Zayn membuka pintur kamarnya dengan hati-hati kemudian pria itu kembali menutupnya sesaat setelah sudah berada di dalam sana.
"Dia masih tidur." gumamnya melangkah menuju tempat tidur, ia menyibakan rambut istrinya yang menutupi sedikit wajah wanita itu dan juga mengeratkan selimutnya. Sesaat Zayn terdiam memandangi wajah polos Ara yang masih terlelap, lalu pandangannya terpusat pada bibir tipis Ara yang terlihat pucat. Zayn menggeleng-geleng kepalanya untuk kembali terfokus saat bibir Ara menggodanya.
"Huh." hembusan napas berat Zayn mengakhiri tatapan matanya pada Ara, ia melepaskan jam tangan yang melingkar di tangannya lalu menyimpannya di atas nakas, sebelum kemudian ia membawa tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi.
Kucuran Air dari dalam kamar mandi membuat Ara yang baru saja terbangun memusatkan perhatiannya ke arah sana. Wanita itu mengusap lehernya saat merasa tenggorokannya yang begitu kering.
Ara menoleh ke arah nakas, dilihanya gelas berisi air tergeletak di atas sana. Ia berusaha meraih gelas tersebut, namun tanganya yang pendek tidak dapat menjangkaunya. Ara menggeser sedikit tubuhnya untuk dapat meraih gelas tersebut.
Praakk. gelas yang hampir saja dapat ia raih terjatuh ke lantai hingga pecah tak berkeping.
"Ara." Zayn yang mendengar suara sesuatu yang jatuh membuat pria itu langsung keluar dari dalam kamar mandi dengan begitu terburu-buru. Untung saja ia masih bisa fokus hingga meraih handuk terlebih dahulu dan melingkarkan dipingganya sebelum ia benar-benar keluar dari dalam kamar mandi.
"Ara, apa kau tidak apa-apa?" tanyanya melangkahkan kakinya menghampiri istrinya tersebut. Ia pikir Ara yang terjatu dari atas tempat tidur ternyata gelas.
"Maaf." ucap Ara saat Zayn menatapnya.
"Tidak apa-apa." ujar Zayn mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur. "Apa kau haus?" tanyanya yang hanya di balas anggukan.
"Baiklah, kau tunggulah di sini. Aku akan mengambilkan air minun untukmu, sekalian menyuruh Bi Sumi untuk membersihkan pecahan gelas itu." Zayn beranjak dari duduknya lalu ia melangkah keluar dari kamarnya masih dengan tubuh polosnya yang hanya tertutup handuk.
Ara menghela napas kemudian menghembuskannya dengan cepat, ia memegangi jantungnya yang rasanya hendak keluar dari tempatnya. "Astaga, apa yang aku lihat barusan." wanita itu menelan ludahnya membayangkan dada bidang Zayn dan juga perut sixpacknya. "Astaga, kenapa aku jadi seperti ini." Ara menepuk-nepuk jidatnya, sungguh ia tidak sanggup melihat Zayn berpenampilan seperti tadi. Dan juga kenapa pria itu tidak merasa risih saat menunjukan tubuhnya yang bertelanjang dada ke orang lain.
Beberapa saat kemudian, Zayn kembali ke dalam kamar bersama Bi Sumi.
"Minumlah." ujar Zayn menyodorkan gelas ke bibir Ara.
Ara mengangguk, lalu ia meneguk air putih tersebut, "Terima kasih." ucapnya.
Zayn meletakan gelas yang masih tersisa sedikit air ke atas nakas. "Mau beristirahat lagi?" tanyanya kemudian. Ara mengangguk, wanita itu menatap lekat kedua manik mata Zayn, merasa terharu melihat ketulusan pria yang kini menjadi suaminya. Ya hanya sebatas status, Ara tidak tahu dan tidak bisa menebak apa yang akan terjadi kedepannya, ia takut jika perhatian dan ketulusan Zayn yang seperti ini membuat dirinya jatuh cinta. Sungguh Ara sangat takut jika hal itu terjadi, dan seharusnya itu tidak boleh terjadi karena ia sudah tahu konsekuensi yang akan ia hadapi nanti dan tentang perjanjiannya dengan Zayn yang tidak boleh ia ingkari.
"Ehm, a-aku mau ke kamar mandi." ujar Ara mengalihkan pandangannya saat manik matanya bertemu dengan manik mata milik Zayn.
"Ke kamar mandi?" tanya Zayn kembali.
"Iya, aku mau buang air kecil."
"Oh baiklah." Tanpa aba-aba, Zayn langsung menggendong tubuh Ara hingga membuat wanita itu terkejut dengan mata yang membola sempurna. Dada bidang Zayn yang telanjang ada di depan matanya sekarang dan ia telah menyentuhnya. Demi apapun jantung Ara rasanya ingin meledak.
