Iris sekarang sedang berjalan pulang, di tengah hujan deras seperti ini dia berjalan pulang dengan payung hitamnya. dia sedang malas menggunakan mananya untuk teleportasi walaupun itu memang cepat tapi kali ini dia ingin berjalan di tengah hujan.
tap! tap!
berjalan menatap ke arah depan sambil sesekali melihat sekitar, melihat ada beberapa anak yang berani hujan. bagaimana bisa mereka bermain hujan di saat seperti ini? tapi melihat mereka tersenyum membuat Iris mengingat ke dalam masa lalunya saat bermain dengan ibunya.
"Mama, apa hari ini Iris boleh tidak makan tomat?" ucap Iris kecil sambil menatap mamanya penuh harap.
"Hihi, boleh saja. tapi hanya untuk hari ini ya!" sambil tertawa kecil mamanya mengusap kepala Iris.
Iris senang walau hanya sehari setidaknya dia tidak bertemu dengan benda bulat merah itu sehari.
tuk! tuk!
"Mama hujan,"
mamanya menatap ke atas, "Benar, ayo kita cepat masuk!"
Namun Iris melepas genggaman tangan mamanya.
"Ada apa, sayang?"
"Bolehkah aku bermain dengan hujan?"
mamanya awalnya menatap dengan muka tidak setuju, namun luluh karna melihat antusias putri kecilnya.
"Sebentar saja ya, nanti ayah pulang cepat... Iris mau kena omel ayah?"
Iris menggeleng, "Baik, Iris hanya sebentar bermainnya*."
ah, Iris tersadar dari lamunannya. yang tadi itu pasti masa lalunya yang muncul, dia harus cepat-cepat pulang karna mendapati hujan semakin deras.
klotak! klotak!
sebuah kereta kuda tiba-tiba berhenti di sampingnya, Iris tidak tertarik dengan siapa pemilik kereta itu lalu berjalan kembali.
"Nona Iris!"
mendengar namanya dipanggil, jelas saja dia menoleh siapa yang memanggilnya?
ah rupanya pemilik kereta itu adalah Rin, sekarang Rin berdiri di samping pintu keretanya dan menatap Iris.
"Tuan rin, ada apa?"
"Saya melihat nona yang jalan, apa anda mau menumpang pada kereta saya?" ucap Rin sambil menjulurkan tangannya.
iris menatap sedikit ragu, namun dia akhirnya setuju lagipula ini akan membuatnya semakin cepat ke rumahnya.
Iris duduk sambil menatap ke arah jendela kereta, sementara Rin mengusap wajahnya.
ah, iris baru sadar tadi Rin keluar kereta tanpa patung jadi dia sekarang basah kuyup. jadi Iris menatap Rin dan ini yang membuat Rin tidak nyaman.
"Ah, nona bagaimana jika kita pulang ke rumah saya sebentar? baju saya basah." Ucap Rin sambil memalingkan wajahnya, nampaknya dia malu.
Iris mengangguk, sebenarnya iris bisa saja mengeringkannya namun itu pasti akan sangat tidak nyaman jadi lebih baik jika dia ganti baju di rumahnya.
...*****...
Iris sekarang sedang meminum teh yang di sediakan pelayan, sambil menunggu Rin Iris mengeluarkan satu kanvas milik Danish.
warna yang dipakai Danish semua adalah warna ungu dari muda sampai tua, yang dia campurkan menjadi perpaduan ungu yang indah. jika dilihat dari segi warna jenis blaise yang dimiliki Danish adalah Blaise kekuatan sedang (Sedang bertahap baik ke tahap yang lebih tinggi ataupun menurun). jadi sekarang Iris benar benar akan memikirkan dengan matang spirit apa yang cocok untuk Danish agar tidak salah yang akan membuat Blaise Danish menurun.
Iris sedang memikirkan tentang Blaise milik Danish yang membuatnya tidak sadar bahwa Rin sudah masuk dan duduk di depannya.
"Nona Iris apa anda baik-baik saja?"
ah! Iris kini tersadar dan langsung menaruh kanvas Danish kedalam tasnya lagi.
"Ah maafkan saya yang tadi melamun,"
"Tidak apa nona," Balas Rin lalu meminum minumannya.
"Terimakasih atas tumpangan anda, yang mulia." Ucap Iris.
Rin menatap Iris dengan heran, "Ah tidak usah seformal itu."
iris mengangguk, lalu mereka tidak bicara lagi benar-benar hening.
iris melirik ke arah jendela, hujannya sudah reda walau hanya tersisa rintik-rintik saja. Ini saatnya dia pulang.
"Hujan sudah reda, sudah waktunya saya pulang. terimakasih atas teh juga camilannya, pangeran Rin." Ucap Iris lalu berdiri dan membungkukkan badannya.
ah, padahal Rin sudah mengatakan jangan bicara formal.
"Baiklah, aku harap anda menerima kawalan dari kami menuju kediaman anda," ucap Rin.
Iris tidak bisa menolak, jadi begitulah dia pulang dengan kereta dari keluarga Sanders.
"Monnie bawakan teh saja ke ruangan ku, setelah mandi aku akan kesana." ucap Iris sambil memasuki Kamar mandi.
setelah mandi, Iris berpakaian dia langsung pergi ke ruangan kerjanya. duduk dan menyelesaikan tugas nyonya Rupert seperti biasanya dan tidak biasanya dia mengerjakannya dengan lama.
setelah selesai dia mengambil kanvas anak-anak yang lain, dan memilih milik Huvient lalu mencoba memahami warna apa yang di pilih oleh Huvient.
warna coklat dan biru? atau oranye? dari pada itu dia mencampurkan warnanya dengan cara yang tidak biasa, perkiraan Iris dia menggunakan semacam alat lalu dia mencampurkan warnanya dengan alat itu tapi bisa diakui campurannya cukup indah walau warnanya lumayan aneh.
Blaise milik Huvient adalah Blaise tingkat tinggi, sudah iris tebak sedari pertama kali melihat Huvient dia memiliki Blaise yang sangat tinggi. dan dia bilang dia suka berkelahi? dan juga tidak bisa memegang pedang?
lalu Iris mengambil kanvas milik Curie, warnanya merah dengan oranye warna yang mirip dengan rambut dan matanya. lalu Blaise nya terli--
tok! tok!
"Saya Yena nona,"
ah Yena pelayan muda yang sering melayaninya, tidak biasanya dia menemui Iris.
"Masuk,"
kriet!
"Ada apa?"
"Saya minta cuti libur saya,"
Iris menatap Yena, cuti libur? bukankah pelayan disini hanya punya cuti libur setahun lima kali? untuk apa dia minta cuti libur?
"Duduk dulu," ucap iris menunjuk kursi yang ada di hadapannya.
Yena duduk dengan muka yang cemas.
"Ada keperluan apa sehingga kamu minta cuti liburmu?" tanya Iris.
"A-adik saya sakit di rumah, suhu badannya sangat tinggi lalu terus naik." jelas Yena sambil menatap takut-takut Iris.
"Ah begitu, sebentar aku akan liat cuti Liburmu dulu," ucap iris dia berdiri dan pergi ke arah lemari yang berada di ujung ruang kerjanya.
dia membuka lemari itu, langsung saja dia mengambil buku khusus, buku tentang rincian para pelayan rumah. lalu berjalan menuju mejanya lagi, membuka halaman demi halaman mencari daftar cuti libur. lalu menemukan nama Yena, dia baru mengambil empat Cuti liburnya tersisa satu.
Iris menatap Yena, apa dia akan yakin? ini cuti libur terakhirnya sementara ini baru bulan ke enam tahun ini setelah ini dia tidak bisa pulang-pulang lagi.
"Dimana rumahmu?"
Yena yang sedari tadi menunduk langsung menatap Iris, "Bagian Utara pada gang ke empat dari kanan."
Iris mengangguk, menutup buku itu dan berdiri mengambil jubahnya.
"Kenapa masih duduk? ayo pergi,"
Yena tersentak tak memercayai apa yang barusan di katakan Iris, maksudnya mereka akan pergi bersama?
"Kalau kau diam begitu saja memangnya adikmu bisa menunggu lebih lama?"
Yena langsung berdiri dan mengambil kopernya, dan pergi memakai kereta dengan iris pergi kerumahnya.
kebetulan rumahnya tidak jauh dari kediaman Rupert, namun kereta mereka tidak bisa masuk di karenakan jalan yang kecil. jadi mereka tinggal berjalan menuju gang rumah Yena.
"Kau punya berapa saudara?" tanya Iris.
"Satu nona. kami pun hanya tinggal berdua," jelas Yena.
Iris mengangguk, pantas dia cepat-cepat pulang adiknya hanya sendiri di rumahnya dan sakit keras. mereka berjalan memasuki lorong gang itu yang gelap dan hanya ada tiga rumah disana mereka masuk ke dalam rumah paling ujung.
"Nona bisa menunggu disini," ucap Yena dan mempersilahkan Iris duduk pada kursi di dapur.
sayup-sayup iris mendengar percakapan antara Yena dan adiknya di kamar, namun rasanya Iris familiar dengan suara Dari adiknya. Yena keluar dari kamar dan mempersilahkan Iris masuk untuk melihat adiknya karna sebelumnya Iris ingin melihat ke- adaannya.
"Permisi,"
iris menangkap seorang gadis kecil tidur tidak berdaya dia tas kasur yang kecil, dengan muka yang pucat.
"Ah selamat siang nona Rup-"
adik Yena terdiam melihat siapa yang ada di depannya sekarang.
"Nona Iris?"
"Yosa Curie?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments