Abraham, Dayat dan Eko sedang menghadapi masalah lainnya. Mereka yang ingin menyusul Asyila serta Eko dengan terpaksa menundanya dikarenakan jalanan kota Bandung cukup ramai.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi melalui sinyal milik istrinya itu, Abraham nampak khawatir.
“Lebih cepat lagi!” pinta Abraham pada Edi.
Entah berapa kali Abraham meminta Edi untuk lebih cepat lagi dan lagi.
“Itu mobil mereka!” tunjuk Abraham pada sebuah mobil yang terparkir bebas di area perhutanan.
Ketika mobil telah terhenti, dengan cepat Abraham bergegas turun untuk mencari keberadaan sang istri dan juga sopir pribadinya.
“Asyila!” Abraham berlari secepat mungkin ketika melihat istri kecilnya sibuk mengikat orang-orang yang dari kejauhan tidak sadarkan diri.
Asyila mendongakkan kepalanya dan refleks melepaskan tangannya yang memegangi tali untuk mengikat orang-orang yang ingin mencelakakan dirinya serta Eko.
“Apakah Syila terluka?” tanya Abraham dan langsung menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya.
Asyila bisa merasakan kepanikan dari sang suami. Terbukti, pelukan sang suami terasa sang kencang dan Asyila bisa merasakan tubuh suaminya gemetar.
“Asyila tidak apa-apa, Mas. Untungnya ada seorang pria yang menyelamatkan kami,” jawab Asyila terpaksa berbohong pada sang suami karena tak ingin jika sang suami semakin khawatir terhadap dirinya.
“Lalu, dimana pria itu?” tanya Abraham tanpa berniat melonggarkan pelukannya.
Dayat dan Edi mulai membawa para penjahat itu menuju mobil.
“Pria itu menghilang begitu saja, Mas.”
“Siapapun dia, kita berhutang padanya,” tutur Abraham. Lalu, Abraham menggendong tubuh sang istri.
“As-asyila bisa jalan sendiri, Mas,” ucap Asyila yang tidak ingin jika yang lainnya sampai melihat bagaimana Abraham memperlakukan dirinya.
“Jangan hiraukan mereka,” balas Abraham.
Abraham belum tahu jika lengan istri kecilnya terluka, ia hanya fokus memperhatikan wajah sang istri yang begitu kotor.
****
Di rumah.
Sore itu Asyila banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar, ia berharap untuk sementara waktu sang suami tidak mendekat pada dirinya.
Dikarenakan, Asyila masih menyembunyikan luka di lengan yang panjangnya sekitar 3 cm.
Abraham yang berada di ruang keluarga terus saja menunggu kabar dari Dayat. Abraham sangat penasaran siapa orang yang ingin mencelakakan istri serta sopir pribadinya.
“Tuan muda Abraham!” Eko lagi terbirit-birit mendekati Abraham yang sedang duduk melamun seorang diri.
“Hmmmm...”
“Diluar ada seseorang yang mencari tuan muda,” jelas Eko sembari mengatur napas.
“Suruh dia masuk!” perintah Abraham.
“Siap, tuan muda,” balas Eko.
Pria yang dimaksudkan oleh Eko akhirnya masuk ke dalam untuk menemui Abraham.
Abraham segera bangkit dari duduknya untuk menyapa pria tersebut. Dan betapa terkejutnya Abraham ketika tahu bahwa pria yang ada dihadapannya adalah sepupu jauh dari China.
“Cheng? Apakah ini kau?” Abraham langsung memeluk sepupu jauhnya yang sudah belasan tahun lalu tidak pernah bertemu.
“Syukurlah kamu masih mengingatku, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Chen.
“Alhamdulillah. Seperti yang kamu lihat sekarang!” seru Abraham dan mengajak Chen untuk duduk bersama dirinya.
Asyila yang berada di dalam kamar samar-samar mendengar suara orang yang sedang mengobrol.
Karena penasaran, Asyila pun memutuskan untuk turun.
“Mas Abraham...” Asyila menghampiri sang suami yang terlihat asyik mengobrol.
Abraham dan Chen kompak menoleh ke arah Asyila yang baru saja tiba di ruang keluarga.
“Sebentar,” ucap Abraham pada Chen. Kemudian, Abraham beranjak dari duduknya untuk menghampiri sang istri tercinta.
“Siapa pria itu, Mas? Apakah salah satu sahabat Mas?” tanya Asyila karena sebelumnya pria yang duduk di sofa dengan mata sipitnya tak pernah terlihat sekalipun disekitar Abraham.
“Perkenalkan, ini sepupu Mas yang tinggal di daratan China,” jelas Abraham.
Chen tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Asyila.
Asyila hanya membalasnya dengan senyuman tanpa membalas jabatan tangan dari Chen.
“Maaf,” ucap Asyila.
“Santai saja,” balas Chen yang paham dengan alasan Asyila tidak membalas jabatan tangan darinya.
“Mas, Asyila permisi ke dapur untuk membuatkan minuman!”
“Baiklah, terima kasih istriku,” ucap Abraham.
Asyila melenggang pergi menuju dapur untuk segera membuatkan minuman.
“Akkhh...” Asyila mencoba menahan rasa sakit di lengannya karena sayatan senjata tajam dari pria yang mencoba menusuk tubuhnya.
Lengan ku benar-benar terasa sakit. Aku tidak ingin Mas Abraham sampai tahu.
Dengan sekuat tenaga, Asyila mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja seperti tak ada hal yang terjadi kepada dirinya.
Usai menyuguhkan minuman, Asyila pamit kembali ke kamar.
Perbincangan hangat Abraham dan Chen terus berlanjut, ternyata kedatangan Chen ke Indonesia dikarenakan bisnis yang sedang ia geluti.
Abraham terlihat begitu senang karena Chen akhirnya bisa kembali mengeluti dunia bisnis setelah insiden kebangkrutan yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
“Maafkan aku tidak bisa berlama-lama disini, aku harus kembali ke hotel untuk persiapan kembali ke China besok pagi,” terang Chen.
“Jika ada waktu, main-main lah kemari!”
Chen mengiyakan dan merekapun berpelukan untuk kembali berpisah.
“Ayah!” Ashraf yang baru saja main bergegas menghampiri Abraham, “Ayah gendong!” pinta Ashraf yang terlihat begitu manja dihadapan Abraham.
Chen yang belum sempat pergi terpesona melihat kelucuan dari Ashraf.
“Apakah ini putramu?” tanya Chen.
“Iya, ini putra keduaku, Ashraf Mahesa,” jelas Abraham.
“Bolehkah aku menggendongnya?” tanya Chen yang sangat gemas dengan kelakuan Ashraf.
Abraham tidak langsung mengiyakan, ia lebih dulu meminta pendapat dari Ashraf.
Ashraf langsung mengiyakan dan tanpa pikir panjang, Chen menggendong tubuh Ashraf.
“Panggil aku Paman Chen!” pinta Chen pada Ashraf.
“Paman? Paman Chen?” Ashraf mengulangi ucapan pria yang menggendongnya.
“Yup, Paman Chen,” sahut Chen.
Chen sangat menyukai yang namanya anak kecil. Baginya anak kecil adalah kehidupan yang menakjubkan, hati mereka murni dan yang paling penting anak kecil tidak bisa berbohong.
“Paman sebenarnya ingin menghabiskan banyak waktu bersama Ashraf. Akan tetapi, Paman harus segera pergi,” ucap Chen dengan menirukan suara anak kecil.
“Besok kesini lagi ya Paman Chen!” pinta Ashraf yang dengan cepat akrab kepada Chen.
Abraham setengah terkejut mendengar perkataan buah hatinya. Ashraf bukanlah anak yang gampang dekat dengan orang lain, apalagi perkenalkan mereka sangat singkat.
“Paman pergi dulu, Ashraf. Assalamu'alaikum!”
“Wa’alaikumsalam,” balas Abraham dan Ashraf kompak.
Ashraf berdiam di tengah pintu sembari memperhatikan punggung Chen yang perlahan menjauh dan akhirnya masuk ke dalam mobil.
“Paman Chen sudah pergi, Nak,” ucap Abraham dan menggendong tubuh kecil sang buah hati.
Ashraf mengangguk dan memeluk tengkuk leher Sang Ayah.
“Ayah....” Ashraf meletakkan kepalanya di pundak Abraham.
“Ashraf pasti mengantuk! Kalau begitu kita ke kamar sekarang juga,” tutur Abraham dan membawa putra kecil masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar Asyila masih sibuk membalut lengannya dengan kain kasa.
“Syila!” Abraham masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat lengan istri kecilnya terluka.
Asyila terkejut hingga obat merah serta kain kasa ditangannya terlepas.
Abraham 💖 Asyila
Mohon untuk memberikan dukungan berupa Like 💖 dan komen kalian.
Eitss... Tambahkan favorit 💖 juga ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Nurdiana Tjotjona
lanjuut
2021-04-17
0
Happyy
😲😲😲
2021-04-16
0
Yeni Mistuti
lnjut thor
2021-04-16
0