selepas pergi dari pusat kota Iris memutuskan untuk berdiam diri di ruang kerjanya sampai siang. beberapa berkas harus dia selesaikan, keluarganya hanya ada tiga orang yang selalu sibuk termasuk dirinya.
jarang sekali dia meliburkan diri seperti ini dari pekerjaannya, di kediamannya pun dia hanya mengerjakan tugas tugas yang memang nyonya pemilik kediaman yang harus melakukannya.
Iris mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari telunjuk. karna dia kebetulan bersamaan libur dengan adik laki-lakinya dia agak sulit menghindari adiknya hingga harus menyekap diri di ruang kerja.
dari dulu memang seperti ini keluarga Rupert, kepala keluarga yang gila kerja, putri sulung yang sibuk dalam akademi dan pekerjaannya juga yang bungsu yang asyik dengan pencapaian masternya. dua bersaudara ini sejak 9 tahun lalu tidak mengenal kata "ibu" lagi.
Iris memutarkan bola matanya, dia merasa ada seseorang yang akan datang. Sikap was-was yang sudah dia pelajari dari dulu membuatnya lebih bersiaga, Iris mengambil pisau makan yang tergeletak di sampingnya bersiap melemparkan itu keluar jendela.
SWiSH!
"Woops, hampir aku kena."
Iris merasa familiar dengan suara itu lalu menolehkan kepalanya ke arah jendela.
"Kau berniat membunuhku?" si pemilik suara sudah duduk di ambang jendelanya dengan tangan di dada.
"Rupanya kau bosan hidup, Azura. bagaimana bisa kau tidak memberi salam pada atasan." Iris menjawabnya, matanya memberikan tatapan sinis.
"Tidak bisakah kau sehari saja bersantai? apanya yang namanya liburan jika kau masih kerja." alih-alih menjawab, Azura bangun dan melihat-lihat kertas kertas yang berada di meja.
"Bukan urusanmu. kenapa kau kesini? jika ini soal Harry dia masih latihan di istana." Iris meminta kertas yang dibawa Azura dia tidak sedang ingin diganggu.
"Aih jahat sekali. aku ini tahu dimana keberadaan kucing manis ku, dan aku kesini bukan karena kucing manis ku," Azura menjawabnya.
"Sejak kapan kau punya hewan peliharaan? apa sekarang kau memberikan julukan pada para spirit itu?" Iris menatap Azura.
"Mereka mana mau, maksudku itu Harry." Azura menjawab.
"Ah rupanya kalian punya panggilan masing-masing. kukira hubungan kalian tidak sedekat itu sampai Harry juga Mau memberi julukan balik."
"Benarkah? dari dulu dia tak mau memanggil namaku, ternyata diam-diam dia punya panggilan tersendiri untukku." Azura bertanya sambil memandang Iris dengan berbinar.
"Iya dia memanggilmu dengan sebutan 'si menyebalkan itu' . jarang dia memanggil orang seperti itu," Iris menjawab sembari tersenyum ke arah Azura.
Azura menatap Iris sesaat, lalu dia menepuk tangannya.
"Aku tidak menyangka..."
Iris menatap heran, dia senang apa sedih?
"Itu manis juga, aku senang dia menganggap ku ada." Azura menunduk sambil tersenyum tipis.
Iris benar benar menatap Azura heran, jadi selama empat tahun ini dia dianggap apa oleh Harry?
"Apapun itu, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" tanya Iris.
Azura menatapnya, "Wah aku hampir lupa. aku ingin mengenalkan mu pada seseorang."
Iris mengangkat alisnya, "Siapa?"
"Dia sangat tertarik denganmu, lagipula dia pemilik salah satu toko dessert yang baru baru buka." Azura menjawab dengan mengedipkan matanya.
iris memikirkan sejenak, lalu mengangguk. dia pikir lagipula untuk apa diam di sini terus kebetulan ada kesempatan dia harus keluar. apalagi toko dessert yang baru? dia harus mencobanya.
"Kalau begitu Phiri akan menuntun mu." Azura memanggil Phiri, spirit angin kecil itu langsung muncul.
"Apa-apaan ini, Azura?" Phiri, spirit itu protes karna dia dipanggil Azura.
Azura memakai telunjuknya untuk mengusap rambut Phiri. "Tolong pandu temanku ke tempat kenalanku itu yah,"
"Apa apaan? ketempat Kath aku gak mau." Phiri menggeleng cepat.
"Ahh kumohon..." pinta Azura sambil memelas.
sementara itu, Iris bingung dengan dua orang di depannya itu. ah apa spirit bisa dikatakan orang juga? lagipula dia kita Azura yang akan memandu nya. harusnya dia tidak harus berharap kalau gadis biru itu tahu jalan yang benar.
"Nah Phiri sudah menyetujuinya. jadi Iris kau ikuti dia yah, aku pergi dulu." azura langsung kabur.
dua orang yang ada disana melihatnya dengan tatapan kesal. apa-apaan dia?!
"Jadi namamu Phiri. aku akan mengganti bajuku tunggu disini." Iris mengajak bicara Phiri, sebelumnya dia hanya bicara dengan beberapa spirit saja.
Phiri menatapnya balik, mengangguk dan dia duduk di ambang jendela.
beberapa menit kemudian...
"Sudah. kita akan berangkat dengan apa?" Tanya Iris yang baru masuk ruangan dan menatap Phiri.
"Kau tidak lemah terhadap sihirkan?"
"Tidak,"
"Yah, aku senang tidak melayani orang yang manja. kemari kita akan segera berangkat." Phiri menjawab sambil mengulur tangannya lalu Iris menyambutnya.
wush!
mereka melalui dimensi lain dengan cepat. sekejap kemudian mereka sampai di depan sebuah toko.
"Jadi ini dia?" Iris melepas genggaman tangan tadi dan bertanya sambil menatap bangunan di depannya.
Phiri heran, tapi dia mengesampingkan itu. "Benar,"
Iris menatap sekitarnya, dia mendapati bahwa sekarang dia berada di dermaga dan di samping toko itu ada laut. laut yang indah, dia melangkahkan kakinya ke arah pagar pembatas dermaga.
matanya menatap ombak yang tenang dengan tatapan datar, Phiri menatapnya sekilas lalu masuk ke dalam toko dan Iris mengikutinya.
"Selamat da--" seorang perempuan berambut pirang berkuncir kuda menyambut mereka, tapi wajahnya langsung berubah jengkel ketika tahu siapa yang masuk.
"Long time no see, Kath." Phiri menyapa gadis itu.
"Sepertinya kemarin aku baru melihatmu. apa yang kau lakukan disini?" tanya gadis itu dengan sinis.
"Tenang, aku membawa wanita yang 'menarik' itu." Phiri menjawabnya sambil menunjukkan tangannya kebelakang.
gadis tadi langsung menunjukkan wajah senangnya, "Ah, selamat siang nona."
Iris membalas sapaannya, "Siang juga,"
"Oh aku sangat mendambakan anda, Aku senang bisa bertatap muka dengan anda." ujar gadis itu ceria sekali, dia menjulurkan tangannya.
Iris membalas ulurannya, 'apa yang di katakan azura hingga orang ini seperti ini?'
"Nama saya Kathryn. senang bertemu dengan anda," gadis yang bernama Kathryn itu tersenyum hangat.
"Saya Iris," Iris menjawabnya.
Kathryn mempersilahkannya duduk di kursi dan menanyakan pesanan Iris, lalu pergi untuk membuatkan pesanan. Iris menatap Phiri ingin bertanya.
"Ada apa? dia suka padamu dan tertarik padamu," Phiri tahu bahwa dia ditatap langsung menjawabnya.
"Dia tahu siapa aku?" tanya Iris.
Phiri menggeleng, "Dia hanya tahu kau putri sulung Rupert,"
iris mengangguk, dia masih bingung apa yang spesial dari keluarganya? apa dia pernah menolong Kathryn atau bertemu dengannya sebelumnya? atau pernah berbisnis dengan ayahnya?
Kathryn datang dengan dessert yang diminta Iris, jelly bening dengan selai diatasnya juga beberapa gelas teh dan tekonya. dia menaruh itu diatas meja.
"Kenapa anda tertarik dengan saya?" tanya Iris, ini kebiasaannya untuk to the point.
Kathryn tersenyum, "Anda sangat hebat. saya dari dulu ingin bertemu anda lagi."
'lagi?' kapan dia bertemu dengan Kathryn. jujur saja walau dia banyak bertemu wajah namun dia yakin tidak pernah bertemu yang seperti Kathryn. dilihat lihat Kathryn berumur 30-an walau awalnya dia kira Kathryn berumur belasan.
"Maaf, tapi kapan kita bertemu?" Iris bertanya sambil menyesap tehnya.
"Ah kita memang tidak bertemu secara langsung seperti ini.saya hanya bertemu ibu anda, kalian sangat mirip." Kathryn menjawabnya.
sekarang Iris maklum,banyak yang bertanya dia mirip dengan ibunya. tapi kalau tidak salah setelah ibunya menikah dia tidak pernah keluar.
"Ibu anda sangat baik. beliau menyembuhkan saya," Kathryn mengatakan itu sambil menatap Iris.
Menyembuhkan? itu wajar mungkin (?) ibunya kan seorang iblis yang di sebut memiliki kemampuan penyembuhan terhebat. Karena kekuatannya yang disebut kekuatan Iblisnya yang besar.
"Dia bahkan sangat baik. aku harap bisa bertemu dengannya lagi,"
Iris menunduk, "ibu sudah lama pergi,"
Kathryn dan Phiri menatapnya dengan ekspresi terkejut.
"Maafkan aku, aku tidak tahu itu. dan malah bicara seenaknya." Kathryn menutup mulutnya.
Iris menatapnya dan tersenyum tipis, "Tidak apa, kematiannya memang dirahasiakan."
Phiri menatap Iris dengan tatapan prihatin Kathryn benar benar merutuki dirinya yang bodoh karna mengatakan hal itu.
"Tapi, jika anda berkenan bisakah anda menceritakan bagaimana kalian bisa bertemu?" Iris bertanya sambil mengambil sendok untuk menyendok jellynya.
"Entahlah, aku yakin sekali aku tidak akan lupa saat pertama bertemu. tapi semakin hari ingatanku semakin terkikis," Jawab Kathryn.
Iris menatapnya sekilas, wajar dia lupa mereka hanya manusia biasa. ayahnya sendiri saja mungkin sudah lupa, lagi-lagi pada akhirnya semuanya melupakan dia dan hanya aku yang ingat.
Itu hal yang wajar, jika Iris juga pergi semuanya pasti akan melupakannya itu sudah hukum alam bagi orang-orang seperti dirinya dan ibunya.
Iris mengangkat gelas tehnya. "Tokomu masih baru ya,"
"Baru di buka dua bulan lalu,"
"Pemandangannya juga segar sekali. aku tebak ini ada di daerah kekaisaran timur," sambil menggoyangkan cangkir teh dia tersenyum.
Kathryn dan Phiri lumayan terkejut, bagaimana bisa tahu? bukankah dia di ajak kesini lewat sihir spirit. disinilah Phiri semakin yakin Iris bukan manusia biasa..
"Aku jarang berkunjung ke arah timur. terimakasih atas undangan anda, tapi saya masih harus mengurus beberapa urusan." Iris tersenyum dan bersiap bangun dari kursinya
Kathryn mengangguk, "Mungkin anda bisa kembali kesini lagi,"
"Tentu, jelly anda sangat lembut aku akan berusaha datang dua bulan sekali." jawab Iris dia memberikan salam perpisahan dan keluar dari toko.
Iris keluar dan melihat pemandangan luar, dia berjalan menuju arah dermaga. Phiri datang dan berdiri di sampingnya, Iris menatapnya.
"Kau perlu tambahan mana bukan?" iris bertanya.
Phiri menggeleng cepat. "Tidak usah."
iris menarik tangan Phiri, begini-begini walau dia dipanggil perempuan dingin dia mengerti perasaan spirit seperti Phiri. jelas saja Phiri pasrah mengikuti Iris.
di pinggir pantai tidak sengaja Iris melihat ada kedai kecil mungkin menjual makanan.
dia sadar sekali dessert tidak cukup mengenyangkan untuk spirit jadi dua lebih baik menyalurkan mana-nya saja dengan cara makan terlebih dahulu.
"Aku akan memberikan manaku, jadi berkeliling lah dulu di sekitar sini jika ada yang menarik kau bisa beritahu aku," Iris mengatakan itu allu masuk ke dalam kedai itu.
keadaan kedai itu lumayan ramai, hampir semua kursinya penuh, Iris menatap sekitarnya dan melihat satu satunya kursi di luar yang kosong walaupun ada satu orang siapa tahu dia mau berbagi tempat bukan?
setelah memesan, dia berjalan ke tempat itu.
"Permisi, apa anda menunggu seseorang." tanya Iris.
orang itu yang tadinya menatap laut lalu menoleh, dan menggeleng.
"Kalau begitu apa saya boleh duduk disini?"
orang itu mengangguk, saat menoleh dan jubah yang dipakainya terbuka karna angin. Iris tak mengira dia akan bertemu dengan pria itu lagi. 'si laki-laki sebiru langit'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments