Chapter 2

"Anjimm! Ini mah harus di sunat ulang, Kenma!"

Refleks Kenma memukul bahu Jibril. "Lu yang bener aja, Goplok!" serunya. "Masa iya gue di sunat ulang? Bisa makin pendek pendekar gue!"

Tanpa mengukir rasa malu setitik pun, Kenma masih dengan pedenya memperlihatkan sempol ajaibnya di depan kami. Entah ada kelainan atau memang urat malu itu sudah terputus seiring tubuhnya yang memanjang, dan otak yang berkembang meluas dengan segala pemikiran gasraknya.

"Yeee, elu dibilangin ...." Jibril sembari terus mengamati pendekar yang disebutkan Kenma. "La itu lu liat tu, yang putih-putih meleleh itu apa?" seraya menunjuk bagian yang dilihatnya.

Aku pikir sebentar lagi Kenma akan mengalami patah tulang leher, karena tunduknya yang semakin melengkung dengan kaki tersibak lebar.

Aku masih menahan tawaku. "Lu mau, pendekar lu beneran ilang separo, gara-gara infeksi?" tambahku yang berhasil membuat Kenma mengangkat kepalanya dan melotot ke arahku.

"Otak lu infeksi! Ini masih baru, Setan!" serunya dengan pukulan yang cukup keras di lenganku. "Sono lu berdua! Bikin darah gue item aja!" lanjutnya sembari menurunkan sarung lorengnya hingga tertutup melewati paha. "Aawww!!!"

"Kenapa, lu?!" tanya Jibril cepat seolah cemas.

"Sakit, Goplok! Gue katupin kaki gue kelewat rapet."

Tak bisa lagi menahan, akhirnya aku dan Jibril meledakan tawa sekeras-kerasnya. Menggoda makhluk yang satu itu, lebih menyenangkan dari apapun. Hingga tawaku mulai mengundang tetesan air mata.

Over gelak!

"Berisik, Anjim! Pergi lu berdua!" Kenma mulai bangkit dengan posisi kaki setengah kuda-kuda. Dan mulai berjalan tertatih, mencubit bagian depan sarungnya agar tak mengenai sang pendekar yang masih terluka akibat proses sirkumsisi.

"Haha ...." Semakin keras tawaku dan Jibril menggema, hingga bergaung melewati batas ruangan.

"Dia yang ngusir, dia yang cabut!" Aku memegangi perutku yang mulai pegal.

"Mau kemana, lu?!" Jibril bertanya dengan sisa tawanya.

"Terserah gue!" balas Kenma yang baru melewati batas pintu kamarnya. "Pengen suci aja ampe segininya idup gue," keluhnya seraya terus memapah kaki egangnya.

"Hahaha ...."

"Diem lu, Anjimm! Suka banget liat gue menderita!" Terlihat Kenma menghentikan langkahnya hanya untuk menimpal kata.

Ampuunn!!!

...-...

Beberapa waktu kemudian, masih di kamar Kenma. Ketika aku dan Jibril tengah asyik dengan stik playstation di tangan kami, suara dering ponsel milik Kenma terus bernyanyi menuntut tanggapan.

"Angkat, Bin."

"Elu aja!"

"Ntar lu curangin. Upin gue ntar lu matiin."

"Kalo gue angkat, Mail gue elu sikat."

"Kagak, gue baek. Palingan gue lindes."

Aku melirik lelaki itu sekilas dengan tatapan sebal. "Lindes pale lu!"

Begitulah kami berseteru. Saling lempar, saling menyayangkan dengan bodoh game Upin Ipin dan kawan-kawan yang sedang kami mainkan di layar televisi sebesar keset itu.

Kami melanjutkan permainan kembali dengan khidmat, kala dering itu mulai sampai pada batas durasinya.

"Awas lu! Jangan deket-deket. Mail mulai nyampe tebing, nih!" seru Jibril dengan tubuh meliuk, mengikuti arah si Mail yang terus bergerak di layar.

"Ya elah, Upin gue ketinggalan lagi!"

KRIIIIINGGGG ....

"Bunyi lagi tu, Jie. Angkat sono!" seruku tetap fokus pada layar di depan kami itu.

"Ah elu," cebik Jibril yang pada akhirnya mengalah. Dengan malas ia menaruh stiknya dan bergerak mendekat ke arah ponsel dengan gigitan pisang di punggungnya itu. Benda pipih itu terus bernguing di atas nakas di samping ranjang ceper milik sang pemilik. "Hallo."

"...."

"Ah, yang bener, Mang?! Elu gak bohong, kan?!"

"...."

Mendengar nada terkejut Jibril, aku menolehkan kepalaku ke arahnya.

"Yakin lu anak-anak Rotal yang lakuin?" sambung Jibril lagi.

Aku masih diam memperhatikan dengan stik yang masih kupegang.

"Oke-oke, gue ke sana sama Bintang."

"Ada apaan, Jie? Siapa yang telpon?" tanyaku penasaran, saat Jibril mulai menaruh ponsel itu ke tempatnya semula.

"Basecamp kita diobrak-abrik Rotal," ungkapnya.

