Sementara itu dikamarnya, setelah mandi Naina sedang memilih-milih baju yang sopan seperti yang diperintahkan Jonas tadi, tidak lupa setelah memakai pakaiannya ia merias wajahnya senatural mungkin tapi tetap cantik jelita. Rambutnya ia ikat keatas. Sehingga lehernya terlihat jelas sedang memakai kalung emas berliontin Love.
Keluar dari kamarnya, Jonas sudah melihat Naina berada dimeja makan sedang menyusun makanan. Ia menghampiri Naina. Jonas duduk di kursi dekat Naina.
“Om mau ikan apa?” tawar Naina.
“Apa aja.”
“Ini Om,” sodor Naina.
Keduanya menikmati makanan dalam diam. Setelah selesai makan, Naina mencoba bicara pada Jonas.
“Om kok satu bulan ini gak pulang ke apartemen, kalau gak aku jemput paksa tadi pasti Om gak akan pulang,”
"Aku pulang ke rumah Mami Papi Nai,”
“Bohong! pasti sering tidur di hotel,”
“Memangnya kenapa Nai? itu kan hotel milikku,”
“Karena aku tau, Om di hotel pasti tidur sama cewek lain,”
Jonas kaget dengan perkataan Naina.
“Kamu kenapa sih Nai, perasaan selama ini kamu gak pernah komentar apa-apa masalah ini,” tanya Jonas heran.
“Selama ini aku selalu menahan diri untuk gak ngelarang Om, tapi kesabaran aku habis,”
“Maksud kamu?”
“Apa Om gak bisa berhenti dengan kebiasaan Om ini? Om sendiri yang bilang selalu tidak berselera,”
“Gak bisa Nai, aku laki-laki normal yang punya hasrat, lagian kalau aku gak coba satu-satu bagaimana aku bisa menemukan cewek yang bisa bikin aku berselera,” protes Jonas.
“Kan ada aku Om, kalau Om pengen tinggal bilang aja sama aku,”
“Jangan ngaco deh Nai, kamu masih kecil, sana pergi belajar!”
“Om selalu aja bilang aku kecil, Om harus tau kalau aku peduli sama Om, aku gak mau liat Om selalu berzina,”
Bagai dikejutkan dengan aliran listrik disekujur tubuh, kata-kata Naina membuat Jonas tersadar akan sesuatu. Selama ini memang Jonas telah jauh dari iman. Bukan hanya jauh, dia bahkan hampir melupakan imannya.
“Apa sekarang kamu mau ngajarin aku Nai?”
“Aku minta maaf Om atas kata-kataku, tapi aku serius dengan semua ucapan aku, aku sayang sama Om, bagiku Om adalah segala-galanya,”
“Daripada kamu ngomong ngelantur, mending kamu kekamar terus tidur!”
“Om dengerin aku ya, aku akan selalu menuruti apapun keinginan Om, aku hanya minta satu, berhenti melakukan kebiasaan gila Om, aku mohon Om,” pinta Naina serius.
Setelah mengucapkan hal itu, Naina langsung pergi ke kamarnya sementara Jonas masih diam di kursi meja makannya mencerna kata-kata Naina. Sungguh ia malu dinasehati anak kecil.
Di kamar, Naina langsung mengunci kamarnya. Naina langsung membentur kepalanya di atas kasur menyesali kata-katanya barusan.
“Bego banget sih gue, kalau Om Jonas marah gimana? kalau dia gak mau ngomong lagi sama gue gimana? aduh Naina, lo benar-benar oon,” decak Naina.
“Gue harus bujuk dia biar dia gak jadi kesal ke gue, tapi gimana caranya ya? bodoh, bodoh,” runtuknya.
Saat masih memikirkan kata-kata Naina, Jonas mengalihkan pikirannya dengan membereskan pekerjaan-pekerjaannya diruang kerja. Namun perkataan Naina masih terngiang dikepalanya. Kata-kata jika Jonas bernafsu dia bisa melakukannya dengan Naina. Sial. Pikiran kotor itu datang lagi gumamnya.
Tok tok tok
“Masuk!” sahut Jonas
Ternyata Naina yang mengetuk pintu, Naina kemudian masuk dengan membawa teh dan biskuit.
“Ini untuk cemilan Om kerja,” ucap Naina. Dia langsung meletakan cemilan itu di atas meja dekat sofa ruang kerja Jonas.
“Terima kasih,” ucap Jonas dengan ketus.
Mendengar nada bicara Jonas yang ketus, Naina langsung menghampiri Jonas di sebelah kursi kerjanya.
“Ada apa lagi Nai? aku sekarang sedang sibuk,”
“Om tersinggung dengan ucapan aku?”
“Sedikit, tapi kamu benar, iman aku sudah menipis,”
“Maaf,” lirih Naina.
Jonas melihat Naina tengah menahan air matanya. Hal itu membuat Jonas merasa tidak tega.
“Nai jangan nangis dong, jelek kan jadinya, sini...” Jonas langsung menarik tangan Naina lalu mendudukkan Naina dipangkuan nya. Jonas memeluk erat Naina yang duduk dipangkuan nya sambil mengelus rambutnya.
“Maaf om,” Naina berusaha menahan air matanya
“Aku yang harusnya minta maaf, aku gak tahan liat air mata kamu, oke aku akan nurutin kamu, aku akan usahakan untuk berhenti dari kebiasaan gilaku itu, tapi kalau aku gak tahan, aku gak bisa janji loh,”
Naina langsung menatap wajah Jonas dengan intens.
“Kalau sama aku gimana Om?”
“Itu lagi, itu lagi, kamu itu masih suci, aku gak bisa main-main dengan gadis seperti kamu, dan kamu harus ingat umur, kamu masih sangat muda, kamu baru 18 tahun kan? dan kalau bisa jangan melakukan hal seperti semalam lagi ya, aku takut tidak bisa menahan birahi, kalau kamu tidak suka dengan wanita-wanita yang ku bawa, kamu tinggal usir mereka, jangan seperti semalam!”
“Kalau semalam aku serius gimana Om?”
“Maksudnya?”
Naina ragu mau mengatakannya sehingga membuatnya menggigit bibirnya sendiri.
“Au...” pekik Naina, dia pura-pura sakit untuk menghindari pertanyaan itu.
“Ada apa?”
“Ginjal aku sakit Om,”
“Loh kok bisa, perasaan 8 tahun yang lalu setelah cangkok ginjal, kamu sudah sembuh total,”
“Masih sakit,” Naina langsung berdiri dari pangkuan Jonas dan langsung kabur seribu langkah.
Jantung Naina berdetak begitu hebatnya. Di atas kasur ia mengguling-gulingkan badannya berharap pompa jantungnya normal kembali. Sungguh ini hal memalukan yang pernah ia lakukan.
Tok tok tok
“Nai? masih sakit gak Nai?” Jonas dengan cemas mengetuk pintu berkali-kali.
“Kalau kamu gak buka pintunya, aku dobrak nih,” lanjut Jonas.
“Sakit aku sudah hilang Om,” sahut Naina dari dalam.
“Buka pintunya dong, aku mau lihat keadaan kamu!”
“Iya Om sebentar,” dengan terpaksa Naina membuka pintu.
Setelah pintu terbuka, Jonas dengan wajah cemas langsung memastikan keadaan Naina.
“Aku baik-baik saja Om, lihat sendiri kan?” ucap Naina.
“Syukurlah, aku tadi panik banget, aku kwatir, karena tubuh kamu kan banyak cacatnya,”
“Om gak usah kwatir, ginjal ku dulu yang sudah hilang sebelah kan sudah Om ganti, mataku yang sudah di ambil juga sudah Om ganti,”
“Tetap saja aku kwatir, ya sudah, kamu tidur ya,”
Melihat perhatian Jonas membuat akal sehat Naina malam ini kembali hilang, yang ada hanya keserakahan bodoh yang sangat ingin memiliki Jonas seutuhnya.
Melihat Jonas yang hendak keluar dari kamarnya, Naina langsung berlalu mendahului Jonas untuk mengunci pintu kamar.
“Om harus tanggung jawab setelah membuat aku kehilangan akal!” ucap Naina setelah mengunci pintu kamarnya.
“Buka pintunya Nai, kalau aku juga kehilangan akal sehat ku nanti, kamu habis malam ini Nai,”
“Bodo amat,” Naina tidak peduli.
“Kenapa kamu ngelakuin ini Nai?”
“Bukannya aku sudah bilang tadi dimeja makan, aku sayang Om. Sumpah.”
Jonas semakin frustasi, nafsunya muncul hampir tak bisa dikendalikan.
“Jika kamu habis aku lahap malam ini, jangan menyesal ya Nai!” ancam Jonas. Tatapannya sudah memanas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Noviatul Walidah
senyum2 aq tuuuh loat keagresifan naina hahaha
2021-10-09
0