16

*

#*Beberapa jam yang l**alu*

Suasana rapat menegang, saat Devan melemparkan map berisi laporan tim perencanaan. Terlihat jelas diwajah sang manager pucat pias, baru kali ini wanita cantik itu melihat dengan jelas wajah Devan sesangar ini. Rekan kerjanya tidak menyangka jika Ibu Jessica yang dikenal dekat dengan bos besar kena ultimatun juga.

Felix yang menorobos masuk ke ruangan rapat segera membisikkan sesuatu di telinga Devan, dia menatap tajam Felix. Tanpa menunggu lama lagi Devan berlari meninggalkan kan ruang rapat

"Sialan." Umpat Jessica ikut meninggalkan ruang rapat. Beberapa karyawan disana menghembuskan nafasnya legah. Sepertinya ogsigen diruangan ini kembali normal

"Hey, lo liat ngga tadi pak Devan kaya mau nerkam bu Jes?" Ucap Pegawai A. Rekan kerjanya mengangguk menyetujui "Gua pikir bu Jes ngga bakalan di kena semprot bos, seisi kantor ini kan tau kalau bu Jes dan pak Devan dekat bahkan beberapa rumor mengatakan mereka pacaran"

"Hey...! Kalian tidak ada kerjaan apa? belum kapok lihat atasan kaya tadi, kembali ke tempat kalian revisi kembali laporan ini!" Ucap Rio salah satu senior di kantor ini.

"Siap big bos" Ucap rekan kerjanya serempak, jika baru mengenal pak Rio orang akan beranggapan jika pria itu pemarah dan suka mengtimidasi, itu salah besar dia paling baik dengan karyawan kantor ini dan suka traktir juniornya makan.

......................

Devan tergesa-gesa memasuki ruang rawat inap VVIP diikuti Felix dibelakangnya.

Ceklek... Suara pintu terbuka, Devan segera memasuki ruangan serbah putih dengan aroma khas rumah sakit. Angga terlihat berdiri disisi ranjang rumah skait. Disana terbaring Arrian wajahnya sangat pucat.

"Angga gimana keadaanya?" Ucap Devan, pandangannya mengunci Arrian yang masih menutup matan diatas kasur.

"Saat ini normal Van, tapi ni bocah keras kepala banget gua udah saranin dia periksa dulu seberapa parah keadaannya dia selalu nolak." Jelas Angga. Pria muda dengan pakaian serba putih itu adalah dokter ahli bedah sekaligus dokter pribadi keluarga Arrian dan juga temannya

Devan mengangguk mengerti memang sangat susah berkomukasi dengaan Arrian dia pria keras kepala tingkat dewa.

Beberapa menit Devan berbincang dengan Angga mencari cara agar bisa membujuk si kepala batu ini. Perlahan Devan membuka matanya, samar-samar dia melihat wajah Devan dan Angga terlihat serius.

"Kalian ngomongin gua?" Ucap Arrian lirih, seraya menyandarkan badannya. Kedua pria dewasa itu menatapnya penuh kelegaan.

"Hem... Loh marah? Ucap Devan geram andai sahabatnya itu tidak sakit mungkin sudah di jadikan mochi tu wajah,

"Wah Ar, gua penasaran secantik apa tante Bella sampai lo seganteng ini, gua selalu iri sama wajah lo" Ucap Angga mendekati wajah Arrian

Platak... Arrian memukul kepala Angga dengan remot yang masih bisah dia jangkau, lagi-lagi tatapan ganas pria itu aktif, Angga bisa apa? membalas pun tidak berani, pria didepannya ini adalah rentenir sekaligus pabrik uangnya, sekali saja salah langkah dia sudah di skak mati.

"Ar, sebaiknya lo ikutin saran Angga! Kalau lo mikirn soal perusahaan, kan ada tim managemen disana. Dan soal adik lo Ariana malam ini kalau lo mau gua nikahin dia." Ucap Devan. Angga yang mendengar itu menatap tajam kedua temannya, tunggu sepertinya ada yang Angga lewatkan.

"Ar, lo nyerahin adik lo ke cowok mati rasa ini? wah gua ngga bisa bayangin gimana Ariana ngehadapin dia.?" Ucap Angga menggeleng

Arrian terlihat berfikir sejenak tidak ada yang meganggu Pikirannya kecuali Ariana, Arrian menatap Devan mencari kesuguhan disana.

"Oke gua setuju, lebih capat lebih baik."

Disinilah devan didepan kampus Ariana dia terus tersenyum ketika tahu kenyataan bahwa gadis yang belakangan ini menganggunya adalah calon istrinya.

Setelah memastikan Riana masuk kerumahnya Devan segera masuk kemobilnya. Urusannya masih banyak secara besok pagi dia akan menikah. Devan yang sudah mengambil ancang-ancang meninggalkan kompleks ini harus terhenti saat hpnya berdering dan Arrian lah yang menelpon. Devan mengangguk mengerti sepertinya percakapan yang serius.

*

Devan memasuki rumah mewah milik sahabatnya, dia menangkap wajah gadis yang sudah mengotak-atik pikirannya sedang tertidur pulas diatas sofa.

Sekali hentakan Devan mengangkatnya, niat ingin memindahkannya ke kamar. Bibi Jum yang melihat itu, menatap heran siapa gerangan pria yang sudah berani menggendong nona mudanya?

"Saya calon suaminya bi" Bisik Devan agar gadis cantik itu tidak terbangun. Bibi Jum mengangguk mengerti untung saja dia ingat jika tuan muda tadi adalah Devan sahabat majikannya.

Devan perlahan membaringkan tubuh Riana diatas kasurnya. Senyum Devan terukir saat memandangi wajah cantik gadis itu dibalik cahaya remang sedang terlelap dengan nyenyaknya.

"Selamat tidur calon istriku." Ucapanya lirih, seraya meninggalkan Riana sendiri.

......................

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Berarti Devan udah suka Riana saat pertemuan pertama mereka lagi ya..

2024-07-20

0

Zaitun

Zaitun

lanjut

2021-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!