sekarang Iris tengah duduk di samping kasur Adik Yena, Yosa Curie muridnya di akademi. sementara Yena pergi mengambil minuman Iris dan Yosa di biarkan berdua di kamar.
"N-nona saya tidak tahu bahwa anda..."
dari tadi Yosa menutup mulutnya akhirnya dia bicara, Iris menghela nafasnya.
"Pantas saja saat di kelas raut wajahmu kurang sehat," Ucap Iris.
"N-nona melihatnya?"
iris mengangguk, begini-begini dia memperhatikan murid-muridnya.
yosa kembali diam, dia bingung mau bicara apa dengan gurunya yang datang ke rumahnya. mana lagi dia sedang sakit jadi terlihat bahwa dia malu dengan gurunya.
"Jika kau sakit kakakmu akan sangat khawatir," gumam Iris.
yosa menatap Iris intens, gurunya mengatakan apa?
"Kalau kau sakit segeralah istirahat,"
yosa terdiam sebentar kalau tersenyum, gurunya ini walau jarang bicara ternyata sangat perhatian.
"Nona apa sudah melihat kanvas saya?" tanya Yosa.
Iris mengangguk.
"Nah apa itu bagus?" tanya Yosa
"Bagus," jawab Iris.
wah, kali ini yosa sangat senang. jelas saja dia jarang menggambar apalagi melukis namun ini pertama kalinya dan gurunya mengatakan lukisannya bagus.
"Jadi kakak bekerja di kediaman nona ya,"
Iris melirik anak yang ada di sebelahnya saat ini, anak ini adalah anak ajarnya di akademi yang dia lihat sangat periang dan sekarang terbaring lemas di kasurnya.
"Bagaimana kau bisa sakit seperti ini?" tanya Iris.
"Ah kalau soal itu itu karna aku yang ceroboh," ucap yosa lalu berusaha duduk dan di bantu Iris.
"Kemarin saat saya bermain ke hutan ada anak anjing yang tersangkut di tengah tengah arus sungai,"
"Saya tanpa pikir panjang langsung menolong dan masuk ke dalam sungai, lalu tangan saya juga berdarah mungkin terkena ranting tajam,"
"Lain kali sebaiknya kau hati-hati," ucap Iris.
"Baik akan aku ingat kata-kata nona, tapi anjing yang ku selamatkan kemarin menghilang begitu saja." ucap Yosa.
"pfft, ayo kemarikan tanganmu yang terluka itu," ucap iris meminta tangan Yosa.
yosa memberikan tangannya sebelah kanan yang terluka itu, Iris heran apa lukanya tidak dia rawat? ini sudah sangat parah bahkan kulit robek dari sikut sampai pergelangan.
"Ah maafkan aku yang lama," Yena masuk ke dalam sambil membawa nampan yang diatasnya ada minuman, lalu terkejut melihat luka adiknya.
"Yosa kamu kenapa gak hilang sama kakak kalau lukanya separah ini?!" omel Yena.
"Ah aku sudah mengira kakak akan semarah ini lagipula ini tidak parah sekali," ucap Yosa menyepelekan.
"Ini parah," Iris membalas ucapan Yosa.
ah, yosa langsung terdiam dia tidak berani membantah gurunya itu.
Iris meletakkan bagian luka yosa dan meletakkan tangannya diatasnya dan muncullah cahaya hijau temaram yang menutupi luka Yosa.
wush!
sinar itu hilang, dan setelah itu luka milik yosa sembuh. bagaimana cara menjelaskan luka yosa lenyap tanpa bekas seperti tidak mendapatkan luka yang seperti tadi namun jika rasa sakit masih tersisa sedikit.
"T-tadi itu apa?" yosa bertanya sambil terbata bata.
"Itu yang namanya teknik healing, biasanya para saintess yang melakukannya." ucap iris.
"Hebat sekali, nona." ucap Yena.
"Jangan terlalu senang, Bekas luka memang hilang namun rasa sakitnya masih terasa,"
yosa mengusap tangannya, "Memang benar masih terasa walau sedikit, namun ini lebih baik. terimakasih nona,"
Iris mengangguk, "Demam mu belum sembuh total, setidaknya istirahatlah seminggu!"
"Baik, nona!"
iris bangun hendak keluar kamar, namun Yena mengikutinya.
"Nona terimakasih," ucap Yena.
"Tidak apa, dan untuk itu cuti libur mu masih tersisa satu. tetap disini dan kembalilah saat dia sudah sehat," ucap Iris.
Yena tersenyum haru, dia bersyukur bekerja di kediaman Rupert.
...*****...
"*Ah selamat datang, sayang!"
"Mama aku pulang!"
anak itu memeluk mamanya dengan erat seakan tidak mau lepas.
"Harry, ada apa? tidak biasanya Semanja ini." goda mamanya.
"Aku hanya kangen mama, takut kehilangan mama lagi." ucapnya.
"Ehh kamu tidak akan kehilangan mama, asal....."
Harry menatap ibunya.
"Asal kamu hilangkan perempuan sialan itu!!"
wajah ibunya tiba-tiba berubah menjadi sangat menyeramkan dan membuat senyum yang mengerikan.
"Kamu mengerti bukan, sayang?"
Harry menggeleng, dia tidak ingin membunuh kakaknya.
"Apa kamu berani melawan mama?"
ibunya meletakkan tangannya di leher anaknya dan mencengkeram nya erat.
"Ug-gh ma-mma*."
"Hah....hah..."
Harry terbangun tiba-tiba, mimpi yang tadi bukanlah mimpi yang menyenangkan.
"Yang tadi itu apa?"
Harry mengusap wajahnya gusar, keringat mengucur deras. dia ketakutan sekarang, ibunya benar benar adalah ketakutan terbesarnya.
Harry bangun dari ranjangnya, menuju balkon kamarnya. menyibak tirai balkonnya dan menghirup udara malam yang dingin, dia ingin mendinginkan kepalanya.
"Kenapa kembali lagi, sih?!"
sudah lama dia tidak memimpikan itu lagi, tapi kenapa itu kembali menghantuinya lagi!
sruk!
Harry langsung menoleh, siapa yang jam segini masih bangun dan ada di kediamannya!
"Lama tidak berjumpa, Harry." sapa seseorang.
raut wajah Harry langsung tidak bagus, dia jengkel. kenapa Dari sekian banyak orang harus orang ini yang dia temui dan untuk apa dia berada di kediaman Rupert?
"Haa, selamat malam Aaron."
"Ah kukira aku melupakanku," jawab orang itu.
sekarang dia berdiri di belakang Harry, dan nampak jelas raut wajah Harry Sedang buruk (baca: wajah untuk mengusir seseorang).
laki-laki itu adalah Aaron, tidak jelas apa nama keluarganya. dia teman Harry sejak awal masuk akademi militer, hubungan mereka tidak terlalu baik (baca: sangat buruk) dan juga Harry lumayan suka padanya (baca: benci). Aaron umurnya sama dengan Iris, inilah yang membuat Aaron dan Iris bisa cepat akrab entah kenapa Harry menganggap mereka adalah kekasih?
"Ada keperluan apa kau kesini?"
"Aku hanya rindu teman kecilku," balas Aaron sambil tersenyum.
namun dibalas glare oleh Harry, Aaron karna sudah tidak adanya wanita yang bisa di rayu jadinya dia merayu Harry?
"Kalau kau kenapa tengah malam begini kau berdiri di balkon?" tanya Aaron.
"Bukan urusanmu,"
"Ahh, dingin sekali temanku ini. biar kutebak..."
Harry benar-benar malas untuk mengurusi orang gila ini, namun tak bisa di bantah jika Aaron memang tahu semuanya tentang Harry.
"Kau pasti lelah di dekati wanita itu kan?"
kali ini Harry jengkel wanita yang mana pula?
"Siapa maksudmu?"
"Nona Azura!"
sialan, tahu begini Harry tidak akan bertanya.
"Kalau kau tidak suka padanya, berikan saja padaku." ucap Aaron.
Blam!
Harry menutup pintu balkonnya dengan keras lalu menguncinya.
meninggalkan Aaron yang bingung karna sikap temannya itu.
"Dia kenapa sih?"
sementara kamar sebelah, Iris.
"Keributan apa itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments