klak!
tap! tap!
"H-hei, bagaimana kau bisa menerima misi ini tanpa mengatakan padaku dulu?" ujar Kanna sambil berusaha menyusul langkah kaki Iris.
"Kakimu itu belum pulih, jangan memaksakan nya untuk mengikuti kakiku yang sehat,"
"Ah, bukan begitu. lagipula kalau aku ikut serta di misi ini, aku harus selalu mengikuti langkah rekanku, bukan?" bantah Kanna dan berhenti sejenak, kakinya kembali berdenyut denyut.
"Duduk saja, aku hanya pergi ke kantor kepala akademi. tidak akan lama," Ujar Iris yang menunjuk salah satu kursi taman akademi, lalu melemparkan sebuah minuman kaleng pada Kanna.
tuk!
kaleng itu jatuh, kanna memungutinya dengan bersungut.
Kanna malas berdebat dan memilih duduk di tempat duduk itu dan membuka minuman kaleng yang sedikit penyok itu, "Dasar, harusnya jangan di lempar dong,"
gluk!
kanna meminum minuman itu, matanya menatap sekilas sekitar taman akademi. sampai iris matanya menangkap siluet murid akademi yang berjalan menuju dirinya.
"Ah, Senior Eryas!"
mendengar namanya di panggil, Iris reflek menoleh dan mendapati juniornya dulu menyapanya.
"Wah, benar kan, ini senior Eryas! mataku memang tidak pernah salah," seniornya dengan nada girang segera menuju ke arah Kanna.
"Ah, Popy ya?" ujar Kanna, sekilas dia menyadari siapa senior yang ada di depannya ini.
"Benar, wah senangnya aku di ingat senior!" sambil membungkuk sedikit dan memajukan wajahnya seniornya itu tersenyum lebar.
"Senior yang menggoda guru sihir, bukan? masih ada muka ya untuk kesini,"
Kanna terdiam sebentar, sudah dia duga kedatangan nya disini bukan membuat perasaannya semakin baik. lagi pula itu sudah kejadian empat tahun lalu, kenapa masih di ungkit lagi?
"Mukaku cukup banyak, untuk apa takut melihat tikus tikus kecil seperti kalian?" balas Kanna sambil meneguk minumannya lagi, berusaha acuh pada juniornya.
"Hei, saking banyaknya muka senior! tunjukan wajah jalanmu dong," ujar salah satu junior yang bersama junior tadi sambil mengangkat dagu kanna.
tak!
kanna melempar kaleng minumannya telak di dahi junior laki laki itu, cukup keras sampai dahinya memerah.
"Ouch! sialan wanita gila, apa yang kau lakukan?"
"Kau masih bocah, jangan terlalu percaya diri urus saja sekolahmu! sudah lebih tiga tahun tapi belum lulus?" Kanna tersenyum tipis sambil menatap juniornya itu dengan tatapan jijik.
"Urus saja urusanmu sendiri, wanita gila!"
merasa malu, junior-junior yang tadi merundung nya tadi kabur masuk ke dalam akademi.
"Cih, begitu saja lari."
benar yang di katakan Iris, lebih baik dia diam disini dari pada menahan cacian dari anak anak kecil itu, bisa bisa juga nanti kambuh lagi serangan panik nya.
"Ah, Siapa juga sih yang menggoda kakek tua sialan itu." ujar Iris sedikit berteriak lalu tertawa kecil.
"Syukurlah bagi keluarganya, aku hanya memotong jari-jarinya dan selangkangannya saja,"
empat *tahun lalu..
tak! crash*!
"*K-kau... bagaimana k-kau melakukan itu padaku!"
"Simpan saja tenagamu, dan nikmati saja pelayananku."
"A-anak tak tahu di untung! ak-aku sudah membesarkanmu!"
kanna menginjak tangan orang itu, "Aku memang harus membalas budi padamu, paman tua. karna itu terima saja balas budiku!"
sratch!
jari-jari yang berkeriput itu terpisah dari pangkal nya, lima jari sudah lepas dengan cepat.
smirk, "Bagaimana? balas budiku sudah tersampaikan bukan?"
sambil menggigit bibirnya dan menatap kanna dengan nyalang, "K-kau... anak apa yang merenggut jari jari ayahnya!"
"Ayah? memangnya aku punya?"
sracth!
tersenyum puas melihat hasil karyanya, genap sepuluh jari dia masukan ke dalam toples bening dengan cairan pengawet.
"Hei, paman tua bersyukurlah aku masih menyimpankannya padamu! sekarang aku akan melakukan seni terbaikku!"
crash*!
mengingat kejadian itu membuat Kanna tertawa kecil, bisa bisanya dia masih membiarkan hidup orang tua itu, orang yang mengaku dia adalah ayahnya.
Viscount Erdyas, laki laki menjijikkan yang memiliki hubungan spesial dengan kepala pelayan rumahnya. bukan, dia tidak berselingkuh, karna punya istri saja tidak.
Namun, karna hubungan nya tidak di setujui oleh ayahnya maka dia nikah lari dengan pelayan itu.
sayangnya ternyata kepala pelayan itu sendiri malah berselingkuh dengan orang lain, dan membuatnya hamil. padahal anak yang di kandung pelayan itu murni anaknya sendiri bukan anak selingkuhan pelayan itu, Kanna Erdyas.
setelah istrinya melahirkan, dia langsung menjualnya dan anaknya sendiri di telantarkan. setelah berumur dua belas, dia masukkan anaknya ke dalam penahanan remaja dengan alasan bahwa anaknya membangkang.
tap!
"Jangan melamun, ayo masuk!"
kanna terkejut, dan menatap Iris yang melihatnya dengan tatapan semacam khawatir (?) masalahnya ekspresi Iris ini sulit di tebak.
"Ah, maaf. hari ini kita hanya melihat-lihat keadaan TKP saja, kalau mau pulang duluan tidak apa." ujar Iris yang duduk di samping Kanna.
kanna menggeleng, bagaimana bisa dia meninggalkan rekan dalam misi dan juga Iris memiliki pengalaman buruk juga di akademi ini.
"Tidak, aku ikut."
Iris mengangguk, sebelumnya dia memperingati Kanna agar memakai topeng guild yang biasa di pakai untuk menyamar.
Mereka berjalan bersamaan dengan Kanna memasuki bangunan utama akademi. sekarang memang hampir senja, tapi mengikuti kebiasaan akademi yang biasanya menahan para muridnya sampai matahari tenggelam itu wajar saja.
"Interiornya di ubah ya," ujar Kanna sambil melihat beberapa tiang bangunan yang sudah berbeda warna dari saat dia berada disini.
warna dalam akademi sendiri yang awalnya adalah warna kuning telur (mustard)dengan beige. tapi sekarang warna nya di ubah dengan hijau mint pastel, mungkin agar membuat suasana di dalam akademi sejuk beberapa tata ruangan di ubah.
"Selera kepala akademi memang begitu," balas Iris berusaha menjawab seadanya, dia menahan agar tidak mengucapkan kata kata kasar.
mereka berjalan sampai keluar dari gedung satu akademi, dan menuju ke arah timur dimana letak asrama Clouds berdiri.
"Kenapa pergi kesana?" tanya Kanna.
"Ada masalah yang harus kita selesaikan," ujar iris yang memasuki area akademi.
Duk!
ah, Iris yang berada di depan kanna tertabrak (?) dengan seseorang, ah bukan mereka tertabrak tapi yang jatuh hanya orang yang tertabrak dengan Iris, sementara Iris sendiri masih berdiri sempurna. Karna mereka hanya tertabrak bahu masing masing.
"Ah, sial aku tidak melihat jalan." umpat pemuda itu, lalu menatap Iris.
"Kau perempuan kan? kenapa masuk asrama pria?" sambil berusaha bangun sendiri, karna iris sama sekali tidak berusaha membantu membangunkan pemuda itu.
"Ada urusan, kami bukan siswa disini," balas Iris, sambil memastikan bahwa tidak ada yang perlu di bahas lagi lalu berlalu.
"Maafkan karma sikap adikku ya," ujar Kanna sambil menatap pria itu.
"Tidak apa, di umur nya seperti itu dia pasti sangat susah diatur, kau hebat telah mendidik adik seperti it--"
Iris menoleh ke belakang dan menatap sinis laki laki muda itu, lagi lagi diskriminasi tinggi badan. memang Kanna lebih tua dia tahun darinya, tapi dia juga bukan anak remaja yang membangkang pada kakaknya.
"Ah, dia bukan seperti itu kok! kami duluan ya," ujar Kanna, dia tidak ingin Iris semakin kesal.
"A-ah baik, tapi kalian tahu mau kemana?"
Iris terdiam, lalu mengangguk pada kanna itu berarti dia tidak tahu. jelas saja, selama dia sekolah disini dia tidak pernah masuk asrama laki laki.
"Ah, bisakah kau memandu kami? " tanya Kanna.
"Memangnya kemana?"
"Kamar B-4,"
laki laki itu menampakkan raut wajah ketakutan, "K-kenapa kalian kesana? itu kamar terkutuk.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments