HANCURNYA HARAPANKU
Setelah beberapa bulan berada didekat Reza membuat hidup Arin menjadi lebih bermakna. Bagi Arin kehadiran Reza merupakan angin segar, sebab Reza selalu membuatnya tersenyum. Bahkan Reza selalu memberikan perhatiannya kepada Arin yang selalu merasa kekurangan kasih sayang dari ayahnya.
Semenjak ibunya tiada, Arin hanya tinggal berdua bersama ayahnya. Arin bahkan tidak memiliki seorang adik maupun seorang kakak disampingnya. Meski ada keluarga yang berasal dari ibu dan ayahnya, tapi Arin tidak pernah merasa memiliki keluarga. Mungkin karena keluarga Arin yang berada cukup jauh diluar kota sehingga membuat mereka tidak begitu dekat.
Pagi itu seperti biasa Arin sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Arin sekarang duduk dibangku kelas 12 Sekolah Menengah Atas (SMA). Meski Arin hampir putus sekolah, tapi alhamdulillah akhirnya Arin bisa bersekolah juga meski hanya disekolah yang cukup sederhana.
Selama 3 tahun berada disekolah SMA akhirnya Arin lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Meski terkadang Arin hampir akan putus sekolah, tapi akhirnya ia bisa menyelesaikan sekolahnya.
Masih ingat dalam benak Arin jika ayahnya dulu sempat menyuruh Arin untuk tidak melanjutkan sekolahnya.
Flash back On
"Bagaimana jika kamu tidak usah melanjutkan sekolah Rin," ujar Pak Cokro Purnama sambil menyeruput segelas kopi hitam yang masih panas.
"Apa yah? Tapi aku sangat ingin sekolah yah, bahkan aku ingin melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi," tambah Arin lagi yang sedang menyantap sarapannya.
"Tapi kamu tahu sendiri jika ayahmu ini hanyalah seorang buruh yang pekerjaannya tidak tetap," timpal Pak Cokro lagi.
Mendengar perkataan ayahnya membuat Arin terdiam. Arin merasa jika yang dikatakan ayahnya ada benarnya juga. Sejak dulu ayahnya memang tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehingga untuk melanjutkan sekolah saja rasanya tidak mungkin.
"Ada apa Rin? Kok diam?" tanya sang ayah yang melihatnya tiba-tiba terdiam setelah tadi banyak bicara.
"Tidak apa-apa yah, Arin mengerti dengan kondisi ayah. Tapi Arin juga masih berharap jika nanti setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), Arin bisa melanjutkan sekolah," lirih Arin yang tiba-tiba saja merasa pesimis. Padahal sebelumnya Arin selalu merasa optimis untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Meski ayahnya tidak sepenuhnya mendukung akan keinginan Arin untuk bersekolah, akan tetapi Arin selalu bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Arin selalu berusaha untuk belajar agar ia mendapatkan nilai-nilai yang bagus.
Arin beruntung karena disekolahnya selalu mendapatkan bantuan. Jika tidak mungkin ia tidak akan bisa bersekolah. Untuk sehari-hari Arin tidak memerlukan banyak uang jajan, yang terpenting ada ongkos untuk naik kendaraan umum sudah cukup bagi Arin.
Beberapa bulan kemudian akhirnya hari kelulusan itu tiba. Setelah menjalankan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN), akhirnya hari kelulusan itu tiba. Disekolah diadakan sebuah perpisahan yang cukup sederhana. Perpisahan yang dihadiri oleh siswa saja dan para guru. Perpisahan yang benar-benar sederhana namun cukup berkesan bagi Arin.
Setelah semua rangkaian acara selesai, Arin dan teman-temannya berkumpul disalah satu rumah mereka yang bernama Hana. Sejak beberapa hari yang lalu ibunya Hana mengundang teman-teman terdekat Hana untuk makan-makan. Hanya ada beberapa orang saja yang turut serta, mereka adalah Hana, Winda, Santi dan juga Nisa. Karena memang hanya Arin dan teman-teman yang lain yang dekat dengan Hana.
Mereka pun segera bergegas menuju rumah Hana dengan menaiki kendaraan umum. Setengah jam kemudian akhirnya mereka tiba dirumah Hana.
"Assalamualaikum," ujar Hana saat memasuki rumahnya.
"Waalikumsalam warrohmatulohi wabarokatuh," jawab Bu Widia yang merupakan ibu Hana.
"Apa kabar semua?" sapa Bu Widia yang menyapa teman-teman Hana.
"Kabar baik tante," jawab mereka kompak yang menyalami ibu Widia satu persatu.
"Ajak teman-temanmu ke atas ya Han, terus ajak juga mereka makan yang sudah ibu sediakan didapur," ujar Bu Widia.
"Baik bu," jawab Hana yang langsung mengerahkan teman-temannya ke dapur dan membawa makanan mereka dilantai 2 kamar Hana. Setelah makanan meraka habis, mereka pun berbincang-bincang.
"Yeah, akhirnya kita lulus juga," ujar Hana yang merasa senang setelah kelulusan itu.
"Aku juga senang, akhirnya kita akan memulai hidup baru. Sekolah ke tempat yang baru, dengan suasana yang baru pula," timpal Arin.
"Tapi aku sedih, nanti kita bakalan jarang ketemu," celetuk Winda.
"Tapi kita kan bisa janjian buat ketemu," ucap Santi yang memberikan saran.
"Bener juga kamu san," timpal Hana lagi.
Tak terasa karena begitu banyak hal yang dibicarakan akhirnya sore pun mulai menjelang. Mereka akhirnya membubarkan diri masing-masing.
Beberapa hari kemudian Arin mencoba mendaftar ke sebuah SMA yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Namun saat akan mendaftar lagi-lagi Arin harus kecewa karena tidak memiliki cukup uang untuk pegangan. Sang ayah pun berbicara lagi jika sebaiknya Arin bekerja saja. Akan tetapi untu anak seusia Arin akan bekerja apa hanya dengan bermodalkan ijazah SMP.
Arin pun kembali merasa pesimis. Arin takut jika ia benar-benar tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Padahal Arin sangat ingin bersekolah bahkan hingga ke perguruan tinggi. Untuk kali kedua Arin mencoba mendaftar ke sekolah negeri, mungkin dengan bersekolah di SMA negeri akan meringankan biaya Arin. Namun lagi-lagi Arin harus menelan kekecewaan karena kuota disekolah itu sudah penuh.
Arin kembali bersedih, kali ini ia benar-benar putus asa karena ia benar-benar tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Akan tetapi diluar dugaan, tiba-tiba ada yang menghubungi Arin jika ia sudah dititipkan disekolah SMA swasta dengan biaya yang sudah di bebaskan. Dan Arin diminta untuk datang ke sekolah itu hari senin yang akan datang.
Alhamdulillah sungguh rezeki yang tidak disangka-sangka akhirnya Arin bisa bersekolah disalah satu SMA swasta yang cukup sederhana. Setelah datang ke sekokah dan menemui kepala sekolah akhirnya Arin diperbolehkan sekolah dan biayanya pun dibebaskan.
Sungguh semua itu diluar dugaan, sebab Arin benar-benar sudah putus asa jika ia bisa melanjutkan sekolah. Meski dengan kondisi keuangan yang kadang ada kadang tidak, hal itu tidak pernah membuat Arin patah semangat. Kekurangannya itu justru dijadikan Arin sebagai kelebihan untuk tetap bisa bersemangat dalam pembelajaran.
Tak terasa 3 tahun kemudian akhirnya Arin lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Setelah kelulusan ini, Arin juga masih berharap jika ia akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Setidaknya dengan modal ijazah SMA Arin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Flash back Off
Beberapa minggu setelah lulus dari sekolah Arin pun segera membuat beberapa lamaran pekerjaan. Mulai dari toko baju, toko retail bahkan restoran-restoran ternama pun tidak lupa ia lewatkan. Arin berharap dengan bermodalkan ijazah SMA akan mendapatkan sebuah pekerjaan yang lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments