Tok! Tok!
"Nona, ini saya Zola,"
Iris yang tadinya sedang melamun tersadar karna mendengar ketukan pintu, langsung meletakkan cangkir yang sedari tadi dia pegang.
"Masuklah,"
Krett!
Zola masuk dan meletakkan amplop di atas meja kerja Iris, "Ada surat undangan untuk nona,"
Iris mengambil amplop itu dan memerhatikan nya, amplop putih dengan stempel merah bergambar tulip.
"Baik, kau boleh pergi,"
Zola izin undur diri dan keluar dari ruangan itu, sementara Iris mengambil pisau kecil miliknya dan merobek amplop itu.
Srit!
Surat yang ada di dalamnya kecil, dan hanya ada beberapa kata. Tidak bertele-tele dan intinya Iris di undang ke acara minum teh Countess Arabella, wajar saja jika di Undang seperti ini tapi jelas saja masih aneh Iris bukan seorang lady jadi apa tujuannya mengundang Iris?
Tapi sialnya, jika ini pesta teh biasa kenapa harus membawa pendamping pria? Ah memikirkannya saja membuatnya malas ikut pesta itu, tapi pasti ada alasan di balik undangan itu.
Apalagi, dengan kata kata yang tertulis di surat itu mengatakan bahwa dia memerlukan bantuan guild Apilio, sial siapa lagi yang mengetahui guildnya?
Iris memanggil kembali burung pirang itu, Kei. Dia ingin menanyakan tentang misi yang mungkin baru datang.
Wush!
Kei berubah kembali dalam wujud manusianya, dan duduk di depan Iris.
"Ada misi baru, kan?"
Kei mengernyit sebentar tidak mengerti maksud Iris, misi apa?
Iris memberikan surat itu pada Kei, dengan membacanya sebentar Kei paham maksud surat itu.
"Yang mengirimkannya sudah pasti bukan Countess, salah satu putri yang di undang mengundangmu, kak." Ujar Kei.
"Kenapa?"
"Cerdik juga dia memakai bahasa khusus penyihir, jika dilihat dia putri Earl Marien,"
"Seingatku, aku tidak punya urusan dengan bangsawan manapun lagi," ucap Iris dengan nada kesal dia sudah berusaha tetap natural tidak ingin ikut campur masalah kerajaan lagi.
"Dia meminta bantuan padamu, kak. Aku mengenalnya di pusat akademi sihir saat masih disana, dia suka di rendahkan di kalangan bangsawan." Ujar Kei.
"Bagaimana bisa? Rasanya predikat sihirnya sendiri masuk peringkat B," ucap iris tidak percaya.
"Dia sulit berkomunikasi, dan pula di pesta kali ini dia si wajibkan ikut. Kau tahu tidak ada pria manapun yang tertarik dengan sungguh-sungguh padanya, jadi darimana dia mendapatkan partner?"
"Aku benar benar tidak suka ikut acara acara tidak berguna ini, aku bukan bangsawan. Tapi dia akan membayar besar bukan?" Ujar iris.
Jujur saja, dia bukan tipe orang yang materialistis ataupun hedonis namun tentu saja uang sangat penting di dunia politik gila ini, dia juga malas jika mengambil atau meminta uang pada ayahnya seperti anak lain.
Dia juga dari dulu tidak ingin ikut ikutan masalah kerajaan atau apapun itu, cukup jika dia ingin mengembangkan sesuatu maka kembangkan bisnis kain dan emas keluarganya selebihnya dia tidak akan mau.
"Tentu, siapa yang berani menyewa jasa kita bukankah harus membayar mahal?" Balas Kei sambil melipat surat itu kembali, "Jadi siapa yang akan kakak bawa?"
Iris tersenyum miring, "Bagaimana dengan tuan muda Sanders?"
Setelah pertemuan terakhir mereka, Iris sedikit merasa aneh ketika menatap Rin. Dia merasa terus terusan di hantui kata kata untuk menjaga rahasia, dasar padahal jika Rin lengah juga kalung itu akan dia ambil untuk ritual.
Dan entah apa perasaannya saja tapi Rin belakangan ini selalu ingin dekat dengannya? Maksudnya tiba tiba ingin berpegangan tangan dengan Iris atau mengajak bicara personal membayangkan nya saja membuat Iris bergidik ngeri.
"Ah, ketua selamat pagi,"
Itu sapaan dari Rin, hanya anehnya kenapa dia menyapa seseorang tapi memalingkan wajahnya dari sang lawan bicara.
"Pagi,"
Seperti biasa jawaban sapaan dari iris memang begitu.
"Ah, kalau begitu ayo kita pergi bersam-"
Set!
Iris langsung menatin tangannya dan memasukkannya ke dalam saku jas nya, ini benar benar gila kenapa dia berusaha memegang tangannya lagi dan mengajak masuk bersama? Iris risih.
"Masuk saja duluan, aku ada urusan dengan Yoren,"
Iris membelokkan arah jalannya menuju persimpangan kiri, ke tempat Yoren yang sebagai bartender diam tiap paginya.
"Aku pesan yang seperti biasa," Ujar iris yang duduk di depan meja Yoren.
"Bos Ris, selamat pagi! permen apel akan segera siap," ujar Yoren yang langsung membuat permen yang di pesan Iris.
berbeda dari orang orang yang suka memesan alkohol atau yang lain, Iris menyukai permen buatan Yoren rasanya manis dan juga lembut di mulut.
"Ini nona," ucap Yoren dan memberikan permen bulat berwarna oranye pada iris dan disambut oleh iris.
Sambil mengulum permennya, Iris menatap kegiatan di sekitarnya. Beberapa transaksi gelap, orang orang yang mabuk dari semalaman, dan orang orang yang mendata untuk sebuah misi.
"Iris selamat pagi,"
Iris menoleh dan mendapati Azura yang menyapanya, lalu duduk di sampingnya.
"Rapat ya belum mulai, ya?" Tanya Azura.
"Masih menunggu Kei, kalau mau masuk duluan saja,"
"Ya ya, aku akan masuk setelah minum madu sihir, Yoren pesananku mana?" Tanya Azura.
"Ini, anda ini kenapa selalu menitipkan madu sihir pada saya?" Tanya Yoren yang memberikan satu toples bening dengan banyak kilauan di dalamnya.
"Sengaja saja, aku dan penjualnya tidak memiliki hubungan yang baik. Syukurlah Yoren mau kutitipi!" Ujar Azura sambil memeluk toples madunya.
"Kalau begitu saya minta bayarannya," ujar Yoren, pria ber anak dua ini memang selalu perhitungan kalau di panggil kei dan azura adalah orang pelit!
"Cih, kukira gratis." Ujar Azura, lalu mmebuka toplesnya dan menaruh beberapa sendok madu di dalam toples Yoren.
"Anda pelit sekali nona," ujar yoren yang mencibir karna jumlah madu yang di berikan Azura sendiri tidak sampai seperempat toples.
"Itu sudah termasuk kebaikan hati ku, kalau begitu ini kutambahkan lagi, puas?" Uajr Azura yang memberikan madunya lagi dan sskarang mencapai setengah dari toples Yoren.
"Luar biasa, nona Zura memang sangat pemurah,"
Iris sendiri terkekeh melihat tingkah laku dua anak buahnya ini, lalu melihat kei memasuki ruangan rapat para ketua iris langsung menarik azura agar langsung masuk.
Ah, iris sudah datang, bisa kita mulai rapatnya?" Tanya Kanna yang sepertinya sudah menunggu.
"Tentu, Kei kau yang memimpin," ujar Iris lalu duduk di kursinya.
Kei langsung mengambil kekuasaan ruang rapat dan menjelaskan misi kali ini, "Pelanggan kita adalah putri Earl Marien Mariona, dia hanya meminta satu hal."
Semuanya menatap serius tentang apa yang akan di katakan kei selanjutnya.
"Dia ingin meminta ketua kita sendiri dan dua orang pria dari guild dalam misi ini, misinya hanya menemaninya dalam pesta debutante putri kedua countess Arabella dan dalam pesta teh. Dia tidak memilki kenalan pria namun disini di wajibkan untuk membawa partner,"
"Ketua sendri dengan partner juga satu orang laki laki di guild yang akan menemaninya pesta, baayrannya sendiri adalah 500 gold,"
"Jadi kita hanya harussncari partner untuknya dan ketua?" Tanya azura.
"Benar, kira kira menurut kalian siapa yang pantas?" Tanya kei, lalu menunjuk dirinya sendiri, "Kakak aku saja bagiamana?"
"Pesta ini untuk orang dewasa, jelas saja Kei boleh ikut tapi aku tidak menyarankannya," ujar Iris, dia juga mengerti bahwa Kanna akan kesal ssngan dirinya jika sampai Kei bersama orang lain.
"Kalau begitu, siapa laki laki di sini yang menarik?" Tanya azura.
"Apa aku boleh ikut?"
Semuanya menoleh ke arah Rin, ah benar Rin bukannya seorang bangsawan?
"Baik, setelah itu siapa lagi?" Tanya Kanna.
"Norman! Pasti bisa," Azura tiba tiba terpikirkan dengan rekan sihirnya yang menginjak umur dua puluh musim ini.
"Tidak buruk juga, beritahu Norman untuk bersiap dan ajarkan dia beberapa etiket bangsawan, Azura. Kei kau yang akan mengajari nya, Kita tidak akan membiarkan pelanggan tidak puas," ujar Iris.
"Sebentar, maksud kakak Norman yang akan berpasangan dengan nona Marien? Kakak dengan Rin?" Tanya kei, terlihat sekali dia ingin protes.
"Biarkan saja, kei. Mereka menurutku cocok cocok saja," ujar Kanna.
"Untuk itu, kita ada misi lain yang di kerjakan untuk Kanna dan Azura." ujar Kanna.
"Anda bisa berdansa?" tanya Rin.
Iris tertegun, terakhir kali dia berdansa tiga tahu lalu, dia tidak yakin kemampuannya masih bagus. jadi mungkin dia akan berlatih dengan Rin?
"Kita berlatih saja, saya tidak memiliki bakat dansa, nanti sore kita berlatih dimana?" ujar Iris.
"Saya akan menjemput and-"
"Terimakasih, tapi kirimkan saja koordinatnya padaku." tolak Iris, dia masih tidak mau berdua dengan Rin.
"Ah kalau bisa aku berangkat bersama Norman dan Azura,"
Rin terlihat sekali langsung murung karna ajakannya di tolak. tapi memang iris ingin membangun tembok agar Rin berhenti mendekatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments