Asyila terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara ponsel miliknya berbunyi. Dinyalakannya lampu yang berada di atas balas sebelum menerima sambungan telepon dari seseorang.
“Kenapa Dayat menghubungi di waktu tengah malam seperti ini?” tanya Abraham bermonolog.
Abraham akhirnya menerima sambungan telepon dari sahabatnya dan beranjak dari tempat tidur agar tidak membangunkan istri serta putra kedua mereka.
Abraham sangat serius berbicara dengan sahabatnya lewat telepon dan tanpa disadari oleh Abraham, rupanya sang istri mendengar pembicaraan suaminya itu.
Namun, Asyila enggan untuk bangun dan memilih berpura-pura tidur.
Sekitar 20 menit Abraham dan Dayat berbicara lewat telepon.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Abraham dan meletakkan ponselnya di meja kecil yang berada di dalam kamar.
Dayat sangat mendadak memintaku untuk pergi di tengah malam seperti ini.
Aku tidak tega membangunkan Syila yang tengah tertidur.
Abraham menghela napasnya dan kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sesekali ia mencium pipi putra keduanya sembari memandangi punggung sang istri yang tidur dengan posisi membelakangi dirinya.
Asyila yang merasa sedang diperhatikan oleh suaminya berpura-pura terbangun dari tidurnya, dengan perlahan ia berbalik badan menghadap ke arah sang suami.
“Mas...” tutur Asyila lirih sembari mengangkat tangannya menghalangi cahaya lampu.
“Maaf,” ucap Abraham dan mematikan lampu yang menyala diatas nakas.
Abraham mengangkat tubuh putra keduanya dan meletakkan di sisi pinggir tempat tidur, Asyila yang samar-samar melihat kelakuan suaminya berusaha menahan tawanya.
“Apa ini tidak terlalu kejam untuk Ashraf, Mas?” tanya Asyila terheran-heran sembari tersenyum.
Abraham tertawa kecil dan segera mendekap tubuh sang istri.
“Syila..”
“Iya, Mas. Ada apa?” tanya Asyila.
“Dayat beberapa menit yang lalu menghubungi Mas dan meminta bantuan kepada Mas,” terang Abraham.
Asyila menggigit bibirnya sembari berpikir sejenak, entah apa yang ia pikirkan mengenai keterangan dari suaminya itu.
“Syila..” Abraham mencoba memanggil nama istri tercintanya dengan begitu lembut.
“Apa di jam malam seperti ini, Mas?” tanya Asyila.
“Iya Syila.”
“Baiklah kalau begitu, Mas. Tapi, Asyila mau kita sholat tahajud dulu sebelum Mas pergi!” pinta Asyila.
Akhirnya keduanya beranjak dari tempat tidur dan tak lupa menyalakan lampu kamar.
Mereka bersama-sama mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat sunah tahajud.
Setelah melaksanakan sholat tahajud bersama, Abraham bergegas mengganti pakaiannya dan pamit kepada sang istri.
Asyila mendekap erat tubuh suaminya dan meminta agar sang suami pulang dengan selamat.
“Asyila antarkan sampai luar ya Mas!”
Abraham mengangguk dan merangkul pinggang sang istri menuju pintu depan rumah.
Setibanya di depan rumah, Abraham pamit dan tak lupa mencium kening sang istri dengan begitu mesra.
“Mas titip Nenek dan Anak-anak kita,” tutur Abraham.
“Mas tenang saja, Asyila akan menjaga Nenek dan Anak-anak kita,” balas Asyila kemudian mencium punggung tangan sang suami.
Abraham mengucapkan salam dan kemudian masuk ke dalam mobil.
Semangat Mas Abraham! Asyila akan menanti kedatangan Mas.
Asyila terus melambaikan tangannya ke arah mobil yang ditumpangi oleh suaminya.
Ia sedikit lega karena ada Eko yang tetap setia menemani suaminya pergi.
“Bunda!” Tiba-tiba Ashraf datang dan langsung memeluk Asyila, “Ayah kemana?” tanya Ashraf penasaran.
Asyila segera menggendong putra keduanya dan masuk ke dalam tanpa menjawab pertanyaan dari Ashraf.
“Kita masuk ya sayang, diluar udaranya sangat dingin,” ucap Asyila dan bergegas masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Asyila langsung merebahkan tubuh putra keduanya.
Tak lupa Asyila menuntun Ashraf untuk membaca do'a sebelum tidur.
“Aamin,” ucap Ashraf dan kembali memejamkan matanya.
Asyila saat itu tak langsung tidur, ia menunggu Ashraf tidur terlebih dahulu.
Disisi lain.
Abraham telah sampai di lokasi Dayat serta yang lainnya berkumpul. Kedatangan Abraham disambut hangat oleh Dayat serta yang lainnya, mereka senang karena Abraham dapat bergabung kembali bersama mereka setelah cukup lama tidak bergabung dengan mereka.
“Apa kabar, tuan Abraham?” tanya salah satu dari mereka.
“Alhamdulillah aku baik,” jawab Abraham dan duduk tepat di samping Dayat.
Eko yang masih berada di dalam mobil segera dipanggil oleh Abraham untuk keluar dari mobil dan bergabung bersama mereka.
“Siap!” seru Eko dari dalam mobil dan bergegas keluar untuk ikut bergabung dengan Abraham dan yang lainnya.
Ditempat itu, Abraham hanya menikmati air mineral dan roti dengan isian kacang hijau.
Dari dulu dan sampai saat ini Abraham memang tak pernah menyukai kopi atau minuman berkafein lainnya, ia bahkan tidak pernah merokok seperti kebanyakan pria lainnya.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan?” tanya Abraham.
“Di salah satu daerah di Jakarta Utara terdapat tempat yang biasa dijadikan tongkrongan anak-anak punk, kami mendapat laporan kalau anak-anak punk suka mencuri dan memaksa meminta uang kepada pejalan kaki di sekitar tempat itu,” terang Dayat.
“Lalu, bagaimana dengan gadis-gadis yang diculik di daerah Bandung?” tanya Abraham.
“Tim lain yang bertugas di daerah Bandung sudah mendatangi tempat itu dan anehnya disana tidak ada apa-apa, kemungkinan orang-orang yang memanfaatkan para gadis tersebut sudah tahu bahwa anggota polisi mengincar mereka.”
“Itu tandanya mereka sudah mengetahui bahwa pihak polisi mengincar mereka,” tutur Abraham.
Perbincangan itu terus berlanjut dan semakin lama semakin serius, Abraham serta yang lainnya mulai membahas langkah-langkah yang akan mereka ambil sebelum menangkap para anak-anak punk.
Eko yang juga berada di tempat itu hanya bisa mendengarkan dan sesekali ia menguap tanda bahwa dirinya mengantuk.
Tak terasa waktu hampir mendekati subuh, sebelum mereka berangkat, mereka terlebih dulu menanti waktu subuh dan sholat berjamaah di masjid terdekat.
Beberapa saat kemudian.
“Bismillahirrahmanirrahim!” Mereka berteriak penuh semangat untuk menyelesaikan misi mereka.
Seperti biasa, Abraham yang akan menyamar menjadi seorang yang berbanding terbalik dari jati dirinya sendiri.
Ia saat itu sudah berganti pakaian layaknya anak punk, rambutnya ia semprot dengan warna merah.
Eko yang melihat tuan mudanya hanya bisa menahan tawa melihat perubahan dari seorang Abraham Mahesa.
“Apa ada yang lucu? Kamu mau menggantikan aku?” tanya Abraham setengah sinis pada sopir pribadinya dan tentunya ia tidak bersungguh-sungguh marah terhadap sopir pribadinya itu.
Eko dengan cepat menggelengkan kepalanya dan tertunduk malu. Ia tidak mungkin menggantikan posisi tuan mudanya yang menyamar seperti itu. Toh, ia sendiri tidak menguasai ilmu bela diri atau semacamnya.
Abraham tersenyum tipis dan menepuk pundak dari sang sopir.
“Kenapa ciut seperti ini? Aku hanya bercanda,” terang Abraham dan yang lainnya pun tertawa begitu juga dengan Eko.
Perjalanan menuju lokasi tempat anak-anak punk berkumpul sekitar 1 jam, beberapa dari mereka memilih untuk tidur di dalam mobil termasuk Abraham.
Disisi lain.
Asyila tidak tidur setelah melaksanakan sholat subuh, ia menyibukkan dirinya untuk memasak di dapur.
Dua Pembantu rumah tangga berniat membantu Asyila. Namun, Asyila dengan cepat menolak bantuan dari mereka.
Ia ingin memasak dan menyiapkan hidangan sarapan untuk nenek serta dua putra kecilnya dengan tangannya sendiri.
“Bunda!” Ashraf berlari dan memeluk Bundanya tersayang.
“Kok sudah bangun, nak?” tanya Asyila. Kemudian, ia mencium dahi putra keduanya.
Ashraf hanya mengangguk dan terus memeluk Bundanya.
Disaat yang bersamaan, Erna dan Arsyad keluar dari kamar. Senyum mereka mengembang sempurna dan terlihat bahagia.
“Bagaimana keadaan Nenek?” tanya Asyila sembari menghampiri Nenek dari sang suami.
“Nenek merasa sehat kembali, semalam cicit Nenek yang pertama memijat kaki Nenek,” terang Erna sambil melirik ke arah Arsyad.
Asyila tersenyum bangga dan membelai rambut putra pertamanya.
“Terima kasih ya sayang, Bunda sangat bangga sekaligus senang karena Arsyad begitu perhatian dengan Nek yut,” ucap Asyila.
Arsyad mengiyakan dan mengajak adiknya bermain halaman rumah.
“Kamu semua yang memasak, Syila?” tanya Erna pada cucu menantunya.
“Iya, Nek. Asyila harap Nenek menyukai masakan Asyila!”
“Kamu ini seperti pengantin baru saja. Oya, dimana Abraham? Kenapa Nenek tidak melihatnya.”
“Mas Abraham lagi ada urusan, Nek. Insya Allah kalau urusan Mas sudah selesai, Mas akan segera pulang,” jawab Asyila.
Erna mengangguk dan mengatakan bahwa kedua orang tua Asyila sebentar lagi akan datang.
Mendengar hal itu, tentu saja Asyila sangat senang.
Abraham 💖 Asyila.
Jgn lupa 💖 teman-teman, biar Ana semangat nulisnya. Komen 👇
Langsung tambahkan favorit 💖 ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Happyy
💗💗💗
2021-03-12
0
키야니 [ꀘ꒐ꌦꋬꋊ꒐] 💙 ✰ĖӾØ-L1485✰
next......., Semangat!!!!!
2021-03-12
0
🍁𝑴𝒂𝒎 2𝑹ᵇᵃˢᵉ🍁
lanjut thor😘😘
2021-03-11
0