"Aku sangat mencintaimu, aku tidak akan berselingkuh darimu." Rey melepas pelukannya seraya menatap lekat kedua manik mata milik Tasya.
"Apa kau percaya padaku?" Tasya mengangguk, kemudian memeluk kembali tubuh suaminya. Tidak seharusnya ia memiliki prasangka buruk terhadap suaminya maupun Sellin, tapi Tasya begitu takut jika apa yang pernah terjadi padanya akan terulang kembali. Apalagi saat ini wajah Rey semakin terlihat tampan, tidak menutup kemungkinan jika ada wanita lain yang menyukainya.
"Ehm." Tasya melepaskan pelukannya, kemudian ia berjalan menuju tempat tidur, diraihnya handuk kecil yang tergeletak di atas sana.
"Kemarilah, akan ku keringkan rambutmmu." ujarnya, Rey yang mendapat perlakuan manis seperti itu segera melangkah menghampiri istrinya seraya tersenyum lebar.
"Kenapa kau tidak mengeringkan rambutmu hingga benar-benar kering? Lihatlah, kemejamu jadi basa seperti ini." celotehan Tasya membuat Rey tersenyum gemas.
"Kau sangat menggemaskan jika sedang mengomel seperti ini." Rey mengapit kedua pipi istrinya hendak membenamkan ciuman di sana, namun suara Ken membuat niat Rey jadi terurungkan.
"Mamii." Terlihat Ken yang menorobos masuk ke dalam kamar yang pintunya tidak terkunci dan sedikit terbuka.
"Ada apa sayang?" Tasya duduk berjongkok di hadapan Ken, anak kecil itu bernapas tersenggal-senggal karena berlari.
"Mami, apa boleh aku ikut nenek ke supelmalket?" tanyanya dengan tatapan mata memohon.
"Tidak boleh!" seru Rey, menggendong tubuh anaknya.
"Tidak boleh?" Ken memperlihatkan puppy eyesnya hingga membuat Rey tak tega, padahal ia hanya bercanda tadi.
"Boleh kok sayang. Ayo, Mami akan memandikanmu, lalu mengganti pakaianmu." ujar Tasya beranjak berdiri.
"Aku juga ingin dimandikan olehmu." ujar Rey. Seketika Tasya menatap suaminya dengan tatapan tajam.
"Mamii, Deddy juga ingin mandi."
"Aww." Rey meringis saat tiba-tiba Tasya mencubit perutnya.
"Jangan berbicara yang aneh-aneh di depan Ken." celetuknya.
"Hehehe."
"Ken sayang, Daddy sudah mandi tadi. Hanya Ken saja yang belum, ayo kita ke kamar mandi." Tasya mengambil alih tubuh anaknya ke dalam gendongannya.
"Dan kau daddy Rey, cepatlah bersiap." ucap Tasya dengan suara lembutnya, namun dengan tatapan membunuh.
"Ehm, baiklah." Rey menutup mata anaknya dengan telapak tangannya seraya membenamkan ciuman singkat di bibir Tasya.
"Last Kiss." ucapnya tersenyum saat istrinya hendak berceloteh lagi.
"Huh." Tasya hanya mendengus kecil lalu ia berlalu menuju kamar mandi.
30 menit berlalu, tampak rumah milik papa Haris sudah terlihat sepi. Pasalnya, orang-orang yang tinggal di rumah itu tengah sibuk dengan aktivitas mereka di luar rumah. Pun Tasya yang meminta Rey untuk mengantarnya ke rumah sakit. Selain ingin menjenguk mertuanya dan melihat kondisi gadis itu, Tasya juga ingin memeriksa kondisi kehamilannya.
***
3 hari kemudian, gadis yang menjadi korban kecelakaan itu sudah sedikit membaik setelah mengalami koma beberapa hari yang lalu, namun gadis itu belum siuman hingga saat ini.
"Dok, apa yang terjadi dengan gadis itu? Kenapa dia belum sadarkan diri sampai sekarang?" tanya Om Vino menatap lekat dokter Andre yang baru saja keluar dari ruang rawat gadis itu.
"Ehm, tuan Vino. Silahkan ke ruangan saya." ujar dokter tersebut seraya melangkahkan kakinya.
"Syaa, apa kau bisa menunggu di sini sebentar?" Om Vino menoleh ke arah Tasya yang tengah duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruang rawat tersebut.
"Iya Pa." jawabnya tersenyum. Om Vino mengangguk kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ruangan dokter Andre.
*
"Silahkan duduk tuan." ucap dokter Andre.
Om Vino menarik kursi yang ada di hadapannya kemudian mendudukan tubuhnya di sana.
"Tuan Vino. Berdasarkan hasil rontgen, kepala pasien mengalami cedera otak akibat benturan yang sangat keras. Karena itulah pasien koma hingga saat ini."
"Cedera otak dok?" tanya Om Vino, ia sangat terkejut mendengar kondisi gadis itu. Gadis yang malang.
"Iya tuan, akibat cedera otak tersebut pasien mengalami kelumpuhan di bagian kaki dan kehilangan ingatannya. Namun ini tidak bersifat permanen, ingatan pasien akan kembali tetapi akan membutuhkan waktu yang cukup lama."
"Ba-bagaimana dengan kakinya dok? Apa kelumpuhannya bersifat permanen?" tanya Om Vino, wajah pria itu sudah diselimuti kekhawatiran.
"Saya belum bisa memastikannya dengan jelas tuan. Saya akan---."
"Dok, pasien telah sadarkan diri. Dia sedang mengamuk sekarang." ucap salah satu perawat yang masuk ke ruangan dokter Andre dengan tergesah-gesah.
"Baiklah, saya akan segera ke sana." dokter Andre beranjak dari duduk kemudian ia berpamitan pada Om Vino untuk memeriksa kondisi gadis itu.
*
"Pa, apa yang terjadi?" tanya Zayn yang baru saja tiba di sana. Pria itu melirik singkat ke arah ruang rawat dan melihat gadis itu tengah berteriak seraya merontah-rontah saat dokter Andre dan juga beberapa perawat menenangkannya.
"Dia sudah sadar?" tanyanya kemudian, namun wajah Zayn berubah menjadi bingung tatkala suara teriakan gadis itu terdengar samar-samar dan hilang begitu saja.
Om Vino masih saja membisu menatap kosong ke depan. Sungguh ia merasa sangat bersalah setelah mendengar diagnosa dari dokter Andre terhadap gadis itu.
"Dok, bagaimana keadaan gadis itu sekarang?" tanya Om Vino dan juga Tasya bersamaan melihat dokter Andre yang baru saja keluar dari ruang rawat. Wajah Tasya masih diselimuti kekhawatiran dan ketakutan saat menyaksikan kondisi gadis itu saat pertama kali tersadar.
"Pasien baik-baik saja. Kami memberinya obat bius untuk menenangkannya."
"Kenapa harus di bius dok?" tanya Om Vino sedikit ragu.
"Pasien tidak menerima keadaannya saat ini, untuk itu dia berteriak dan memberontak seperti tadi." seketika tubuh Om Vino melemas, ia merasa kasihan kepada gadis itu.
"Saya permisi dulu tuan. Saya akan kembali memeriksa pasien setelah pasien kembali tersadar." ucap dokter Andre lalu ia berlalu dari sana.
"Papa, keadaan apa yang di maksud oleh dokter Andre?" Tasya menoleh ke arah mertuanya, mendesak pria itu agar segera menjawab rasa penasarannya.
"Gadis itu mengalami cedera otak akibat benturan yang sangat keras di kepalanya, sehingga menyebabkan kelumpuhan pada kakinya." tutur Om Vino. Seketika mata Tasya membulat dengan sempurnah atas keterkejutannya begitupun dengan Zayn. Ia tidak menyangkah jika akan separah ini.
"Dia juga kehilangan ingatannya." Om Vino tak kuasa menahan air matanya, sungguh ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Kejadian yang harus merenggeut kebahagiaan wanita itu, merenggut masa muda gadis itu.
"Zayn." Kini perhatian Om Vino terpusat ke arah Zayn.
"Ada apa Pa?" tanya Zayn mengerutkan dahinya, melihat raut wajah sendu papanya, raut wajah yang sedikit tersirat permohonan.
"Zayn, menikalah dengan gadis itu." ucapan Om Vino membuat Zayn menggeleng-geleng kepalanya.
"Apa papa sedang bercanda?"
"Tidak Zayn, papa tidak bercanda. Nikahi dia nak, biarkan dia menjadi anggota keluarga kita, dengan begitu papa bisa menebus kesalahan Papa." Om Vino berjalan mendekat ke arah anak bungsunya itu, masih dengan tatapan memohon.
"Hahaha, Papa sedang bercanda ya. Mana mungkin aku mengorbankan kehidupanku hanya untuk menikahi gadis itu. Papa bisa menebus kesalahan Papa dengan cara lain bukan menjadikanku sebagai alat penebus kesalahan Papa." ucap Zayn, raut wajah pria itu berubah menjadi kesal. Cobaan apalagi ini?
"Zayn, Papa mohon, nikahi dia Nak. Gadis itu tidak memiliki keluarga. Dia menjadi lumpuh karena kesalahan Papa. Tolong Papa Zayn, nikahi dia." kedua tangan Om Vino mengatup di depan dadanya, ia memohon pada anaknya itu agar mau menikahi wanita yang tak berdosa. Wanita yang harus mengalami lumpuh karena kecerobohannya.
"Pa, aku tidak mau. Aku tidak mencintainya. Tolong mengertilah,"
"Zayn, papa mohon. Ini permintaan terakhir Papa."
Zayn mendengus kemudian berkata, "Aku selalu menuruti permintaan Papa, apapun itu. Namun kali ini Zayn tidak bisa Pa. Zayn mencintai wanita lain. Kenapa papa masih tidak mengerti!"
"Zayn." Om Vino langsung berlutut di hadapan anaknya itu. Hanya dengan cara itu agar Zayn mau mengabulkan permintaanya, "Zayn, wanita itu menjadi lumpuh karena Papa. Dia juga kehilangan ingatannya karena Papa. Papa dan Rey sudah berusaha mencari keluarganya tapi kami tidak menemukannya. Papa mohon Zayn nikahi dia."
"Berdirilah Pa. Biar papa membujukku dengan cara apapun, aku tetap pada pendirianku." ucapnya. Mata pria itu memerah, sebenarnya ia tidak tega melihat papanya sampai memohon seperti ini. Tapi ia benar-benar tidak bisa mengabulkan permintaan papanya dalam hal ini. Masih banyak cara untuk menebus kesalahan papanya, tidak harus dengan membuat Zayn menikahi wanita itu.
Om Vino beranjak berdiri, tiba-tiba ia merasa jantungnya terasa sakit, ia memegangi dadanya dan mencengkramnya kuat.
"Pa. Papa kenapa?" Mata Zayn membelalak, ia langsung menopang tubuh papanya yang hendak terjatuh.
"Ni-nikahi dia." ucap Om Vino sebelum kehilangan kesadarannya.
"Zayn, papa." Tasya ikut histeris melihat mertuanya yang sudah tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
alya Zahra
daubel up,,maksih thor 👍🏼👍🏼💪💪
2021-07-10
0
ratih_.
lanjuttt thoorr!!!
2021-07-10
1