"Kalau begitu, soal putri yang tewas tadi bagaimana kalau kita melanjutkannya?"
Iris menatap Rin dengan nanar, apa maksudnya?
"Maksud anda tentang kejadian tiga tahun lalu?"
ya, kehancuran atas perbuatan pemberontak Calevi yang menyebabkan istana permaisuri saat itu hancur dan terbunuhnya putri raja, May Leia de Beacroff.
"Benar sekali, pembunuhnya belum terungkap." ujar Rin.
"Kenapa anda tiba-tiba ingin membicarakan itu?" tanya Iris.
"Keluarga Sanders sendiri yang di perintahkan untuk mengungkapkan kasus itu, saya sendiri sangat senang jika anda bisa memban-"
"Walaupun Guild Apilio diakuisisi oleh yang mulia raja, namun kami ini netral tidak mau ikut urusan seperti itu," tolak Iris.
"Ah, saya meminta secara pribadi dengan Nona Iris Rupert. bukan dengan pemimpin guild," ujar Rin hendak beranjak berdiri.
"Saya tidak menerima dan tidak berterimakasih tentang kebaikan anda itu," Iris menjawab dengan ikut berdiri.
Rin menjulurkan tangannya, "Saat harap anda bisa memikirkannya lagi,"
Iris membalas juluran tangannya dan mereka bersalaman, "Hari ini cukup sampai disini pembicaraan kita tuan muda Sanders,"
"Baiklah, sampai bertemu besok di guild ketua,"
brak!
pintu ruang tamu tertutup, tidak lama setelah itu terdengar suara kereta kuda yang semakin lama menjauh dari kediaman Rupert.
iris menatap datar cangkir teh nya yang masih ada teh di dalamnya, bayangan matanya terpantul di dalam cairan merah kecoklatan itu. mata emas yang tengah sendu, entah apa yang membuat mata emas itu gelisah.
"May de Beacroff, korban yang ke berapa ya?"
sekian lamanya dia termenung, kata kata itu yang keluar dari mulutnya. tidak lama dia tersenyum simetris.
"Hahaha, kapan terakhir kali aku merasa ketakutan seperti itu?" suara tawa yang hambar, sambil menyibak anak rambut yang menutupi dahinya.
tangannya menutup matanya yang tertutup, dan bergumam.
"Sampai sekarang tidak ada yang sadar bukan?"
...*****...
Duk! Duk!
kereta kuda itu berjalan dengan kecepatan sedang, karna jalan yang di lewati adalah jalan penuh batu kecil tidak heran kereta kuda itu sedikit terguncang.
"Fuh, lumayan juga yang tadi."
satu-satunya orang yang tengah duduk di dalam kereta itu, dia sekarang pria dan sekarang tengah menyandarkan punggungnya pada kursi kereta. mengambil sesuatu di dalam saku kemejanya, sebuah jam bundar berwarna emas.
klik!
jam bundar itu berbunyi, tatkala karena sentuhan pemiliknya.
"Hei, sejak kapan aku merasa sesedih ini ya?"
mengusap pelan jam bundar itu, dan keluarlah semacam cahaya terang yang kemudian menjadi sebuah cermin tipis yang menampilkan wajah seseorang wanita.
"Ah, sudah lama aku tidak menghubungimu?" tanya Pria itu.
"Sudah lama sekali, rasanya." balas wanita itu.
"Maaf, maafkan aku. aku sangat sibuk akhir-akhir ini," balasnya sambil tertawa kecil.
"Tidak ada maaf bagimu,kau kira sudah berapa lama aku menunggu kau pulang, heh?" menatap pria itu dengan jengkel dan hendak memutuskan panggilan mereka.
"Ah, jangan begitu. Minggu depan aku akan pulang, tunggu saja."
"Benarkah?" perempuan itu bertanya penuh selidik.
"Memangnya kapan aku berbohong?"
"Sebulan lalu itu apa, bulan kebohongan?"
"Ah, bukankah aku sudah mint maaf tadi? jangan begitu kali ini aku benar benar pulang, jangan marah lagi, ya?" tersenyum tipis dan mengerling sebentar.
"Fuh, terserahlah. aku akan menunggu lho ya! awas saja!"
pip!
sambungannya di putuskan, sepertinya perempuan itu benar-benar kesal padanya namun mendengar kata 'menunggu' membuat pria itu tersenyum geli. sampai kapan pun wanita itu akan selalu menunggu nya pulang.
