Jodoh Pilihan Ayah 2
Malam itu, dalam suasana hening dan gelapnya malam, membuat Zayn memiliki kesempatan untuk mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi melintasi jalan raya yang terlihat sepi dan senggang akan kendaraan. Namun, mobil yang melaju itu tiba-tiba berhenti mendadak saat pedal remnya diinjak sangat kuat. Zayn berdecak, menatap seorang wanita yang berdiri di tengah jalan tepat di depan mobilnya dengan kedua tangan yang merentang lebar. Wanita itu memakai dress selutut berwarna putih yang terlihat begitu lusuh, pun rambut panjangnya yang tergerai berantakan.
"Shiit." umpat Zayn kesal, jika dirinya terlambat menginjak rem mobilnya, mungkin wanita yang masih berdiri di depan mobilnya dengan mata yang terpejam itu sudah tewas karena ia tabrak.
Perlahan kelopak mata wanita itu terbuka, menyipitkan matanya saat sorot lampu milik mobil yang dicegatnya membiasi wajahnya.
"Tolong aku." Wanita tersebut berdiri di sisi mobil Zayn menggedor-gedor kaca mobil pria itu.
"Ah, penipuan berkedok apa lagi ini." ketusnya seraya memutar kedua bola matanya.
"Tolong.. Aku.. Tolong.." Wanita itu masih belum menyerah, ia terus menggedor-gedor kaca mobil Zayn, berharap pria itu mau menolongnya.
Zayn mendengus, ia hendak keluar dari dalam mobil, namun niatnya itu terurungkan tatkala ia melihat dua orang pria dengan tubuh tegap yang memakai setelan berwarna hitam menghampiri mobilnya.
"Bisa ku pastikan wanita ini kelompok preman-preman itu." gumam Zayn, ia hendak melajukan kembali mobilnya namun wanita itu semakin menggedor kaca mobil Zayn keras, bersamaan dengan air matanya yang membasahi wajahnya, pun mulutnya yang masih berucap permintaan tolong.
"Tolong aku. Ku mohon."
"Ayo ikut denganku." ucap salah satu pria menarik paksa tubuh wanita itu hingga membuat Zayn tak tega, "Apa mereka preman yang ingin merusak wanita itu?" gumamnya, Zayn langsung menurunkan kaca mobilnya bahkan ia langsung keluar dari dalam mobil itu dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Zayn mengangkat salah satu alisnya.
"Tolong aku." ucap wanita tersebut dengan wajah yang semakin memelas, ia terlihat begitu ketakutan.
"Maaf tuan. Dia pasien rumah sakit jiwa, kami baru saja menemukannya karena dia kabur dari rumah sakit." ucap pria yang tengah mencekal wanita tersebut.
"Oh." Zayn menganggukan-anggukan kepalanya, mempercayai perkataan pria itu. Karena ia juga menganggap jika wanita yang telah mencegatnya tadi adalah orang gila, hal itu ia buktikan dengan tampang dan model pakaian wanita itu yang bak orang gila.
"Baiklah, sebaiknya kalian menjaga pasien kalian dengan baik, agar dia tidak kabur lagi, dia bisa saja mencelakai orang lain karena berdiri di tengah jalan." ujar Zayn, kemudian ia masuk kembali ke dalam mobil.
"Tidak, mereka berbohong. Aku tidak gila." ucap wanita tersebut merontah-rontah, berusaha melepas cekalan tubuhnya.
"Diamlah wanita bodoh." pinta pria yang tengah mencengkram kedua tangan wanita itu lalu ia membiusnya saat mobil Zayn sudah pergi dari sana.
"Ayo bawa dia. Hampir saja kita di pecat oleh Nyonya, gara-gara wanita gila ini." seru pria yang tengah membekap wanita itu lalu ia langsung menggedongnya dan membawa masuk ke dalam mobil yang berada di seberang jalan.
***
"Kau sudah sampai." ucap Rey mendaratkan tubuhnya di single sofa yang berada di ruang tamu rumah mertuanya, sudah hampir satu bulan mereka berada di Bandung karena Tasya sedang menggandung anak kedua mereka.
"Iya kak. Maaf jika alu sedikit terlambat." ucap Zayn ikut mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Lihatlah foto-foto itu." Meletakan beberapa lembar foto wanita di atas meja tepat di hadapan Zayn.
Kening Zayn berkerut dalam, memandangi wajah wanita yang ada di lembaran-lembaran foto itu, "Siapa ini kak?" tanyanya menolehkan kepalanya ke arah Rey.
"Calon istrimu, anak tuan Adnan. Dia wanita yang baik, dia juga sedang menempuh pendidikan di universitas negri di kota ini, kurasa dia akan cocok denganmu." Mendengar ucapan Rey, langsung membuat Zayn meletakan kembali foto-foto tersebut dengan kasar di atas meja, ia tidak suka jika Rey ataupun papanya mencampuri urusan percintaannya. "Apa-apaan ini kak? Aku tidak suka dijodoh-jodohkan seperti kakak." serunya.
"Mau sampai kapan kau seperti ini? Sekarang usiamu sudah 27 tahun tapi kau sama sekali belum memiliki kekasih! Kau harus segera menikah Zayn."
"Harus berapa kali lagi aku mengatakan pada kakak? Aku tidak suka dijodoh-jadohkan kak. Aku akan menikah dengan pilihanku sendiri." Zayn berucap dengan sangat ketus dan kesal.
"Kau masih mencari Avra? Mau sampai kapan Zayn? Sampai kau menua? Sudah tiga tahun berlalu dan kau masih nekad untuk mencarinya? Apa kau masih tidak percaya dengan anak buahku yang mencarinya, mereka sudah mengatakan kalau wanitamu itu sudah menikah, bahkan mungkin sekarang dia sudah memilki anak."
"Hentikan ucapan kakak. Aku tidak akan mempercayai semua itu sebelum aku memastikannya sendiri."
"Huh, terserah kau saja. Kakak hanya ingin kau segera menikah, kau tahu sendirikan papa sudah semakin tua dan sakit-sakitan. Papa ingin melihatmu menikah sebelum--."
"Aku tahu itu. Aku akan tetap berusaha menemukan wanitaku." tukasnya beranjak berdiri. Wajahnya benar-benar sudah terlihat kesal.
"Jika tidak ada lagi yang ingin kakak bicarakan, aku mau pamit pulang." ujarnya berlalu pergi dari sana.
Rey bergeming, memijat kepalanya yang terasa pening, ia merasa pusing dengan sikap Zayn yang begitu keras kepala. Yang masih memiliki tekad untuk mencari wanita yang keberadaannya bak ditelan bumi.
"Eh, kenapa Zayn pulang. Padahal aku baru saja membawakannya minuman." ucap Tasya masuk ke ruang tamu, pandangannya mengarah ke arah Zayn yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.
"Sini biar aku saja yang meminumnya" pinta Rey beranjak dari duduknya, lalu menghampiri istrinya itu.
"Kau mau meminumnya? Apa kau sudah menyukai jus jeruk sekarang?" tanya Tasya menatap Rey lekat. Sejak kehamilan keduanya, bukan dirinya yang mengidam dan mual-mual melainkan Rey, dan selama masa ngidamnya Rey sama sekali tidak menyukai jus jeruk atau apapun yang berurusan dengan jeruk.
"Aku suka." jawab Rey lalu meraih gelas berisi jus tersebut dan meneguk habis isi di dalamnya. Ia tidak ingin membuat Tasya kecewa karena telah membuat jus jeruk namun tidak ada yang meminumnya.
Tasya menggeleng kepalanya melihat tingkah suaminya itu. Tak berselang lama, Rey merasakan tenggorokannya yang begitu penuh dan beberapa saat kemudian ia berlari menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur untuk memuntahkan semua isi perutnya.
"Sayang." Tasya mengusap lembut punggung belakang suaminya, sungguh ia tidak tega melihat keadaan Rey seperti ini tapi mau bagaimana lagi itu sudah takdir yang harus dialaminya, menggantinya untuk merasakan ngidam yang sama sekali tidak enak.
***
Di tempat yang berbeda, Zayn tampak duduk termenung di dekat danau, tempat yang selalu ia kunjungi jika sedang memiliki masalah, tempat di mana dirinya bertemu gadis cantik dan juga menggemaskan di 18 tahun lalu. Gadis yang terlihat linglung karena berpisah dengan kedua orang tuanya.
"Avra, kau di mana? Bukankah kau sudah berjanji untuk bertemu denganku di tempat ini setelah kita dewasa. Lihatlah, aku sudah dewasa. Aku bahkan sudah siap menikahimu." gumamnya merebahkan tubuhnya di atas tanah, melipat kedua tangannya di kepalanya, dan menatap bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Sungguh Zayn sangat merindukan gadis kecil yang di temuinya itu, gadis kecil yang mengajaknya untuk menikah jika sudah tumbuh dewasa. Sudah hampir 18 tahun mereka berpisah, dan sudah selama itu juga Zayn mencari keberadaan wanita itu.
"Aagghhhhtt." Zayn berteriak dengan sekencang-kencangnya, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kini ayahnya sudah mulai mencarikannya jodoh, sekeras apapun dirinya menolak pasti ayahnya itu akan terus memaksanya bahkan sekarang ayahnya sudah melibatkan Rey dalam masalah ini. Sungguh Zayn merasa pasrah namun tekadnya untuk mencari Avra masih begitu besar.
Zayn sangat mencintai wanita itu, ia sangat merindukannya tapi kemana dia? Info terakhir yang di dapatnya dari Bi Sumi, gadis kecil itu pergi keluar negri saat perusahaan ayahnya mengalami kebangkuratan pun beberapa informasi yang di dapat Zayn dari tim pencari yang di utus oleh Rey di beberapa tahun belakangan ini, jika Avra sudah menikah.
"Aku tidak akan mempercayai informasi itu jika aku tidak memastikannya sendiri." gumamnya beranjak duduk. Zayn mengusap kasar wajahnya, pikirannya begitu kacau. Ada ketakutan dalam diri pria itu, ia takut jika wanita yang dicarinya selama 17 tahun terakhir ini benar-benar sudah menikah.
"Tidak, itu tidak akan terjadi. Dia pasti menepati janjinya." ucapnya penuh keyakinan.
Sudah hampir pukul 11 malam, Zayn baru pergi meninggalkan tempat itu. Ia masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya.
"Kenapa aku terus memikirkan wanita gila tadi?" ketusnya memukul setir mobil, entah apa yang terjadi dengan pikirannya hingga raut wajah sendu wanita yang meminta tolong padanya tadi masih terngiang-ngiang di pikirannya.
.
.
.
.
Bersambung... 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Sri indrawati
hadir thor..
2023-07-05
0
Nona Alifia
Aku mampir thor,
semangat ya..,,,,,,,💪💪💪💪
2021-08-07
0
maria sutriyana
awal cerita yang menarik...
2021-08-01
1