Chapter 12

Minggu pagi di taman kota.

"Berenti dulu! Gue udah bengek, nih!" Berdiri membungkuk, dengan telapak tangan bertumpu pada kedua lututnya, nafas tersengal Kenma bercampur keringat lelah yang bercucur di sekujur tubuh dan wajahnya.

"Baru aja dua puteran, udah sawan aja, lu!" Jibril mencebik seraya berkacak pinggang. Yang tentu saja dengan deru nafas yang juga sama.

"Lu juga bengek, Kampret!" hardik Kenma membalas.

Aku meneguk sebotol kecil air mineral. "Duduk sono, yuk," ajakku pada kedua kampreto itu, seraya menunjuk sebuah tempat.

"Hooh, deh." Kenma mengiyakan.

Dan kami pun berjalan serempak, menuju tempat di mana bertengger sebuah tembok berbentuk balok dengan tinggi sekitar setengah meter dan lebar 40 senti, yang memang didesain khusus untuk misi pendaratan pantat.

Cukup sejuk, karena di samping bangku beton ini, menjulang sebatang pohon yang lebat daunnya bisa menghalau pancaran cahaya si surya yang menyorot kami.

"Adem ...." Aku menyandarkan tubuhku duduk menghempas diri pada pohon dengan diameter lumayan besar itu. Sedangkan Jibril dan Kenma duduk berdampingan di atas si bangku tembok.

Sudah lama sekali rasanya aku tidak melakukan kegiatan jogging santai semacam ini. Kesibukan skripsi dan lainnya membuatku sulit mendapatkan waktu luang yang sebenarnya sangat kubutuhkan.

"Eh, lu liat deh, tu cewek." Kenma menunjuk ke arah yang cukup jauh dari pandangan kami.

"Cewek yang mane?" Seraya clingukan, Jibril mengikuti kemana telunjuk Kenma terarah. Dan aku pun melakukan hal yang sama.

"Itu, cewek yang badannya sekseh itu."

"Cewek seksi?" Jibril mengerutkan kening, dengan tatapan masih tertuju pada titik penglihatan si Rambut Jagung.

"Ah, elu! Kasian gue!" Kenma melengos.

"Hoy, mau kemana lu?!" teriakku saat Kenma tiba-tiba bangkit dan berlari meninggalkan kami.

"Mau ngapain 'sih, tu bocah?" tanyaku pada Jibril.

"Susulin deh, Bin. Gue khawatir dia bikin onar."

"Ya elaaahh ...." Aku terpaksa bangkit mengikuti Jibril yang sudah melangkah lebih dulu.

Setelah sampai di Tkp.

BANG

ZAP

BANG

POW

BRUKK !!

"Banci lu! Beraninya gangguin cewek!" maki Kenma dengan tendangan terakhirnya.

"Ampun, Bang! Ampuun!" Kedua pemuda dengan rentang usia tak jauh dari kami itu, mengatup tangan meminta pengampunan Kenma.

"Lu hajar siapa, Ken?!" tanyaku dalam langkah kian mendekat ke arahnya.

"Ni, dua bencong peak, gangguin cewek itu."

Aku mengikuti arah wajah Kenma. Sesosok gadis berjilbab, bersetel hoody dan training merk Adidaya yang membungkus tubuh gembulnya, berdiri menunduk ketakutan memeluk sesuatu yang kulihat cukup merepotkan dirinya.

"Kok gue kayak kenal, ya?" Aku mendekati gadis berhoody itu. Dan ....

"Fafa!"

Wajah tertunduk itu sontak terangkat menatapku. "Bintang," ucapnya berbinar.

"Ya, Allah. Lu ngapain di mari? Sama siapa?" tanyaku.

"Aku jogging 'lah!" ketusnya cemberut. "Sendirian."

Kenma dan Jibril mendekat ke arahku, usai membuat kedua lelaki pengganggu itu ngibrit pontang-panting.

"Dia ini bukannya sahabat cewek lu ya, Bin?"

"Iya, Jie," sahutku menanggapi pertanyaan Jibril. "Anak jurusan kuliner," lanjutku memberitahu.

"Hmm. Pantesan." Jibril menyembunyikan senyum lucunya.

"Eh, elu kata tadi di mari mau jogging?!" Kenma bertanya dengan ekspresi aneh. "Itu artinya lu olahraga dong?!"

"Iya." Fafa menyahut singkat.

"Pengen langsing?"

"Hmm," balas Fafa lagi.

"Nah itu yang lu peluk ampe riweuh begitu, ape?" lanjut Kenma seraya mengarahkan telunjuknya ke depan dada Fafa.

Aku dan Jibril hanya diam memperhatikan berpulas kekehan geli.

Fafa menurunkan kepalanya, menatap segembolan minuman dan camilan yang dipeluknya. Lalu kembali menatap Kenma dengan cengiran oon. "Hehe, aku 'kan, laper," jawabnya nyinyir.

"Amit-amit lu! Kelakuan jogging, pengen langsing pula. Tapi tu perut lu uruk mulu pake lemak sama kalori yang gak kaleng-kaleng!" seloroh Kenma tak habis pikir. "Yang ada tu ya, bukannya langsing, lu malah berubah jadi kingkong. Lu liat noh, perut lu ude maju ngelewatin titik koordinat."

Aku menutup mulutku menahan tawa, sedangkan Jibril sudah terpingkal menjauh di belakangku.

"Kenam ...." Fafa memberengut seolah sedih.

"Kenma! Nama gua Kenma! Barangan lu ganti-ganti nama orang?!" Kenma tak terima.

"Iya, Kenam! Eh, Kenma!" ralat Fafa. "Betewe makasih udah nolongin aku."

"Iye, sama-sama. Tapi kalo tadi gue tahu itu elu, mending gue biarin aje tu dua curut, uyel-uyel muke lu yang kayak bakpow kelebihan pengembang itu, ampe benyek!"

Fafa mengeluarkan pelototan yang malah terlihat menggemaskan. "Kenma ... yang kamu katakan itu ... JAHAT!" ucapnya seolah tersakiti.

"Hahaa. " Kali ini aku tak bisa menahan gelakku. Menyaksikan perdebatan dua species langka itu. Cukup menjadi hiburan untuk melupakan sejenak problema nikah dini yang tengah kuhadapi saat ini.

"Dih!" Kenma mencebik. "Jehet die kete. Yang ada gue jahit bibir pulen lu itu!"

Namun saat itu tiba-tiba ....

"Kenma!" Seorang wanita dengan legging selutut berpadu boomber motif bunga-bunga, serta sepatu nike yang membalut kakinya, tiba-tiba datang menghambur memeluk Kenma tanpa malu.

Terlihat dari penyambutannya, aku rasa Kenma sudah sangat mengenal gadis barbar itu. "Tumben lu ada di tempat beginian?" tanya Kenma.

"Aku lagi syuting Ftv. Tu di sebelah sana," sahut gadis itu mengarahkan tangannya ke suatu arah.

Namun di detik itu, sejurus pandangku teralih pada sosok embul Fafa yang berdiri menatap Kenma dan gadis itu dengan tatapan muram. Dari sana aku sudah bisa menebak, bahwa Fafa menyimpan rasa pada tuyul sengklek berambut jagung itu. Oh, Fafa ....

Gep!

Aku terkaget. Saat gadis chubby itu tiba-tiba menatapku.

Eh?

"Aku pulang, Bin," ucapnya seraya membalik tubuh lalu berjalan menjauh.

Aku membalas dengan anggukan dan sedikit perasaan iba. "Ati-ati, Fa. Maaf, gue gak bisa anter."

"Hmm," sahutnya tanpa menoleh.

"Semoga dengan merasakan sakitnya cemburu, badan lu bisa langsing, Fa," gumamku terkekeh.

Jibril kembali mendekat ke arah kami, dengan sebotol minuman dingin di tangannya. "Siapa tu, Bin?" tanyanya dengan dagu terangkat mengarah pada gadis yang kini tengah bercengkrama hangat membelakangi kami bersama Kenma.

Aku menggedik bahu menanggapi. "Gak tahu."

"Ken, lu mau di situ aja? Gue sama Jibril balik ke tempat tadi, yak?!" seruku yang berhasil merebut perhatiannya.

Ia membalik badan menghadapku. "Eh, tunggu! Kenalin dulu ni sepupu gue!"

Breeeenggg ....

"Elu!"

"Kamu!"

Seruku dan wanita itu bersamaan kala pandangan kami tiba-tiba bertemu.

"Kalian udah saling kenal?" Kenma menunjuk kami bergiliran dengan tampang kejutnya.

"Dia itu cewek dayak yang gue ceritain tempo ari itu, Ken."

"Oya?!"

"Hmm."

"Kamu tu ya," gadis itu menghampiriku dengan geram dan bersiap dengan pukulannya. Namun refleks terhenti dan terpaku saat tatapannya teralih pada wajah tampan milik Jibril. "Dia siapa, Ken?" tanyanya tanpa berkedip, seraya menurunkan kembali telapak tangannya perlahan.

Aku dan Kenma mengikuti arah pandangnya.

"Dia Jibril, bespren gue," jawab Kenma seadanya.

"Kok kamu gak bilang, sih, punya temen kiyut kayak gini?"

"Nah elu gak pernah nanya. Ya udah, kenalan dah tu sekarang," saran Kenma.

"Hay," sapa gadis dayak itu sembari menjulurkan tangannya ke arah Jibril. "Aku Seul Ye."

Dengan ragu Jibril menerima. "Jibril."

"Waah, nama kamu mirip malaikat pencabut ya?" Seul Ye dengan senyuman kagumnya.

Kami bertiga saling melempar pandang, dengan ekspresi heran.

"Pencabut ape maksud lu?" Kenma bertanya bodoh.

"Pencabut hatiku!" Menangkup kedua pipinya, cewek itu berjingkrak gemas.

"Dihh, gue kira pencabut gigi!" cebikku. "Mayan, Jie. Lu liat noh ke bawah jaketnya. Ampe becetak segitiga gitu," godaku setengah berbisik.

Jibril menurunkan tatapnya. "Anjimm! Ude kayak kue bacang!" timpalnya balik berbisik.

"Bukan kue bacang, itu segitiga bermuda," kacauku. "Lu kalo uda nyampe situ, gua jamin lu pasti kelelep ngelewatin pusarannya."

"Hahaha ... bener juga lu!" Jibril tak mampu menahan gelak.

"Lu berdua bacotin apaan, sih? Bisik-bisik aja dari tadi!" Kenma berseru.

"Kalian berdua ngetawain aku?" Seul Ye dengan berengutan masamnya.

"Kagak!" elak Jibril dengan sisa tawanya.

"Ngetawain segitiga bermuda!" Aku menimpali.

"Segitiga bermuda apa? Kasih tahu gue."

"Kalo lu pengen tahu, samperin kang sayur sono!" titah konyol Jibril.

"Kang Sayur?"

"Hooh, beli tahu!"

"Wkwkwkwk."

"Anjimm! Gue serius, Kampret!"

"Dah lah kita balik yuk, Jie," ajakku memotong.

"Ayok!"

"Eh, mau kemana? Aku 'kan, masih pengen ngobrol sama kamu Jibril Gulahoy!" Seul Ye berusaha mencegah.

"Ha ...?"

"Apelagi gulahoy?" tanyaku.

Kulihat Seul tersenyum-senyum malu. "Iya, dia 'kan, manis. Kayak gula!"

"Mpreeeeeettttttt ...!!!"

Terpopuler

Comments

Laura hussein

Laura hussein

gak sabar nunggu Up-nya 👌
selalu like favorit karya terbaik mu kak

2021-02-16

1

Nikma

Nikma

Lanjut lagi🤭

2021-02-16

1

Ayuwidia

Ayuwidia

Like Kak, semangat berkarya

Salam dari ISTRI COMEL PILIHAN ABI

2021-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!