...*****...
di kereta kuda lain dua orang wanita sedang berbicara ringan, itu Iris dan Kanna.
"Hari ini yang ikut misi hanya Kei dan Azura, kau bisa istirahat dulu." ujar Iris sambil menatap Kanna.
"Aku mengerti," balas Kanna pendek dia tidak ingin berbicara tentang misi.
"Jika kau ingin ikut, aku akan melarang. siapa suruh kau tergelincir dari jurang, yang menyebabkan kakimu cedera." Ujar Iris.
"Hanya cedera ringan, lusa pasti sembuh," balas Kanna mengangkat bahunya.
"Aku tidak tahu kapan itu pulih, tapi bagaimana bisa kau jatuh?"
"Aku jatuh karna tidak sengaja menginjak rute yang salah," balas Kanna.
"Bukannya kau ini jarang sekali berperilaku ceroboh seperti itu?"
"Terkadang aku bisa seperti itu, ini hanya cedera ringan saja jangan di pikirkan,"
"Kanna Eryas yang aku kenal tidak sebodoh itu, menginjak rute yang salah yang menyebabkan dia terjatuh dari jurang setinggi tiga meter." balas Iris kesal, "Lagipula jika benar, harusnya Kei membantumu bukan?"
"Bukan begi-"
"Hah, sekarang kau bilang bahwa bukan seperti itu kejadiannya? bukankah aku benar? kau jatuh dan Kei hanya melihatmu? kau berniat bunuh diri ya?"
"Hei, sudah lama aku tidak melihat kau marah. ini kesalahanku jangan bawa orang lain," Kanna menjawab iris dengan nada ringan.
"Kalian bertengkar bukan?"
Kanna mendadak membeku sebentar, darahnya berdesir. sudah lama dia tidak seperti ini, lagipula tidak biasanya iris sepeka ini.
"Bukan masalah besar,"
"Aku heran, Kei umurnya sembilan belasan dan kau dua puluh tiga tapi masih saja seperti ini. kau juga kalau suka kenapa tidak mengatakannya saja? kenapa harus aku yang melihat drama cinta kalian selama sembilan tahu kalian?"
"Hei, tidak selama itu aku memendamnya! aku juga sudah mengatakannya, karna itulah kaki ini ceder-"
ah, kanna langsung cepat cepat menutup mulutnya. dia keceplosan.
"Hah, jadi karna aksi pernyataan mu ini membuat dirimu sendiri cedera?"
muka Kanna memerah, gila dia bingung mau mengatakan apa.
"B-bukan begitu hanya saja, aku ingin berhenti bertengkar dengannya. jadi aku mengeluarkan semacam candaan mengatakan aku suka padanya, tapi dia menganggap serius. saat aku tertawa melihatnya terdiam aku jatuh."
iris menatap temannya ini dengan tatapan aneh, dia tidak percaya saja. perbuatan bodoh yang dilakukan mantan seniornya ini bahkan lebih bodoh dari saat dia menyatakan cinta pada Ash.
"Jadi setelah itu?"
"Iya, setelah itu karna merasa malu sekali aku kabur dengan sihir teleport dan malah teleportasi ke dalam rumahmu, uhh..."
Iris menghela nafasnya dengan tertawa geli, terkadang jika soal cinta atau semacamnya dua teman lamanya ini lebih menggelikan.
"Tertawa saja, aku lebih suka melihat wajah tertawamu ini." Kanna tersenyum pada Iris.
"Memangnya, aku jarang Tersenyum?" tanya Iris.
"Kau tidak sadar betapa dinginnya dirimu? rasanya aku merindukan saat-saat itu," balas Kanna sambil menyilang kan kedua lengan di dadanya.
"Saat saat itu?"
"Saat kita di akademi Hedvint," balas Kanna.
"Ah, rasanya kita sudah lama tidak kesana, ya." ujar Iris sambil menatap keluar jendela.
"Bukan lama lagi, sejak kita lulus kesana saja tidak pernah," balas Kanna.
"Tapi kita akan kesana sekarang..." ucap Iris.
"Hah, ke akademi?" tanya Kanna bingung.
"Kita sudah sampai, ayo turun!" balas Iris yang membuka pintu kereta kuda.
terpampang lah sekarang di depan mereka, tempat mereka belajar dulu. Akademi Hedvint, akademi yang sempat membesarkan mereka di masa masa tersulit mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments