Part 12

Beberapa bulan lamanya Rani menunggu pendonor mata yang cocok untuknya akhirnya tiba hari di mana dia akan melakukan operasi cangkok mata berkat kerja keras Rinjani bersama kakeknya dalam mencarikan pendonor mata, Thisa bersama Angga dengan setia menemani Rani untuk segera melakukan operasi mata Brama dan Ken yang tidak bisa ikut hadir merasa senang dengan keberhasilan Rani bertahan dengan keadaannya yang sekarang. Rinjani yang akan mengikuti ujian akhir semester pun tidak bisa ikut dalam operasi adiknya dan hanya berdoa untuk kelancaran operasi yang akan Rani jalani hari ini, Rinjani tak henti-hentinya menghubungi thisa untuk mengetahui kondisi Rani saat ini.

"Gimana apa semuanya berhasil." Ucap Rinjani dari sebrang sana.

"Rani masih di dalam ruangan operasi."

"Kalau gitu Lohh kabarin gua bentar lagi ujian gua di mulai bye." Rinjani mematikan sambungan teleponnya.

Thisa kembali fokus dengan ruangan di depannya ibu dan kakeknya begitu tegang melihat ruangan yang belum juga terbuka sejak satu jam yang lalu, tiga puluh menit berlalu akhirnya ruangan yang mereka tunggu-tunggu terbuka dengan lebar memperlihatkan Rani berada di atas tempat tidur dengan keadaan tak sadarkan diri Angga segera menghampiri Rani menggenggam tangan Sahabatnya dan mengikuti langkah para dokter yang membawa Rani masuk ke dalam ruangan rawatnya.

"Semuanya berjalan lancar kan dokter." Ucap Arya dengan perasaan cemas.

"Kita bisa melihat hasilnya setelah nona Rani tersadar dari pasca operasinya." Ucapnya dengan ramah.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu." Kevin berpamitan kepada semua orang berjalan keluar kamar.

Thisa berpamitan pulang untuk segera masuk kampus karena akan melakukan ujian akhir semester Angga yang lebih dulu melakukan ujian semester akan menjaga Rani di temani dengan ibu, thisa berjalan beriringan dengan tuan Arya yang akan pergi ke kantornya Angga dan ibu beristirahat di dalam kamar Rani dengan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang khusus untuk mereka yang akan menjaga Rani. Rinjani yang baru saja selesai dengan semua mata kuliahnya segera beranjak dari kursinya berjalan menuju parkiran kampus sejak kejadian itu hubungan Rinjani dan David mulai renggang Rinjani yang memilih menjauh sebelum mendapatkan bukti kuat kalau saja kekasihnya itu yang berusaha melenyapkannya atau orang lain, David hanya bisa melihat kepergian Rinjani yang telah jauh dari kampusnya lagi-lagi Dista dan Desta mulai senang dengan hubungan mereka yang terlihat tidak baik.

"Liat mereka sekarang malah menjauh satu sama lain bagus kan untuk kita." Ucap Dista dengan senangnya.

"Kau benar berkat bantuan dia kita bisa membuat mereka berpisah secara perlahan." Ucapan Desta mulai terdengar serius.

Dista hanya tersenyum simpul dan segera berjalan masuk ke dalam mobilnya melesat pergi dari kampus mereka, Rinjani yang telah mendapatkan informasi tentang keberhasilan operasi Rani segera melaju dengan kecepatan tinggi menuju Bandung tanpa memberitahu semua orang kalau dia kan pulang hari ini juga. Rinjani terus menelusuri jalan hingga akhirnya masuk dalam kota Bandung dengan laju motor kesayangannya Rinjani tiba di rumah sakit dengan selamat tanpa hambatan, akibat buru-buru Rinjani tanpa sengaja menabrak wanita paruh baya yang masih terlihat cantik Rinjani segera membantu wanita itu berdiri dan mendudukkannya di kursi tunggu pasien.

"Saya minta maaf nyonya tidak melihat anda." Ucap Rinjani menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah apa kau sedang terburu-buru." Tanyanya dengan suara yang lembut.

"Iya sebentar lagi adik saya akan sadar dari operasinya apa anda keberatan kalau saya pergi sekarang." Ucap Rinjani hati-hati.

"Tidak masalah kau boleh pergi sekarang." Wanita itu tersenyum manis.

Rinjani membalas senyuman manisnya segera berlari menelusuri lorong rumah sakit dan mencari kamar Rani, sepuluh menit lamanya Rinjani akhirnya berdiri didepan pintu kamar adiknya menarik nafasnya panjang segera memutar pintu dan masuk melihat beberapa orang yang tengah menyaksikan pembukaan perban mata Rani mereka yang belum juga sadar akan kehadiran Rinjani terus menatap Rani yang mulai membuka matanya. Rani membuka matanya secara perlahan mengedarkan pandangannya orang yang pertama ingin di lihatnya adalah kakek lalu kaknya Rani sudah menemukan kakek yang selama ini mencintainya namun lagi-lagi Rani mulai kecewa tidak menemukan orang kedua yang ingin di lihatnya.

Rinjani yang mengetahui raut wajah cantik adiknya berjalan secara perlahan mendekati tempat tidur Rani." Apa kau mencari ku." Suara Rinjani sontak membuat satu ruangan menoleh kearahnya.

"Rinjani." Lirih Rani yang mulai berkaca-kaca.

Rinjani segera berlari memeluk erat tubuh adiknya meneteskan air matanya Rani yang tidak sanggup menahan air matanya mulai mengalir begitu saja membasahi pipinya melihat orang yang selama ini melindunginya dari segala apapun dan berusaha mendapatkan keadilan untuknya dan untuk orang lain.

"Kapan kau datang." Tanya thisa menyenggol sedikit lengan Sahabatnya.

"Sejak kau molor." Ledek Rinjani diringi tawa.

"Dasar kau." Umpat thisa dengan wajah cemberut.

"Opa." Ucapnya memeluk kakeknya.

"Apa kau meninggalkan ujian semester mu demi melihat adik mu." Tanya Arya .

"Tentu tidak opa untung saja aku nga terlambat." Ucapanya cengengesan.

"Bagaimana kabar mu nak." Sapa ibu Santi memeluk Rinjani.

"Baik ibu bagaimana." Sapa balik Rinjani.

"Baik nak." Sahut ibu.

Mereka pun melepas kerinduan di dalam kamar Rani sesekali Angga dan thisa membuat orang tertawa dengan tingkahnya yang sangat lucu, Rani bahagia bisa memiliki ibu angkat serta kakek yang mampu membuatnya bahagia memiliki seorang kakak yang menjaganya dari siapapun bahkan mempunyai sahabat yang baik seperti thisa dan Angga. Rinjani yang melihat ekspresi kesedihan di wajah adiknya berjalan menghampirinya duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah cantik adiknya.

"Kemana Ken dan Brama bukannya mereka juga harus hadir di sini."

"Mereka masih melakukan ujian semester bentar lagi kan mereka lulus."

"Apa kau senang sekarang bisa melihat lagi." Tanya Rinjani dengan serius.

"Tentu aku sangat bahagia berkat kerja keras mu aku bisa seperti ini terima kasih." Rani menggenggam erat tangan Rinjani.

"Kau tidak perlu berterima kasih itu sudah tugas ku menjaga mu." Rinjani tersenyum manis ke adiknya.

Hari semakin larut malam thisa Angga dan ibu telah pamit lebih dulu untuk segera pulang kini Rinjani bersama kakeknya menjaga Rani di rumah sakit, Rinjani yang bosan di dalam kamar pamit bersama kakeknya untuk keluar jalan-jalan cari angin Rinjani keluar kamar berjalan santai memainkan ponselnya melewati ruangan di mana wanita paruh baya sedang di rawat intensif. Rinjani melirik sebentar dan menangkap wanita yang baru saja di lihatnya sebelumnya keluarga mereka tengah menangis tersedu-sedu melihat kondisinya Rinjani yang mulai aneh segera berjalan menghampiri keluarga mereka guna menanyakan kenapa wanita itu berada di sana.

"Haii." Sapa ramah Rinjani kepada wanita cantik yang sedang menangis.

"Iya ada apa nona." Ucapnya dengan ramah menyeka air matanya.

"Ada apa kau baik-baik saja." Rinjani berpura-pura menanyakan keadaannya.