"Serius lu?" Aku terperanjat diiringi suara tawa aneh yang berasal dari layar televisi di hadapanku. 'Game over' begitulah tulisan yang tertera didalamnya ketika mataku berhasil menangkapnya. "Eh, mati!"

"Ude matiin! Kita cabut sekarang!" pinta Jibril dengan wajah seriusnya.

"Oh, oke, oke."

Setelah memastikan benda-benda itu rapi kembali, kami pun pergi meninggalkan kamar yang sedari tadi ditinggal pemiliknya itu.

Ketika mulai menuruni tangga, Jibril yang berjalan lebih dulu di depan, tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Ada apaan?" tanyaku ikut menyetop laju langkahku di anak tangga ke tiga dari atas.

"Lu liat noh."

Aku mengikuti arah wajah Jibril. "Ya, Allah!" pekikku keras.

Sesaat aku dan Jibril saling melempar pandang. Lalu ..., "Hahaha!" Kami meledakkan tawa kembali sekeras-kerasnya, manakala sebuah tontonan absurd di mana Kenma tengah duduk bersantai ria di sebuah sofa.

Wajahnya terjurus lurus ke arah televisi, dengan sebuah kipas angin tipe berdiri yang sudah diturunkannya rendah hingga hampir menyentuh lututnya. Kipas tersebut dihadapkan tegak ke area sakral mesin produksinya.

Sarung loreng itu masih menutup hingga ke lutut, namun tak dirapatkannya, guna membiarkan angin menembus titik gerahnya.

Dan sepertinya tawa keras kami cukup membuatnya tersentak. Hingga kepalanya berputar refleks ke arah kami. "Terus aja lo berdua ketawain gue!" Lalu kembali membalik wajah pada perhatiannya semula dengan balutan wajah datar.

"Lu ngapain pindah ke situ? Gak malu lu diliat Bik Mumun?" tanyaku yang kini sudah menginjak anak tangga terakhir. Sementara Jibril sudah lebih dulu mendekat ke arahnya.

"Bik Mumun udah gue kasih kartu merah! Dia dilarang maen di area sini," jelasnya sengklek.

"Dasar kampret!" Toyoran telunjuk Jibril di keningnya.

Seraya mengusap dahinya .... "Lu ngapain pada turun? Kangen gue, ya?" Kenma dengan lagak pedenya seperti biasa.

"Ogah!" balasku.

"Kita mau cabut. Kata Mang Adul, basecamp kita diobrak-abrik anak-anak Rotal," ungkap Jibril memberitahu.

"Serius, lu?!"

"Iya."

"Trus kalian berdua mau ngapain?" lanjut Kenma bertanya.

Aku dan Jibril sudah berdiri disampingnya.

"Abis kita liat keadaan basecamp Gaijin, gue sama Jibril mau langsung tandangin markas si Yongki pe'ak itu," cetusku dengan kilatan nafsu dan amarah.

Amarah karena perusakkan manusia-manusia itu, dan nafsu dalam ketidaksabaran untuk segera memainkan tinjuku.

"Lu berdua yakin? Anggota mereka kan banyak banget."

"Lu pikir gue takut!" Jibril sembari melempar pandang ke arahku.

Dan aku tersenyum menanggapi. "Banyak bukan berarti kuat!" timpalku. "Cabut, Jie!"

"Hmm."

Menepuk sekilas pundak Kenma, aku dan Jibril mulai menggerak langkah meninggalkan Kenma menuju pintu keluar.

Namun baru saja kunaikan kakiku ke atas kuda besiku di halaman, Kenma datang menghentikan laju gerakku juga Jibril yang baru saja menstarter motor gedenya.

"Tungguin!"

Dengan langkah yang terlihat seperti seekor kera, Kenma menyusul kami berpulas wajah penuh harap. "Gue mau ikut."

"Kampret! Yang bener aja lu!" Jibril tak setuju.

"Iya, kita ini mau gelud, bukan mau ngemall!" selorohku. "Lu mau cirit ajaib lu kena tampol?!" lanjutku seolah menakuti. "Tar kalo buntung pusaka lu, gimana?"

"Gue bisa! Lu bedua liat, nih!" Seraya memasang kuda-kuda dengan telapak tangan terkepal yang dimajukannya ke depan, dan satu lainnya di depan dada.

Aku lalu turun menghampiri si sableng bernama Kenma itu. Kusentuh kepalan tangannya, lalu kupindahkan satu tangan bagian kanannya ke atas kepala, dan kirinya kutaruh ke belakang pantatnya. "Nah, ini baru bener," ujarku kemudian meledakkan tawa kembali sekeras-kerasnya. "Hahaha ...."

Disusul Jibril yang sudah terpingkal seraya memukuli bagian depan kuda besinya. "Jalan aja masih kayak simpanse, lagak lu mau ikutan gelud. Haha ...."

"Setaaaannnnn ...!!"

Terpopuler

Comments

Linar Asri

Linar Asri

kenman umur brpa y thor...

2023-03-18

1

ZaZa

ZaZa

udah baca 3 kali tapi masih ngakak🤣

2022-01-19

1

Miss Azalea

Miss Azalea

Adududududuuuuu...
ngakak...

2021-02-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!