Abraham terlihat sedikit tak tenang setelah mendapat kabar bahwa nenek kesayangannya sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Asyila sebagai istri berusaha menenangkan sang suami dan mencoba membuat hati suaminya itu tidak terlalu kepikiran dengan sakitnya sang nenek.
Arsyad yang juga tahu tentang kesehatan nenek buyutnya ikut khawatir dan hanya diam sembari memeluk Bundanya yang duduk tepat disebelahnya.
“Bunda...” Panggil Ashraf yang terlihat begitu mengantuk. Ashraf yang semula duduk di sampingnya Bundanya langsung bergeser dan naik di atas pangkuan Bundanya tercinta.
“Ashraf mau tidur?” tanya Asyila dengan penuh perhatian.
“Iya...” Ashraf menjawabnya dengan begitu lirih dan tak butuh waktu lama Ia tidur pulas di atas pangkuan Asyila.
Eko yang sedang menyetir mobil lebih memfokuskan perhatiannya pada jalan raya di hadapannya. Eko berharap nenek dari tuannya baik-baik saja dan sembuh seperti sediakala setelah kedatangan keluarga kecil dari tuannya.
“Arsyad sama Ayah ya sayang!” Abraham langsung mengangkat tubuh putra pertamanya dan meletakkannya di atas pangkuannya.
“Ayah senyum!” pinta Arsyad karena melihat sang ayah banyak diam dan pelit senyum.
Abraham mengangguk kecil dan perlahan senyumnya melebar ke arah putra pertamanya.
“Boleh Asyila bersandar di bahu Mas?” tanya Asyila.
“Tentu saja boleh, sini bersandar lah!”
Beberapa saat kemudian.
Mobil berhenti tepat di depan rumah milik Abraham setelah melewati gerbang yang cukup tinggi.
Raut wajah Abraham semakin sedih saat mendapati pintu rumah terbuka lebar tanpa ada senyum dari sang nenek tersayang.
“Jangan sedih Mas,” ucap Asyila sembari mengelus bahu sang suami.
Abraham tersenyum tipis sambil mengangguk kecil dan tanpa berpikir panjang, ia turun dari mobil bersama Arsyad serta disusul pula oleh Asyila dan putra keduanya yang baru saja bangun dari tidur.
“Selamat datang tuan muda Abraham dan nona Asyila!” sapa para pembantu rumah tangga menyambut kedatangan sepasang suami istri tersebut.
“Assalamu’alaikum!” Abraham serta keluarga kecilnya bersama-sama mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah.
“Wa’alaikumsalam,” jawab mereka yang sedari tadi berdiri menyambut kedatangan Abraham serta keluarga kecilnya.
Abraham merangkul pinggang sang istri dan mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam. Tujuan pertama Abraham adalah kamar sang nenek yang dari kejauhan tampak terbuka lebar.
“Nek yut!” Arsyad berlari masuk ke dalam kamar nenek buyutnya dengan mata berkaca-kaca.
“Ikut,” ucap Ashraf dan ikut berlari kecil menyusul sang kakak.
Di dalam kamar, rupanya sang nenek sedang tertidur. Arsyad yang pertama masuk kamar melihat nenek buyutnya tidur dengan refleks ia terdiam dan memilih ikut berbaring di samping nenek buyutnya.
Ashraf pun ingin naik di ranjang tempat tidur nenek buyutnya. Namun, kakinya masih terlalu pendek dan untungnya ada sang ayah yang membantunya naik ke tempat tidur.
“Kalian sudah datang,” ucap Erna lirih.
“Iya nek, nenek lebih baik lanjut tidur saja. Kami akan menunggu nenek sampai benar-benar bangun,” tutur Asyila dan mencium punggung tangan Erna dengan begitu hati-hati.
Abraham mendekat dan mencium punggung tangan sang nenek yang sudah keriput dimakan usia.
“Cicit-cicit nek yut yang tampan ini sudah besar-besar, nek yut ingin sekali hidup lebih lama bersama kalian,” ucap Erna yang masih berbaring di tempat tidur.
Arsyad yang mengerti dengan ucapan nenek buyutnya langsung menangis dan langsung memeluk lengan nenek buyutnya dengan begitu kuat.
Ashraf yang belum mengerti dengan ucapan nenek renta itu hanya bisa diam sambil mengikuti sang kakak yang sedang memeluk lengan nenek buyut mereka.
“Nenek jangan terlalu memikirkan hal seperti itu, sekarang nenek istirahat. Abraham, Asyila dan anak-anak permisi ke kamar dulu untuk mengganti pakaian. Setelah itu, kami akan menemani nenek,” terang Abraham.
“Sayang.. Kenapa menangis?” tanya Asyila mendekati putra pertamanya yang terus saja menangis.
“Arsyad tidak mau nek yut meninggal,” jawab Arsyad begitu polosnya.
Deg!
Abraham dan Asyila saling memandang serta terdiam sejenak mendengar jawaban dari Arsyad.
Erna tertawa kecil dan membelai lembut rambut Arsyad, “Nenek juga belum mau meninggal, Arsyad. Sekarang Arsyad ajak adik Ashraf ke kamar untuk ganti baju. Kemudian, kalian semua makan siang bersama terlebih dahulu!” perintah Erna.
“Baik nek yut,” balas Arsyad dan perlahan turun dari tempat tidur serta diikuti oleh Ashraf yang juga turun dari tempat tidur.
Keluarga kecil itu pun bergegas meninggalkan kamar sang nenek untuk segera berganti pakaian.
Malam hari.
Asyila sedang berada di dalam kamar sang nenek, malam itu Asyila tengah mengoleskan minyak oles ke punggung Erna.
“Terima kasih, Asyila. Punggung nenek sekarang terasa sangat hangat,” ucap Erna pada Asyila.
“Nenek cepat sembuh ya!” pinta Asyila dan memeluk tubuh Erna.
Erna tertawa kecil dan membalas pelukan hangat cucu menantu kesayangannya.
“Nek yut!” panggil Arsyad sambil membawa nampan yang berisi air hangat.
Melihat buah hatinya membawa nampan berisi air hangat, Asyila bergegas turun dari ranjang dan mengambil alih untuk membawa nampan tersebut.
“Terima kasih sayang,” ucap Asyila dan tak lupa mengecup kening putra pertamanya, “Arsyad kenapa belum tidur?” imbuh Asyila bertanya pada Arsyad.
“Arsyad mau tidur disini,” jawab Arsyad.
“Arsyad yakin mau tidur disini sama nek yut?” tanya Erna memastikan bahwa Arsyad tidak ragu untuk tidur bersama dirinya.
“Yakin,” jawab Arsyad singkat dengan tatapan serius.
Asyila tersenyum bangga dengan reaksi dari putra pertamanya.
Rasanya aku masih belum bisa jauh-jauh dari Arsyad. Tapi, mau bagaimana lagi?
Putraku bersama Mas Abraham ingin sekali sekolah disini.
“Kamu kenapa melamun, Asyila?” tanya Erna.
Asyila terkesiap dan dengan hati-hati memberikan gelas yang berisi air hangat.
“Diminum ya nek.”
Erna mengangguk dan mulai meminumnya sampai habis. Kemudian, ia kembali merebahkan tubuhnya untuk bersiap-siap tidur.
“Bunda tinggal ya sayang!”
“Siap Bunda!” seru Asyila dan merebahkan tubuhnya tepat di samping nenek buyutnya.
Asyila keluar kamar dan tak lupa kembali menutup pintu kamar.
“Syila...” Abraham tiba-tiba muncul dan hampir membuat Asyila terjatuh.
“Mas hampir sajamembuat Asyila terjatuh,” keluh Asyila dengan mengelus dadanya yang hampir saja jantungan.
“Maaf. Apakah Arsyad di dalam?” tanya Abraham sembari menyentuh pipi mulus Asyila.
“Iya, Mas. Arsyad malam ini ingin tidur bersama nenek.”
“Karena Arsyad ingin tidur bersama nenek, ya sudah tidak apa-apa. Ayo tidur!” ajak Abraham dan merangkul pinggang Asyila.
Asyila mengiyakan dan keduanya pun bergegas menuju kamar.
Ketika Abraham dan Asyila masuk ke dalam kamar, mereka terkejut mendapati Ashraf yang sudah tertidur pulas di lantai.
“Kenapa tidur di lantai sayang?” tanya Abraham sembari mengangkat tubuh putra keduanya.
Ashraf yang semula tidur, terkejut dengan suara yang ditimbulkan oleh Sang Ayah. Wajahnya langsung memerah dan siap-siap untuk menangis.
“Maafkan Ayah ya sayang. Ayah tidak sengaja membangunkan Ashraf,” ucap Asyila membela suaminya sekaligus mencegah putra keduanya menangis.
“Iya,” jawab Ashraf begitu polosnya dan kembali memejamkan mata.
Abraham bernapas lega dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena kesigapan sang istri mencegah putra kedua mereka menangis.
“Tidur yang nyenyak sayang,” ucap Abraham setelah meletakkan tubuh Ashraf di tempat tidur.
Abraham 💖 Asyila
Like ❤️ jgn lupa 🙏🙏 komen 👇 lanjut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
♂️^™℘ℏ!n❡°б.Аямў™^🔰
pinter arsyad.
kata2 gitu dapet dari mana nak??
2021-03-11
5
Happyy
😘😘😘😘
2021-03-09
0
Ika Sartika
akhirnya yang ditunggu-tunggu up juga...
semangat ya thorrr ❣️❣️
2021-03-08
0