Iris memerlukan waktu setengah jam perjalanan menuju kediaman countess Midley. Kediaman countess Midley berada di tengah wilayah lumbung barat daya karna yang memiliki wilayah ini seluruhnya adalah countess Midley walaupun masih bersekutu dengan Duke Sanders, setiap lima bulan sekali mereka harus mengumpulkan 10% pajak lumbung pada Duke.
Iris masuk dan dibukakan pintu aula, di dalam aula ada beberapa bangsawan yang terkenal akan kepintaran negosiasi dan memiliki kemampuan berdagang yang mumpuni. Selain melakukan pertemuan bisnis, pesta ini di selenggarakan untuk pesta putra sulungnya yang baru pulang dari perang pemberantasan wilayah.
"Selamat malam nona Rupert," sapa Countess Midley yang ternyata sudah ada di sampingnya.
Iris memberi salam hormat, "Selamat malam juga countess, Saya Iris menghadiri undangan anda."
Countess mengangguk, lalu permisi karna ada tamu lain yang datang. Iris mengambil gelas wine yang di bawakan pelayan.
Melihat keadaan sekitarnya, dan matanya menangkap seseorang yang mendekatinya. Marchioness muda Careena.
"selamat malam Nona Rupert,"
"Malam juga Marchioness,"
Iris menatap Marchioness sebentar, dirasanya dia tidak punya urusan penting dengan Marchioness baru ini. Tapi bagaimana kalau kita lihat dulu apa yang mau dia bicarakan...
"Saya kira yang datang adalah tuan Rupert," Ucap Marchioness.
"Tuan sedang sibuk, jadi saya yang menggantikan." Balas Iris, "Anda memiliki urusan dengan beliau?"
"Ah benar, saya punya. Tapi itu masalah pribadi," jawab Marchioness sambil membuka kipasnya.
Iris mengangguk, lalu dia pergi.
Lalu sepertinya pesta akan segera dimulai, dimana countess dan putranya berdiri di tengah-tengah ruangan pesta.
"Terimakasih karna sudah menghadiri undangan saya. Hari ini pesta ini dibuka khusus untuk keberhasilan pemberantasan anak sulung saya, Lyold Midley." Ucap Countess Midley.
Lyold maju dan mengangkat gelas wine nya, "Mari bersulang untuk kepulangan semua orang yang ikut serta dalam misi ini,"
Para bangsawan mengangkat gelas wine mereka dan menyulangkannya pada orang di sampingnya. Selebihnya mereka kembali bubar dan beberapa yang bicara dengan keluarga Midley, Iris sendiri lebih memilih berkeliling sebentar.
Pesta ini di selenggarakan selama tiga malam, jadi untuk dua malam berikutnya Iris tetap pergi kesini lagi. Malam ini khusus untuk membicarakan keberhasilan Lyold Midley, esok dan lusa baru akan ada pertemuan bisnis.
Iris mengambil gelas wine ketiganya, sudah hampir satu jam dia duduk di lantai dua melihat para bangsawan yang berbicara dan para pasangan berdansa. Dia bosan, dan berdiri menuju balkon ke empat di lantai dua ingin menghirup udara malam agar tidak terlalu mabuk padahal dia memiliki tingkat toleransi yang tinggi untuk alkohol.
Srak!
Tirai terbuka, bukannya pemandangan balkon yang kosong namun iris melihat seseorang membelakanginya. Dan parahnya orang ini adalah Harry?
Menyadari seseorang di belakangnya, Harry menoleh dan mendapati kakaknya yang sudah sejam lalu tidak di temukannya sekarang berada di belakangnya menatap dengan tatapan tidak percaya.
"Kau kenapa kemari." Itu bukan pertanyaan itu penekanan dari Iris.
"Memangnya hanya kakak yang boleh." Harry menekan balik dengan tatapan mata merahnya.
"Tidak heran, kau pasti mendapatkan undangan dari putra Midley." Iris mengalihkan tatapannya, malas bertengkar.
"Kira-kira seperti itu,"
Iris hendak keluar dengan menyibak tirai balkon, namun Harry menahan tangannya.
"Mau kemana?"
"Balkon lain, kurasa kau tidak mau di ganggu."
"Kau yakin?"
Iris menatap Harry dengan penuh selidik, "Maksudmu?"
"Kau pasti jarang ikut pesta semacam ini, tapi yang aku tahu jika kau salah-salah masuk balkon kau akan melihat pasangan yang sedang bermesraan."
"Di pesta seperti ini?"
"Tentu, itu yang kudengar."
Iris tidak habis pikir, siapa pula yang mengatakan itu pada adiknya? Lagipula jikapun ada, para bangsawan akan memilih beberapa balkon yang benar benar jauh atau setidaknya pintu balkon yang di kunci. Iris ingin tertawa tapi dia undurkan, benar juga tidak akan ada yang tahu jika dia salah-salah masuk balkon.
Iris hanya terkekeh, lalu melepas genggaman tangan adiknya dan menaruh tangannya pada pembatas balkon.
"Baiklah, aku harap kau tidak terganggu dengan adanya aku." Ucap Iris
Harry tidak menjawab dia malah menatap ke depan, meneguk jus di gelasnya.
"Dari dulu kau memang tidak bisa menolerir alkohol yah," Iris mengatakan hal itu sambil memperhatikan gelas milik Harry, tapi menurutnya ada yabg aneh juga dengan jus itu.
"Aku tidak sekuat itu, tapi malah sebaliknya kau suka sekali."
"Aku kemari ingin meredakan mabukku,"
Harry menatapnya, dia memakluminya karna kakaknya di suguhkan alkohol yang berumur cukup tua dan juga kadarnya yang tinggi. Dia menatap Iris dalam, melihat rambut merah milik kakaknya yang panjang sedikit bergerak karna di hembuskan angin malam.
"Bisakah kau jujur padaku..."
Iris menoleh, Harry ingin dia jujur tentang apa?
"Apa yang terjadi saat itu dan kenapa kau melakukan itu..." Harry mengatakan itu sambil menunduk wajahnya lesu.
"Apa yang ingin kau ketahui?"
"Kejadian delapan tahun lalu, siapa yang melakukan itu."
Iris sudah bisa menebak apa yang ditanyakan Harry, tentang hari itu..
"Kenapa kau penasaran sekali tentang itu... Itu sudah lama," balas Iris.
"Begitu susah untuk menjawabnya? Aku sudah dewasa bukan anak lugu yang menatap ketakutan melihat seseorang yang menusuk ibuku terus menerus." Harry melayangkan tatapan nanar pada Iris.
"Jika aku berkata jujur kau tidak akan percaya!"
"Ya kau takut berkata bahwa kau sendiri yang melakukan itu!" Harry menahan suaranya yang hendak meninggi.
"Jika kau sudah tahu untuk apa bertanya?"
"Karna aku masih ingin mendengarnya dari mulutku sendiri sebelum aku merobeknya suatu hari nanti!"
Iris menatapnya dengan tatapan sayu, "Silahkan saja,"
Harry meneguk jusnya sampai habis, lalu ingin melempar gelasnya namun undur karna takut mengganti rugi.
"Kau tidak tahu kenapa aku melakukan itu, apa yang ibumu lakukan selama tiga tahun terakhir, Dan apa yang aku alami setelah itu. Aku-"
"Bagaimana jika kita mengakhiri semua ini."
Iris tidak menjawab.
"Aku akan pergi beberapa bulan lagi, dan tidak akan bertemu denganmu." Harry mengatakan itu berdiri dan mengambil gelasnya sambil membuka tirai, "Saat kita bertemu lagi bagaimana jika mata emasmu itu ada di tanganku?"
Srak!
Hening, kini Iris tinggal sendiri sembari menatap kebawah balkon. Mengangkat gelasnya dan memegangnya pas dengan bulan yabg di atas, seperti membuat replika bulan purnama yang membiru dia tersenyum.
"Bukankah semuanya semakin menarik?" Iris bertanya pada dirinya sendiri dimana warna iris matanya berubah menjadi ungu.
"Bukankah sudah kukatakan untuk tidak keluar?" Iris matanya berubah kembali menjadi emas.
"Sejak kapan aku menurut Padamu?"
"Neru apa yang akan kau lakukan jika kau adalah aku?"
Yang mengajak bicara Iris dari tadi adalah jiwanya yang kedua atau penjaga soul-nya, mantan ratu tiran dari sebuah negara. Mirisnya adalah kematiannya yang tidak masuk akal, tapi dia yang diberi kekuatan oleh salah satu iblis (kakek Iris) atas perjanjiannya membuat dia bisa tinggal di dalam tubuh Iris.
Mendengar pertanyaan Iris, neru tertawa.
"Kau menyayangi adikmu bukan? Boleh saja tapi jangan terlalu lemah." Kali ini Neru menjawab lewat kepala Iris, akan gawat jika ada yang masuk dan iris dikira aneh.
"Aku hanya tidak membencinya," -Iris.
"Harusnya kau jelaskan saja, bukan?" -Neru.
"Untuk apa? Memangnya dia akan percaya." -Iris.
"Ngomong-ngomong dia seperti orang mabuk tadi." -Neru.
"Yang dia minum tadi adalah sejenis jus fermentasi, yah kau tidak salah liat juga." -Iris.
"Pantas terlihat emosional sekali, apa tidak apa-apa?" -neru.
"Tidak apa-apa, aku yakin dia sedang berkeliling kebun belakang saja." -Iris.
Setelah pembicaraan itu, Iris pulang setelah berpamitan dengan alasan adiknya yang mabuk.
Iris menemukan Harry yang tertidur di salah satu kursi taman, untung saja tidak ada yang berniat jahat. Iris membopong Harry menuju kereta dan kadang Harry mengingau karna jalan Iris yang tertatih-tatih.
"Hem, ini yang aku katakan putuskan hubungan? Tapi jika benar kau yang akan membunuhku, jika saat itu datang jangan di tunda ya." Ucap Iris tersenyum geli melihat tingkah adiknya yang mabuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments