mereka menelusuri hutan untuk mengikuti jejak si penculik, namun hilang di tengah-tengah hutan. sialnya di hutan jahat gelap, mata Iris tidak bisa melihat dengan jelas. jika bisa dia bisa tahu dimana letak Aline, jika dilihat lihat ini seperti penculikan yang di sengaja dan sudah di rencanakan.
mereka jelas sekali menculik Aline disaat bulan di tutupi kabut, juga mereka sengaja membuat mereka masuk ke dalam hutan yang terkenal dari wilayah barat daya 'Hutan Sesat' .
Azura juga kelihatan tidak bisa menghubungi spirit tanah ataupun kayu, dikarenakan disaat gerhana atau saat bulan tidak bersinar mereka akan tidur sampai cahaya kembali menerangi.
Iris yang semula ingin menggunakan matanya yang spesial tapi tidak bisa dikarenakan kabut, menatap setiap pohon dan juga jejak di tanah ingin melihat bukti-bukti yang ada.
sementara dua rekannya bingung, Rin terlihat santai. entah karna dia tahu dimana di culik atau karna dia tidak mengerti harus melakukan apa. tetapi dengan wajahnya yang datar dua menunjuk jalan ke kanan.
"Disana. Mereka pergi melewati pohon pohon di bagian kanan!"
Iris dan Azura tidak percaya dengan yang di bicarakan Rin, namun mereka akan mencobanya.
memang benar kalau pohon pohon disana terdapat bekas pijakan, tapi bukan Azura Jika langsung memercayai ucapan Rin begitu saja.
"Bukankah disini sering begitu? tadi di bagian kiri juga seperti ini!" bantah Azura.
"Yang bagian kiri itu di karenakan para pencari kayu atau karna ada kayu yang kapuk. namun saya yakin yang ini adalah pijakan manusia."
Azura jengkel, percaya diri sekali. mentang-mentang bangsawan, jangan berkata bahwa Kanna ini kekanakan dia hanya dendam saja dengan darah biru.
Iris mencoba mempertimbangkan ucapan Rin, selagi mereka berdua Di belakangnya berdebat Iris mengajak Neru bicara.
"Menurutmu ini bagiamana?" -Iris.
"Yang dikatakan rambut biru itu benar, coba kau ikuti terus kau akan menemukan sesuatu di depan sana." -Neru.
iris mengangguk, lalu memerintahkan mereka bergerak menuju arah yang di tunjukkan Rin. dan benar mereka menemukan belati yang setengahnya berisi darah, darah yang masih segar dan berbau keras. Mereka rasa belati ini milik Aline karna Aline mengatakan dia selalu membawa belati kemana-mana.
'Hei Iris anggota barumu ini menarik juga,'
'Neru jangan ganggu aku!'
'Heh memangnya siapa yang mau ganggu! aku hanya ingin mengatakan bahwa dia spesial,"
"Apapun itu nanti saja.'
Iris menutup matanya yang kanan, biasanya Neru akan bicara saat matanya yang kanan berubah warna.
Neru menyentuh pohon di sekitarnya, berharap bisa melihat ingatan pohon-pohon itu. tapi hidungnya mencium sesuatu, bau bunga mawar. di hutan seperti ini memang bisa saja ada bunga mawar, namun biasanya bunga ini identik dengan perasaan bukan? selain itu dia mencium bau kayu yang terbakar!
"Ada yang terbakar di depan," Azura berseru, rupanya dia juga menciumnya.
Srak!
tiba-tiba Rin pergi melewati semak-semak dengan cepat, Azura ingin mengejar namun di cegah, "Jangan, jika dia ingin kabur biarkan saja."
Azura mengangguk lalu mereka pergi ke tempat yang tercium bau hangus.
"Uhuk! uhuk!"
seorang wanita muda berambut merah muda keluar dari reruntuhan yang habis terbakar, itu Aline yang habis menyelamatkan dirinya sendiri.
"Si-sialan, Wisel brengsek! apa yang me-yakininya untuk b-bunuh diri dalam kondisi rumah terbakar itu! " masih tersengal Aline mencoba menghalangi puing puing dari rumah yang jatuh.
saat sibuk menghalau bekas puing, Aline merasa ada seseorang di sekitar sana.
"Sial! perempuan jalang. dimana dia? Wisel pula sudah hangus di dalam tapi dia bisa melarikan diri."
Aline terkesiap, itu suara ayahnya. jadi maksudnya ayahnya yang menjebak dia dan Wisel ke dalam sini?
saat di dalam, Wisel terlihat lemas sekali bukan seperti biasanya. lagipula mana pernah Wisel memberikan mawar padanya? jangan-jangan dia di kendalikan ayahnya.
sambil berjalan menunduk, dia harus kabur!
Aline terus berjalan lurus, sampai menemukan gua yang sempit. tubuhnya bisa masuk kedalam di karenakan tubuhnya yang kecil.
"Sementara ini aku aman."
Aline mencoba terkadang melihat ke luar untuk memastikan, tapi namanya dia lelah dia pun tertidur.
"Anda sudah bangun?"
Aline terbangun, dia reflek memukul bahu orang itu.
"Ah anda tidak perlu takut, ini saya Ran."
orang itu adalah Rin, nama samarannya Ran.
"Rupanya tuan, maafkan saya." Aline menunduk.
"Tidak apa itu wajar nona,"
Aline menatap Rin, dan bertanya dalam hati apakah dia yang menjaganya semalaman?
"Anda sejak kapan disini?" tanya Rin.
"Saya tidak tahu, namun setelah saya berhasil selamat dari puing-puing." Aline menunduk, "Bagaimana dengan tuan?"
"Saya mencoba mencari nona setelah mencium bau nona, dan saya temukan nona sudah tidur."
wajah Aline memerah, Baunya? apa laki-laki ini mencium baunya!
manalagi gua sangat sempit hingga mereka sangat dekat.
"Bagaimana dengan Nona Ris dan Ura?"
"Ah saya meninggalkan mereka.'
Rin baru sadar bahwa dia meninggalkan dua rekannya, dan siap-siap kena omel.
tuk! tuk!
"Nona Aline Anda baik-baik saja?" itu Azura.
"Ura bagaimana anda bisa tahu?" Aline nampak malu apalagi sekarang posisinya dan Rin itu terlalu-
"Tuan Baron sudah di tangkap,"
itu suara Iris, lalu menjulurkan tangannya pada Aline membantunya keluar dari gua.
saat keluar dia melihat ayahnya sudah di bekuk Azura, lalu bagaimana dengan Wisel?
"Anda mencari tuan Count? beliau masih hidup, beliau benar-benar mencintai anda." Rin mengatakan itu sambil menepuk pundak Aline.
"Benar, anda harus memberikannya imbalan besar. demi anda tangannya yang kanan hilang."
Aline syok, Wisel berkorban demi dirinya? tangannya hilang satu bagaimana bisa nanti dia menjalani tugasnya!
"Anda akan dimasukkan kedalam rumah perawatan sementara,"
Aline mengangguk, namun di balik Wisel yang membuatnya sedih dia senang sudah terlepas dari cengkraman Baron. dan selebihnya harta Baron di serahkan padanya juga dia menjenguk Wisel dan merawatnya.
"Coba tebak, mereka akan menikah pastinya." ucap Azura saat di perjalanan pulang.
"Aku tidak paham kenapa kau mengatakan itu," Balas Iris.
"Ah Iris tentu perasaan kau memang tidak terlalu mengerti. tapi Rin kau paham kan?"
Rin mengangguk, "Tidak terlalu, namun saya mengerti perasaan itu."
"Apa pentingnya cinta?" Iris bertanya sambil menyibak gorden kereta.
"Kau pernah mengalaminya, kau tahu pasti itu penting atau tidak." Sindir Azura.
Iris terkekeh, "Kalau dia mendengar, mukanya akan memerah Azura."
"Benar kan, aku ingin sekali melihat Iris menikah,"
"Terlalu cepat, Azura."
"Tidak seru, kalau Rin kau sedang menyukai seseorang?"
Rin yang biasanya pendiam itu, memalingkan wajahnya telinganya memerah.
Azura yang melihat itu menggodanya, "Hee, jadi siapa wanita itu?"
begitulah perjalanan pulang di penuhi godaan dan pertanyaan soal cinta dari Azura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments