Pagi hari.
Setelah melaksanakan sholat subuh seorang diri di dalam kamar, Asyila memutuskan untuk memasak sarapan lebih baik.
Asyila sebenarnya berencana mengunjungi Iis serta bayi kecilnya. Namun sayangnya, rencananya tertunda karena di rumah masih ada seseorang yang harus ia tangani.
“Bunga sedang berbicara dengan siapa?” tanya Asyila bermonolog dan perlahan ia berjalan mendekat ke pintu kamar yang ditempati oleh Bunga.
Asyila berusaha menguping pembicaraan Bunga yang sangat mencurigakan.
“Mas tenang saja, aku akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku akan membalas dendam kepada keluarga wanita sok suci itu,” ucap Bunga dan segera mengakhiri pembicaraannya lewat telepon.
Asyila segera menjauh karena Bunga telah selesai berbicara lewat telepon.
Balas dendam?
Apa mungkin Bunga salah satu orang yang dikirim oleh seseorang yang tidak menyukai kami? Tapi, kenapa harus wanita hamil?
“Mbak Asyila!” Bunga tiba-tiba datang.
“Astaghfirullah!” Asyila terkejut atas kemunculan Bunga secara tiba-tiba.
“Mbak Asyila melamun ya?” tanya Bunga seakan-akan telah akrab dengan Asyila.
Asyila memejamkan matanya sembari menghela napasnya. Rasanya ia ingin sekali mengintrogasi Bunga saat dan detik itu juga.
“Aku hanya sedikit pusing saja,” jawab Asyila dan terpaksa menampilkan senyum manisnya.
Bunga mengangguk dan dengan santainya membuka pintu kulkas.
Dengan tanpa ragu-ragu, Bunga mengeluarkan berbagai macam sayuran yang ada di dalam kulkas tersebut.
“Wah, sayurnya banyak sekali. Apa Mbak Asyila akan memasaknya?” tanya Bunga dengan begitu semangat.
Asyila tak merespon pertanyaan dari Bunga. Ia hanya diam sambil memijat kepalanya yang sedikit pusing karena rasa penasarannya terhadap Bunga dan orang yang berada di telepon tersebut.
“Mbak Asyila!” panggil Bunga dengan menyentuh tangan kanan Asyila.
Asyila segera menjauh dan tetap menampilkan senyumnya agar Bunga tidak tersinggung dengan sikap Asyila yang tak ingin disentuh oleh wanita hamil itu.
“Kalau Mbak Asyila pusing, biar saya saja yang memasak masakan untuk sarapan kita,” ucap Bunga.
“Tidak perlu, saya masih bisa memasak untuk keluarga kecil saya,” balas Asyila menolak keinginan Bunga yang ingin sekali menggantikannya posisi memasak.
Bunga mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan kesal. Namun, dengan cepat ia mengubahnya dengan senyum polosnya itu.
“Baiklah, terserah Mbak Asyila saja,” ujar Bunga tanpa menatap mata Asyila.
Bunga tak sengaja melirik ke arah anak tangga dan melihat Abraham yang tengah menuruni anak tangga. Melihat Abraham membuat Bunga memiliki ide cemerlang nan brilian.
“Akkkhhh!” Bunga berpura-pura terjatuh.
“Ya Allah, Mbak Bunga kenapa?” Asyila nampak panik karena saat itu kondisi Bunga sedang hamil besar.
Abraham yang melihatnya segera berlari dan membantu Bunga untuk berdiri.
“Sakit,” rintih Bunga memasang wajah penuh kesakitan.
“Mas tolong siapkan mobil! Kita akan ke rumah sakit sekarang,” ucap Asyila yang tidak ingin bayi di dalam perut Bunga kenapa-kenapa.
Bunga dengan cepat menolak dan meminta untuk diantarkan ke kamar saja.
Melihat reaksi dari Bunga. Abraham maupun Asyila akhirnya mengetahui bahwa Bunga berpura-pura terjatuh dan kesakitan.
“Jam 7 nanti, ada beberapa polisi yang datang kemari. Mas minta tolong pada Asyila, tolong buatkan makanan yang cukup untuk mereka!” pinta Abraham.
Asyila dengan senang hati mengiyakan permintaan dari sang suami tercinta.
“Po-polisi? Ke-kenapa polisi mau datang kemari?” tanya Bunga ketakutan.
“Mbak Bunga apa ada masalah dengan polisi?” tanya Asyila.
Bunga menggelengkan kepalanya dan segera membaringkan tubuhnya. Dengan cepat ia memejamkan matanya dan berharap agar polisi yang dimaksud oleh Abraham tidak jadi datang.
Abraham tersenyum tipis dan bergegas menuju kamar untuk melihat putra kecil mereka yang belum juga bangun.
****
Abraham dan Asyila nampak antusias menunggu kedatangan mereka. Sementara itu, Bunga begitu ketakutan karena bisa jadi semua rencananya akan terbongkar dan bayi dikandungnya terancam dibunuh.
“Tidak. Aku tidak bisa diam seperti ini.” Bunga menyentuh perutnya dan tanpa pikir panjang dirinya akan melakukan hal yang tak terduga.
“Prenggg!” Suara pecahan kaca terdengar dan dengan cepat Abraham maupun Asyila bergegas menuju dapur.
“Mbak Bunga kenapa?” tanya Asyila ketika melihat Bunga yang sudah tergeletak di lantai bersama pecahan piring.
“Sa-saya mau pulang sekarang, tolong antarkan saya pulang...” Bunga berkata dengan mata berkaca-kaca seakan dirinya kesakitan.
Asyila tidak bisa menolak keinginan dari Bunga dikarenakan kondisi Bunga yang tengah hamil.
“Mbak Bunga jangan bersedih. Saya akan mengantarkan Mbak sampai rumah dengan selamat,” balas Asyila dan membantu Bunga untuk berdiri.
“Biar Mas yang membersihkan pecahan piring ini,” tutur Abraham dan mulai memunguti pecahan piring yang ukurannya cukup besar. Baru setelahnya ia menyapu mengumpulkan pecahan piring yang tak bisa diambil dengan tangan.
“Terima kasih, Mas.”
Ashraf datang mendekat dan dengan refleks menyentuh perut Bunga.
“Adik!” panggil Ashraf.
Abraham dan Asyila saling menatap melihat ekspresi wajah Ashraf yang begitu senang menyentuh perut Bunga. Seakan-akan Ashraf memberi isyarat bahwa dirinya menginginkan seorang adik.
“Ehem!” Abraham berdehem dan tersenyum manis ke arah sang istri.
Asyila terlihat malu-malu melihat tatapan sang suami, tatapan seakan-akan menyetujui apa yang diinginkan oleh putra kecil mereka.
Bunga melengos kesal dengan sikap keduanya yang terang-terangan menunjukkan keromantisan mereka meskipun, hanya bertatap mata.
“Ayo Mbak!” Bunga terlihat gusar karena takut jika orang-orang yang ditunggu oleh Abraham maupun Asyila datang sebelum dirinya meninggal rumah tersebut.
Asyila mengangguk dan menuntun Bunga menuju halaman rumah depan.
“Mbak tunggu di dalam mobil dulu ya! Saya ingin pamit terlebih dulu dengan suami saya.”
“Ba-baiklah, tolong lebih cepat!” pinta Bunga.
Asyila mengernyitkan keningnya dan bergegas kembali masuk ke dalam.
“Mas! Sepertinya Bunga menyusun rencana,” ucap Asyila pada sang suami.
“Rencana yang seperti apa, Syila?”
“Asyila juga belum tahu, Mas. Begini saja, Asyila akan mengikuti apa yang diinginkan Bunga. Tolong Mas jaga Ashraf ya!”
“Tapi, Syila...”
“Tolong percayalah dengan Asyila, Mas!”
Mau tak mau akhirnya Abraham mengizinkan sang istri pergi mengantarkan Bunga kembali ke Cileungsi. Perjalanan yang cukup memakan waktu beberapa jam dari tempat tinggal mereka.
“Terima kasih, Mas. Asyila pamit dulu, Assalamu'alaikum!”
“Wa’alaikumsalam!” Abraham mengecup sekilas kening Asyila sebelum wanita yang dicintainya benar-benar pergi meninggalkan dirinya dan juga buah hati mereka.
Sebelum pergi, Asyila terlebih dulu mengucapkan basmallah dan menyerahkan diri kepada yang maha kuasa.
“Ayo Pak Eko!”
Eko mengangguk kecil dan bergegas menuju Cileungsi.
Di perjalanan, Bunga terlihat tak tenang. Ia lebih banyak melirik ke arah depan dan samping. Seolah-olah sedang mencari sesuatu dan entah apa itu.
“Lewat jalan kecil ini ya Pak!” pinta Bunga menunjuk ke arah depan sebelah kanan.
“Tapi, Mbak.. Ini bukan jalan menuju...”
“Ikuti saja apa yang diinginkan oleh Mbak Bunga, Pak Eko. Mbak Bunga lebih tahu jalan daripada kita,” ucap Asyila dan memberi isyarat lewat mata kepada Eko.
Eko merasa ada sesuatu yang aneh. Namun, ia akhirnya mengikuti apa yang dikatakan oleh Bunga.
Beberapa menit kemudian.
“Berhenti disini!” perintah Bunga dan tiba-tiba berubah angkuh.
Eko pun segera menghentikan laju mobil dan akhirnya Eko menyadari bahwa Bunga berniat tidak baik pada mereka.
“Akhhh!” Asyila terkejut melihat Bunga mengeluarkan pisau dan menodongkan pisau tepat di kulit lehernya.
“Nona Asyila!” Eko sangat panik melihat istri dari tuan mudanya dalam bahaya dan bisa saja pisau itu menyayat leher Asyila.
“Diam kamu! Atau wanita ini mati di tanganku!” Bunga mengancam Eko agar tidak melakukan tindakan yang bisa membuat nyawa Asyila tiba-tiba melayang.
Tubuh Eko gemetar ketakutan, ia sadar bahwa dirinya tidak mahir dalam ilmu bela diri. Ditambah, ia tidak bisa menjaga istri kecil dari tuan mudanya.
“Keluarkan SIM card kamu sekarang! Jangan coba-coba menghubungi siapapun!”
Eko menurut saja dan melepaskan SIM card miliknya.
“Bagus! Sekarang buka pintu mobil ini!”
Eko kembali menurut dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Bunga.
Lalu bagaimana dengan reaksi Asyila?
Asyila berusaha untuk tenang dan mencari cara agar pisau yang menempel di kulit kepala tidak sampai melukai dirinya.
Ya Allah, bantu hamba!
“Sekarang berdirilah kamu di pohon itu!” perintah Bunga pada Eko.
Eko melangkahkan kakinya menuju pohon yang dimaksud oleh Bunga dengan langkah kaki gemetaran.
“Cepat!” Bunga berteriak keras hingga Eko terjatuh dibuatnya.
“Cepat!”
“Ba-baik...”
Dan tak butuh waktu lama, beberapa orang datang menghampiri mereka kemudian, mengikat tubuh Eko di pohon tersebut.
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan?” tanya Asyila dengan tatapan penuh kemarahan karena telah membuat Eko diikat di pohon.
“Apa yang aku inginkan? Aku menginginkan nyawamu! Andai saja kekasihku tidak dipenjara, aku tidak mungkin seperti ini. Untungnya saja kekasihku dapat melarikan diri dari penjara karena kecerdikannya. Akan tetapi, semuanya kembali menjadi berantakan karena suamimu yang kurang ajar itu!” Bunga nampak kesal dan langsung menampar pipi Asyila.
Plak!
“Nona Asyila!” Eko berteriak dan menangis ketakutan. Ia tidak tega melihat istri kecil dari tuan mudanya diperlakukan kasar.
Darah segar keluar dari sudut bibir Asyila, tamparan keras Bunga bahkan tercetak jelas di pipi Asyila.
“Mau lagi?” tanya Bunga yang kembali ingin menampar pipi Asyila.
Eko mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Asyila. Ia tidak bisa melakukan apa-apa karena mereka sedang berada di daerah yang begitu sepi. Bahkan jalannya pun belum beraspal alias jalanan perhutanan.
“Sebelum aku membunuhmu, aku akan merusak wajahmu lebih dulu. Setelah dirimu mati, aku dan anakku akan mendapatkan identitas,” terang Asyila.
“Jadi, seandainya aku tidak mati, kamu dan calon anakmu tidak memiliki identitas?” Asyila bertanya dengan tatapan tenang.
Bunga melotot tajam dan mengangkat tangan untuk kembali menampar pipi Asyila yang membuat kesabarannya habis.
Plak!
Plak!
Abraham 💖 Asyila
❤️❤️❤️
Yang like dan memberikan komentar positif semoga rezekinya lancar! 🤗😘 Amiin Ya Robbalalamin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Cila Mici
ikh ngeselin si bunga teh
2021-06-11
0
Happyy
😲😲😲😲
2021-04-14
0
Yeni Mistuti
lnjut thor
2021-04-14
0