Setibanya di rumah, Zayn langsung mengajak Clara untuk masuk ke dalam sana. Wanita itu tampak mengukir seulas senyum kebahagiaan di bibr tipisnya. Ia sangat bersyukur dan banyak berterima kasih pada para begal yang telah membegalnya hingga ia dapat menarik perhatian Zayn seperti yang ia terima saat ini.
"Selamat malam tuan." sapa Bi Sumi yang baru saja membuka pintu rumah majikannya.
"Selamat malam Bi." Zayn tersenyum, lalu ia mengajak Clara untuk masuk kemudian menyuruh wanita itu untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Bi, Papa di mana?" tanyanya menoleh ke arah Bi Sumi yang masih berdiri di dekat pintu.
"Tuan Vino masih di rumah nyonya Tasya, kata Tuan Vino, beliau akan bermalam di sana."
"Syukurlah." Zayn menghembuskan napas legah, merasa tuhan memihak padanya kali ini karena ia dapat menyuruh Clara untuk bermalam di rumahnya. Ya, walau sebenarnya ia tidak suka dengan keberadaan Clara di sana namun ia tidak memiliki pilihan lain, rasa ibanya lebih besar dibanding kebenciannya pada wanita itu.
"Clara kau boleh beristirahat di kamar tamu. Aku mau ke kamarku dulu untuk membersihkan tubuhku." ujarnya menatap Clara yang tengah duduk di sofa.
Kepala Clara yang semula tertunduk, kini terangkat, mata sendu wanita itu menatap lekat manik mata milik Zayn. "Tidak, aku mau di sini saja." ucapnya seraya tersenyum penuh paksaan.
"Hm, baiklah jika kau masih ingin duduk di sini." ucap Zayn, "Oh iya jika kau membutuhkan sesuatu, kau boleh memintanya pada Bi Sumi." sambungnya. Clara mengangguk, ia memandangi punggung belakang Zayn yang berlalu meninggalkannya.
"Kenapa dia tidak menyuruhku mengganti pakaianku. Huh, ini sangat menyebalkan." gumam Clara memutar kedua bola matanya dengan malas seraya menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
*
Langkah kaki Zayn berhenti tepat di depan pintu kamarnya, ia membuka pintu kamar tersebut dengan hati-hati berharap tidak membangunkan istrinya yang mungkin sudah terlelap.
"Kau sudah pulang?" Zayn yang hendak menutup kembali pintu kamarnya jadi terurungkan tatkala mendengar suara Ara yang ternyata belum tertidur.
"Kau belum tidur?" Tubuh Zayn bergerak ke arah ranjang, ia membiarkan pintu kamarnya terbuka lebar.
"I-iya." jawab Ara menundukan kepalanya, menghindari tatapan mata Zayn yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
"Apa kau sudah makan malam?" Zayn mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur tepat di sisi kanan istrinya.
"Sudah."
"Baiklah. Oh iya, aku membawakan sesuatu untukmu." seulas senyuman terbit dari bibir Zayn, ia menyodorkan paperbag yang sedari tadi ia pegang kepada Ara.
"Apa ini?" Ara memerhatikan paperbag tersebut sebelum kemudian ia membukanya.
"Ponsel?" mata Ara berbinar saat melihat box berisi ponsel yang saat ini ia genggam.
"Aku membelikannya untukmu, agar kau bisa menghubungiku jika memerlukan sesuatu atau kau bisa menghubungi Tasya untuk sekedar berbincang-bincang dikala suntuk." tutur Zayn, senyuman di bibir pria itu masih terukir dengan jelas.
Pandangan Ara beralih ke arah Zayn, ia sangat senang mendapatkan kado dari suaminya, wajah wanita itu tampak ceria namun sejurus kemudian keceriaan di wajahnya memudar dengan cepat hingga membuat kening Zayn mengerut bingung, "Ada apa?" tanyanya menatap lekat perubahan raut wajah istrinya.
"A-aku tidak tahu cara menggunakannya." Ara menyodorkan kembali kotak ponsel tersebut kepada Zayn, sungguh ia tidak tahu cara menggunakan ponsel itu. Walaupun Zaman sudah sangat modern dan menggunakan ponsel bukanlah sesuatu yang tabu, namun Ara tidak tahu cara menggunakan benda modern tersebut karena selama ia hidup, ia tidak pernah menggunakan bahkan memegang ponsel. Hidup wanita itu sangat terbatas, bahkan ia tidak pernah menikmati fasilitas yang ditawarkan padanya. Ya, walaupun Ara adalah anak orang berada, namun kehidupannya jauh dari kata layak apalagi sempurna. Wanita yang seharusnya hidup dengan bergelimang harta dan kekayaan harus mengorbankan kehidupannya dan hidup dengan penuh penindasan. Sungguh malang nasib gadis itu.
"Kau tidak bisa menggunakan ponsel?" Dahi Zayn berkerut dalam, apa masih ada orang yang tidak tahu cara menggunakan ponsel? Sungguh ini hal yang sangat lucu.
Ara mengangguk, ia malu mengakui ketidaktahuannya namun ia benar-benar tidak tahu cara menggunakan ponsel.
"Ehm, ambillah. Setelah mandi, aku akan mengajarimu cara menggunakan ponsel ini." ucap Zayn tersenyum seraya menyodorkan kembali ponsel yang telah ia ambil dari dalam kotaknya. Zayn mengusap lembut puncak kepala Ara sebelum kemudian ia beranjak dari duduknya.