"Seperti yang kau lihat sebentar lagi aku akan kehilangan ibu yang menjaga ku selama ini." Wanita itu menangis sejadi-jadinya mengingat kejadian itu.

Rinjani tersentak dari tempatnya terhuyung kebelakang untung saja Rinjani dapat mengimbangi tubuhnya Rinjani memperhatikan wanita itu dengan seksama dan membulatkan matanya." Bukankah dia wanita itu tapi bagaimana bisa dia berada di sana." Lirih Rinjani.

"Ibu udah berada di sana sebulan yang lalu."

"Nga mungkin dua jam yang lalu aku bertemu dengannya di koridor ini mana mungkin dia berada di dalam sebulan yang lalu." Rinjani tidak percaya dengan ucapan wanita itu.

"Kau bertemu dengan ibu ku kapan bahkan kami berada di dalam sejak pagi tidak melihat ibu beranjak sedikit pun dari tempat tidurnya." Tegas wanita itu.

"Ti-tidak mungkin." Ucap Rinjani terbata-bata segera berlari menjauh dari ruangan itu menuju taman di tengah malam sendirian.

Rinjani memikir-mikir kembali kejadian itu dan memang di dalam pemikirannya wanita itu terlihat baik-baik saja dan sehat seperti manusia pada umumnya dan memakai baju dengan semestinya, tiba-tiba wanita itu menghantui pikirannya kembali mengingat baju yang di kenakan wanita itu dan terlintas bayangan dirinya bertemu dengan wanita itu di koridor rumah sakit dan wanita itu memakai baju putih seperti orang yang akan meninggal dunia.

"Tidak mungkin apa dia sudah meninggal tadi siang." Guman Rinjani dalam hatinya.

Pikiran itu terus menghantuinya hingga tak membuatnya tidur semalaman seperti ada tanda yang wanita itu tinggalkan untuknya namun tidak menemukan apa-apa di tempat kejadian dan mengingat kembali tapi tidak menemukan apa-apa, Rinjani bangun dari duduknya berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajah dan juga menggosok giginya setelah selesai di Rinjani berjalan keluar kamar melihat kehadiran kakeknya bersama dokter tampan idola rumah sakit ini.

"Rani udah bisa pulang hari ini setelah pemeriksaan terakhir." Ucap Kevin.

"Syukur kalau begitu dokter." Ucap Arya tersenyum manis.

"Kalau begitu aku harus pulang sekarang ke Jakarta nanti siang aku ada ujian terakhir tidak masalahkan kalau aku pulang." Ucap Rinjani mendekati Rani.

"Apa kau serius akan kembali ke Jakarta kau kan baru tiba semalam bagaimana kalau besok saja ya." Rani memasang wajah seimut mungkin.

"Nga usah masang wajah seperti itu karena gua tidak akan luluh." Ledek Rinjani.

Rani akhirnya pasrah merelakan kepulangan Rinjani kembali ke Jakarta setelah siap-siap dan berpamitan kepada kakeknya Rinjani berjalan keluar kamar Rani berjalan menuju parkiran rumah sakit, tapi Keanehan menyelimuti pikirannya ketika melihat tempat tidur wanita itu di bawa keluar dengan wanita di atasnya tidak bernyawa lagi Rinjani berusaha tenang berjalan Kembali menuju parkiran rumah sakit Rinjani mengatur nafasnya dengan baik usai mengatur nafasnya Rinjani melajukan motor sportnya melesat jauh dari rumah sakit.

Di Jakarta David yang baru saja tiba di area parkiran kampus tidak menemukan motor kekasihnya di halaman parkiran David segera berjalan menuju kelasnya melirik sejenak ke dalam kelas Rinjani namun sama saja tidak ada siapa-siapa di sana, Dista yang melihat David sedang melamun segera berjalan menghampirinya berdiri di depannya menatap wajah tampan pria idaman hatinya.

"Siapa yang kau cari." Dista membuyarkan lamunan David.

"Bukan urusan Lohh." Ketus David berjalan melewati Dista segera masuk ke dalam kelasnya.

Dista merasa kesal dengan sikap acuh David padanya padahal dia berusaha bersikap baik tetap saja David tidak meliriknya sama sekali, Gisel tertawa kecil dengan tingkah Dista dari jauh yang berusaha mendekati David namun David malah acuh padanya dan bersikap dingin. Dista segera berjalan menuju kelasnya dengan perasaan kesal akibat David mengacuhkannya, dua jam lamanya perjalanan Rinjani akhirnya tiba di area parkiran kampus segera memparkirkan motornya berjalan masuk ke dalam kelasnya yang sebentar lagi akan segera di mulai David yang baru saja keluar melihat kedatangan Rinjani dengan raut wajah lelah dan juga kurang tidur segera menghampirinya.

"Kau dari mana saja." Tanya David

"Dari Bandung." Jawabnya dengan singkat.

"Bandung? Sedang apa kau di sana." David mulai menyelidiki Rinjani.

"Bukan urusan Lohh lagi udah sana." Rinjani sedikit menyenggol lengan David berjalan mendahuluinya.

David segera mencegah tangan Rinjani dan memeluknya erat di depan semua orang Rinjani membulatkan matanya dengan tingkah David yang tiba-tiba memeluknya di depan semua orang yang tengah menatap mereka dengan tatapan mematikan, dia pun berusaha keluar dari pelukan David tapi tidak mampu melawan kekuatan David tiba-tiba Bukk satu bogem mentah mendarat tepat di wajah tampan David hingga melepaskan pelukannya dari Rinjani dan tersungkur kebawah. Rinjani terkejut dengan Desta yang memukul David hingga mengeluarkan cairan merah dari dalam hidungnya Rinjani segera mengeluarkan sapu tangannya tapi Desta mencegatnya mencengkram erat pergelangan tangan Rinjani.

"Kau tidak usah mengobatinya Rinjani." Bentak Desta.

"Siapa kau yang menyuruhku untuk tidak mengobati kekasih ku hah." Rinjani melepas dengan kasar cengkeram Desta.

"Dia bukan laki-laki yang baik percaya padaku." Desta memasang wajah kasihan nya.

"Kalau dia bukan laki-laki yang baik lalu Lohh apa bahkan Lohh lebih buruk dari dia jadi nga usah merasa lebih baik dari dia dan satu lagi jangan sampai Lohh lakuin ini lagi atau Lohh akan mendapatkan balasan yang sama." Ancam Rinjani dengan suara seriusnya.

Rinjani membantu David untuk berdiri berjalan menuju kelas David segera membawanya masuk dan mendudukkannya mengobatinya dengan telaten, sesekali David meringis kesakitan hingga menangis tersedu-sedu akibat rasa sakit yang di alaminya dalam hati Rinjani merasa bersalah dan juga merasa sakit dengan penyerangan yang dilakukan kekasihnya.

"Sudah selesai aku pergi sekarang." Rinjani beranjak dari duduknya.

"Tunggu." Ucap David dengan lantang." Kalau kau masih berpikir ini semua ulah ku kau salah bahkan aku tidak mengetahui kalau saja kau berada di sana bukan kah Dimas telah menjelaskan semuanya tapi kenapa kau masih seperti ini." Suara David terdengar parau.

'Sebelum semuanya benar adanya kita akan seperti ini terima tau tidak aku tidak peduli." Rinjani berjalan keluar kelas menuju kelasnya.

David mengepalkan tangannya berteriak menghamburkan semua barang-barang yang berada di sampingnya dengan emosi yang meluap-luap, melihat kepergian Rinjani dari hadapannya Dista merasa senang dengan hubungan Rinjani dan David yang mulai renggang Dista segera masuk ke dalam menghampiri David tersenyum manis kepadanya.

"Sudahlah cewek kaya dia nga usah di pertahankan." Ucap Dista duduk di sebelah David.

"Nga usah urusin hubungan gua." Ketus David.

"Apa Lohh tau Rinjani emang seperti itu selalu saja menjadi masalah untuk orang lain." Kesal Dista menjelekkan Rinjani.

"Gua nga mau dengerin apa yang Lohh omongin dan sekarang Lohh keluar." Bentak David.

"Lohh bakal nyesel kalau masih mempertahankan Rinjani dalam hubungan kalian." Dista berjalan keluar kelas menuju parkiran mobil.

"Gua bakal ngelakuin apapun asal kalian berpisah." Lirih Dista berjalan dengan wajah kesalnya.

Rinjani yang akan melakukan ujian semester dibuat tidak fokus dengan ucapan David yang merasa jika bukan dia yang menyerangnya waktu itu, dua puluh menit berlalu ujian terakhir Rinjani akhirnya selesai hari ini Rinjani akan pulang ke Bandung untuk liburan bersama ibu dan teman-temannya yang sudah lama tidak berkemah bersama. Rinjani segera keluar kelas meninggalkan Kiki yang sedang sibuk dengan barang-barang di hadapannya Rinjani segera berlari keluar kelas tanpa sengaja menabrak David, Rinjani memutar matanya malas dan berjalan menuju parkiran dengan langkah seperti biasa tanpa ekspresi tiba-tiba deringan ponsel membuyarkan lamunannya Rinjani menekan tombol hijau melihat nama Angga di layar ponselnya.

"Halo Angga." Ucap Rinjani dengan senyum mereka.

"Lohh jadi balik kan hari ini." Tanya Angga dari sebrang sana.

"Iya jadi bawel ini gua udah siap-siap kalau selesai gua langsung ke Bandung." Ucap Rinjani berada di depan motornya.

David terus mengikuti Rinjani hingga di parkiran dan mendengar pembicaraan mereka yang akan melakukan perjalanan ke Bandung, David merasa Rinjani akan segera pergi dengan cepat berdiri di depan motor kekasihnya.

"Mau balik ke Bandung." Tanya David.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Kita balik bareng okay." David segera naik dengan paksa ke atas motor Rinjani.

"Ehh turun nga yang nyuruh Lohh ikut siapa udah sana naik mobil sendiri aja." Ketus Rinjani mendorong-dorong tubuh David.

"Bisa nga Lohh perlakuin David dengan baik." Ucap Dista di sela-sela perbincangan mereka.

Rinjani menoleh kearah sumber suara merasa jengah dengan wajah Dista yang selalu saja ikut campur dengan urusan mereka." Lohh bisa nga tidak ikut campur dengan urusan kami lagian David itu cowok gua ngapain Lohh sewot sihh orang dianya aja biasa-biasa aja kok." Ucap Rinjani dengan santai.

"Yang di ucapakan Rinjani itu benar kok Lohh nga usah ikut campur dengan urusan gua sama Rinjani karena dia cewek gua paham Lohh." Tegas David menatap tajam arah mata Dista.

"Tapi gua suka sama Lohh gau nga suka liat Rinjani perlakuin Lohh kaya tadi." Dista mulai memengang tangan David.

Terlihat jelas di wajah Dista yang sangat berharap dengan kekasihnya Rinjani melepas dengan paksa tangan Dista dari Legan David yang tergenggam erat oleh wanita masa lalunya.

"Sampai kapan Lohh mau merebut laki-laki yang dekat sama gua apa Lohh nga malu jadi benalu dalam hubungan orang." Bentak Rinjani menarik kera baju Dista dengan kuat.

"Lohh yang nga pantes sama David yang cool nahh Lohh cuman bekas wanita malam." Teriak Dista menjadi pusat perhatian semua.

Plakkk

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Dista yang seketika memerah dan juga menangis tersedu-sedu akibat tamparan David membuat semua orang melototkan matanya Rinjani sendiri tidak percaya dengan perlakuan David.

"Jaga ucapan Lohh Rinjani bukan wanita seperti itu dan gua ingetin sekali lagi nga usah banyak berharap karena gua nga suka wanita jelalatan kaya Lohh." Ucap David dengan amarah yang luar biasa.

David segera menarik dengan lembut tangan kekasihnya masuk ke dalam mobilnya Rinjani hanya tersenyum simpul melihat ekspresi wajah Dista yang mulai memerah padam akibat tamparan dari cowok idamannya, Dista mengepalkan tangannya menjadi omongan semua orang dan segera pergi dari sana masuk ke dalam mobilnya Gisel dan Bastian yang menyaksikan mereka hanya tertawa melihat tingkah Dista yang so kepedean kepada David yang bahkan tidak meliriknya sedikitpun.

"Dista bikin malu aja." Tawa Gisel.

"Lohh benar dia sama sekali nga tau malu." Balas Bastian.

Bastian dan Gisel segera berjalan masuk ke dalam mobil mereka masing-masing melaju dengan kecepatan rata-rata meninggalkan kampus, Rinjani yang masih bingung dengan perasaannya hanya diam saja sepanjang perjalanannya David yang mulai jengah dengan sikap Rinjani yang selalu saja mendiamkannya membuat perasaannya terluka.

"Sampai kapan Lohh mau seperti ini."

"Sampai gua tau bukan Lohh yang nyerang gua waktu itu."

"Tapi gua udah jelasin kan kalau emang bukan gua yang lakuin itu." Suara David sedikit meninggi.

"Terus kalau bukan Lohh siapa lagi coba yang ada di ruangan itu cuman gua dan Lohh doang bagaimana caranya gua percaya." Bantah Rinjani.

"Gua juga nga tau dia siapa karena gua nga mungkin nyakitin orang yang paling gua sayang itu nga mungkin." Jawab David fokus menyetir mobil.

Rinjani terdiam tak bisa berkata-kata sebab yang di ucapkan David ada benarnya kalau saja dia yang berada di sana pasti merasa gugup karena ketahuan tapi ini malah bersikap biasa-biasa saja tanpa rasa bersalah, Rinjani menatap keluar jendela memikirkan perasaan dan juga pria yang waktu itu menyerangnya Rinjani melirik David yang terlihat kacau dengan perasaan dan juga hubungan mereka tak sepenuhnya salah David kalau pun bukan dia Rinjani akan menyesal bersikap seperti ini.

"Aku minta maaf kalau aku udah jahat sama kamu." Suara Rinjani mulai terdengar serius.

David melirik wajah kekasihnya menepikan sejenak mobilnya menggenggam tangannya erat-erat." Apapun yang ada saat ini dalam pikiran kamu tolong buang jauh-jauh karena gua nga mungkin nyakitin orang yang paling aku cintai Anjani tolong jangan bersikap seperti ini aku nga bisa." Ucap David matanya mulai berkaca-kaca.

Rinjani menatap mata David tak menemukan kebohongan dalam matanya Rinjani memeluk erat tubuh David." Maafin aku kalau saja sikap aku belakangan ini membuat mu sedih." Rinjani mulai mengalirkan buliran air kristal.

"Nga papa kok aku janji akan membantu kamu mencari orang itu hidup-hidup." David mengecup puncak kepala Rinjani.

Rinjani membalas kecupan kekasihnya dan larut dalam keromantisan antara mereka di pinggir jalan yang begitu syahdu, Rinjani mulai kehabisan nafas segera menyudahi ritual mereka David tertawa kecil segera menyeka sudut bibir kekasihnya yang terlihat basah akibat ulahnya. Rinjani hanya tersipu malu dengan tindakannya baru saja kini mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Bandung di pertengahan jalan Rinjani mulai terlelap dalam tidurnya yang indah David melirik sejenak lalu fokus ke depan untuk segera sampai di kediaman Rinjani, selama perjalanan Rinjani hanya tidur saja tak melakukan apa-apa hingga mereka tiba di sebuah rumah mewah Kawasan elit para pengusaha David menggoyangkan tubuh Rinjani yang begitu enak dalam mimpinya Rinjani merenggangkan ototnya membuka matanya secara perlahan melihat bangunan mewah yang selama ini di rindukannya selama di Jakarta.

David membuka pintu mobi Rinjani dan segera masuk berjalan bersama Rani yang baru saja keluar kamar memandangi momen romantis Rinjani bersama David bergandengan tangan hingga sampai di ruang tengah dan segera duduk untuk istirahat, Rani tersenyum manis melihat kemesraan kaknya bersama David yang begitu terlihat bahagia.

"Ciee senangnya kalau udah punya pacar." Ledek Rani merangkul pundak Rinjani.

"Apaan sihh Lohh." Rinjani menyentil lengan adiknya.

"Bagaimana operasi Lohh waktu itu berjalan lancarkan." Tanya David memperbaiki posisinya.

"Alhamdulillah lancar sekarang udah bisa liat lagi." Jawab Rani dengan penuh senyuman.

"Syukur lahh maafin gua waktu itu nga sempat temenin Rinjani soalnya lagi ujian pagi." Ucap David.

"Nga masalah kok." Jawab Rani.

Mereka pun berbincang perihal liburan mereka yang akan diadakan besok hari Rinjani David dan Rani berbincang hingga larut malam, David pamit pulang usai makan malam bersama kakek dan juga dua wanita cantik itu David segera masuk ke dalam mobilnya melesat pergi dari sana menuju rumahnya dengan perasaan senangnya yang telah baikan dengan kekasihnya. Dua puluh menit berlalu akhirnya David tiba di sebuah rumah bernuansa Eropa dan segera memparkirkan mobilnya ke dalam bagasi bergegas turun dari dalam mobil berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah senangnya Adisti yang melihat wajah keceriaan anaknya segera berjalan menghampirinya.

"Vid kamu udah pulang nak." Ucap Adisti.

Seketika wajah ceria itu kembali murung melihat wajah ibu tirinya di hadapannya." Udah liat gua pulang kenapa malah nanya." Ketus David.

"Sampai kapan kamu seperti ini sama mama nak." Adisti mulai menangis tersedu-sedu.

"Sampai kau pergi dari rumah ini." Bergegas pergi menuju kamarnya.

Adisti tersungkur kebawah lantai menangis sejadi-jadinya mengingat perkataan David yang mulai menyakiti hatinya kembali, sebelum masuk ke dalam kamarnya David sempat menoleh kearah Adisti melihatnya menangis sejadi-jadinya ada rasa bersalah dalam hati David tapi itulah yang diinginkannya agar mama tirinya itu pergi dari rumahnya. Bagas yang baru saja pulang dari kantor tak sengaja melihat istrinya menangis di bawah lantai dia pun berjalan cepat menghampiri istrinya mengusap air matanya dan memeluknya erat.

"Kau kenapa." Tanya Bagas melepas pelukannya.

"Aku nga papa kok mas." Ucap Adisti tersenyum manis.

"Pasti karena David lagi kan di mana anak itu." Bagas mulai beranjak dari duduknya.

"Mas ini bukan karena David kok." Adisti mulai menahan tangan suaminya.

"Kenapa sih tiap kali kau di perlakukan seperti ini sama anak itu kau selalu membelanya kenapa." Teriak Bagas mulai lepas kendali.

"Itu karena aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karena wanita seperti ku mas." Ucap Adisti mulai berlari masuk ke dalam kamarnya.

Adisti segera membereskan semua bajunya ke dalam kopernya dengan perasaan yang susah di tebak Bagas segera masuk ke dalam kamarnya mendapati istrinya sedang membereskan semua baju-bajunya ke dalam koper, Bagas mulai panik melihat semuanya dan menahan istrinya namun Adisti bersikeras untuk pergi dari rumah ini agar David betah dan bahagia di rumah ini tanpanya dan Adisti juga sudah memutuskan untuk berpisah kepada suami yang selama ini di cintainya.

"Kau tidak boleh pergi ini adalah rumah mu." Ucap Bagas menahan tangan Adisti.

"Tapi mas ini adalah jalan terbaik untuk kita." Adisti melepas tangan suaminya.

David yang berjalan keluar kamar tak sengaja melihat Adisti dan juga Bagas sedang bertengkar dan melihat koper di tangan mama tirinya, Adisti merasa senang kalau saja David bahagia kalau saja dia tidak berada di rumah ini ada perasaan aneh di dalam hati David setelah mendengar ucapannya.

"Sudahlah pergi sana tidak usah menangis seperti itu." Ucap David berjalan mengarah mereka.

Buk buk buk.

Beberapa pukulan mendarat tepat di wajah tampan David hingga tersungkur kebawah Adisti tercengang melihat Bagas memukul anaknya Adisti menampar suaminya membuat David kaget dengan sikap orang yang selama ini di bencinya.

"Aku sudah pernah bilang jangan pernah menyakiti David mas." Bentak Adisti.

"Apa kau sudah kehilangan akal hah bahkan dia pantas kok mendapatkan itu." Bagas hendak sekali lagi memberi bogem mentah di wajah David namun di tahan oleh Adisti.

"Berani kau sekali lah menyentuh David kau tidak akan bertemu dengan ku selamanya." Ancam Adisti membawa David masuk ke dalam kamarnya.

"Arrkkkhhh awas kau anak sialan beraninya kau membuat mama mu menangis." Teriak frustasi Bagas menghamburkan semua barang-barang.

Adisti segera membawa David masuk ke dalam kamarnya untuk segera di obati Adisti mendudukkan David di atas tempat tidurnya mengambil kotak obat yang berada di atas meja berjalan menghampiri David mengobatinya dengan telaten seperti ibu mengobati luka di wajah anaknya, David merasa tidak enak hati memperlakukan Adisti selama ini dengan tidak baik sehingga mengusirnya namun rasa sakit yang berada di dalam hatinya melihat ibunya pergi selamanya membuat David membenci Adisti sebab menikah dengan ayahnya.

"Kamu nga usah mikirin perkataan papa mu nak." Ucap Adisti mengolesi salep di wajah anaknya.

"Maafkan aku kalau membuat hati mu terluka sehingga kalian bertengkar karena ku." David memalingkan wajahnya.

"Aku mengerti kalau kau belum bisa menerima kehadiran ku karena telah menggantikan posisi mama kamu di hati papa kamu tapi asal kau tau itu semua permintaan dari ibu kamu sendiri untuk menikah sama papa kamu agar ada yang menjaga dan menyayangi mu layaknya ibu sendiri." Mata Adisti mulai berkaca-kaca mengingat momen itu.

David memeluk mamanya meneteskan air matanya mengingat perlakuannya selama ini kepada mama tirinya Adisti merasa senang di peluk oleh David, selama ini mereka hanya bisa saling berpandangan tanpa harus menyapa dan juga memeluk satu sama lain layaknya anak dan ibu sendiri.

"Tetaplah di sini menjadi ibu yang baik untuk ku." David melepas pelukannya mengusap air mata Adisti.

"Apa kau tidak keberatan jika aku di sini." Ucap Adisti.

"Tentu tidak aku akan memperkenalkan mu dengan calon menantu mama." Ucap David.

Lagi-lagi Adisti meneteskan buliran air matanya membuat David merasa tidak enak hati." Ada apa ma apa aku salah ucap."

"Baru kali ini kamu memanggil ku mama." Adisti menyeka air matanya.

"Baiklah hari ini hingga nanti kau akan menjadi ibu ku." David memeluk erat tubuhnya.

Mereka saling berbincang ria layaknya ibu dan anak sampai-sampai melupakan Bagas yang tengah menyaksikan mereka Bagas bahagia melihat dua orang yang begitu berarti untuknya saling memeluk satu sama lain, Bagas menghampiri mereka dan memeluk satu sama lain hal ini yang di rindukan oleh David menjadi satu Keluarga yang utuh hanya karena Adisti menggantikan posisi ibunya membuat David membenci Adisti tapi karena kesabaran dan kasih sayang Adisti kepada David akhirnya penantiannya berbuah manis David mulai menerimanya.

Weekend ini mereka akan melakukan piknik bersama dengan keluarganya Rinjani bersama Rani tengah bersiap-siap mengemas barang-barang mereka untuk segera di masukkan kedalam bagasi mobil Angga dan thisa yang sudah lebih dulu sampai dari David merasa heran dengan kedatangan kedua orang tua David yang baru mereka lihat, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan pria paruh baya yang sangat tampan membuat Angga dan thisa melototkan matanya melihat keharmonisan keluarga David.

"Ma pa ini Rinjani." Ucap David menarik tangan Rinjani.

"Wahh cantik sekali." Ucap Adisti.

"Halo om Tante." Rinjani mulai malu dengan sikap David.

$Haii nak." Jawab Bagas.

Bagas dan Adisti berbincang bersama Arya dan juga ibu Santi mereka saling berkenalan dan bercanda ria David merasa senang kalau saja keluarga kekasihnya sangat menyambut hangat kedatangan kedua orang tuanya, setelah selesai berkemas Rinjani masuk ke dalam mobil David bersama thisa Angga dan juga Rani kedua orang tua mereka berada satu mobil bersama kedua orang tua David mereka segera melesat pergi jauh dari kediaman mewah Arya menuju tempat mereka untuk melepaskan penat dari rutinitas pekerjaan mereka. Brama dan Ken yang berada di dalam mobil yang sama segera menyusul mobil lain ketika melihat kepergian mereka dari rumah Rani yang sudah jauh berlalu Desta dan Dista ikut serta dalam perjalan keluarga Rinjani dan akan mengacaukan piknik keluarga Rinjani bersama David, tak lupa Dista mengajak Gisel dan juga Bastian untuk ikut serta dalam mengacaukan liburan mereka.

Arya sengaja membawa mereka ke sebuah villa yang cukup mewah miliknya untuk menikmati suasana kebun teh dan juga hamparan rumput yang luas membuat tempat ini sejuk dan juga nyaman, Dista sengaja menyewa villa dekat villa Rinjani dan David agar lebih mudah mengerjai mereka semua yang akan bersenang-senang David membantu Rinjani dan Rani membawa barang-barangnya masuk ke dalam kamar mereka masing-masing untuk segera istirahat dan akan makan malam bersama di taman belakang. Rinjani merebahkan tubuhnya sejenak untuk melepas lelahnya perjalanan yang cukup jauh dari kota Bandung menuju villa kakeknya, Rinjani berjalan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya dari keringat yang sangat lengket Anjani merendam tubuhnya cukup lama hingga membuatnya nyaman berada di dalam bathub dengan aroma sabun kesukaannya. Dua puluh lima menit berlalu Rinjani beranjak dari tempatnya berjalan menuju shower untuk membasuh tubuhnya dengan air hangat untuk menyengarkan tubuhnya dari rutinitas kuliahnya beberapa bulan ini, Rinjani mengeringkan rambutnya berjalan menuju balkon kamarnya yang langsung berhadapan dengan danau dan juga kebun teh yang luas matanya tercuci dengan sempurna dengan pemandangan yang indah di depannya Rinjani mengedarkan pandangannya melihat Dista dan juga teman-temannya berada di villa dekat penginapannya membuatnya kesal setengah mati dengan kedatangan mereka.

Rinjani segera mengganti baju santai dan berjalan keluar kamar menuju halaman rumah Rani yang sengaja melihat langkah kaknya yang tergesa-gesa segera berlari mengejar kaknya hingga melihat sebuah villa mewah dan Rinjani masuk ke dalam sana dengan wajah yang sangat kesal, Rinjani mengetuk-ngetuk pintu villa Dista dengan sangat keras bahkan sesekali Rinjani berteriak-teriak agar mereka keluar dari dalam Desta yang mendengar suara ribut-ribut di halaman villa segera berjalan membuka pintu dan mendapati Rinjani dengan wajah kesal di depan pintunya. Rani yang melihat kehadiran Desta di villa itu membuatnya terhuyung kebelakang hingga terjatuh menyambar sebuah pot bunga hingga pecah membuat kedua orang itu menoleh kearahnya, Rinjani sempat terkejut dan segera membantu Rani untuk berdiri dan melirik tajam kearah Desta.

"Sedang apa dia sini." Bisik Rani di telinga Rinjani.

"Gua juga nga tau paling dia ke sini mau mengacaukan liburan kita." Ucap Rinjani dengan nada sedikit tinggi.

"Kalau bicara jangan asal ngomong dong lagian yang mau mengacaukan liburan kalian siapa Kepedean banget." Timpal Desta berjalan menghampiri mereka.

"Rupanya Lohh nga berubah yahh sama saja seperti dulu." Ucap Rani dengan sinis.

"Nga usah buang-buang waktu meladeni dia ayo kita pulang Lohh butuh istirahat." Rinjani melirik sejenak lalu pergi bersama Rani segera.

Desta memasang wajah kesalnya dengan tingkah dua wanita cantik itu dan segera masuk ke dalam villa menutup pintunya dengan kasar, David yang tidak menemukan Rinjani dan Rani segera keluar halaman dan melihat mereka yang baru saja sampai di halaman villa dengan raut wajah masam.

"Malam-malam begini kalian dari mana aja." Sahut David berada di depan pintu.

"Dari villa sebelah." Jawab Rani dengan santai.

"Ngapain kalian ke sana." David mulai curiga dengan mereka.

"Di sana ada Desta dan juga teman-temannya." Rinjani berjalan masuk melewati David dan Rani

"Itu benar Rani." Tanya David dengan penasaran.

Rani mengganggukkan kepalanya berjalan masuk ke dalam villa tiba-tiba deru mobil yang tidak asing bagi mereka memasuki halaman villa nampak dua pria tampan baru saja turun dari dalam mobilnya membawa banyak bingkisan untuk semua orang, Ken memutar bola matanya malas melihat David berada di sebelah Rinjani yang begitu dekat Ken segera berjalan masuk tersenyum manis kepada Rani dan Rinjani berdiri di depan wanita pujaannya.

"Kalian nyusul ke sini." Tanya Rani mengandeng tangan Brama di depan semua orang.

"Biasa aja kali." Goda David dengan tawa kecilnya.

"Sirik aja luhh yuk masuk." Rani menarik tangan Brama dengan lembut mendahului mereka.

"Sudah lama kita tidak bertemu bagaimana kabar mu." Ucap Ken dengan wajah santainya.

"Baik gimana skripsi kalian lancar kan." Rinjani berjalan masuk bersama Ken.

Obralan mereka begitu asik hingga melupakan David yang berada di belakang mereka Rinjani sengaja memanasi kekasihnya agar lebih dekat dengan seniornya ini, David memasang wajah masamnya segera masuk ke dalam kamarnya menutup pintunya dengan kasar mengangetkan Rani dan Brama yang berada di luar kamarnya Rinjani tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah David yang begitu kesal kepadanya Rinjani segera menyusul langkah David ke dalam kamarnya berjalan keluar balkon memperhatikan David yang sedang asik menatap danau di bawah langit malam.

"Nga usah cemberut gitu luhh jelek tau." Ledek Rinjani duduk di sebelah David.

"Ngapain Lohh di sini udah sana temenin Ken saja bukanya kalian udah lama kan nga bertemu." Ucap David dengan sinis.

"Jadi Lohh cemburu sama Ken." Goda Rinjani menatap David.

Bulsh pipi David mulai timbul rona merah membuat Rinjani semakin gemas dengan kelakuan kekasihnya David segera memalingkan wajahnya dari Rinjani." Siapa yang cemburu sihh biasa aja kali." Kilah David menutupi pipinya.

"Nga usah bohong lagian gua suka kalau kau cemburu dengan Ken." Rinjani tersenyum manis mengecup pipi David dengan lembut.

David tersenyum dengan sikap manja Rinjani yang begitu mengemaskan yang sedang bergalut manja di lengannya memperhatikan langit malam yang sangat indah, waktu makan malam bersama telah tiba kini mereka semua berada di taman belakang villa tengah menyiapkan semua keperluan mereka yang akan memulai membakar daging dan memasak makan yang lain. Pihak wanita akan memasak makanan kesukaan para pria dan lelaki membakar daging dengan selera wanitanya mereka bergembira bersama diringi tawa di antara David dan juga Ken yang berantem tiap kali membantu Rinjani, kedua orang tua mereka merasa senang dengan kedekatan David bersama cucu anak kolongmerat terkaya di asia thisa dan Angga pun ikut bahagia dengan dua pasang kekasih itu yang sedang bertengkar kecil hanya karena soal rasa makanan membuat semua orang tertawa renyah melihat tingkah mereka.

Dari arah yang berbeda Desta dan yang lainnya tengah menyaksikan keseruan mereka yang makan malam bersama dan melihat kedekatan Rinjani bersama Ken dan juga David yang membuatnya kesal dan juga geram, berbeda dengan Desta Dista malah senang melihat kedekatan Rinjani dengan seniornya yang begitu tampan lagi-lagi pikiran liciknya mengerjai Rinjani dan Ken besok pagi berputar putar di otaknya segera masuk ke dalam kamarnya melihat keromantisan David dan juga Rinjani di depan semua orang.

Setelah makan bersama mereka semua masuk ke dalam kamarnya masing-masing untuk melepas lelahnya dan juga menyudahi tawa mereka dengan tingkah thisa dan Angga, Rinjani berjalan masuk ke dalam kamarnya deringan ponsel memberhentikan langkahnya melihat nama Dimas berada di layar ponselnya segera mencari tempat yang aman untuknya berbincang bersama asistennya dan segera masuk ke dalam kamarnya menguncinya dengan cepat duduk di balkon kamarnya.

"Halo." Ucap Rinjani.

"Halo lady infomasi yang anda inginkan sudah saya kirimkan lewat email lady." Ucap Dimas dengan serius.

"Bagus pastikan dia tidak akan ke mana-mana sampai acara liburan saya selesai dan saya mau kau mengawasi Desta dan juga teman-temannya yang berada di villa kakek paham kan." Tegas Rinjani.

"Paham lady." Ucap Dimas mematikan sambungan teleponnya.

Rinjani segera membuka email-nya dan melihat data pria itu dan juga data wanita yang akan mereka cari tahu esok nanti, Rinjani membulatkan matanya melihat data diri pria itu dan juga kedua orangtuanya yang berada di dalam foto genggamannya.

"Ini nga mungkin siapa dia." Lirih Rinjani tidak percaya hingga melepas telpon dari genggamannya.

Rinjani terus memperhatikan pria itu dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi membasuh wajahnya dengan air dingin beberapa kali foto itu kembali menghantui kepalanya terbayang-banyang dalam ingatannya hingga membuatnya berteriak sekeras-kerasnya berjalan keluar kamar mandi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur memejamkan matanya larut dalam mimpinya. Rinjani berada di dalam rumah sakit melihat wanita paruh baya tengah melahirkan seorang anak kembar dengan wajah yang sangat tampan Rinjani memperhatikan wajah wanita itu hingga terhuyung kebelakang terjatuh ke bawah lantai, wanita itu mengatur nafasnya seorang suster bertubuh semampai masuk ke dalam kamarnya membawa satu bayi tampan rasa aneh membuat ibu bayi itu bingung dengan suster yang membawa satu bayi saja.

"Suster di mana anak saya yang satunya bukankah mereka kembar." Tanya wanita itu.

"Maafkan saya ibu anak ibu yang satunya meninggal saat keluar." Ucap gugup suster itu.

Rinjani terus menyaksikan adengan mereka yang begitu dramatis bahkan ayah dari bayi itu dan juga seorang wanita cantik berada di dalam kamar yang sama, ibu bayi itu mulai kehilangan akal sehatnya hingga harus di larikan dalam rumah sakit jiwa Rinjani terus mengikuti mereka yang berada di alam mimpi melihat pria tampan tengah duduk menyaksikan ibunya berada di balik dinding rumah sakit jiwa dengan air mata membasahi pipinya. Rinjani melirik pria itu hingga membulatkan matanya melihat David berada di bangku rumah sakit jiwa bersama wanita cantik yang saat ini menjadi ibunya, ibu David mulai melukai dirinya hingga meminta kepada Adisti untuk segera menikahi suaminya dan menjaga keluarganya dengan baik David yang mendengar itu semua membuatnya kecewa dan pergi dari sana dengan perasaan yang sangat kacau dengan berat hati melihat ibunya meninggalkannya untuk selamanya dan memberikan posisinya kepada adiknya sendiri untuk menjaga anak dan juga suaminya sejak itu David mengalami perubahan hingga guncangan jiwa.

Rinjani tersungkur ke lantai menyaksikan kisah hidup David bersama ibu tirinya meski Adisti adalah Tante sekaligus ibunya David tidak pernah memperlakukan dia layaknya ibu sendiri, Rinjani menangis tersedu-sedu dengan kondisi kekasihnya yang masih belum menerima kehadiran Adisti di tengah-tengah keluarganya. Lagi-lagi Rinjani melihat seorang pria tampan yang harus hidup di balik jeruji penjara akibat mencopet dompet orang hingga masuk ke dalam penjara dan hidup dalam lingkungan panti asuhan, Rinjani pun melihat dua orang yang tidak asing baginya menyuruh pria itu untuk menyamar menjadi kekasihnya untuk menyerangnya dalam gudang gelap setelah dirinya di lepaskan oleh mereka.

"Jadi dia orangnya sialan." Rinjani mengepalkan tangannya berusaha terjaga dari tidurnya.

Rinjani membuka matanya secara perlahan mengedarkan pandangannya melirik ke sana kemari mencari cari siapa yang baru saja di lihatnya namun nihil dan Rinjani kembali terbangun dari tidurnya dan segera beranjak dari tempatnya berjalan masuk ke dalam kamar mandi membasuh wajah dan juga gosok gigi, sepuluh menit berlalu akhirnya Rinjani berjalan keluar kamar dengan baju santainya dan membawa tas berada di pundaknya menghampiri semua orang yang sedang sarapan pagi bersama dengan keluarganya. Rinjani duduk di sebelah kekasihnya tersenyum manis mengambil sarapan sendiri dan menuangkan jus jeruk kesukaannya melahap makanannya dengan santai seperti biasa David tidak bertanya atau sekedar menyapa mengingat peraturan dalam keluarga Rinjani yang tidak boleh berbincang dalam meja makan.

Setelah selesai dengan sarapannya Rinjani berpamitan kepada kakeknya ibu Santi dan juga Adisti dan om Bagas Rinjani berjalan menuju halaman rumah di mana Dimas beserta teman-temannya menunggunya untuk menjalankan misi tertundanya, David segera menyusul langkah Rinjani yang sudah jauh berada di halaman rumah dan melihat beberapa pria sedang berbincang dan mengunakan baju serba hitam.

"Kalian mau ke mana." Tanya David kepada Dimas.

"Tuan muda kami hanya ingin berjalan-jalan saja." Elak Dimas.

"Benarkah tapi kenapa Rinjani tidak membawaku bersama kalian." Ucap David penasaran.

"Sayang aku bukan nga mau ngajakin kamu cuman ini masalah penting kalau sudah selesai aku janji akan bawa kamu ke tempat kami ya." Ucap Rinjani dengan lembut.

"Baiklah." David mulai pasrah melihat wajah imut kekasihnya.

Rinjani segera naik ke atas motor trail Miliknya menancap gas dengan kecepatan tinggi menelusuri jalan yang rindang dekat villa David hanya memperhatikan mereka dari jarak jauh dan segera masuk ke dalam villa bergabung dengan mereka yang masih sarapan di atas meja, Bastian yang melihat Rinjani bersama teman-temannya yang tergesa-gesa segera berjalan masuk menghampiri Desta dan yang lain sedang sarapan pagi bersama.

"Lohh ngapain lari-lari gitu." Ucap Gisel menguyah makanannya.

"Tadi gua liat Rinjani sama teman-teman motor trailnya sedang pergi kearah hutan." Ucap Bastian dengan ngos-ngosan.

"Hutan." Lirih Dista.

"Mereka mau ke mana kok jalan ke hutan sihh." Tanya Gisel dengan polosnya.

"Bagus dong kalau Rinjani nga ada jadi gua bisa ngajak David jalan-jalan berdua." Ucap Dista dengan mata berbinar-binar.

Dista segera menyudahi sarapannya segera masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap tak mau kalah dengan Dista, Gisel pun masuk ke dalam kamar meninggalkan dua pria tampan yang sedang terpengaga dengan tingkah alay mereka, lima belas menit bersiap-siap Dista keluar kamar dengan pakaian santainya dan membawa tas selempang berjalan anggun menuju halaman rumah setelah selesai berdandan Gisel berjalan keluar kamar menyusul langkah Dista menuju villa David dan keluarganya. Thisa dan Rani yang sedang bersantai di halaman rumah melihat kedatangan mereka yang begitu rapih dan juga anggun berpandangan satu sama lain dan segera beranjak berjalan menghampiri mereka yang sedang berdiri di depan pintu villa nya.

"Sorry kita nga terima tamu seperti kalian." Ucap thisa berjalan dengan santai.

"Yang mau ketemu sama Lohh siapa." Ketus Gisel memalingkan wajahnya.

"Wahh atau jangan-jangan kalian ke sini mau ketemu sama pacar Rinjani." Ucap Rani memasang wajah datarnya.

"Nga usah ikut campur panggil saja David keluar." Kesal Dista.

"Lohh punya mulut kan Lohh panggil saja sendiri." Ledek Rani berjalan masuk menutup pintu dengan kasar.

"Kurang ajar Lohh Rani keluar nga." Teriak Dista di luar halaman.

Brama yang baru saja selesai berenang bersama Ken dan David memperhatikan thisa dan Rani yang begitu gembira dengan tawa di bibir manis mereka, Angga yang sedang menonton tv dan memakan cemilan sengaja melemparkan cemilannya ke wajah mereka dan kembali menonton film favoritnya.

"Angga Lohh sengaja ya." Kesal thisa menepuk kepala Angga.

"Auu sakit Lohh thisa." Ucap Angga meringis kesakitan.

"Habisnya Lohh itu ganggu kesenangan kita aja." Ucap Rani duduk di sebelah mereka.

"Kesenangan apa nihh." Timpal David berjalan masuk.

"Tuhh ada orang yang nyari Lohh sana liat dulu." Ledek thisa.

Thisa dan Rani tertawa kecil mengingat raut wajah Dista dan Gisel yang begitu kesal dengan mereka, Angga yang penasaran dengan orang itu segera menyusul langkah David ke halaman rumah David membuka pintu mendapati Gisel dan Dista di halaman villa mereka Angga melototkan matanya dengan kedatangan Dista di villa mereka.

"Lohh ngapain di sini." Kesal Angga berjalan mendahului David.

"Bukan urusan Lohh udah sana." Dista menyenggol sedikit tangan Angga hingga menyingkir tak jauh dari mereka.

"Lohh nga ada acara kan kita jalan bareng yuk." Ucap Dista dengan pedenya.

"Dihh nga salah luhh ngajakin pacar orang." Ketus Angga berjalan masuk ke dalam villa dan melirik kearah David." Gua saranin nga usah pergi bareng dia Dista memang selalu mendekati pacar Rinjani sampai mereka putus." Bisik Angga dan berjalan masuk ke dalam.

"Mendingan luhh balik sana gua lagi nga mau jalan sama siapapun." Sahut David dengan wajah masamnya menutup pintunya.

Lagi-lagi Dista merasa di remehkan oleh Angga dan juga teman-temannya yang membuat David merasa ilfill dengannya Gisel merasa kasihan kepada Dista yabg selalu saja di tolak oleh David mentah-mentah di hadapannya.

"Udah yuk pulang aja emang Lohh nga malu David udah nolak Lohh berapa kali." Ucap Gisel blak-blakan.

"Bisa nga Lohh dukung gua bukannya malah ledekin gua teman macam apa sihh Lohh." Kesal Dista berjalan meninggalkan Gisel.

"Dihh marah emang omongan gua benar kok." Ketus Gisel menyusul langkah Dista.

Lagi-lagi Dista merasa kesal dengan sikap acuh David yang selalu saja menolak ajakannya merasa tidak terima dengan perlakuan David Dista menghubungi seseorang untuk mengikuti Rinjani kemanapun dia pergi dan melaporkannya kepadanya, Rinjani yang baru saja tiba di sebuah gudang besar pinggir hutan segera memparkirkan motornya berjalan masuk ke dalam gudang yang cukup luas untuk mengeksekusi seseorang yang melanggar aturannya. Rinjani berjalan dengan santai duduk di sebuah kursi kayu menghadap ke arah pria yang tengah terluka di bagian wajahnya dan juga sedang terikat dengan sebuah tiang yang kokoh, Rinjani menyuruh ajudannya untuk memberikan dia sebuah kejutan Dimas segara menyiram air dingin untuk membuat dia bangun dari pingsannya seketika pria itu terbangun dari tidurnya dan berusaha menenangkan dirinya mengatur nafasnya membuka matanya secara perlahan melihat wanita cantik sedang duduk manis tersenyum manis kepadanya.

"Siapa kalian sebenarnya dan apa mau kalian." Teriak pria itu dengan lantang.

"Tenanglah nga usah buang-buang tenaga seperti itu." Ucap Rinjani dengan santai.

"Sekali lagi gua bilang siapa kalian dan apa mau kalian sebenarnya." Suaranya mulai terdengar serius.

"Wahh kau mulai mengerikan juga rupanya." Rinjani berjalan menghampirinya." Apa kau lupa siapa aku." Tanya Rinjani dengan tatapan sinisnya.

Pria itu memperhatikan wajah cantik Rinjani dengan seksama dan terpengaga dengan insiden dimana dirinya berusaha menyerang Rinjani di gudang persidangan waktu itu." K-kau kan wanita itu." Ucapnya dengan gugup.

"Pintar ternyata memori Lohh tanggap juga gua cuman mau nanya Lohh kenal dengan orang ini." Rinjani memperlihatkan foto seseorang.

"Kenapa dia begitu mirip dengan ku siapa dia." Lirih pria itu membulat kan matanya.

"Dia David pacar gua dia adalah saudara kembar Lohh." Ucap Rinjani.

Seketika kakinya melemas mendengar berita tentang David dan dirinya yang selama ini tidak diketahuinya, Rinjani menyuruh Dimas untuk melepaskan ikatannya dan mendudukkannya di kursi dan memberikannya makanan dan minuman untuknya. Pria itu langsung melahap makanan yang di berikan Dimas dengan lahap hingga habis tak tersisa bahkan Rinjani sampai tak percaya dengan semua ini yang begitu tiba-tiba dengan bertemu saudara kembar kekasihnya, Dafa mengusap lembut sudut bibirnya menggunakan tissue dan menyeka air keringatnya yang membasahi tubuhnya Rinjani terus memandangi wajah tampan Dafa yang begitu mirip dengan David kekasihnya hingga membuat Dafa merasa aneh dengan tatapan Rinjani.

"Lohh ngapain liat gua kek gitu." Ucapan Dafa membuat Rinjani salah tingkah.

"Nga usah kepedean gitu gua cuman mau memastikan saja kalau kau itu benar nga saudara kembar kekasih gua itu aja." Ucap Rinjani berusaha tenang.

"Lohh tau dari mana kalau gua yang menyerang Lohh waktu itu." Ucap Dafa penasaran.

"Nga usah tau setidaknya gua udah tau kalau Lohh di bayar dengan seseorang untuk menyerang ku hingga hubungan gua dengan David bermasalah kan." Tebak Rinjani menyilang kan dua tangannya ke dada.

Dafa tak sanggup berkata-kata karena itu semua benar Rinjani meminta kotak obat kepada Dimas untuk segera mengobati wajah Dafa yang mulai mengeluarkan cairan darah segar, Dimas memberikan kotak obat yang di inginkan Rinjani dan menyuruh mereka meninggalkan Rinjani berdua dengan Dafa di dalam ruangan ini Dimas segera mematuhi perintah Rinjani dan berjalan keluar bersama teman-temannya meninggalkan Dafa dan Rinjani berdua di dalam ruangan Rinjani. Rinjani memulai mengobati luka di wajah Dafa dengan telaten dan membalutnya dengan perban agar tidak infeksi Dafa memperhatikan wajah cantik Rinjani yang begitu pandai merawat lukanya dan Tersenyum simpul.

"Lohh balik bareng gua ketemu sama adik dan juga orang tua Lohh." Rinjani meletakkan kotak obat di atas meja.

"Apa nga kecepatan lagian mereka juga nga tahu kan kehadiran gua mereka pikir gua udah tiada." Ucap Dafa membenarkan posisinya.

"Siap atau tidak Lohh harus ketemu supaya nga ada salah paham lagi ngerti nga sihh Lohh." Ketus Rinjani melototkan matanya.

"Iya udah nga usah melototi gua kek gitu kali." Jawab Dafa dengan gugup.

Rinjani tertawa lepas dengan tingkahnya yang berusaha menakuti kak dari kekasihnya setelah mereka selesai berbincang dan juga bersiap-siap, mereka masuk ke dalam mobil melesat pergi dari gudang tanpa sepengetahuan orang lain Dafa sesekali melirik Rinjani yang fokus menatap ke depan Dimas melirik Dafa yang sedang memperhatikan nona mudanya dan hanya menggelengkan kepalanya. Hari mulai gelap Rinjani masih dalam perjalanan pulang bersama Dafa menelusuri jalan yang mulai sepi melewati hutan dan juga hamparan kebun teh, Rinjani mulai terlelap dalam tidurnya belum lama dirinya berada di dalam mimpi mobil mereka berhenti tiba-tiba hingga membuatnya tersungkur kebawah untung saja Dafa segera menangkap tubuhnya ke dalam pelukannya.

Dimas memperhatikan orang-orang yang keluar dari dalam mobil mereka dan mengetuk-ngetuk kaca mobil mereka, Dimas memberikan kode kepada nona mudanya agar berada di dalam selama pertarungan mereka Rinjani hanya mengganggukkan kepalanya mengerti dengan permintaan asistennya yang bisa di andalkan. Dafa mulai tegang dengan situasi ini dan menatap Rinjani yang begitu santai dengan menyaksikan asistennya sedang bergelut dengan beberapa pria bertubuh kekar, merasa kasihan kepada Dimas Dafa segera turun dari dalam mobil namun di cegah oleh Rinjani dan mendapatkan tatapan tajam dari manik mata Rinjani seketika nyali Dafa menciut dan kembali duduk di posisinya. Dimas mulai kewalahan menghadapi mereka yang lumayan banyak Rinjani segera turun untuk membantu asistennya Rinjani memberikan satu bogem mentah tepat di wajah salah satu dari mereka, tak mau kalah mereka kembali menyerang Rinjani beramai-ramai dan mudah di tepis oleh Rinjani Dimas terus menepis hingga membuat beberapa dari mereka patah tulang dua puluh menit lamanya pertarungan mereka akhirnya Rinjani berhasil membuat semua musuhnya tersungkur tak berdaya dengan lumuran cairan merah segar dan patah tulang.

Dafa mulai kagum dengan wanita yang berada di hadapannya dengan mudah melumpuhkan lawannya hanya dengan waktu yang singkat, Dimas dan Rinjani segera masuk ke dalam mobil setelah mengambil salah satu ponsel dari mereka melesat pergi dari lokasi kejadian Rinjani berusaha mengatur nafasnya yang mulai tak karuan Dafa membuka air minum mineral dan memberikan kepada Rinjani diapun menghabis hanya dalam satu tegukan.

Di villa David begitu khawatir dengan keadaan Rinjani yang sampai saat ini belum juga kembali dan hari mulai semakin gelap David terus menunggu kedatangan Rinjani di depan halaman rumahnya, Dista yang melihat wajah cemas David segera menghampirinya tersenyum manis kepada David duduk di sebelahnya.

"Nungguin Rinjani ya."

"Ngapain sihh Lohh di sini." Ketus David memalingkan wajahnya.

"Nemenin luhh dari pada kau sendiri lebih baik gua temanin kan." Ucap Dista dengan pedenya.

"Yang minta di temani sama Lohh siapa sihh pergi nga gua malas liat Lohh." David beranjak dari duduknya.

"Kenapa sihh Lohh nga pernah bersikap baik sama gua." Dista mulai memasang wajah sedihnya.

"Karena Lohh emang bukan wanita baik-baik." Hardik David membuat Dista kesal dan segera pergi.

David hanya diam saja dan kembali duduk menunggu kedatangan Rinjani yang belum juga menampakkan wajahnya hampir setengah jam berlalu deru mobil mewah memasuki halaman villa mereka, David segera beranjak dari duduknya menuju pintu villa dan membukanya nampak Rinjani bersama seorang pria tampan yang membuatnya terhuyung kebelakang hingga tersungkur ke lantai yang dingin Rinjani segera membantu David untuk berdiri dan menenangkan perasaan kekasihnya yang masih tidak percaya melihat Dafa yang begitu mirip dengannya. Adisti yang baru saja keluar dari kamar melihat keramaian di halaman rumah segera berjalan keluar dan mendapati Dafa Rinjani dan David sedang bertatapan tak karuan membuat Adisti tak percaya dan tersungkur kebawah tak sadarkan diri Ken dan Brama yang tak jauh dari tempat Adisti segera membawanya masuk ke dalam kamarnya namun mata mereka melihat Dafa berdiri di depan pintu hingga membuat mereka tercengang tak percaya.

"Ayo masuk." Rinjani mempersilahkan Dafa untuk masuk ke dalam.

"Baiklah." Jawab Dafa berjalan masuk ke dalam.

Brama dan Ken masih tidak percaya dengan semua ini hingga melupakan mama David yang tergeletak di bawah lantai David segera menghampiri mamanya yang pingsan.

"Mama kenapa." Tanya David kepada Ken.

"Gua juga nga tau habis lihat dia nyokap Lohh langsung pingsan." Ucap Brama melirik Dafa.

"Gua minta tolong bawa mama masuk dan panggil papa untuk segera keluar." Pinta David menghampiri Rinjani.

"Jelasin sama aku siapa dia dan kenapa wajahnya begitu mirip dengan ku." Ucap David tak percaya.

"Kamu tenang dulu nanti biar papa kamu aja yang jelasin ya." Rinjani menggenggam tangan David erat-erat.

Tak berselang lama Bagas berserta Ken dan Brama menghampiri Rinjani dan David yang berada di ruang tengah bersama Dafa, Bagas yang bingung dengan sikap Ken dan Brama hanya mengikutnya keluar dan mendapati Dafa berada di tengah-tengah Rinjani dan David membuatnya terkejut tak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang.

"Dafa." Lirih Bagas berjalan memeluk erat tubuh putranya.

David merasa aneh dengan sebutan Dafa dari bibir papanya yang merasa kalau dia adalah orang selama ini di nantinya." Pa ada apa ini sebenarnya siapa dia kenapa dia begitu mirip dengan ku." Sahut David.

"Maafkan papa kalau selama ini belum cerita soal kak kamu tapi papa juga bingung kenapa dia masih hidup setahu kami Dafa sudah tiada sejak kalian di lahirkan." Bagas melepas pelukannya..

"Jadi papa tau kalau dia ini saudara kembar David tapi kenapa kalian tidak pernah bilang." Bentak David.

"Kamu tenang dulu aku pernah ceritakan sama kamu kalau ada seorang pria yang begitu mirip dengan mu menyerang ku di dalam gudang ingatkan."

"Iya lalu apa hubungannya dengan dia."

"Ya dialah orangnya yang aku rasa itu adalah kamu makanya aku bersikap dingin seperti itu jadi aku menyuruh Dimas untuk mencari tahu tentang dia dan benar kalian itu saudara kembar yang terpisah dari bayi karena suster yang membantu persalinan ibu Lia berbohong tentang kematian Dafa untuk kepentingannya sendiri." Terang kali lebar Rinjani.

David tak percaya kalau dia adalah saudaranya yang membuat mamanya pergi meninggalkannya dan merasa kasihan dengan kehidupan kaknya yang sebagai pencopet dan juga harus tinggal di panti asuhan sejak kecil, Rani dan yang lainnya awalnya terkejut dengan kehadiran Dafa yang tiba-tiba saja datang dalam kehidupan David dan keluarganya Adisti merasa senang dengan kepulangan Dafa yang selama ini mereka tunggu-tunggu dan memeluk erat tubuh keponakannya dan juga anaknya sendiri. Dafa merasa kasih sayang keluarga seutuhnya dan merasa bahagia mempunyai David yang bisa menerimanya di dalam keluarganya bahkan thisa terpesona dengan ketampanan Dafa yang tak kalah jauh dari kekasih Sahabatnya, Rinjani berjalan keluar halaman duduk di depan kolam ikan yang memperlihatkan indahnya malam Dafa mencari keberadaan Rinjani dan segera berjalan keluar melihat Rinjani sedang duduk termenung di depan kolam ikan seorang diri.

"Sedang apa kau di sini." Ucap Dafa.

"Liat orang lagi berantem." Ucap Rinjani dengan tawa kecilnya.

"Lohh buta ya yang ada di sini kan cuman kolam ikan mana orangnya." Sahut Dafa yang merasa bingung.

Rinjani tertawa terbahak-bahak dengan ekspresi wajah polos Dafa." Lohh itu bodoh atau gimana sih udah tau cuman kolam ikan doang malah nanya lagi." Rinjani terus tertawa di bawah indahnya malam.

"Lohh cantik kalau sedang Tertawa." Lirih Dafa.

"Makasih gua emang cantik kok." Ucap Rinjani tersenyum manis.

Hari semakin larut Rinjani dan Dafa berjalan masuk ke dalam kamar mereka masing-masing tanpa sepengetahuan mereka satu pasang mata dari jarak jauh sedang memperhatikan mereka yang begitu sangat bahagia dengan tawa di setiap obrolan mereka membuatnya cemburu dan mengepalkan tangannya masuk ke dalam kamarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!