Ema tengah sibuk menyiapkan makanan untuk keluarga kecilnya serta keluarga kecil sahabatnya, Asyila.
“Mama, aku mau itu!” pinta Kahfi sambil menunjuk sosis goreng yang di goreng oleh Ema.
“Ini sayang, makannya pelan-pelan saja!” perintah Ema sembari memberikan sosis goreng pada Kahfi.
“Terima kasih, Mama.”
Setelah mendapatkan sosis goreng keinginannya, ia pun duduk dan mulai menikmatinya.
Setelah habis, ia memutuskan untuk menghampiri Ashraf yang hanya bersebelahan rumah.
“Mau kemana sayang?” tanya Ema ketika melihat Kahfi melangkah menjauh.
“Mau main sama Ashraf,” jawab Kahfi dan melanjutkan langkahnya.
“Jangan lari-lari, kalau main jangan nakal ya sayang!” teriak Ema pada buah hatinya yang terus berjalan keluar.
“Iya Mama!” seru Kahfi.
Ashraf dan Kahfi memang lahir di hari dan tahun yang sama. Hanya beda waktu saja diantaranya keduanya. Ashraf lagi disiang hari sementara Kahfi di malam hari.
Ketika mereka bermain bersama, banyak yang mengira Ashraf dan Kahfi anak kembar.
“Kak Arsyad, Ashraf mana?” tanya anak laki-laki yang usianya sama dengan usia Ashraf 3 tahun 4 bulan.
“Ada di dalam, sini kakak antar!” Arsyad memegang tangan Kahfi dan membawanya masuk ke dalam.
Kahfi tak lupa mengucapkan salam sebelum masuk ke rumah. Hal itu sudah diajarkan oleh kedua orangtuanya sedari dia belum bisa berbicara.
Arsyad masih memegangi tangan Kahfi untuk mencari adiknya dan akhirnya mereka menemukan Ashraf yang tengah berada di ruang keluarga bersama Asyila.
“Kahfi!” Ashraf yang tak sengaja melihat Kahfi beranjak dari duduknya dan mendekati Kahfi, “Mau?” tanya Asyila Ashraf dan dengan senangnya memberikan permen rasa strawberry kepada Kahfi.
“Terima kasih,” balas Kahfi setelah mendapatkan permen dari Ashraf.
“Arsyad tolong jaga Ashraf dan Kahfi ya! Bunda mau ganti baju dulu,” ucap Asyila.
“Baik, bunda.”
Asyila pun bergegas menuju kamar untuk segera berganti pakaian karena akan makan siang bersama Ema.
“Akhh!” Asyila menjerit ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik baru saja memasuki kamar, “Mas selalu membuat Asyila terkejut,” ucap Asyila yang tak habis pikir dengan hobi suaminya yang selalu mengejutkan dirinya.
“Mau bagaimana lagi? Arsyad dan Ashraf pasti akan kesal kalau Mas mengangetkan mereka,” balas Abraham dengan santainya.
“Apakah Mas senang?”
“Tentu saja, apalagi melihat ekspresi wajah natural Asyila!”
Asyila memanyunkan bibirnya dan mencubit kedua pipi sang suami dengan sedikit kencang.
“Apakah sakit?” tanya Asyila setelah mencubit pipi sang suami.
“Tidak,” jawab Abraham singkat dan menggendong sang istri menuju ranjang.
“Mas, jangan sekarang. Siang ini Ema mengundang kita untuk makan siang bersama.”
Abraham menepuk jidatnya karena baru ingat bahwa Yogi pun mengundangnya untuk makan siang bersama.
“Melihat Mas seperti ini, pasti Mas sudah ingat, 'kan?”
Abraham mengiyakan dan menarik tubuh istri kecilnya agar segera bangkit dari ranjang.
“Sudah hampir jam 1, kalau begitu ayo kita ganti pakaian!”
***
Abraham dan Asyila sudah mengganti pakaian mereka. Senyum mereka mengembang sempurna ketika melihat bagaimana Arsyad menjaga Ashraf dan Kahfi.
“Sayang, ayo berangkat!” ajak Abraham memanggil Arsyad dan Ashraf.
“Baik, Ayah!” seru Arsyad. Arsyad pun menggandeng tangan Ashraf dan Kahfi layaknya seorang kakak yang menjaga adik-adiknya.
“Arsyad memang bisa diandalkan,” ucap Abraham berbisik di telinga sang istri.
Sebelum pergi meninggalkan rumah, Abraham terlebih dulu mengunci pintu. Kemudian, barulah mereka pergi menuju kediaman Yogi dan Ema.
“Papa!” Kahfi berteriak kegirangan ketika melihat mobil Yogi baru saja tiba.
“Kahfi jangan lari!” perintah Arsyad yang masih menggenggam tangan Kahfi.
Kahfi yang ingin berlari akhirnya mengurungkan niatnya dan tetap berjalan mengikuti Arsyad dan juga Ashraf.
“Assalamu’alaikum,” ucap Abraham dan Asyila ketika melihat Yogi baru saja turun dari mobil.
“Wa’alaikumsalam,” balas Yogi dan memeluk tubuh sahabatnya sekilas.
Ema berlari kecil ketika mendengar suara mobil milik suaminya. Senyumnya semakin mengembang ketika melihat keluarga kecil dari sahabatnya telah tiba.
“Abang,” ucap Ema sembari menghampiri sang suami. Kemudian, ia mencium punggung tangan suaminya yang baru saja tiba.
“Ini aku membawakan baby crab untukmu,” ujar Asyila sambil menyerahkan paper bag yang berisi baby crab crispy.
“Terima kasih, beberapa hari yang lalu aku menginginkannya. Dan ternyata, kamu membawakannya untukku. Karena kalian sudah datang, mari masuk dan kita akan makan siang bersama!” ajak Ema.
Arsyad melepaskan genggamannya dan dengan cepat Kahfi menghampiri Papa nya yang siap untuk menggendongnya.
“Kahfi hari ini tidak nakal, 'kan?” tanya Yogi.
“Tidak,” balas Kahfi.
Mereka tidak langsung menikmati makanan. Mereka terlebih dulu berbincang-bincang di ruang tamu membahas hal-hal yang menurut mereka pantas untuk diperbincangkan.
“Oya Syila, apakah kamu serius dengan keinginan Arsyad?” tanya Ema penasaran.
“Aku tidak bisa melarang keinginan Arsyad. Lagipula Arsyad tinggal bersama nenek buyutnya,” jawab Asyila.
Beberapa hari yang lalu, Arsyad tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk tinggal dan bersekolah di Jakarta.
Ia ingin tinggal bersama nenek buyutnya serta kedua orang tua dari bundanya.
Abraham dan Asyila menghormati keinginan putra kecil pertama mereka.
“Bunda!” panggil Ashraf dan dengan santainya naik di atas pangkuan Asyila.
Melihat Ashraf duduk di pangkuan Bundanya, membuat Kahfi ingin merasakannya juga. Ia pun dengan cepat naik di pangkuan mamanya, Ema.
“Kalian ini seperti anak kembar,” celetuk Ema.
“Aku setuju!” seru Asyila dan tertawa kecil.
Melihat dan mendengar perbincangan mereka semakin seru, membuat Yogi memutuskan untuk masuk ke kamar. Ia harus mengganti pakaiannya yang mulai terasa gerah.
“Ayah, Arsyad mau dipangku seperti Ashraf dan Kahfi,” bisik Arsyad pada sang Ayah.
Abraham menatap putra pertamanya dan mengiyakan keinginan Arsyad.
“Terima kasih, Ayah,” tutur Arsyad senang.
Beberapa saat kemudian.
Yogi telah selesai mengganti pakaian dan tak menunggu lama, ia mengajak istri dan yang lainnya untuk segera menikmati makan siang.
“Ada apa, Mas?” tanya Asyila ketika melihat wajah sang suami berubah serius setelah menerima pesan.
Terlalu cepat untuk memberitahu Asyila tentang apa yang terjadi.
“Apa pesan itu dari Pak Dayat?” tanya Asyila semakin penasaran dan juga yakin bahwa Dayat lah yang mengirim pesan singkat tersebut.
Ema dan Yogi saling melirik kemudian, kembali melangkahkan kaki mereka menuju ruang makan bersama Arsyad, Ashraf dan juga Kahfi.
“Mas...” Asyila menatap mata suaminya dengan begitu serius.
“Besok Mas harus pergi ke Jakarta,” terang Abraham.
“Asyila ikut ya Mas!” pinta Asyila.
“Iya, kita akan kembali ke Jakarta bersama-sama. Hmm.. Mas lupa memberitahukan Syila kalau nenek sangat rindu dengan kita.”
“Terima kasih, Mas.”
Sepasang suami istri itu pun bergegas menuju ruang makan untuk menikmati makan siang bersama.
“Wah... Makanannya sangat banyak. Apakah kamu yang memasaknya, Ema?” tanya Asyila penasaran ketika melihat macam-macam hidangan di meja makan.
“Tentu saja. Aku harap kamu dan yang lainnya menyukai masakan ku,” balas Ema malu-malu dan sedikit tak percaya diri dengan rasa masakannya yang masih harus banyak belajar.
“Soal rasa sebenarnya tidak terlalu penting. Yang terpenting bagaimana kita berusaha memasaknya,” sahut Yogi sembari menatap istrinya, Ema.
Pipi Ema semakin merah merona ketika mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, Yogi.
“Ehemm...” Asyila berdehem dan tertawa kecil melihat wajah sahabatnya yang begitu merah.
“Jangan menatapku seperti itu, Asyila. Aku sangat malu,” balas Ema dan menyembunyikan wajahnya di bahu suaminya.
Abraham 💖 Asyila
💖💖💖💖
Tinggalkan jejak dan like 💖🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Happyy
💖💖💖
2021-03-09
0
Ika Sartika
❤️❤️❤️❤️👍👍👍
2021-02-26
1
Meilianurafrida
next
2021-02-15
1