***
Tubuh Clara bergerak meninggalkan sofa yang telah di dudukinya hampir setengah jam. Ia melirik ke arah dalam rumah Zayn yang tampak sepi, bahkan batang hidung Zayn tidak terlihat kembali setelah meminta izin padanya tadi untuk membersihkan tubuhnya. "Di mana Zayn? Kenapa dia tidak kembali dan menemaniku di sini." gumamnya, memberanikan diri melangkah masuk ke dalam rumah Zayn, untuk mencari keberadaan pria itu. Lancang sekali Clara ini.
Saat memastikan jika kamar yang ada di hadapannya saat ini adalah kamar milik Zayn, Clara sedikit mengintip kamar yang pintunya terbuka dengan lebar, mata wanita itu membulat dengan sempurna saat melihat Zayn yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan bertelanjang dada, tubuh kekar pria itu membuat Clara menelan salivahnya, pun pikirannya yang mulai berkelana jauh dan semakin liar tanpa malu. Clara memasang telinganya dengan baik saat mendengar Zayn berbicara dengan seseorang di dalam kamar tersebut, suara wanita yang terdengar samar-samar.
Karena rasa penasarannya Clara semakin mengintip lebih jauh, berharap pandangannya dapat menjangkau wajah wanita yang saat ini tengah duduk dengan kaki berselonjor di atas tempat tidur, "Siapa wanita itu? Kenapa dia berada di dalam kamar Zayn?" gumamnya.
"Nona Clara." usapan di bahu Clara membuat wanita itu terlonjat kaget, dengan segera ia menolehkan kepalanya.
"Bi-Bi Sumi." ucap Clara dengan mata yang membola akibat keterkejutannya melihat Bi Sumi yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam, ia tidak suka akan keberadaan Clara di sana.
"Apa yang nona Clara lakukan di sini?" tanyanya dengan suara dingin, nampak dengan jelas ketidak sukaan wanita paru baya itu terhadap Clara.
"A-aku sedang mencari Zayn." suara Clara terdengar gugup karena telah tertangkap basah mengintip kamar Zayn dengan begitu tidak sopan.
"Nona Clara bisa menunggu di depan. Saya akan memanggilkan tuan Zayn sebentar." ujar Bi Sumi.
"Tunggu Bi." Clara mencegah Bi Sumi dengan memegang lengannya.
"Ada apa nona Clara?"
"Bi, si-siapa wanita yang berada di kamar Zayn?"
"Nona Clara sudah melihatnya? Sungguh kau sangat tidak sopan sekali nona." cetus Bi Sumi, ia semakin menunjukan ketidak sukaannya terhadap Clara secara terang-terangan. Hingga membuat Clara salah tingkah.
"Maaf Bi, tapi aku hanya ingin mengetahui siapa wanita yang ada di dalam kamar Zayn." masih dengan tidak tahu malunya Clara bertanya kepada Bi Sumi.
"Wanita yang nona Clara lihat di kamar tuan Zayn adalah istri tuan Zayn."
"I-istri?" mengulang ucapan Bi Sumi, ia menggeleng kepalanya, matanya pun membola karena terkejut, ia tidak percaya dengan penuturan Bi Sumi barusan.
"Iya nona."
"Bibi tidak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa Zayn memiliki seorang istri. Bibi pasti membohongiku." Clara tersenyum, Bi Sumi pasti sedang bercanda. Sejak kapan Zayn menikah? Kenapa ia tidak tahu, bukankah ia baru bertemu dengan Zayn dua minggu lalu. Tidak mungkin Zayn menikah secepat itu. Clara mencoba menyangkal, ia benar-benar tidak percaya jika wanita yang ada di kamar Zayn adalah istrinya Zayn. Ini tidak lucu. Tapi, apa Zayn telah menemukan Avra? Apa wanita yang ada di dalam kamar itu adalah Avra? Apa dia benar-benar Avra? Wanita yang selalu menjadi alasan Zayn menolak cintanya. Sungguh ini di luar dugaan Clara.
"Bi, jangan coba bercanda denganku. Katakan siapa wanita yang ada di kamar itu?" Clara mengguncang tubuh Bi Sumi, mendesak wanita itu agar segera menjawab pertanyaannya.
"Iya nona. wanita itu istri tuan Zayn."
Bagai di sambar petir, tubuh Clara terasa lumpuh, hatinya sangat sakit. Pria yang telah dicintainya bertahun-tahun kini telah memiliki istri? Hal ini sangat menyakitkan. "Tidak, ini tidak boleh terjadi, Zayn hanya milikku, dia milikku." batin Clara, mencoba menyangkal kebenaran yang ada, ia tidak terima. Susah paya ia mengutus seseorang untuk berpura-pura membegalnya di depan Zayn agar menarik simpatik pria itu. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang, bukan simpatik dan perhatian Zayn seutuhnya tetapi sesuatu yang menyakitkan. Kenyataan yang membuatnya tidak terima.
"Nona Clara." Bi Sumi mengikuti langkah kaki Clara yang melangkah menuju ruang tamu, wanita itu tampak mengusap air matanya dengan kasar.
"Nona Clara mau ke mana?" tanya Bi Sumi yang berjalan tergopoh-gopoh.
"Aku mau pulang." serunya, berlari menuruni anak tangga yang ada di hadapannya.
Bi Sumi menggeleng kepalanya, tidak mengerti apa yang terjadi pada Clara yang meninggalkan rumah majikannya begitu saja. Bahkan wanita itu meninggalkan rumah tersebut dalam keadaan menangis.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Isyam Zita
jika ara benar avar wajar z selama ini tidak pernah di temukan karna identitasx di tutup oleh ibu tirix yg kejam😡😡
2021-09-09
0
alya Zahra
ulat bulu udah muncul ,,hama harus di basmi 😄😄
2021-07-31
0
Kamila Azmi Rokhit
Hama nya bermunculan 🤭🤭🤭
2021-07-30
0