"I-iya bukannya kamar terkutuk..."
mendengar ucapan laki laki itu membuat kanna terdiam sebentar, langsung menatap intens kepada anak itu.
"Aku tidak tahu ada masalah apa, tapi kami di panggil untuk itu,"
raut wajah laki laki itu mulai berubah, dia sepertinya berusaha untuk tenang.
"Baik, akan kuantarkan kalian. tapi sebelumnya tunjukkan dulu kartu masuknya," ucapnya dan menjulurkan tangannya.
iris mengeluarkan kartu masuk yang terselip di balik jubahnya, kartu berwarna putih dengan tulisan seni kerajaan.
"Ah, begitu. kalau begitu ayo masuk,"
Kanna dan Iris mengikuti laki laki itu, bangunan asrama laki laki ini terdiri dari tiga lantai sama persis seperti asrama perempuan, itu seingat Kanna dan Iris namun merek amalan diajak naik lagi setelah sampai di lantai tiga?
"Bukankah bangunan asrama masing masing memiliki tiga lantai?" tanya Iris.
"Benar, namun di ubah sejak setahun lalu. hanya ada satu kamar khusus disana," jelas Laki laki itu.
Iris dan kanna mengerti, namun juga masih terasa janggal karna tiba tiba akademi sendiri mengubah interior dan tata ruangan di asrama juga.
"Ini, masuklah."
kritt!
suara pintu yang berdenyit, kamar yang ada di lantai atas atau loteng ini sendiri sama saja seperti kamar lainnya. namun, terciumnya samar samar bau darah. sebenarnya apa yang terjadi disini?
"Kamar B-4 ini kamar yang didiami dua siswa laki laki, entah apa yang terjadi pada mereka tapi mereka hilang seminggu belakangan."
"Boleh masuk? aku ingin menyusuri TKP." ujar Iris.
"Y-ya tentu, aku pergi dulu, kalau ada apa apa kalian tinggal turun ke meja organisasi." balas laki laki itu dan hendak keluar.
"Sebentar namamu siapa?" tanya Kanna.
"Samuel Bruench,"
tap! tak! tak!
"Sepertinya dia lumayan sibuk ya, cepat sekali turunnya." ujar Kanna menatap heran kepergian laki laki yang bernama Bruench itu.
srek!
Iris menyibak tirai kamar itu, jendela di kamar itu terbilang kecil dari jendela kamar biasanya dan parahnya di paku agar tidak bisa dibuka pantas saja hawa kamar ini panas dan pengap.
"Aneh, bagaimana bisa dia siswa menghilang begitu saja. apa ada penyebab khususnya Iris?" tanya Kanna yang menoleh ke arah Iris yang menatap lurus ke arah jendela.
"Mereka di hilangkan,"
Kanna mengangguk, dia paham maksud Iris. setiap mereka melakukan misi dan jika ada Iris didalamnya, pasti akan cepat selesai misi itu.
Entahlah apa karna intuisi dan Blaise Iris yang besar atau memang dia peka terhadap hal hal seperti itu.
"Menarik juga kasus mu kali ini,"
ah, Neru berusaha berkomunikasi dengannya lagi. biasanya memang Iris meminta bantuan Neru untuk melihat lihat apa yang telah terjadi di tempat kejadian perkara secara jelas dia adalah roh yang bisa melihat masa lalu.
"Aku tahu, tapi kali ini para korban sendiri sudah tidak ada," -Iris.
"Bagaimana pun juga ruangan ini sama sekali tidak enak baunya," -Neru.
"Kau mencium sesuatu ya?"-Iris
"Murder on purpose," -Neru
"Aku sudah menebaknya, kau bisa istirahat sekarang," -Iris.
"Hei, tungg-"
tap!
"Kau melamun, Iris. ada apa?" Tanya Kanna yang sedang memegang pundak Iris.
"Hanya memikirkan tentang anak-anak yang hilang," Ujar Iris pelan, lalu berjalan keluar kamar.
Kanna mengikutinya keluar kamar, sepertinya investigasi nya selesai, cukup hari ini saja.
tuk! tuk!
"Ah, kalian sudah selesai?"
sebuah suara muncul dari arah tangga, Kanna menoleh dan mendapati Kepala asrama menunggu di bawah.
"Cukup sampai disini saja, lusa kami akan datang lagi." Balas Iris tanpa menoleh ke arah kepala asrama dan melewatinya begitu saja.
"Ah-hahaha, baiklah semoga kalian bisa menangani masalahnya," Ujar sang kepala asrama sambil memegang tengkuk nya.
Iris menoleh sekilas, "Siapa nama anda?"
tertegun karna pertanyaan tiba-tiba dari Iris, "Ah, saya Franz, kepala asrama ke XII,"
Iris mengangguk, lalu pergi dari sana bersama kanna.
"Kau menemukan sesuatu yang menarik?" tanya Kanna.
"Tidak terlalu, namun aku yakin akan berguna untuk menyelesaikan misi ini,"ujar Iris.
"Kita pulang dengan apa? mau teleport?" tawar Kanna pada Iris.
"Tidak, kita berjalan saja. kebetulan aku lapar kita harus singgah sebentar," Ujar Iris.
kanna mengerti, mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka.
...*****...
"Apa kau sudah menemukannya?" tanya Kanna.
hari ini, mereka kembali lagi ke akademi untuk penyelidikan lanjut. kasus kali ini bukan saja merepotkan tapi menyusahkan juga, bisa bisanya saat mereka kembali ke kamar katanya kamarnya sedang di perbaiki mana bisa TKP di bersihkan begitu saja sebelum kasus selesai?
"Mereka ini niat tidak sih mencari dua siswanya," gerutu kanna sambil mengulum permen di dalam mulut.
Iris menjulurkan tangannya pada Kanna, yang lalu di balas dengan permen oleh Kanna.
"Tidak biasanya kau makan manisan," Ujar Iris sambil membuka kertas permen.
"Aku hanya bingung mau melakukan apa di kasus kali ini, rasanya pasif sekali,"
memang benar, kasus kali ini benar benar sangat pasif. mereka tidak tahu harus apa sambil menunggu TKP yang "dibersihkan" itu.
"Ada yang mengawasi kita," ujar Kanna sambil menatap ke arah belakang mereka.
"Biarkan, justru itu yang membuat kasus ini menarik," Ucap Iris yang bangun dari kursinya dan pergi ke arah belakang.
"Hee, tidak seru mereka langsung lari,"
Kanna tidak mengerti apa yang mau di lakukan Iris, bisa bisanya dia membuat harapan palsu pada orang orang penguntit tadi dengan arah pergi ke belakang? tentu saja mereka kabur. selera humor temannya itu agak sedikit aneh memang.
"Ah nona Ann dan Nona Ris, kalian belum pulang juga?"
kanna menatap orang yang menyapa mereka, itu Franz si kepala asrama bukan? dia bertanya seperti itu, niat mengusir ya?
"Sayang sekali, kami belum mau pulang tuan. kami akan menunggu pembersihannya selesai," jawab Iris yang bergerak maju ke arah Franz.
"K-kenapa? bukankah ini sudah hampir senja? datanglah besok lagi." jawab Franz sambil sedikit mundur karna jarak iris yang semakin dekat.
"Sayangnya, kami berencana menginap," ujar iris yang tersenyum, wajahnya dan wajah franz bisa di bilang Sangat dekat.
"Oh, begitu kalau begitu semoga malam kalian disini nyaman ya," Franz yang merasa tidak nyaman itu langsung berbalik pergi, "Saya duluan,".
Kanna menatap kepergiannya dengan aneh, 'Tuan Franz itu tidak normal yah? biasanya laki laki yang di dekati Iris akan merona atau bahkan malu malu pergi, padahal jarak mereka sedekat itu,"
"Kau yakin kita menginap?" tanya Kanna ragu.
"Kenapa tidak? kita hanya di beri waktu seminggu saja,"
Kanna memilih setuju saja, tidak buruk juga. tapi dimana mereka akan tidur?
malamnya....
Kanna dan Iris sedang memakan makan malam mereka, sup daging yang di berikan asrama juga jus sebagai minumannya.
saat menyelesaikan suapan terakhir sup nya, alih alih-alih mengambil jus yang di berikan Kanna langsung meminum air yang dia bawa sendiri.
"Tidak mau minum jus nya?" tanya Iris.
"Kau sendiri tahu aku tidak suka meminum minuman seperti itu," ujar Kanna sambil meneguk air nya.
Iris bersyukur kali ini rekannya Kanna yang dewasa dan tidak cepat terpengaruhi, kebiasaannya memang begitu hanya minum air yang di bawanya atau alkohol lagipula Kanna memiliki alergi dengan beberapa buah tertentu.
"Aku tidur duluan, kau jangan begadang!" peringat kanna sebelum tidur.
Iris terkekeh, memangnya dia masih anak anak? yah tidak apa lagi pula dia memang tidak berniat begadang, sebelum itu dia menaruh sesuatu di sudut kamar setelah selesai dia berbaring di ranjangnya, nah ini baru saatnya tidur!
kriet!!
tuk! tuk!
pintu kamar itu terbuka, masuklah seseorang sambil mengendap endap menuju ke arah salah satu ranjang.
wish! brak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments