Malam hari.
Abraham terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara ponselnya berbunyi, ia hampir saja lupa untuk membantu para sahabatnya menangkap orang-orang yang menyelundupkan senjata api.
Asyila yang merasakan pergerakan kasur dari sang suami pun terbangun dan mengetahui bahwa sang suami akan keluar rumah di jam malam seperti itu.
“Apa ada panggilan darurat lagi Mas?” tanya Asyila dengan mata setengah terbuka.
“Maafkan Mas ya istriku! Mas hampir lupa kalau malam ini ada janji dengan kawan-kawan,” terang Asyila.
Asyila mengangguk kecil dan perlahan turun dari tempat tidur. Dengan tubuh yang belum sepenuhnya sadar, Asyila membantu sang suami memilih pakaian yang akan dikenakan.
Abraham sebenarnya tidak ingin melibatkan istri kecilnya. Hanya saja, ia tidak bisa menolak bantuan dari sang istri yang berusaha sebaik mungkin melayani dirinya.
“Mas hati-hati ya! Kami menunggu kepulangan Mas,” ucap Asyila dan mendekap erat tubuh suaminya yang sebentar lagi akan meninggalkan dirinya.
“Siap istriku!” seru Abraham.
Malam itu Abraham pergi dengan dijemput oleh Dayat serta kawan-kawan lainnya. Tinggallah Asyila seorang diri di rumah karena Ashraf kebetulan malam itu tidur bersama Kahfi di rumah sebelah.
“Mumpung Kahfi tidur di rumah Ema, sebaiknya aku menyusul Mas Abraham,” ucap Asyila bermonolog dan tanpa pikir panjang wanita itu berlari masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya.
Dengan modal nekad dan kemampuan bela diri yang bisa dikatakan cukup untuk Asyila, Asyila memutuskan menyusul sang suami. Ia ingin terlibat dalam pekerjaan sang suami yang bisa dikatakan adalah pekerjaan serta tugas mulia.
Asyila mengisi tas ransel miliknya dengan peralatan seadanya. Contohnya saja ketapel, kelereng, parfum yang berisi air lada serta bubuk gatal yang ia beli beberapa waktu yang lalu.
“Bismillahirrahmanirrahim, semoga lancar,” ucap Asyila yang sudah siap menghadapi tantangan di depannya.
Sebelum meninggalkan perumahan Absyil, Asyila lebih dulu memanaskan mesin motor milik sang suami yang hampir seminggu tidak ia gunakan.
Kemudian, ia bergegas meninggalkan perumahan Absyil untuk menyusul sang suami.
Ketika melewati pos penjagaan, Asyila langsung dihentikan oleh salah satu penjaga perumahan yang bertugas.
“Berhenti! Kamu siapa?” tanya penjaga perumahan.
Asyila membuka helmnya dan menurunkan cadar yang ia kenakan agar dapat dikenali oleh pria yang menghentikannya.
“Nona Asyila, maafkan saya. Saya tidak tahu kalau ini Nona Asyila,” ucapnya dan segera bergeser menjauh untuk memberikan jalan Asyila lewat.
“Tidak apa-apa, Pak. Saya tahu apa yang Bapak lakukan demi kebaikan bersama,” balas Asyila dan kembali menggenakan cadarnya.
Asyila pun kembali melanjutkan perjalanannya menyusul sang suami.
“Nona Asyila ini semakin hari semakin cantik saja,” puji pria penjaga perumahan Absyil.
Disaat yang bersamaan, Abraham dan lainnya sedang membahas tentang bagaimana bisa mereka masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang menyelundupkan senjata api tersebut. Karena jika salah sedikit saja, nyawa mereka bisa dalam bahaya.
“Jujur saja, tugas kita kali ini memiliki resiko yang sangat tinggi. Sekitar 20 orang yang terlibat dalam aksi penyeludupan tersebut,” tutur Dayat.
“Ada berapa anggota yang terlibat dalam penangkapan ini?” tanya Abraham penasaran.
“Sekitar 35 anggota termasuk tuan Abraham,” jawab Edi.
Abraham berpikir keras bagaimana caranya mereka masuk ke dalam lingkungan yang sewaktu-waktu bisa membuat nyawa mereka melayang.
“Sepertinya kita tidak bisa dengan mudah masuk ke lingkungan mereka,” ucap Abraham kemudian menggigit bibir bawahnya.
2 jam kemudian.
Setelah perjalanan yang memakai waktu dua jam lamanya, merekapun tiba dan mereka belum berani untuk melangkah masuk ke dalam lingkungan yang diduga tempat senjata api diselundupkan.
“Cepat-cepat!” Seorang pria dengan tubuh kekar dan tato di lehernya berteriak keras kepada orang-orang yang membawa beberapa kardus yang di duga adalah senjata api.
Beberapa dari mereka bahkan memegang senjata api jarak dekat atau biasa juga disebut pistol.
“Ini terlalu berbahaya,” ucap Dayat ketika memperhatikan setiap orang didepan matanya.
“Sebaiknya kita berpencar dan saling memberi pesan jika ada celah bagi kita untuk masuk!” perintah Edi.
“Baik,” balas mereka kompak dan mulai berpencar.
Beberapa menit kemudian.
Asyila telah tiba di lokasi tempat suaminya bertugas membantu para anggota polisi. Asyila kemudian, mematikan ponselnya dan bergegas mencari keberadaan suaminya itu.
“Astagfirullahaladzim,” ucap Asyila segera menutup mulutnya rapat-rapat.
Pandangan Asyila tertuju pada sebuah truk yang di dalam banyak sekali senjata, ditambah orang-orang dengan gelagat mencurigakan memasukkan senjata-senjata tersebut ke dalam truk.
Asyila berjalan mendekat dengan begitu hati-hati, ia tidak ingin sampai posisinya ketahuan ditambah apa yang ia lakukan akan membuat suami serta yang lainnya gagal dalam menyelesaikan misi mereka.
“Sepertinya Mas Abraham dan lainnya mencoba menangani orang-orang ini. Akhh.. Bagaimana ini? Aku harus menunggu waktu yang tepat agar bisa mengecoh mereka,” ucap Asyila sembari terus memperhatikan ke arah trus tersebut.
Hampir satu jam lamanya akhirnya kesabaran Asyila berbuah manis. Orang-orang yang menjaga truk tersebut perlahan-lahan meninggalkan truk.
“Ya Allah...” Asyila yang sudah berjalan mendekat bergegas bersembunyi di bawah truk berisi senjata-senjata tersebut. Ia bersembunyi karena ada dua orang pria yang mendekat ke arah truk.
“Bagaimana? Apakah semuanya sudah masuk ke dalam truk?” tanya salah satu pria yang badannya lebih kecil dari lawan bicaranya.
“Tenang saja, semuanya aman. Sebentar lagi kita akan berangkat ke pulau Sumatera,” balasnya.
“Ayo kita bergabung dengan yang lainnya!”
Setelah mereka pergi, Asyila dengan hati-hati keluar dari bagian bawah truk. Pakaian yang ia kenakan kini bercampur dengan debu-debu dan tidak sedikit terkena tanah yang basah.
“Alhamdulillah,” ucap Asyila dan tak menghiraukan pakaiannya yang sudah kotor.
Karena keadaan begitu mendukung, Asyila dengan cepat mengeluarkan gembok miliknya. Entah dari mana gembok itu berada di dalam tasnya, ia merasa bahwa Allah sedang membantu dirinya.
“Siapa disana?” Seorang pria berteriak ketika memergoki Asyila yang tengah berdiri di gerbong truk.
Bukannya kabur, Asyila malah mendekati pria tersebut dan melayangkan tinjunya.
Hal tersebut langsung membuat si pria terjatuh dan tak sadarkan diri.
Dari kejauhan rupanya Abraham dan lainnya melihat aksi wanita itu. Mereka pun dengan cepat mendekat untuk membantu wanita tersebut yang tak lain adalah Asyila.
“Mbak kenapa datang kemari?” tanya Dayat yang sama sekali tidak mengetahui bahwa itu adalah Asyila.
Asyila bingung harus menjawab apa, ketika ia ingin kabur, para sindikat penyelundup senjata api datang beramai-ramai.
“Kurang ajar, kalian semua cari mati di wilayah kami. Tak boleh ada satupun dari kalian yang bisa pergi hidup-hidup dari tempat kami ini!” teriak salah satu pria dengan pakaian yang begitu formal.
Mereka semua tiba-tiba menyerang dengan tangan kosong karena semua senjata mereka sudah tersimpan rapih di dalam gerbong truk.
Beberapa anggota polisi menguasai ilmu bela diri termasuk Abraham dan juga Asyila.
Dan polisi yang tak bisa bela diri memilih berjaga-jaga jikalau ada kelompok mereka yang tiba-tiba datang menyusul.
“B*rengsek! Siapa yang melakukan ini?” Salah satu pria yang ingin mengambil senjata api di dalam gerbong truk mengumpat kesal karena ternyata gerbong truk tersebut sudah di gembok.
Dor! Dor!
Suara tembakan terdengar begitu keras, para sindikat penyelundup senjata api langsung berlari kocar-kacir karena kebodohan mereka yang meletakkan senjata api mereka ke dalam gerbong truk sehingga mereka tidak bisa melawan Abraham dan rekan-rekannya.
Dor!
“Akkhhh!”
“Akkkhhhh!”
Teriakkan demi teriakkan kesakitan saling bersahutan karena timah panas mengenai betis serta paha mereka.
Dan tak butuh waktu lama, mereka berhasil di lumpuhkan.
Melihat keadaan yang mulai membaik, Asyila memutuskan untuk meninggalkan lokasi tersebut. Ia tidak ingin jika sang suami mengetahui bahwa dirinya ikut andil dalam membantu suaminya itu.
“Tunggu Mbak!” panggil Edi mencoba menghentikan Asyila yang terus berlari.
Asyila sama sekali tidak menghiraukan panggilan dari Dayat, yang ia inginkan saat itu adalah segera menjauh dari suami serta yang lainnya.
Abraham terus saja memperhatikan punggung wanita itu yang perlahan menjauh ditelan kegelapan malam.
“Sudah jangan dikejar! Seperti wanita itu tidak ingin kita mengetahui siapa dia,” ucap Abraham.
“Siapapun wanita itu, dia sangat pemberani dan berjiwa besar karena membantu pekerjaan kita,” tutur Dayat.
“Dia wanita misterius pembawa keberuntungan,” sahut Abraham memuji wanita tersebut yang tak lain adalah istri kecilnya nan lembut.
“Ehem! Sadar istri di rumah,” celetuk Doni.
“Jangan salah paham,” balas Abraham.
****
Asyila baru saja tiba di rumah dan dengan cepat mengganti pakaiannya. Jantungnya berdetak begitu kencang ketika mengingat bagaimana ia berhadapan langsung dengan sang suami.
“Ya Allah, semoga saja Mas Abraham tidak tahu bahwa istrinya ini ikut membantu Mas Abraham,” ucap Asyila setengah panik.
Asyila melirik sekilas ke arah jam yang menunjukkan pukul 4 pagi. Ia menepuk jidatnya sendiri karena waktu akan mendekati subuh.
“Ya ampun sudah jam segini,” ucap Asyila bermonolog dan segera membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, Asyila bergegas melaksanakan sholat subuh karena adzan subuh telah berkumandang dimana-mana.
Beberapa saat kemudian.
Asyila yang mulai mengantuk menepuk-nepuk pipinya sendiri dan memilih memasak di dapur.
“Tok.. Tok!” Suara ketukan pintu terdengar dan dengan cepat Asyila membuka pintu.
“Assalamu’alaikum!” Seorang wanita berpakaian serba tertutup datang bersama dengan Ashraf.
“Wa’alaikumsalam, Ya Allah Ema!” Asyila segera memeluk sahabatnya.
“Baru dua hari tidak bertemu kamu sudah kangen ya?” tanya Ema dengan begitu genitnya.
“Kamu ini bisa saja,” celetuk Asyila.
Ashraf yang berdiri di depan pintu bergegas masuk dan menarik-narik tangan Asyila.
“Bunda, temani bobo!” pinta Ashraf yang terlihat masih mengantuk.
“Maaf Asyila, aku langsung pulang ya! Abang Yogi pagi ini mau minta dibuatkan opor ayam,” tutur Ema yang terlihat buru-buru.
Asyila mengiyakan dan merekapun kembali berpisah.
Asyila kembali menutup pintu dan bergegas menuju kamar untuk menemani putra kecilnya tidur. Rencana untuk masak akhirnya tertunda karena Ashraf pulang lebih awal dari biasanya.
Abraham 💖 Asyila
Penasaran?
Like 💖 komen 👇 tambah favorit juga 💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Juanita Lemah
lanjut jngan lama2
2021-04-11
1
emake nabira 🌹
misi ke dua asyila berhasil membantu abraham, next misi selanjutnya...
2021-04-10
1
Nurdiana Tjotjona
lanjuut thor
2021-04-09
1