Flashback On
8 Tahun Yang Lalu
POV Jonas Tirta Alvino
Aku dan Micko adalah sahabat sejak SD, sejak sekolah aku dikenal sebagai anak yang pemberani, mudah akrab, cerdas, dan pujaan para wanita. Sementara Micko agak pendiam namun tetap tampan.
Saat melanjutkan kuliah di Amerika kami bertemu Wilhelmina. Dia adalah ratu kampus di MBA, dengan body seperti gitar spanyol, rambut pirang berdada besar banyak mahasiswa tergila-gila padanya namun Wilhelmina malah jatuh cinta padaku. Aku akui karena siapa saja yang melihatku akan menatap semua yang ada padaku. Ketampanan, kekayaan, kesempurnaan sebagai kaum adam, semua ada padaku, tidak ada wanita yang tidak tertarik padaku meskipun gara-gara itu aku kesulitan melihat siapa yang tulus padaku.
Wilhelmina tanpa ragu menyodorkan tubuhnya padaku bahkan berkali-kali menawarkan kehangatan ranjang untukku. Sebagai laki-laki yang ingin menjaga kesuciannya tentu aku selalu menolak, bahkan aku berjanji pada Wilhelmina aku akan menikahinya setelah kami menyelesaikan studi disini. Dia bahkan setuju berpindah keyakinan demi aku. Sungguh itu membuatku bahagia.
Namun kebahagiaan itu hanya bertahan sebentar. Aku menerima sebuah pesan singkat yang memperlihatkan video Wilhelmina sedang bercumbu dengan sahabatku sendiri. Aku kaget luar biasa. Pesan itu mengatakan bahwa mereka sering bercumbu disalah satu kamar pelanggan Club Malam Tonight.
Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku ke sebuah club malam. Sungguh aku kaget melihat orang-orang disana berciuman panas, bercumbu, berpakaian nyaris telanjang bahkan minum-minum dengan bebasnya.
Aku yang malam itu datang sendirian langsung menyusuri sudut-sudut club malam itu.
Saat aku ingin naik keatas menggunakan lift.
Ting
Lift terbuka dan aku kaget melihat didepan mataku, wanita yang katanya mencintaiku tengah berciuman panas dengan sahabatku sendiri. Bahkan berpakaian nyaris telanjang dengan memperlihatkan belahan dadanya yang terpampang nyata.
“Jadi semua itu benar?” ucapku saat sedang kaget.
“Jonas tunggu, aku bisa jelaskan,”
Aku sudah terlanjur kecewa, Wilhelmina mencoba mengejarku untuk menjelaskannya, sampai akhirnya dia berhasil menghadangku ketika aku ingin masuk ke mobilku.
“Jonas, ini bukan salahku sepenuhnya, aku melakukan itu karena kamu selalu menolakku,” dengan alasan itu dia membela dirinya yang sudah tertangkap basah.
“Dasar perempuan gampangan, aku ingin menjaga kesucianmu karena kamu bilang kamu mencintaiku, tapi malah kamu memberikannya ke banyak lelaki, bahkan memberikannya ke Micko,” ucapku dengan kesal.
“Pliz Jo, aku perempuan yang perlu kepuasan, kita lupakan hal ini oke, aku janji tidak akan melakukannya lagi, maafkan aku ya jo?” ucap Wilhelmina memelas.
“Aku tidak ingin menerima barang bekas, minggir!”
Aku mendorong tubuh Wilhelmina dengan kasar. Sejak kejadian itu aku memutuskan untuk pindah kuliah tanpa memberitahukan siapapun. Aku pindah ke Jerman.
Sejak aku pindah ke Jerman aku tidak lagi bertemu dengan Wilhelmina dan Micko. Ku akui selama bertahun-tahun menghindari mereka, mereka selalu mencari dimana keberadaanku. Bahkan mereka sering ingin bertemu denganku tapi selalu tidak aku ladeni. Terlebih lagi saat Micko mengatakan, dialah yang mengirim pesan dan video itu ke aku, Micko mengatakan dia melakukan itu karena mencintai Wilhelmina, dia pikir setelah berpisah denganku Wilhelmina akan menjadi kekasihnya. Nyatanya Wilhelmina semakin terobsesi padaku.
Semenjak aku dikhianati dan selalu di uber-uber oleh Micko dan Wilhelmina membuat aku stres dan hal itu lah yang membuatku membutuhkan pelarian.
Aku sering keluar masuk club malam, tidur dengan berganti wanita setiap malam. Tapi meskipun aku melakukan itu aku tidak pernah mendapat kepuasan dan bahkan aku sering tidak berselera. Aku sudah terperangkap jauh dan sangat sulit berhenti dari kebiasaan gilaku. Malangnya lagi hidupku tetap direcoki oleh mereka.
Sampai suatu hari saat aku berada dikantor, para karyawan heboh saat Wilhelmina datang dan mengancam akan terjun dari atas gedung kantorku jika aku tidak menikahinya. Dia yang sudah berdiri di pinggir atap gedung dan bersiap melompat membuat orang semakin panik.
Aku sama sekali tidak memperdulikannya. Micko yang mengetahui hal itu mencoba membujuk Wilhelmina dengan berbagai cara. Wilhelmina berharap akulah yang membujuknya tapi entahlah kenapa, hatiku begitu beku dan tidak peduli padanya.
Sampai akhirnya...
Brukk...
Aaa...
Suara Wilhelmina menjatuhkan dirinya diiringi suara kaget orang-orang, aku pun langsung mematung seketika. Dia jatuh bersimpah darah.
Aku yang mengetahui bahwa Wilhelmina sudah berada dikamar jenazah salah satu rumah sakit ibukota berniat melihat jenazahnya untuk terakhir kali. Kedatanganku malah disambut amukan dan amarah Micko. Dia menyalahkan aku karena tidak membujuk Wilhelmina. Tentu saja aku tidak terima dan memukul balik.
Di depan kamar jenazah yang sepi kami berdua saling pukul. Sungguh hati Micko sudah dibutakan oleh cinta. Cinta butanya terhadap wanita murahan seperti Wilhelmina sudah merasuki seluruh pikirannya sehingga saat itu dia tidak bisa membedakan yang mana yang baik dan buruk. Hal itu pula lah yang membuat aku tidak ingin mengenal cinta. Aku takut menjadi bodoh seperti Micko.
Aksi pukul memukul kami terhenti saat aku melihat seorang gadis kecil pingsan. Aku langsung menghampiri gadis kecil itu, aku sangat kaget melihat tubuhnya begitu mengerikan dengan luka disekujur tubuhnya. Akupun langsung mengangkat tubuh kecil itu.
“Terserah lo mau bilang gue egois ataupun apa Ko, yang jelas gue gak mau menjadi bodoh seperti lo,” ucapku dan langsung meninggalkan Micko yang masih frustasi.
Aku meminta dokter di IGD memeriksa gadis kecil itu. Sementara menunggu hasil pemeriksaan, aku menghubungi Dimas sekretaris sekaligus asisten pribadi baruku untuk menutup kejadian mengerikan tadi agar tidak tersebar luas sehingga berdampak pada perusahaan.
Sejak kematian Wilhelmina, Micko begitu membenciku dan persahabatan sejak kecil kamipun berubah menjadi permusuhan yang tidak tau kapan akan berakhir.
Flashback Off
Naina mendengar cerita Jonas dengan baik. Ia akhirnya mengerti kenapa Jonas tidak ingin mengenal cinta karena takut menjadi bodoh seperti Micko. Meskipun Naina juga menyadari bahwa dirinya sudah berubah menjadi orang bodoh karena jatuh cinta pada Jonas. Tapi apa mau dikata, Naina sudah tidak bisa lagi mengubur cintanya ke Jonas.
“Apa jika peristiwa dulu gak terjadi, Om gak akan seperti ini?” tanya Naina.
“Gak tau juga,” jawab Jonas.
“Lalu apa yang akan Om lakukan ke Micko dan Imelda?”
“Mereka gak akan bisa mengusik hidupku, aku lebih pintar dari mereka, tenang aja!”
“Tapi Om, jatuh cinta itu gak semengerikan seperti yang Om bayangkan. Jatuh cinta itu akan lebih sempurna jika kita bukan hanya mengandalkan perasaan tapi juga otak,”
“Well, sekarang aku akan berusaha menerima cinta,”
“Maksud Om?”
“Ada deh, ya sudah aku capek, kamu keluar ya, aku mau tidur,”
“Cinta siapa yang berusaha Om terima?”
“Cewek cantik yang sudah bikin aku panas dingin,” ucap Jonas sambil tersenyum lalu mengusir Naina.
Dikamarnya, Naina mondar-madir kesana kemari memikirkan kata-kata Jonas. Ia sangat takut jika Jonas jatuh cinta pada wanita lain. Siapa wanita yang Jonas maksud? apakah dia sangat cantik? apa wanita itu memakai pelet sehingga berhasil membuat Jonas panas dingin? banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Sungguh Naina malam ini gelisah dan tidak bisa tidur. Tengah malam ia baru bisa tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Noviatul Walidah
hati naina cenat cenut tuuuh
wkwkkkk
aku bayangin visual naina itu sandrina michelle
knpha y dia trus yg muncul d pikiran qu haha
2021-10-09
0
Ana Marina
benerkan.. Itu cerita Jonas sm naina aku udah baca sampai selesai tp bkn judul Ini
2021-10-03
0