tuan dan saya tengah mencari orang untuk bisa membantu pasien di dalam saya tidak boleh buang-buang waktu." Tanya suster itu yang geram dengan mereka.

Apa golongan darah Rinjani." Tanya Brama kepada thisa dan Angga.

Golongan darah Rinjani sangat langka susah untuk kita mencarinya karena golongan darah Rinjani adalah AB-." Ucap thisa.

Betul sebab golongan darah pasien langka sulit bagi kami menemukan stok di rumah sakit mana pun." Sahut suster Lia.

Ambil darah saya dokter golongan darah saya sama dengan pasien." Ucap Ken membuat mereka terpengaga.

Ken dan suster Lia segera keruangan pendonor dan mengambil darah Ken dengan sebanyak yang di butuhkan, di dalam kamar rawat tuan Arya Rani tengah menunggu dokter keluar dari dalam kamar kakeknya usai menunggu lama dokter tampan keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju arah Rani. Rani yang melihat dokter tampan itu keluar kamar segera berdiri dan berjalan kearahnya.

Bagaiman keadaan opa saya dokter." Tanya Rani dengan cemas.

Anda tenang saja opa anda baik-baik saja mungkin karena syok membuat penyakit yang di derita pasien kambuh tapi kami sudah menangani dengan cepat saya harap anda menjaga kesehatan pasien jangan sampai mendapat serangan jantung lagi yang akan membahayakan kondisinya." Terang dokter menjelaskan kondisi tuan Arya.

Baik dokter saya boleh masuk melihat opa saya." Ucap Rani dan mendapat anggukan dari dokter tampannya.

Dokter Kevin undur diri untuk pergi ke kamar pasien berikutnya Rani mengganggukkan kepalanya dan berlari masuk ke dalam kamar dan nampak kakeknya sudah sadar, Rani begitu senang melihat kakeknya sudah sadarkan diri Arya berusaha bangun dan turun dari bangkarnya namun di cegah oleh Rani.

Opa mau ke mana." Tanya Rani.

Opa mau liat kak kamu sayang." Ucap Arya dengan wajah sedihnya.

Opa kak baik-baik saja opa istirahat dulu ya kalau opa udah mendingan nanti Rani bawa kak ke sini ya." Rani menenangkan kakeknya.

Baik lah." Ucap pasrah Arya dan Kembali baring di atas tempat tidurnya.

Ken keluar kamar pendonor dan berjalan menuju teman-temannya mereka yang tengah menunggu di depan ruangan ICU mulai panik karena sudah empat jam lamanya menunggu setelah sekian lama menunggu akhirnya ruangan ICU terbuka lebar nampak Rinjani yang belum sadar dari operasinya, mereka membawa Rinjani ke dalam kamar inap VVIP Rani yang baru saja keluar dari kamar kakeknya melihat teman-teman beserta kaknya yang telah keluar ICU rasa senang bahagia namun masih sedih sebab Rinjani masih belum sadarkan diri. Dokter memerintahkan mereka untuk menunggu sebentar sembari memeriksa kembali kondisi Rinjani mereka hanya mengganggukkan kepalanya dan dokter pun membawa Rinjani ke dalam kamar mereka hanya bisa menunggu dan mendengar kondisi Rinjani. Tiga puluh menit lamanya akhirnya dokter keluar dari dalam kamarnya dan menghampiri mereka yang tengah menunggu mereka segera berdiri dan berjalan ke arah dokternya.

Bagaimana kondisi kak saya dokter." Tanya Rani yang masih panik.

Kondisinya sudah stabil berkat operasinya berjalan lancar tapi saya cuman menyarankan jangan membuat pasien terlalu banyak berfikir sebab operasi di kepalanya belum pulih." Ucap dokter Kevin menjelaskan.

Baik dokter terima kasih." Ucap mereka serempak.

Kalian jika ingin masuk harus secara bergantian ya soalnya pasien tidak bisa bertemu banyak orang." Ucap Kevin dan pamit pergi dari mereka.

Mereka hanya mengganggukkan mengerti Rani meminta izin untuk masuk ke dalam pertama untuk melihat keadaan kaknya mereka setuju dan masuk secara bergantian, Rani membuka pintu dan masuk berjalan ke tempat tidur Rinjani berbaring dan menatap sendu matanya tanpa sadar Rani meneteskan air matanya dan memeluk erat sosok wanita yang selama ini menjaganya dan mengajarinya banyak hal usai melepas semua kesedihan hatinya Rani keluar kamar dan duduk di depan ruang tunggu kamar Rinjani mereka pun bergantian dan sama menatap sendu wanita yang terbaring lemah hingga akhirnya semua telah masuk secara gantian giliran Ken untuk masuk ke dalam kamar urutan terakhir. Ken membuka pintu berjalan menyaksikan Rinjani dengan matanya dengan keadaan yang sangat parah sejak tadi Ken menahan gundah hatinya mengeluarkan semua unek-unek hatinya dan mengeluarkan kekhawatiran yang sedari tadi di tahanannya Ken menangis sejadi-jadinya mencurahkan rasa sedihnya melihat wanita yang menempati posisi di dalam hatinya hanya bisa menangis dan menyesal tidak bisa menyelamatkan Rinjani dari kecelakaan.

Setelah mengeluarkan semua rasa sedihnya Ken beranjak keluar kamar dan ingin menghampiri teman-temannya tiba-tiba suara Rinjani menahan langkahnya dan menoleh melihat Rinjani yang berusaha membuka matanya secara perlahan, Ken kembali ke tempatnya tanpa sengaja menggenggam tangan Rinjani dan akhirnya empunya tersadar dan melihat wajah tampan dan coolnya Ken pertama kali di lihat Rinjani. Rinjani hanya mengerutkan dahinya melihat Ken yang tengah cemas akan dirinya Rinjani melirik ke sana kemari tak menemukan keluarganya bahkan para sahabatnya.

Aku di mana." Tanya Rinjani dengan suara parau.

Kamu lagi di rumah sakit mana yang sakit biar aku panggil kan dokter." Ucap Ken yang masih panik.

Nga usah gua baik-baik aja mana opa dan Rani kok mereka tidak ada di sini." Rinjani terus mencari keberadaan mereka.

Rani di luar dengan teman-teman kau kalau tuan Arya." Ucapannya terhenti bingung untuk menjelaskan kondisi tuan Arya.

Opa kenapa bilang sama aku." Rinjani sedikit berteriak dan di kalut rasa cemas.

Setelah mendengar berita kalau kau kecelakaan tuan Arya di larikan ke rumah sakit karena serangan jantung." Dengan terpaksa Ken menceritakan tentang tuan Arya.

Apa." Suara Rinjani memenuhi kamar serba putih." Kau pasti bohong aku mau liat opa di mana kamarnya." Rinjani terus berteriak dan ingin turun dari tempat tidurnya.

Kau belum bisa berjalan kata dokter kepala kamu belum bisa memikirkan yang lain dan opa sudah lebih baik jadi kau istirahat aku akan panggilkan Rani ke sini jangan keluar ya." Ucap Ken dengan lembut.

Mendengar suara lembut Ken yang tak pernah di dengar orang lain membuat Rinjani tersentuh dan mengurungkan niatnya untuk pergi dari kamarnya tiba-tiba kepalanya sakit luar biasa membuat Ken panik dan menekan tombol darurat Ken semakin panik ketika Rinjani tak sadarkan diri di pelukannya. Dokter berlarian ke kamar Rinjani membuat semua yang menunggu di luar heran dengan keadaan Rinjani sekarang setibanya Kevin di depan kamar Rinjani segera masuk dan meminta Ken untuk menunggu di luar agar mereka bisa bekerja dengan total dengan berat hati dan perasaan yang masih cemas Ken keluar kamar dan berjalan kearah temannya dan duduk di ruang tunggu. Brama yang tidak pernah melihat sahabatnya dengan raut wajah yang sangat khawatir segera duduk di sampingnya.

Ada apa kau baik-baik aja kan." Tanya Brama.

Gua baik-baik aja tapi Rinjani." Ucapnya terhenti ketika dokter keluar dari kamar Rinjani.

Ken langsung berdiri dan menggenggam tangan dokter Kevin mereka yang menyaksikan terheran-heran dengan sikap Ken yang tidak seperti biasanya.

Bagaimana Rinjani baik-baik saja kan." Ken yang di penuhi rasa panik.

Kalian tidak usah khawatir Rinjani baik-baik saja mungkin saja Rinjani masih syok dengan keadaannya itu saja dan saya minta jangan membuat Rinjani berfikir terlalu keras." Ucap Kevin sekali lagi.

Baik dokter." Ucap Rani melirik kearah Ken.

Kevin meninggalkan mereka Rani melirik tajam kearah Ken yang terduduk lesuh dengan wajah yang masih cemas, Ken merasa bersalah karena membuat Rinjani memikirkan kondisi kakeknya Rani kesal sebab Rinjani kembali drop karena Ken terlalu lama berada di dalam Rani belum mengetahui jika Rinjani dan Ken sempat membicarakan sesuatu.

Apa yang kau lakukan sehingga Rinjani kembali drop." Tanya Rani dengan dingin.

Gua nga lakuin apa-apa kok Rinjani hanya menanyakan kau dengan tuan Arya itu aja kok." Ken membuat Rani dan yang lain terkejut.

Jadi Rinjani udah sadar." Timpal Angga.

Iya udah sadar makanya gua lama di dalam gua juga nga sengaja menceritakan kondisi kakeknya." Terdengar suara menyesal dari ucapan Ken.

Kok kau nga bilang sama kita kalo Rinjani udah sadar." Tanya thisa dengan Kesal.

Apaan sih kalian kok nanya gitu sama Ken dia mana tau kalau Rinjani akan segera sadar." Brama masih membela teman baiknya.

Sudahlah nga usah ribut-ribut lagian Rinjani nga papa juga." Ken berlalu pergi dari sana menuju keluar rumah sakit.

Rani dan thisa semakin kesal dengan ucapan Ken yang seenaknya seperti itu Angga hanya menatap tajam Kepergian kedua pria tampan idola kampusnya, akhirnya thisa dan Angga pamit pulang sebab waktu sudah semakin larut Rani berterima kasih karena sudah meluangkan waktunya untuk keluarganya thisa dan Angga tersenyum dan pergi menuju pintu rumah sakit Rani kembali masuk ke dalam kamar kakeknya meninggalkan Rinjani sendiri yang belum sadar. Ken yang masih khawatir dengan kondisi Rinjani kembali ke rumah sakit setelah mengantar Brama pulang kerumahnya, jam sudah menunjukkan 11 malam Ken memparkirkan mobil sport miliknya di parkiran khusus pengunjung rumah sakit dan keluar ke dalam mobilnya Ken berjalan dengan santai masuk ke dalam rumah sakit suster yang berjaga malam menatap takjub ke tampanan Ken yang tidak ada stoknya Ken hanya menggelengkan kepalanya tanpa memperdulikan tatapan suster kepadanya dan terus berjalan masuk ke dalam kamar Rinjani. Mata Ken tak lepas dari wajah cantik Rinjani yang terbaring lemah di atas tempat tidur Ken merebahkan tubuhnya di atas sofa sembari menjaga dan menunggu Rinjani sadar dari pingsannya tanpa sadar Ken memejamkan matanya dan larut dalam tidur indahnya.

Hari semakin larut membuat bulu kuduk merinding Rinjani yang masih setia dalam mimpinya kembali melihat wajah wanita yang sebelumnya Rinjani melebarkan matanya melihat wanita tengah duduk dan menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya, Rinjani gemetaran dan ketakutan melihat tatapan wanita itu keringat membasahi tubuhnya akibat gemetaran yang sangat hebat Ken yang tidak sengaja terbangun mendengar suara Rinjani seolah meminta tolong Ken segera berdiri dan berjalan menuju Rinjani namun matanya melihat seluruh badan Rinjani basah dan tubuhnya gemetaran. Ken panik dan segera menggoyangkan badan Rinjani dan berusaha membuatnya sadar Ken yang semakin panik hendak menekan tombol darurat namun Rinjani berteriak dan sadar dari tidurnya dengan perasaan kacau panik dan basah akibat keringatnya yang berlebihan tiba-tiba Rinjani memeluk erat tubuh Ken dan menangis sejadi-jadinya Ken tersentak dan membulat kan matanya mendapat serangan mendadak membuat jantungnya lari maraton.

Ken menenangkan Rinjani dengan terus mengusap rambutnya dengan lembut Rinjani yang merasa nyaman dan juga aman di dekat Ken melepas pelukannya dan mengusap air matanya yang masih saja mengalir dan melirik Ken yang hanya diam saja dengan wajah datarnya.

Kau ngapain di sini." Ucap Rinjani membuang wajahnya ke sembarang arah.

Aku nga tega ninggalin kamu sendirian makanya gua balik ke sini ada apa kok badan kau basah kek gini apa jangan-jangan kau lagi mimpi buruk ya." Terang Ken yang merasa penasaran.

Ahh gua lagi mimpi bertemu dengan papa dan mama ku makanya keringat kek gini." Kilah Rinjani.

Kau nga lagi berbohong kan karena sedari tadi tubuh kamu gemetaran dan berteriak minta tolong mending kau jujur aja sama gua." Ucap Ken menyelidiki.

Ngaco aja ya nga lah itu perasaan kau saja gua mau ke kamar mandi bantuin dulu." Lirik Rinjani yang melihat Ken hanya berdiri saja.

Ken membantu memapah tubuh Rinjani hingga di dalam kamar mandi dan keluar sembari menunggu Rinjani di dalam kamar mandi Ken memainkan ponselnya dan melirik jam sudah menunjukkan pukul dua subuh, Ken memejamkan matanya sebentar dan mendengar teriakkan Rinjani di dalam kamar mandi hanya berdengus kesal dan berdiri dengan terpaksa masuk ke dalam kamar mandi melihat Rinjani tengah gemetaran hebat dan muntah ke mana-mana Ken berusaha membantunya agar lebih baik Ken makin panik sebab tubuh Rinjani tak berhenti gemetaran. Dengan terpaksa Ken membawa tubuh Rinjani kembali ke atas tempat tidur dan menekan tombol darurat membuat semua suster dan juga dokter yang tengah beristirahat berlari ke dalam kamar Rinjani, Ken segera keluar setelah kedatangan dokter Kevin dan asisten pribadinya Ken menunggu hingga satu jam lamanya Kevin baru saja keluar dari dalam kamar dan menghampiri Ken yang tengah cemas setengah mati.

Apa Rinjani sering seperti ini." Tanya Kevin.

Maksud dokter apa ya saya tidak mengerti." Ken menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

Selalu mengalami gemetaran hebat seperti tadi." Ucap Kevin menjelaskan.

Saya kurang tau dokter setau saya Rinjani selama ini baik-baik saja apa ini penyakit yang sangat membahayakan nyawanya."

Sejuah ini penyakit Tremor akan berpengaruh ketika sistem saraf dan otak berpikir berlebihan menyebabkan tubuh gemetaran dengan hebat tapi belum bisa di pastikan penyakit ini bisa menghilangkan nyawa atau tidak sebaiknya anda dan juga keluarga bisa menjaga pikiran Rinjani agar tidak mempengaruhi penyakitnya." Ucap Kevin.

Baik dokter terima kasih kalau begitu saya pamit ke dalam." Kevin hanya mengganggukkan kepalanya dan pergi dari hadapan Ken.

Ken berjalan masuk ke dalam kamar dan mendapati Rinjani sudah sadar dan duduk dengan manis melihat pemandangan dari luar jendela, Rinjani menoleh melihat keberadaan Ken dan mengalihkan kembali pandangannya ke arah jendela melihat gedung yang menjulang tinggi yang mengelilingi rumah sakit ini. Ken duduk di samping ranjang Rinjani dan menggenggam tangannya dan menatap lekat wajah cantik wanita pemilik hatinya meski belum bisa mengutarakan langsung isi hatinya karena masih ragu akan perasaannya saat ini Rinjani hanya diam menatap wajah tampan pria yang selalu membuatnya kesal dan juga marah.

Ada apa." Dengan dinginnya

Nga ada apa-apa kata dokter kamu nga boleh terlalu banyak pikiran yang akan membuat penyakit kamu itu kambuh lagi." Ucap Ken melepas genggamannya.

Apa penyakitnya berbahaya buat nyawa atau keselamatan ku." Tanya Rinjani.

Sejauh ini belum bisa di pastikan berbahaya atau nga cuman dokter saran kan kalau kamu nga boleh terlalu banyak pikiran harus di jaga dengan baik itu aja." Ucap Ken mengusap lembut rambut Rinjani.

Terima kasih apa nga sebaiknya kau pulang ini sudah mau pagi nanti yang lain datang berpikir yang tidak-tidak lagi."

Kau tenang aja mereka nga akan berfikir seperti itu kau istirahat aja udah jam berapa juga." Ken membaringkan tubuh Rinjani kembali.

Rinjani pun tidak menolak dengan sikap manis dan perhatian dari Ken yang belum pernah di rasakannya selama berteman dengan Angga Rinjani tidak pernah mendapat perlakuan manis dari sahabat kecilnya itu, Rinjani hanya tersenyum simpul dan memejamkan matanya kembali dan tertidur pulas Ken kembali ke atas sofa dan memejamkan matanya yang sangat kantuk sejak tadi di tahanannya dan ikut terlelap dalam tidurnya.

Matahari semakin menampakkan sinarnya menerangi setiap kamar Rani yang mendapat sinar menusuk matanya terbangun dari tidurnya dan membuka matanya secara perlahan dan beranjak ke kamar mandi membasuh wajahnya dan menggosok giginya keluar kamar mandi. Rani kembali ke dalam kamar setelah berpakaian rapi dan pamit dengan mencium kening kakeknya yang belum juga sadar dan beranjak keluar kamar menuju kamar Rinjani Rani terus berjalan hingga sampai di depan kamar kakaknya dan segera masuk namun hal tak terduga menghampirinya melihat wajah tampan Ken yang tengah tidur dengan nyenyak di atas sofa sontak membuat Rani terkejut tanpa sengaja menyenggol vas bunga hingga jatuh membuat Rinjani dan Ken terbangun dari tidurnya menatap tajam kearah Rani yang masih saja kaget.

Apa-apaan sih kau." Kesal Ken dan beranjak dari duduknya.

Kau ngapain di kamar kak gua atau jangan-jangan kau dari semalam ya di sini." Melotot kan matanya kearah Rinjani.

Iya Ken nemanin gua di sini emang kenapa ada masalah ya." Ucap Rinjani dengan santai.

Ya nga ada masalahnya cuman gua nga menyangka aja kak senior yang terkenal dingin dan cuek malah nemanin kau di sini agak aneh nga sih." Sahut Rani dengan serius.

Nga usah pikir macem-macem tentang gua udah baik gua temanin kak kau di sini sebab semalam badannya gemetaran ketika gua kembali liat dia untuk memastikan kondisinya." Ucap Ken berjalan mengambil minum.

Emang iya kak." Tanya Rani dan Rinjani mengganggukkan kepalanya.

Jadi kau harus jagain dia dengan baik kata dokter jangan sampai dia terlalu lelah berpikir yang membuat penyakitnya kambuh lagi." Sahut Ken.

Iya bawel kau sana balik emang kau nga kampus hari ini." Sinis Rinjani.

Iya kau kan kuliah pagi." Timpal Rani.

Nga kau tanya Brama kalau hari ini gua nga masuk kampus." Berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Dua wanita cantik itu hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah seniornya yang begitu dingin setelah memastikan kondisi kaknya Rani pamit dan pergi menuju arah pintu dan keluar kamar berjalan di koridor rumah sakit hingga sampai di depan pintu rumah sakit Rani tengah menunggu jemputan supir dari kakeknya, setelah jemputan sampai Rani meninggalkan rumah sakit dan menuju kampusnya Ken yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi tidak melihat keberadaan Rinjani segera keluar kamar dan mencari keberadaannya di mana-mana panik cemas jadi satu terlintas di benaknya dan segera berlari ke arah kamar tuan Arya dan mendapati Rinjani tengah duduk sambil menangis menunggu kakeknya yang belum sadar.

Ken menutup pintu kamar tuan Arya dan duduk di depan kamarnya sembari menunggu Rinjani keluar dari dalam kamar kakeknya, Ken duduk bersantai tak lama Rinjani keluar dengan wajah pucat Pasih dan berjalan kearah Ken dengan cepat Ken berdiri dan menggendong Rinjani dari depan kamar Arya sampai kamar Rinjani membuat semua mata iri kepada wanita cantik yang berada di pelukannya. Rinjani hanya diam tanpa menolak atau apapun itu setibanya di dalam kamar Ken membaringkan tubuh Rinjani secara perlahan dan menarik selimut hingga atas dada dan tersenyum manis.

Kalau kau butuh apa-apa Lo bilang aja gua nunggu di luar." Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya Ken segera keluar dari dalam kamar Rinjani agar istirahat dengan nyaman.

Di kampus Rani baru saja sampai dan keluar dari dalam mobil menuju kelasnya thisa dan Angga yang baru saja sampai menyusul langkah Rani dari belakang, sepanjang perjalanan menuju kelas Rani hanya diam tanpa mengeluarkan suara kepada sahabatnya yang tengah menyapa dirinya Rani terus berjalan hingga akhirnya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga membuat dirinya terjatuh.

Brukk.

Rani meringis kesakitan dan segera bangkit mengangkat wajahnya melihat orang yang menabraknya dan akhirnya matanya saling bertatapan dengan pria tampan cool idaman kampus, Rani memutar matanya malas dan memasang wajah datar sedatar permukaan kolam.

Kalau jalan pake mata jangan mata Lo jelalatan ke sana kemari." Ucap Rani dengan ketus.

Kau yang nabrak kau yang marah aneh jalan itu pake kaki bukan pake mata." Ucapnya tak kalah ketus.

Ahh terserahlah gua empet liat muka Lo tau nga oh iya kata Ken hari ini dia nga masuk soalnya jagain Kak gua di rumah sakit." Berjalan melewati Brama yang masih saja kesal.

Angga dan thisa segera menyusul langkah Rani dengan cepat Brama yang masih kesal pun berjalan menuju kelasnya mata kaum hawa tak pernah lepas dari wajah tampan idolanya, Brama masuk ke dalam kelas duduk di kursinya dan mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya dan mencari nama Ken dan menekan tombol hijau deringan pertama belum ada Jawaban membuat Brama semakin geram dan mencoba kembali dan akhirnya terdengar suara Ken dari sebrang sana.

Halo." Suara Ken dari sebrang.

Ya halo kau di mana." Tanya Brama dengan dingin.

Di rumah sakit Rani nga kasih tau kau kalau gua lagi jagain kaknya." Ucap Ken.

Iya dia beritahu kok tapi kau ngapain jagain Rinjani bukannya dia baik-baik aja ya."

Dia sih baik-baik aja cuman masalanya penyakit Rinjani selalu kambuh kalau nga lagi berpikir."

Penyakit apaan sih." Tanya Brama .

Nanti gua jelasin kau bilang sama dosen kalau gua ada urusan keluarga ok." Ken mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak.

Brama semakin geram karena Ken mematikan teleponnya sebelum dia menjawab pertanyaannya tak lama dosen masuk dan Kembali fokus ke depan untuk belajar sebab sebentar lagi Brama dan Ken akan mengikuti ujian akhirnya yang akan lulus dari kampusnya. Dua puluh lima menit berlalu kelas Angga dan Rani akhirnya berakhir Rani membereskan semua bukunya dan memasukkannya ke dalam tas dan beranjak keluar kelas meninggalkan Angga yang masih sibuk dengan buku-bukunya, Rani berjalan kearah kantin dengan perasaan kacau memikirkan penyakit kaknya membuat suasana hatinya kacau balau sesampainya di kantin Rani memesan makanan favoritnya dan menunggu makanannya datang sambil memainkan ponselnya.

Brama yang baru saja tiba di kantin menjadi pusat perhatian semua mahasiswa yang berada di area kantin, Brama mencari cari keberadaan Rani hingga akhirnya matanya menemukan wanita cantik tengah duduk melamun sendirian di pojok kantin kampus dan segera menghampirinya.

Melamun Mulu kau." Tiba-tiba saja Brama duduk di samping Rani.

Rani terkejut dengan kedatangan senior paling menyebalkan dan membuang wajahnya menatap kosong ke depan." Emang nga ada kursi lain sampai-sampai kau duduk di sini gangguin gua yang lagi mau sendiri aja." Ketus Rani.

Cihh kalo aja masih ada tempat duduk lain ogah juga kali gua duduk sama cewek jutek galak kaya kau sama tuh kek Rinjani." Kesal Brama.

Rani melirik ke sana kemari dan memang benar kalau semua kursi telah terisi penuh dengan semua mahasiswa yang mayoritas wanita semua dan tengah memperhatikan mereka yang tengah duduk berdua." Nga liat mata fans kau ke arah kita kalau gua di serang karena duduk dengan idolanya bisa remuk badan gua tau."

Udah nga usah kau pikirin udah bagus kau duduk bersama idola kampus yang jarang-jarang Lo gua duduk dengan salah satu fans gua." Ucap Brama mengedipkan satu matanya.

Apa fans gila aja yang fans sama kau siapa kepedean banget Lo udah sana pergi nga kalo nga gua lemparin Lo pake sepatu gua." Ancam Rani namun tak membuat Brama pergi.

Tiba-tiba pesanan makanan mereka sampai dan mengurungkan niatnya untuk mengusir Brama dari hadapannya, mereka melahap makanannya dengan santai hanya dentuman sendok dan piring yang melantunkan mereka Angga dan thisa yang baru saja tiba menyaksikan pemandangan yang tidak biasanya melihat senior dan Sahabatnya duduk manis dengan menyantap makanan mereka. Angga dan thisa saling bertatapan timbul ide jail mereka untuk mengganggu ketenangan mereka dan berjalan pelan-pelan dan berdehm membuat mereka tersedak.

Uhk uhk." Ucap mereka serempak dan segera meminum minumannya hingga tandas.

Apa kalian Sengaja ya." Ucap Rani sambil melirik mereka.

Lagian kalian serius amat makannya berduaan lagi nga liat ya mata fans Brama itu mengarah kepada kalian." Ucap thisa mengingatkan.

Lahh terus kenapa lagian kita cuman makan bareng nga ngelakuin apa-apa." Ucap Brama dengan santai.

Iya emang tapi mereka iri liat kalian makan bareng udah sana pergi jangan sampai Rani jadi bahan olokan mereka lagi." Sahut thisa menarik tangan seniornya agar bangun dari duduknya.

Enak aja nga makanan gua belum habis kalau kalian nga suka kalian aja yang pergi nga usah banyak bicara." Brama kembali menyantap makanannya.

Mereka hanya berdengus kesal dengan sikap Brama yang terlalu cuek dan menyebalkan hingga membuat Rani merah padam dan beranjak pergi dari mereka menuju toilet, fans Brama yang melihat kepergian Rani menyusulnya masuk ke dalam toilet dan menunggu Rani dari luar toilet untuk memberikan hukuman Rani yang tengah Selesai dari kamar mandi segera keluar dan mendapati para senior dan fans Brama di depan toilet. Rani berusaha menghindari mereka namun jumlahnya terlalu banyak membuat Rani terpojok namun tak membuatnya takut dengan mereka.

Ngapain kalian menghalangi jalan gua sana." Menggeser salah satu tubuh seniornya.

Urusan kita belum selesai." Ucap salah satu fans Brama.

Urusan apa ya perasaan gua nga kenal kalian terus urusan dari mana." Tanya Rani dengan santai.

Urusan karena kau mendekati Brama dan so kecantikan dengannya." Fani mendorong tubuh Rani hingga terbentur di tembok membuat kepalanya berdarah.

Rani merasakan sakit dan memengang kepalanya dan melihat darah dari atas kepalanya membuatnya geram dan menampar Fani hingga membuat mereka semua tak percaya." Asal kalian tau gua nga pernah mendekati idola kalian itu dan jangan pernah kai menyentuh gua karena gua jijik dengan kalian yang bisanya hanya bicara doang kalau kau suka Lo bilang dengan orangnya bukan malah menyalahkan orang." Menggeser dengan paksa kerumunan para fans Brama dan pergi dari sana.

Fani mengepalkan tangannya dan melirik tajam melihat kepergian Rani yang membuatnya malu di depan teman-temannya." Awas aja Lo udah berani membuat gua malu di depan semua orang." Guman Fani dalam hati dan pergi dari sana.

Rani yang masih kesal berjalan kearah Angga dan thisa dengan kepala yang berdarah thisa yang memperhatikan kepala Rani membuatnya berdiri dan lari kearah Rani.

Rani ini kenapa kok berdarah sih." Thisa memengang kepala Rani.

Nga papa tadi nga sengaja jatuh terus terbentur di tembok ini nga papa kok." Elak Rani dan tersenyum manis.

Yakin nga papa tapi ini darahnya banyak banget Lo kita obatin dulu." Brama menarik tangan Rani.

Nga usah sebaiknya kau juga nga usaha dekat-dekat sama kita." Rani melepaskan tangan Brama dari tangannya dan menarik tangan thisa untuk menjauh.

Brama hanya diam melihat kepergian Rani dan thisa yang seolah menghindarinya thisa yang masih bingung hanya mengikuti Rani hingga ke parkiran dan mengambil kotak obat meminta bantuan thisa untuk mengobati kepalanya yang semakin sakit. Thisa pun dengan senang hati membantu Rani dan membersihkan terlebih dahulu lukanya memakai alkohol dan memberi obat merah dan membalurkan perban serta plester agar lebih mudah di lepas saat sembuh. Brama hanya memperhatikan mereka dari jarak jauh dan mencari tau kenapa sikap Rani semakin dingin dan seolah menjauhinya tanpa sebab, Rani hanya termenung memikirkan ucapan Fani yang membuat isi kepalanya kacau tidak fokus dengan mata kuliahnya yang tengah di jelaskan oleh dosennya setelah di obati oleh thisa Rani ke kelasnya untuk segera masuk ketika melihat dosen berjalan menuju arah kelasnya dan thisa pun kembali masuk ke dalam kelasnya.

Di rumah sakit Rinjani kembali menemukan sosok wanita misterius yang semakin hari membuatnya memikirkan mimpinya, kali ini wanita itu hanya memandang Rinjani tanpa ingin menyakitinya Rinjani kembali menatapnya dan terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang sama.

Ada apa ini siapa wanita itu dan kenapa seolah-olah wanita itu meminta bantuannya." Lirih Rinjani.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka nampak sosok pria paruh baya yang beberapa hari mengganggu pikirannya Rinjani tersenyum melihat kakeknya sudah sadar dan berjalan dengan baik. Rinjani memeluk erat kakeknya melupakan kehadiran Ken yang beberapa hari setia menemaninya di rumah sakit, Arya menatap wajah cantik cucunya yang masih pucat tanpa sengaja meneteskan air matanya membuat Rinjani bersedih.

Opa kenapa kok nangis." Ucap Rinjani.

Opa nga papa sayang opa cuman bahagia melihat kamu seperti ini sudah sadar dan juga sudah mendingan." Arya menghapus air matanya di pipi tuanya.

Maafin Rinjani membuat opa dan Rani menghawatirkan keadaan Rinjani." Ucapnya menundukkan kepalanya.

Ini bukan salah kamu sayang sekarang kamu istirahat opa mau keluar dulu kembali ke kamar." Ucap Arya mencium kening cucunya.

Rinjani hanya tersenyum Arya meninggalkan kamar cucunya bersama Ken yang setia menemaninya Rinjani kembali melirik Ken yang masih sibuk dengan ponselnya Rinjani berusaha bangun menuju kamar mandi namun kepalanya kembali sakit dan akhirnya jatuh kelantai membuat Ken panik dan segera membantu Rinjani duduk di sofa dan mengambil kan minum Anjani menerima minum yang di berikan Ken hingga habis tak tersisa.

Kau mau ke mana udah tau kepala kau itu masih sakit malah jalan Mulu." Ketus Ken.

Apaan sih yang mau jalan-jalan siapa juga tadi gua mau masuk kamar mandi tapi kepala gua masih sakit tau." Ucap Rinjani yang semakin kesal.

Kau kan bisa bilang sama gua pasti kok gua bantuin." Mengulurkan tangannya.

Lagian kau sibuk makanya gua jalan sendiri." Menerima uluran tangan Ken.

Mereka berjalan ke kamar mandi dengan bergandengan tangan dengan hati-hati Ken pergi dari dalam kamar mandi dan menunggu dengan setia di luar kamar mandi, setelah selesai Ken membantu Rinjani kembali ketempat tidurnya namun Rinjani tak ingin tidur Anjani merasa bosan di dalam kamar terus menerus.

Temanin gua ke taman bosan gua di sini terus."

Tapi kata dokter kau nga boleh ke mana-mana dulu."

Bentar doang yah." Bujuk Rinjani memasang mata baby eysnya.

Ya udah tapi bentaran doang nih lepas itu kita balik." Pasrah Ken.

Membantu Rinjani duduk di atas kursi roda dan mendorongnya dari belakang keluar kamar dan berjalan di koridor rumah sakit, sepanjang perjalanan ke taman mereka menjadi pusat perhatian suster dan juga pengunjung rumah sakit yang iri dengan Rinjani bisa berdekatan dengan pria tampan yang stoknya sangat terbatas Ken hanya cuek dan berjalan terus tidak menghiraukan tatapan fans fanatiknya. Sesampainya di taman Rinjani berdiri sendiri dan duduk di bangku taman yang mengahadap Langsung kearah taman Bunga yang tengah tumbuh dengan baik Ken menyusul setelah memindahkan kursi roda Anjani dan duduk di samping Rinjani memandang indahnya bunga yang tengah bermekaran.

Ken memperhatikan pandangan Rinjani dan segera berdiri meminta sepetik bunga tulip kesukaan Rinjani dan kembali duduk memberikan bunga tulip kepada Rinjani, dia begitu senang mendapat bunga kesukaannya dan terus memengang tanpa ingin melepaskan hari menjelang sore hari mereka pun beranjak dan pergi kembali ke dalam kamar seperti biasanya pandang semua orang menatap kearahnya mereka hanya cuek dan terus berjalan hingga depan kamar dan segera masuk ke dalam kamar.

Rinjani membaringkan tubuhnya dengan hati-hati dan memejamkan matanya yang sudah sangat mengantuk dan tertidur pulas, Ken masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dari penat rutinitas menjaga Rinjani seharian setelah menyelesaikan ritual mandinya Ken keluar kamar mandi dan menatap Rinjani yang tengah tidur dengan nyenyak segera merebahkan tubuhnya dan menyusul Rinjani ke dalam mimpinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!