Beberapa hari kemudian.
Asyila duduk melamun seorang diri di ruang keluarga dengan televisi yang masih menyala. Ia bahkan lupa menyiapkan makanan untuk sang suami yang beberapa menit lagi akan kembali dari kantor.
“Bunda!” panggil Ashraf yang saat itu berada di depan rumah.
“Bunda!” panggil Ashraf lagi.
Asyila terkesiap dan segera menghampiri buah hatinya dengan langkah lebar.
“Maaf ya sayang, Ashraf kenapa panggil Bunda?” tanya Asyila dengan posisi duduk berjongkok dan tak lupa Asyila membelai lembut rambut Ashraf.
“Es krim!” pinta Ashraf dengan mata berkaca-kaca agar sang bunda dapat mengabulkan keinginannya menikmati es krim.
“Ashraf mau es krim rasa apa?” tanya yang sudah berdiri sembari menggandeng tangan kiri Ashraf.
“Cokelat,” jawab Ashraf dengan begitu bahagia.
Asyila mengiyakan dan dengan penuh kasih sayang, dirinya menuntun Ashraf masuk menuju ruang makan.
“Untungnya Ayah dan Bunda menyiapkan beberapa es krim untuk Ashraf dan Kak Arsyad...”
Asyila menghela napasnya sejenak ketika mengingat bahwa putra pertamanya tidak berada diantara mereka.
“Bunda...” Melihat wajah sang bunda, membuat Ashraf nampak sedih. Dipeluknya sang bunda sembari mendongakkan kepalanya berharap wanita yang telah berjasa melahirkan dirinya kembali tersenyum.
Meskipun umur Ashraf baru 3 tahun lebih 4 bulan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Ashraf sedikit mengerti tentang yang namanya emosi diri.
Hal itu dikarenakan, ia sering melihat sang kakak memeluk bundanya jika merasa sedih.
Asyila tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Ashraf. Ia pun langsung tersenyum dan mencium pipi kiri serta pipi kanan Ashraf yang menggemaskan.
“Terima kasih sayang!”
“Bunda, mau es krim!” pinta Ashraf dengan menampilkan wajah seimut mungkin.
Asyila mencubit pelan hidung kecil nan mancung Ashraf. Kemudian, ia membuka pintu kulkas dan memberikan es krim dengan rasa yang ingin dinikmati oleh Ashraf.
“Terima kasih, Bunda!”
“Sama-sama kesayangannya Bunda dan Ayah!” seru Asyila.
“Bunda! Minta satu lagi!”
“Loh, yang ini masih utuh, kenapa minta lagi?” tanya Asyila terheran-heran.
“Buat Kahfi, bunda.”
Asyila tertawa kecil dan segera mengambil es krim dengan rasa yang sama. Kemudian, memberikannya pada Ashraf yang terlihat antusias untuk memberikan es krim tersebut kepada Kahfi, anak dari sahabatnya yaitu Ema.
“Bunda, Ashraf main dulu ya!”
“Iya sayang, pulang jangan sore-sore!”
“Baik, Bunda!”
Setelah kepergian Ashraf ke rumah Kahfi, Asyila kini seorang diri. Ia kembali bersedih dan tak bersemangat karena hari-harinya sedikit berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Ya Allah, jadi begini ya rasanya jika orang tua jauh dari anaknya.
Asyila terus saja melamun dan sama sekali tak mendengar bahwa mobil sang suami telah tiba. Bahkan, ucapan salam dari sang suami sama sekali tidak di jawab oleh Asyila.
“Assalamu’alaikum, istriku!”
Asyila terkesiap sekaligus terkejut karena sang suami telah tiba dan sudah berada di sampingnya.
“Wa-waalaikumsalam, Mas mengangetkan Asyila,” ucap Asyila sembari mencium punggung tangan sang suami dan tak lupa memberikan pelukan cinta.
“Yang mengagetkan Syila siapa? Mas bahkan dari tadi mengucapkan salam. Tapi sayang, Syila tidak menjawab salam dari Mas,” terang Abraham dan mencubit pelan hidung mancung Asyila.
“Benarkah?” tanya Asyila memastikan dengan tatapan kebingungan.
Abraham menggigit bibir bawahnya dan mengangguk kecil melihat ekspresi wajah sang istri.
“Syila sedang memikirkan apa?” tanya Abraham penasaran.
Mendapat pertanyaan dari sang suami, membuat Asyila bingung harus menjawab apa. Ia pun memilih kembali memeluk sang suami dan tak berniat menatap mata suaminya itu.
“Huh...” Abraham menghela napasnya karena Asyila tak kunjung menjawab pertanyaan dari dirinya.
“Ashraf kemana?” Abraham bertanya sambil mengedarkan pandangannya karena tak melihat batang hidung buah hati kedua mereka.
“Ashraf kebetulan lagi di rumah sebelah, Mas. Tadi sebelum kesana, Ashraf minta es krim,” jawab Asyila.
Abraham melebarkan senyumnya dan menggendong tubuh sang istri dengan tatapan penuh semangat.
“Mas mau apa?” tanya Asyila dengan begitu malu-malu.
“Jangan pura-pura tidak tahu,” balas Abraham menggoda sang istri sambil mengedipkan sebelah matanya.
Saat Abraham ingin melangkah menuju anak tangga, tiba-tiba saja putra kedua mereka datang dengan baju yang sudah dipenuhi es.
“Ayah!” panggil Ashraf yang begitu menggemaskan.
Mau tak mau Abraham menurunkan kembali tubuh sang istri dan berbalik menghampiri Ashraf.
“Ayah!” Ashraf mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan Abraham.
“Kenapa baju Ashraf kotor begini?” tanya Asyila sambil melepaskan pakaian Ashraf yang sudah dipenuhi es krim cokelat.
“Maaf Bunda,” ucap Ashraf dengan sangat polos ditambah dengan mata berkaca-kaca.
Melihat ekspresi wajah Ashraf yang seperti itu, membuat Asyila luluh dan dengan cepat membelai serta menciumi seluruh wajah Ashraf.
“Hehe.. Geli Bunda,” ucap Ashraf yang merasakan geli di seluruh wajahnya.
Abraham merasa sedikit cemburu dengan kedekatan Asyila dan Ashraf. Jika dipikir-pikir lagi, sang istri sangat jarang mencium seluruh wajahnya seperti yang dilakukan Asyila kepada putra kecil mereka.
“Ehem!” Abraham berdehem agar Asyila bisa peka terhadap seorang Abraham Mahesa.
Asyila terkesiap dan segera mencubit kedua pipi suaminya itu.
“Iya Asyila tahu apa yang Mas inginkan. Nanti ya Mas!” pinta Asyila setengah berbisik.
“Oke siap!” seru Abraham sambil mengacungkan kedua jempol tangannya dan dengan tatapan penuh semangat.
“Mas, Asyila ke kamar dulu ya! Ashraf harus segera ganti baju.”
“Mas ikut!” seru Abraham dan mereka pun bersama-sama menuju kamar.
Beberapa saat kemudian.
Ashraf kembali pamit untuk bermain dengan Kahfi. Sementara Abraham dan Asyila sedang menikmati kebersamaan mereka di ruang makan.
Asyila makan dengan begitu lahap karena suapan demi suapan yang masuk ke dalam mulutnya dan tentunya suapan tersebut berasal dari tangan sang suami tercinta.
“Alhamdulillahil ladzi ath'amanaa wa saqoona wa ja'alanaa minal muslimiin.” Abraham dan Asyila telah selesai menikmati makanan siang bersama.
Merekapun berbagi tugas mencuci piring dan meletakkannya di rak piring.
Usai berbagi tugas, keduanya memilih bersantai-santai di ruang keluarga dan berbincang-bincang tentang rencana mereka kedepannya.
Asyila sebagai istri terlihat begitu serius mendengarkan kata demi kata yang diucapkan oleh sang suami.
“Bagaimana? Apakah Asyila setuju dengan rencana Mas kedepannya?” tanya Abraham setelah selesai mengeluarkan isi pikirannya lewat kata-kata.
Asyila tersenyum dan mengangguk setuju, “Insya Allah rencana-rencana yang akan kita bangun, Allah meridhoi nya,” jawab Asyila dan memeluk tubuh Abraham.
“Aamiin Ya Robbalalamin!”
Saat mereka sedang asik berpelukan, ponsel milik Asyila berbunyi dan dengan cepat Asyila mengambil ponsel miliknya yang ia letakkan di atas meja ruang tamu.
“Siapa, Syila?” tanya Abraham penasaran.
Asyila mengangkat kedua bahunya dan mulai membuka isi pesan tersebut. Rupanya pesan tersebut berasal dari sahabatnya, yaitu Ema.
“Ternyata dari Ema,” tutur Asyila dan mulai membacanya.
Setelah selesai membaca pesan singkat tersebut, Asyila kembali meletakkan ponselnya dan bergabung bersama sang suami di sofa.
“Ema bilang kalau Ashraf ingin tidur siang bersama Kahfi,” terang Asyila.
“Alhamdulillah,” ucap Abraham dan langsung bersemangat.
Asyila melongo mendengar dan melihat ekspresi wajah suaminya yang begitu bersemangat.
“Dapat uang sekarung ya Mas?” tanya Asyila asal tebak.
“Ini lebih dari uang sekarung, istriku. Ayo kita ke kamar!” ajak Abraham dan langsung menggendong tubuh sang istri.
Sesampainya di dalam kamar, Abraham merebahkan tubuh sang istri.
Asyila mengernyitkan keningnya setelah tahu apa yang dimaksud oleh sang suami.
“Kita telepon Arsyad dulu ya Mas!” pinta Asyila yang sangat ingin mendengar suara putra pertama mereka.
Abraham menggelengkan kepalanya dan menolak keinginan sang istri.
“Baiklah...” jawab Asyila lirih dan terlihat begitu kecewa dengan penolakan sang suami yang tak memperbolehkannya menghubungi Arsyad.
Abraham mengangkat kedua alisnya dan menjatuhkan tubuhnya tepat disebelah sang istri.
“Kok jadi sedih?” tanya Abraham terheran-heran, “Maksud Mas itu tidak boleh hanya telepon saja, kita juga harus melihat wajah Arsyad,” imbuh Abraham menjelaskan maksudnya.
Asyila yang awalnya membelakangi sang suami bergegas menghadap ke arah Abraham. Dengan geram, Asyila memukul-mukul lengan suaminya itu.
“Jahat,” ledek Asyila dan refleks menggigit hidung Abraham.
“Awwww!” Abraham berteriak karena terkejut melihat bagaimana sang istri menggigit hidungnya itu.
“Sejak kapan istriku yang polos dan lembut ini berubah macam singa?” tanya Abraham dan lebih menjurus pada ledekan.
“Maaf...” ucap Asyila lirih.
Dengan lembut, Asyila mencium hidung suaminya dan kemudian mengambil ponsel di saku celana sang suami.
“Bismillahirrahmanirrahim,” ucap Asyila ketika menunggu sambungan panggilan video pada putra pertama mereka.
Asyila terlihat sangat tidak sabaran karena Arsyad belum juga menerima sambungan panggilan video dari dirinya.
“Kenapa belum diangkat ya Mas? Apa mungkin Arsyad sedang tidur?” tanya Asyila pada suaminya karena jam-jam seperti itu sangat nikmat untuk tidur siang.
“Kita tunggu dulu ya istriku! Mungkin Arsyad atau Nenek sedang tidak di dekat ponsel,” balas Abraham berusaha menenangkan sang istri yang nampak gusar.
Beberapa menit kemudian.
“Assalamu’alaikum, Ayah dan Bunda!” sapa Arsyad yang baru saja menerima sambungan panggilan video dari kedua orangtuanya.
Asyila langsung menitikkan air matanya ketika melihat putra pertama mereka.
“Wa-Wa'alaikumsalam kesayangan Bunda,” jawab Asyila dengan suara khas orang menangis.
“Wa’alaikumsalam sayang,” jawab Abraham.
“Bunda cengeng,” ledek Arsyad mendapati sang bunda yang terus saja menangis.
“Siapa yang cengeng? Mata bunda hanya kemasukkan debu,” balas Asyila dengan senyum lebarnya.
“Bunda kangen ya sama Arsyad?” tanya Arsyad dengan penuh percaya diri, “Adik Ashraf kemana bunda?” tanya Arsyad yang tak melihat adiknya itu.
“Ashraf kebetulan lagi tidur siang di rumah Kahfi,” jawab Asyila.
Perbincangan itu terus saja berlanjut dan perlahan membuat rindu Asyila terbayar meskipun hanya melihat wajah putra pertamanya lewat panggilan video.
Abraham 💖 Asyila
Like 💖 perasaan makin sedikit 🤔
Yang mau lanjut kasih like nya 😘 komen juga 👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Dyah Oktina
😍😍😍
2023-12-07
0
Yeni Mistuti
lnjut thor
2021-04-08
1
Happyy
😘😘😘
2021-04-08
1