"Ka-kau bisa meletakanku di kursi roda." ujar Ara gugup dengan wajah yang memerah padam.
"Itu akan memakan waktu lama, aku bisa mengantarmu ke kamar mandi." Zayn menatap Ara yang kini ada dalam gendongannya, tidak berat. "Berapa berat badanmu? kau sangat ringan sekali." ucap Zayn seraya melangkah menuju kamar mandi.
Setelah sampai di kamar mandi, Zayn meletakan tubuh istrinya di atas closet yang saat itu masih tertutup.
"Kenapa kau masih berada di sini?" tanya Ara saat Zayn masih setia berada di dalam kamar mandi bersamanya.
"Mau menunggumu." jawabnya polos.
"Kau mau melihatku?" ucapan Ara membuat Zayn langsung menepuk jidatnya, "Eh, tidak. Aku akan menunggumu di luar." Zayn memutar tubuhnya lalu melangkah keluar dari kamar mandi, namun sebelum benar-benar keluar dari dalam sana. Pria itu memutar kepalanya, "Apa kau bisa melakukannya seorang diri?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan Zayn membuat Ara ingin tertawa, namun sebisanya ia menahan tawanya, "Aku bisa sendiri, keluarlah. Aku tidak dapat menahannya lagi." ujar Ara.
Zayn mengangguk lalu ia keluar dari dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi tersebut.
Beberapa saat kemudian, Zayn kembali masuk ke dalam kamar mandi saat Ara memanggilnya.
"Sudah?" tanyanya yang hanya di balas anggukan oleh Ara. Zayn kembali menggendong tubuh mungil istrinya dan membawanya keluar dari kamar mandi.
***
Seusai makan malam, Zayn kembali ke kamarnya. Pria itu meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas dengan sedikit terburu-buru saat ponsel tersebut berdering beberapa kali.
"Hallo. Tuan Zayn, kami telah menemukan informasi tentang nona Avra, istri tuan Deni." ucap seseorang dari balik telpon.
"Apa yang kau temukan? Apa dia Avra yang selama ini aku cari?" tanya Zayn, mendudukan tubuhnya di sofa.
"Bukan tuan, wanita itu bukan Avra yang tuan Zayn cari. Dia wanita yang berbeda."
"Huh, syukurlah. Berarti Avra belum menikah, aku masih memiliki kesempatan untuk menemukan dan menikahinya." ucap Zayn, seulas senyuman terbit dari bibir tipisnya. Walaupun ia belum mengetahui detail keberadaan dari wanita yang dicintainya tapi setidaknya wanita itu belum terikat oleh siapapun sehingga membuat Zayn berpikir jika Avra adalah miliknya.
"Baiklah tuan Glen. Sekarang kembalilah pada tugas awalmu, aku ingin kau segera menemukan wanitaku. Aku ingin dalam 3 bulan kedepan kau telah menemukannya."
"Baik tuan Zayn. Aku akan berupaya untuk menemukan nona Avra. Aku berjanji akan menemukannya untuk tuan Zayn."
"Terima kasih tuan Glen. Aku percayakan semuanya padamu, kabari aku jika kau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan Avra."
"Baik Tuan."
"Baiklah. Kerjakan tugasmu dengan baik." ujar Zayn lalu ia menutup panggilan telponnya.
Zayn meletakan ponselnya ke atas meja kaca yang ada di depannya sebelum kemudian ia bangun dari duduknya lalu membawa tubuhnya untuk menghampiri Ara yang telah terlelap dalam tidurnya.
Tubuh Zayn mendarat dengan mulus di tepi tempat tidur, tangannya bergerak merapikan anak sulur rambut Ara yang menutupi wajah wanita itu. "Setelah membuatmu pulih dan menemukan keluargamu, aku akan melepaskanmu." ucapnya mengusap kepala istrinya, "Apa kau tahu, aku ingin menjadikanmu sahabatku, aku ingin menjadikanmu satu-satunya orang yang mengetahui kisahku." Zayn menghela napas, kemudian tersenyum, "Tiga bulan lagi aku akan menemukan wanitaku, dan di saat itu aku juga berharap jika kau sudah menemukan keluargamu." Mata Zayn masih berlama-lama menatap wajah polos Ara, entah kenapa Zayn merasa sudah sangat dekat dengan wanita itu padahal baru beberapa hari mereka saling mengenal.
.
.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Siti Nahwa
hmm.. kayakx Ara adalah Avra deh
2023-03-20
0
Mama amiinn Asis
jangan jangan ara itu wanita yg zeyn cari semoga thor..
2021-11-07
0
Ougus Fenia
aa itu abra yg dicari zayn deh kayanya,, 😇😇😇
2021-09-23
0