Keesokan harinya, Papa Vino yang baru saja terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba dikejutkan dengan kabar yang disampaikan oleh anak sulungnya barusan, sungguh kabar yang tidak dapat dipercaya oleh Papa Vino.
"Rey, kau tidak sedang bercanda kan?" ucap Papa Vino memastikan kembali.
"Tidak Pa. Rey sedang tidak bercanda. Tuan Dev benar-benar memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan kita."
"Kenapa bagitu tiba-tiba? Bukankah semalam --. Astaga." Papa Vino mendengus, ia baru tersadar dengan apa yang terjadi semalam.
"Ada apa Pa?" Melihat perubahan raut wajah papanya, membuat Rey mengerutkan dahinya.
"Huh." Hembusan napas kasar tampak keluar dari mulut Om Vino sebelum kemudian ia berkata, "Tuan Dev memutuskan kontrak kerjanya dengan kita pasti ada sangkut pautnya dengan kejadian semalam."
"Apa yang terjadi semalam pa? Bukankah semalam papa bertemu dengan Tuan Dev untuk membicarakan perjodohan Zayn dan putri tuan Dev?" Rey menatap kedua bola mata papanya yang mulai di genangi oleh cairan bening.
"Tuan Dev membatalkannya." jawabnya mengusap air matanya yang hendak terjatuh.
"Membatalkannya? Bukankah Tuan Dev yang menginginkan perjodohan ini? Lantas kenapa dia membatalkannya?" Isi kepala Rey masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya kebingungan dan ingin segera mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tersebut.
"Dan dimana Zayn sekarang Pa?"
"Zayn tidak kembali ke rumah, entah dimana keberadaan adikmu itu. Ponselnya juga tidak aktif." jawab Papa Vino dengan sedikit emosi yang masih tersulut dalam dirinya.
Rey semakin merasa bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya, saat hendak bertanya lagi tiba-tiba dering ponsel yang berasal dari sakunya membuat pria itu mengurungkan niatnya dan segera menjawab panggilan telpon tersebut.
"Hallo Sellin, ada apa?" tanya Rey kepada wanita yang tengah tersambung panggilan telpon dengannya, wanita tersebut tak lain adalah sekertaris Papa Vino.
"Tu-Tuan Rey, beberapa investor menarik investasi mereka saat mereka tahu jika Tuan Dev memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan kita."
"Apa?!" Rey yang semula duduk di tepi tempat tidur, seketika langsung beranjak dari duduknya.
"Iya tuan, apa yang akan kita lakukan? Perusahan kita akan mengalami kerugian jika investor lain ikut memutuskan kerja samanya."
Rey mendengus kasar, "Aku akan segera ke kantor untuk menanganinya."
"Baik tuan." ucap Sellin sesaat sebelum Rey memutuskan sambungan teleponnya.
"Ada apa Rey?" tanya Papa Vino menatap lekat wajah anak sulungnya yang tengah diselimuti kebingungan dan rasa cemas.
"Pa, Investor lain ikut memutuskan kontrak kerjanya dengan kita."
"Apa?" Mata Pap Vino membulat sempurna, sungguh ini di luar dugaannya.
"Iya Pa, Papa tahu sendiri jika investor terbesar kita adalah Tuan Dev, jika Tuan Dev telah memutuskan kontrak kerjanya, otomatis yang lain ikut memutuskannya juga."
"Aaght Zayn." teriakan Papa Vino membuat Rey terkejut.
"Papa ada apa?" Rey menghampiri papanya yang tengah merintih kesakitan seraya memegang dadanya, tepat dimana jantungnya berada.
"Papa tidak apa-apa." ucap Papa Vino berusaha terlihat baik-baik saja.
Rey kembali mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur tepat di samping papanya, "Papa, apa yang sebenarnya Zayn lakukan? Kenapa semua ini terjadi setelah perjodohan Zayn dibatalkan?"
Helaan napas berat kembali ditarik kasar oleh Papa Vino, lalu ia mulai menceritakan semuanya kepada anak sulungnya itu, perihal kejadian yang terjadi semalam saat mereka menemui Tuan Dev dan Clara, putri Tuan Dev. Wajah Rey yang semula terlihat tenang kini berubah menjadi murkah. Ia sama sekali tidak bisa menerima dan membenarkan perlakuan Zayn terhadap Clara, jika tidak ingin dijodohkan bukankah bisa menolak dengan sikap yang lembut? Tapi kenapa Zayn malah membuat wanita itu menangis? Sungguh sikap Zayn sangat keterlaluan.
"Papa tidak mengerti lagi dengan sikap adikmu. Dia sangat berbeda, dia bukan Zayn penurut lagi seperti yang Papa kenal." ucap Papa Vino.
"Papa, aku akan membereskan semua masalah ini. Aku akan membuat Tuan Dev kembali bekerja sama dengan kita."
"Tidak perlu Rey. Jangan membuat harga dirimu jatuh hanya karena mau bekerja sama dengannya lagi. Papa sangat mengenali Tuan Dev, dia tidak akan menarik kata-katanya kembali. Jadi percuma saja." Papa Vino terlihat putus asa dan kecewa. Bagaimana bisa Tuan Dev bersikap tidak profesional seperti ini, hanya karena masalah pribadi, ia ikut melibatkan dalam urusan pekerjaan mereka.
"Baiklah Pa. Rey tidak akan menemui Tuan Dev, tapi Rey janji akan menyelesaikan masalah ini." tegasnya seraya mengusap lembut lengan papanya.
"Maafkan papa nak, karena telah membuatmu ikut terlibat dalam masalah ini."
"Tidak perlu minta maaf. Masalah papa adalah masalah Rey juga. Jadi Rey harus ikut menyelesaikannya." ucap Rey menegaskan. Papa Vino hanya tersenyum sendu lalu ia memeluk tubuh anak sulungnya itu.
"Ehm, baiklah Pa. Rey pamit mau ke kantor. Oh iya, sebaiknya papa jangan ke kantor dulu sebelum masalah ini selesai. Papa juga harus banyak beristirahat dan jangan banyak berpikir."
"Iya nak. Papa akan tetap berada di rumah." ucapan Papa Vino membuat Rey tersenyum, ya lebih baik papanya berdiam diri dan beristirahat di rumah agar penyakit pria paru baya itu tidak kambuh lagi.
"Baiklah. Rey pergi dulu." ucapnya mencium punggung tangan papanya sebelum kemudian ia berlalu pergi dari sana.
***
"Hallo kak Rey, ada apa?" tanya seseorang dibalik telpon.
"Laura, apa Zayn ada di rumahmu?"
"Zayn? Tadi malam dia menginap di sini tapi tadi pagi dia sudah pulang."
"Oh baiklah."
"Emangnya ada apa kak?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang mencarinya saja."
"Oh iya. Baiklah kak." ucap Clara lalu sambungan telepon mereka terputus.
"Aaghhh Zayn." Rey memukul kemudinya kuat, merasa kesal dengan perbuatan Zayn. Ingin sekali ia membunuh adiknya itu.
"Kenapa kau harus mengecewakan kakak dengan perbuatanmu dan membuat kekacauan seperti ini." Dengusnya, sebelum kemudian ia melajukan mobilnya menuju kantornya dengan kecepatan tinggi.
***
Satu minggu berlalu, perusahakan Alvino Giant semakin terpuruk, banyak kontrak yang dibatalkan, dan beberapa proyek yang dikerjakan mulai mangkrak. Bahkan dengan penuh keterpaksaan sebagian karyawan di perusahaan itu harus di keluarkan. Sungguh pengaruh Tuan Dev begitu besar, hanya dalam seminggu perusahaan milik Om Vino jadi berantakan.
Rey yang hari itu berada di rumahnya, hanya diam membisu di dekat jendela sembari mentap kosong ke luar jendela, sungguh ia bingung harus melakukan apa lagi, segala cara telah ia lakukan, namun tidak membuat permasalahannya selesai. Hanya ada satu-satu cara yaitu manarik kerja sama dengan Tuan Dev lagi, namun sudah sangat terlambat jika baru akan melakukannya sekarang, karena Tuan Dev sudah kembali ke Amerika dua hari yang lalu.
"Sayang, kau tidak ke kantor?" tanya Tasya mengusap punggung belakang suaminya itu. Rey yang saat itu merasakan kelembutan dan kehangatan dari tangan istrinya, langsung berbalik dan memeluk tubuh wanita itu.
"Syaa, aku tidak bisa menjadi kepercayaan papa lagi. Aku tidak bisa mengembalikan perusahaan papa." ucapnya semakin mengeratkan pelukannya.
"Sayang, jangan putus asa seperti ini. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Aku sangat yakin kau bisa menangani semua permasalahan ini." Tasya melepas pelukannya, kemudian menatap lekat kedua mata suaminya yang berkaca-kaca.
"Tapi aku sudah berusaha keras dalam satu minggu ini. Dan lihatlah, bukannya selesai malah semakin kacau." ucap Rey, ia sudah sangat putus asa, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Jangan seperti ini. Kenapa kau tidak menarik investor lain. Kau bisa bekerja sama dengan perusahaan milik Dimas dan Om Bram, papanya Nisa. Mereka pasti akan membantumu." tutur Tasya. Sejenak Rey terdiam, kenapa ia tidak melakukan itu dari kemarin.
"Astaga kenapa aku tidak memikirkan hal ini. Tapi--." Rey yang semula terlihat sumringah kini berubah menjadi sendu lagi.
"Kenapa sayang?" Alis Tasya berkerut, mencermati perubahan wajah suaminya, bukankah idenya cukup bagus?
"Tapi aku harus memulainya dari awal lagi. Tapi tidak masalah, aku akan segera menghubungi Dimas dan Om Bram untuk meminta bantuan mereka." Rey mengecup singkat bibir dan wajah Tasya sebelum kemudian ia beralih ke telepon selulernya untuk menghubungi Dimas dan Om Bram.
Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum, ia terlihat bahagia melihat suaminya yang kembali bersemangat setelah beberapa hari ini merasa putus asa.
"Mamii." panggil seorang anak kecil yang baru saja muncul dari balik pintu.
"Ada apa sayang?" tanya Tasya menyambut anak laki-lakinya itu ke dalam pelukannya.
"Mamii, apa aku sudah boleh belmain belsama daddy? Sudah lama kami tidak belmain belsama?" keluh anak kecil tersebut dengan mata yang terlihat sendu, ia merindukan papanya yang satu minggu belakangan ini terlihat sangat sibuk.
"Ken sayang, saat ini daddy tidak bisa bermain dulu denganmu. Daddy sangat sibuk dengan pekerjaannya. Nanti kalau daddy sudah menyelesaikan pekerjaannya pasti papa akan bermain denganmu." bujuk Tasya seraya mengusap puncak kepala anaknya itu.
"Apa Daddy tidak menyanyangi Ken lagi?" tanyanya menatap kedua mata ibunya sendu.
Tasya menggeleng, "Tidak seperti itu. Daddy sangat menyangi Ken kok." ucapnya serius dan meyakinkan.
"Benalkah?" tanya Ken lagi yang hanya di balas anggukan oleh Tasya.
"Iyaa Ken sayang." Tasya tersenyum, lalu mencium wajah anaknya itu.
"Oh iya Ken. Apa nenek sudah kembali?" tanya Tasya seraya menggendong tubuh Ken yang tidak ringan.
"Iya, nenek ada di ruang makan belsama kakek."
"Oh baiklah, kita akan ke sana." Tasya melangkahkan kakinya meninggalkan kamarnya. Pun Ken yang betah berada digendongan ibunya.
"Mami, kenapa paman Ayn tidak kesini. Aku sangat melindukannya." ucapan Ken membuat Tasya baru teringat akan adik iparnya itu. Ya, dimana pria itu? Sudah satu minggu ini Tasya tidak mendengar kabar pria itu, bahkan Rey pun tidak pernah membahas adik laki-lakinya itu. Apa Zayn tau kondisi perusahaan papanya saat ini? Bukankah perusahaan tersebut akan di wariskan padanya? Lalu di saat kondisi genting saat ini, dia berada di mana?
.
.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa like dan coment ya kaks Reader. Biar authornya makin semangat nulisnya, heheh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Ougus Fenia
mantuul thor, lanjuut
2021-09-23
0
要钱💸
kerennn
2021-07-29
1
triana 13
semangat kak
2021-07-29
1