“Akkkkhhh!”
Bukannya Asyila yang ditampar, justru Bunga lah yang merasakan tamparan keras dari Asyila. Bahkan, tidak hanya sekali melainkan dua kali tamparan keras.
“Kenapa kalian diam saja? Cepat bunuh wanita ini dan rusak wajahnya hingga siapapun tidak mengenali dirinya. Kemudian, bunuh sopir pribadinya!”
Dua dari empat pria datang menghampiri Asyila. Mereka menghampiri Asyila dengan penuh percaya diri karena seorang wanita lebih mudah dibunuh daripada seorang pria.
“Hai cantik! Sebelum kami bunuh, kami ingin melihat kecantikan kamu. Sini biar Aa' yang melepaskan hijab Nona geulis ini!”
“Jangan coba-coba bersikap kurang ajar terhadap saya!” Asyila berusaha menghindar dari dua pria yang ingin melepaskan hijab yang ia kenakan.
“Tunggu apa lagi? Cepat lakukan sesuai perintah!” Bunga menyeringai lebar dan tertawa keras melihat Asyila yang sudah terkepung.
“Jangan macam-macam terhadap Nona Asyila! Kalau sampai kalian melakukannya, Tuan muda tidak akan memaafkan kalian!” Eko berteriak keras dan berharap ucapannya dapat membuat mereka takut.
“Haha... Hahaha... Sudah mau mati saja masih sombong,” balas salah satu pria yang berdiri tak jauh dari Eko.
“Akkkhh!” Tubuh Asyila terjatuh dengan cukup keras setelah salah satu dari mereka mendorong tubuh dengan cukup keras.
“Bahkan, suara teriakkan saja terdengar sangat merdu,” ucap pria yang menjadi pelaku atas jatuhnya Asyila di tanah.
Seharusnya aku tidak menunjukkan keahlian ku di depan Pak Eko. Akan tetapi, aku harus melakukannya karena nyawa kami ada dalam bahaya.
Asyila tersenyum tipis dan dengan gerakan cepat ia melempar tanah ke arah dua orang yang ia menyentuh dirinya.
Kemudian, dengan sigap Asyila mengeluarkan jurus-jurus silatnya.
Asyila menendang, menonjol dan memukuli perut mereka dengan kedua tangannya.
Gerakan gesit Asyila bahwa tidak bisa dibaca oleh lawan.
“Haaa?” Eko tercengang melihat bagaimana cara Nona mudanya melumpuhkan lawan.
“Ba-bagaimana mungkin?” Bunga tak kalah tercengangnya melihat kegesitan Asyila.
Dua orang pria yang juga berdiri tak jauh dari Eko terperangah melihat wanita dihadapan mereka lihai memainkan gerakan tangan serta kaki.
“Huh!” Asyila menghela napasnya dan dengan santainya membersihkan pakaiannya yang dipenuhi debu.
Sementara dua orang pria yang baru saja dilumpuhkan Asyila sudah tidak sadarkan diri alias pingsan.
“Sayangnya, kamu tidak bisa membunuh diriku,” ucap Asyila berjalan mendekat ke arah Bunga.
Keringat dingin Bunga sebesar jagung mengucur deras di keningnya, dengan kondisinya yang sedang hamil dirinya berlari kecil menuju dua pria yang tersisa.
“Ka-kalian tunggu apalagi? Cepat habiskan wanita itu!”
“A-apa? Kami?” tanya salah satu dari mereka.
“Iya, siapa lagi kalau bukan kalian?”
“Baiklah,” jawab mereka dan dengan kompak mengeluarkan senjata tajam.
Asyila terkejut melihat dua orang pria yang tersisa mengeluarkan senjata tajam.
“Ba-bagaimana bisa kalian bermain curang seperti ini? Apakah dengan kalian mengeluarkan senjata tajam aku akan menyerah begitu saja?”
“Baru mengalahkan dua teman kami kamu sudah besar kepala ya. Kita lihat saja, siapa yang akan menang di permainan ini!” Salah satu dari mereka menantang Asyila.
Bunga yang sebelumnya ketakutan perlahan mulai kembali tenang. Ia percaya bahwa Asyila tidak bisa menghindari mereka yang menggunakan senjata tajam.
Eko masih tercengang dan tak bisa berkata apa-apa, ia sangat terkejut berkali-kali lipat melihat wanita polos nan lembut berubah menjadi harimau yang begitu mematikan.
“Wus! Wus!” Suara senjata tajam yang bersiap-siap mencelakai Asyila.
Asyila berkali-kali menghindar sembari mencari kesempatan yang tepat untuk merebut senjata tajam tersebut. Ia tidak ingin ada darah yang menetes sedikitpun diantara mereka.
“Kenapa kamu menghindar, Asyila? Mana keberanian mu itu!” Bunga kembali menantang Asyila.
Asyila melirik sekilas ke arah Bunga dan ketika kesempatan itu datang, Asyila berpura-pura terjatuh dan dengan kecepatan kakinya ia melumpuhkan lawan dengan jurus jitu menjatuhkan lawan.
“Akkhhh!”
Asyila bergeser dan mengambil senjata tajam di tangan pria yang sudah ia jatuhkan.
“Kurang ajar!”
Satu pria yang tersisa berteriak dan mengarahkan pisau ke tubuh Asyila. Asyila yang sempat kehilangan fokus mencoba menghindar akan tetapi, ia terlambat dan lengan sebelah kanannya tergores.
Darah segar pun keluar dari lengan Asyila.
Eko syok berat dan iapun pingsan seketika itu juga.
Asyila mencoba bertahan dan dengan keahliannya, ia mencoba memberi pelajaran pada pria yang telah membuat dirinya berdarah.
Asyila menendang, pria itu menghindar. Pria itu melayangkan tinjunya, Asyila dengan cepat menghindar.
Dari kejauhan Bunga nampak percaya diri karena lengan Asyila sedang terluka. Tidak mungkin bagi Asyila selamat dari maut yang sebentar lagi menghampiri dirinya.
“Hajar terus!” Teriak Bunga.
Asyila mencoba menghindar karena tubuhnya perlahan mulai melemah. Sembari terus menghindar, Asyila mencoba mencari cara agar ia bisa melumpuhkan lawan dihadapannya.
“Mas Abraham!” teriak Asyila seakan-akan Abraham tiba di belakang pria tersebut.
Melihat ekspresi Asyila, pria itu dengan cepat menoleh ke belakang. Mendapat kesempatan yang tepat, Asyila mendorong dan memukul tengkuk pria dihadapannya agar pingsan.
Ternyata perhitungan Asyila tepat dan akurat. Pria itupun tak sadarkan diri setelah pukulan Asyila yang cukup kuat di area tengkuknya.
Bunga terlihat ketakutan dan tanpa pikir panjang, dirinya berlari menjauhi Asyila.
“Berhenti!” Dengan tenaga yang tersisa, Asyila berlari mengejar Bunga yang mencoba kabur.
“Tidak. Jangan dekati aku!” Bunga menangis ketakutan dengan terus berlari.
Asyila menambah kecepatan larinya dan akhirnya mendapatkan Bunga.
“Maaf!”
Bugh!
Asyila memukul tengkuk leher Bunga sehingga Bunga pun ikut tak sadarkan diri bersama dengan yang lainnya.
“Sepertinya sudah aman, aku harus segera membangunkan Pak Eko!” Asyila bergegas menghampiri Eko dan mencoba membangunkan Eko yang tak sadarkan diri.
Pertama-tama, Asyila melepaskan tali yang melingkar di tubuh Eko. Kemudian, Asyila membangunkan Eko dengan cara menggoyangkan tubuhnya sopir pribadi sang suami.
“Pak Eko! Ayo bangun! Ayo bangun!”
Eko perlahan membuka matanya dan ia menangis ketika melihat wajah Asyila dengan posisi yang masih terlentang.
“Ya Allah, apa aku juga mati? Aku masih banyak dosa Ya Allah....” Eko merengek seperti anak kecil dan berpikir bahwa dirinya telah berada di alam lain.
“Siapa yang mati? Kita masih hidup, Pak Eko. Sekarang Pak Eko bantu Asyila mengikat mereka!”
“Ha?” Eko terkesiap dan memperhatikan sekitar tempat tersebut, ”Alhamdulillah, kita masih hidup,” ucap Eko bersyukur.
Eko terdiam mematung ketika sepenuhnya ingat apa yang terjadi. Dengan cepat ia beranjak dan menjaga jarak dari Asyila.
“Ka-kamu siapa? Dimana Nona Asyila?” Eko berpikir bahwa wanita dihadapannya adalah orang lain yang menyamar menjadi Nona mudanya.
Asyila mengernyitkan keningnya dan mencoba menenangkan Eko yang terlihat ketakutan.
“Pak Eko tenang ya! Ini Asyila, istri Mas Abraham Mahesa,” jawab Asyila dan mencoba berjalan mendekat ke arah Eko.
Eko geleng-geleng kepala dan terus melangkah mundur.
“Tolong kembalikan Nona Asyila!” pinta Eko.
“Pak Eko sungguh tidak percaya dengan Asyila? Tolong jangan beritahukan Mas Abraham kalau Asyila memiliki ilmu beladiri!” pinta Asyila yang tak ingin jika sang suami sampai mengetahui keahliannya.
Melihat wajah Asyila membuat Eko percaya bahwa wanita dihadapannya adalah Asyila.
“Ya Allah, jadi ini benar Nona Asyila? Ta-tapi, bagaimana Nona bisa melakukan ciak, ciak dan ciak tadi?” tanya Eko dengan mempraktekkan beberapa gerakkan yang dilakukan oleh Asyila.
“Ceritanya sangat panjang, intinya Asyila mempelajari ini untuk melindungi diri Asyila sendiri, orang-orang yang Asyila sayangi dan orang-orang yang membutuhkan Asyila,” terang Asyila.
Eko mengangguk dan mengangkat kedua jempol tangannya.
“Tuan muda Abraham dan Nona Asyila memang sangatlah cocok. Dua-duanya sama-sama memiliki ilmu beladiri,” puji Eko dan berjanji akan menutup mulut rapat-rapat.
Mereka pun mulai mengikat satu-persatu orang-orang yang mencoba mencelakakan mereka.
“Lalu, kita harus memberi alasan apa kepada Tuan muda Abraham?” tanya Eko kebingungan.
“Soal itu biar Asyila saja yang memberitahukan kepada Mas Abraham. Akan tetapi, jika Mas Abraham bertanya kepada Pak Eko, tolong jawab saja ada seorang pria yang menolong kita. Setelah itu, Pak Eko tidak sadarkan diri karena pingsan,” jelas Asyila.
Eko mengiyakan saja apa yang dikatakan oleh Asyila.
“Nona Asyila kenapa?” tanya Eko ketika melihat air mata menetes di pipi Asyila.
Asyila terus saja menangis tanpa mengatakan apapun kepada Eko.
“Tolong jawab Nona Asyila!” pinta Eko setengah panik.
“Asyila sebenarnya tidak berani berbohong kepada Mas Abraham. Tapi, Asyila juga tidak mungkin berkata jujur karena ini bukan waktu yang tepat bagi Asyila menceritakannya kepada Mas Abraham,” jawab Asyila yang terus menangis dan berharap agar ada kesempatan yang tepat untuknya memberitahukan keahlian yang telah ia miliki.
Abraham 💖 Asyila
Like 💖 komen 👇
Terima kasih untuk kalian yang selalu mensupport Ana!🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Happyy
👍👍👍
2021-04-16
0
emake nabira 🌹
halah pak eko pake acara pingsan lagi, besok-besok belajar bela diri dikit ya pak biar bisa bantu walau sedikit 😁😏
abraham tahu istrinya terluka apa gak marah nanti?
2021-04-15
0
Nurdiana Tjotjona
keyeeen istri abraham... semangat thor
2021-04-15
0