Abraham lebih dulu merebahkan tubuh putra kecilnya yang ternyata sudah tertidur. Setelah itu, barulah Abraham mendekati sang istri.
Asyila nampak gugup melihat suaminya yang telah tahu luka di lengannya.
“Kenapa luka sebesar ini bisa ada disini? Siapa orang yang telah berani memberikan luka di lengan Asyila Syila?” Abraham bertanya kepada Asyila dengan begitu serius.
“As-asyila tidak apa-apa, Mas. Ini hanya luka kecil saja,” balas Asyila tanpa menatap mata suaminya itu.
“Sekarang kita harus ke rumah sakit, luka sebesar ini harus ditangani oleh dokter,” ucap Abraham dan tanpa pikir panjang dirinya menggendong tubuh sang istri.
Asyila terdiam sembari melirik ke arah putra kecilnya yang tengah tertidur.
“Jangan pikirkan Ashraf! Biarkan Eko yang menjaga putra kita selagi kita pergi,” tegas Abraham dan kembali melanjutkan langkah kakinya.
Eko yang sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi terkejut melihat Abraham datang dengan cara menggendong Asyila.
“Eko....” Abraham memanggil Eko sembari melirik ke arah pintu mobil.
Eko yang paham langsung membuka pintu mobil untuk tuan mudanya.
“Saya ada urusan, kamu tolong jaga Ashraf!” perintah Abraham.
“Siap, Tuan Muda!” seru Eko.
Abraham mulai mengemudikan mobilnya dan membawa sang istri ke rumah sakit terdekat untuk perawatan lebih lanjut.
Asyila bingung harus berkata apa, dikarenakan sang suami terlihat begitu serius mengemudikan mobil.
Ada rasa takut dan sesal yang menyelimuti hati Asyila.
“Kenapa tidak memberitahukan Mas kalau Syila terluka?” tanya Abraham serius dan juga penasaran.
“As-asyila hanya tidak ingin Mas khawatir,” jawab Asyila.
Ciiitt! Abraham mengerem mendadak sehingga Asyila terkejut dibuatnya.
“Kalau begini apa Mas tidak tambah khawatir?” tanya Abraham. Kemudian, ia menghela napasnya yang terdengar berat.
“Maaf....” Asyila berkata maaf dengan terus menundukkan kepalanya.
Abraham kembali melanjutkan perjalanannya dan tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di rumah sakit.
“Asyila jalan kaki saya ya Mas!” pinta Asyila setengah memohon.
Abraham sebenarnya ingin sekali menggendong tubuh sang istri. Namun sayangnya, Asyila dengan cepat memohon agar jalan kaki.
“Hmmmm... Baiklah,” jawab Abraham.
Merekapun turun dari mobil dan berjalan bersama menuju ruang dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
“Maaf,” ucap Abraham sembari merangkul pinggang Asyila.
“Mas untuk apa minta maaf?” tanya Asyila yang merasa bahwa sang suami tidak memiliki salah.
“Gara-gara Mas, Asyila menjadi seperti ini,” jelas Abraham.
Asyila dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju dengan apa yang dijelaskan oleh Abraham.
“Ini bukan kesalahan Mas,” balas Asyila.
“Jika saja, Mas tidak mengizinkan Asyila pergi tentu hal seperti ini tidak terjadi,” sesal Abraham.
Asyila menggelengkan kepalanya, “Tolong jangan menyalahkan diri sendiri, Mas!” pinta Asyila.
Bagaimana suamimu ini tidak menyalahkan diri sendiri, istriku?
Ucapan mereka terpotong ketika ada seorang perawat yang mendekat. Abraham pun menceritakan maksud kedatangan ke rumah sakit dan dengan cepat Asyila ditangani oleh pihak rumah sakit tersebut.
****
Akhirnya Asyila sudah selesai ditangani oleh seorang dokter. Luka Asyila bahkan tidak perlu dijahit dan hanya dibalut dengan kain kasa dan tambahan cairan obat yang cepat membuat luka Asyila kering.
“Apakah luka istri saya tidak apa-apa, dok?” tanya Abraham yang belum yakin bahwa luka sang istri baik-baik saja.
“Tuan Abraham tenang saja. Luka istri Tuan tidak terlalu serius, yang terpenting untuk beberapa hari ke depan istri Tuan jangan sampai melakukan pekerjaan rumah karena bisa memicu terjadinya pembukaan di lengan tersebut,” jelasnya.
Abraham mengangguk mengerti dan membayar administrasi sang istri. Merekapun kembali pulang dan Abraham tidak ingin sang istri melakukan pekerjaan rumah sekecil apapun, semuanya akan Abraham kerjakan sampai sang istri benar-benar sembuh.
“Terima kasih, Mas,” tutur Asyila dan memberikan kecupan mesra di pipi kiri Abraham.
Tentu saja kecupan mesra itu diberikan Asyila setelah mereka masuk ke dalam mobil.
“Yang ini, ini dan ini juga mau,” ucap Abraham sambil menunjuk bibir, pipi kanannya serta kening.
Asyila tertawa melihat respon cepat dari sang suami tercinta.
“Yakin cuma tiga tempat itu saja?” tanya Asyila dengan memberikan kedipan mata kepada Abraham.
“Yang ini, ini dan semua ini juga mau,” imbuh Abraham menunjuk hidung, kedua matanya dan seluruh wajahnya.
Asyila tertawa lepas mendengar perkataan sang suami yang terlihat seperti anak kecil yang meminta sesuatu yang begitu menyenangkan.
“Mas serius, Syila,” tutur Abraham yang tak terima dengan respon sang istri yang malah tertawa dan bukannya menyetujui keinginannya.
“Baiklah, tunggu sampai di rumah ya Mas!”
“Oke, kalau begitu kita segera pulang!” seru Abraham.
****
Ashraf berlari menghampiri mobil sang ayah yang baru saja tiba.
“Sepertinya Ashraf baru saja menangis,” tutur Asyila yang masih berada di dalam mobil serta menunjuk ke arah putra kecilnya berdiri.
Abraham dengan cepat turun dari mobil untuk segera menenangkan putra kecil mereka.
“Ayah sama Bunda tadi kemana?” tanya Ashraf dengan mata berkaca-kaca.
Abraham berjongkok agar lebih leluasa menghibur serta menenangkan putra kecilnya itu.
“Maafkan Ayah ya sayang, Ayah tadi harus mengantarkan Bunda ke rumah sakit,” jelas Abraham dengan suara selembut mungkin.
“Bunda disuntik, cus cus ya Ayah?” tanya Ashraf dengan sangat polos.
Asyila turun dari mobil dan sempat mendengar perkataan buah hati mereka yang terdengar sangat menggemaskan.
“Ashraf mau disuntik seperti Bunda?” tanya Asyila.
Ashraf dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia sangat takut jika harus disuntik.
“Huuhh... Huhhh!” Ashraf secara refleks meniup lengan Asyila yang telah diperban.
Asyila sangat tersentuh dengan respon putra kecil mereka.
“Terima kasih sayang,” ucap Asyila dan memeluk tubuh Ashraf dengan penuh cinta.
“Alhamdulillah, Tuan muda dan Nona Asyila telah kembali.” Eko akhirnya bisa bernapas lega melihat sepasang suami istri yang telah kembali dari rumah sakit.
“Ashraf menyulitkan Pak Eko ya?” tanya Asyila.
“Bos kecil tidak menyulitkan saya, Nona Asyila. Hanya saja, dari tadi menangis mencari Ayah dan Bundanya,” terang Eko sambil garuk-garuk kepala.
Abraham mencubit pelan hidung kecil Ashraf dan mengajak istri serta putra kecilnya masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk, Abraham mengucapkan terima kasih kepada Eko karena telah membantu menjaga putra kecilnya itu.
“Syukurlah,” ucap Eko setelah keluarga kecil itu masuk ke dalam rumah.
Di dalam kamar.
Abraham memerintahkan Asyila untuk diam di kamar dan tak boleh turun dari tempat tidur. Untuk beberapa hari ke depan dan mungkin sampai Asyila benar-benar sembuh, dirinya lah yang akan bersih-bersih rumah dan menyiapkan segala keperluan keluarga kecilnya.
Asyila langsung menolak keinginan sang suami yang menggantikan perannya. Baginya, suami tetaplah suami yang harus dilayani.
“Jangan membantah perintah dari suami, Syila pokoknya harus sembuh,” tegas Abraham.
“Ba-baiklah,” balas Asyila ragu-ragu.
Ashraf senyum-senyum sendiri melihat kedua orangtuanya berbicara. Entah ia mengerti atau tidak, tapi bocah kecil itu terlihat menikmati perbincangan kedua orangtuanya.
Abraham 💖 Asyila
Selamat menjalankan ibadah puasa 💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Happyy
😍😍
2021-04-18
0
Astuti Tuti
Jangankan Asraf aku aja senyum² thor bacanya , , , wkwkwkwk
2021-04-18
2
Yeni Mistuti
lnjut thor
2021-04-18
1