Reza yang sudah berada didalam kamar masih tidak bisa memejamkan matanya. Reza merasa sedang menginginkan hal yang seharusnya ia dapatkan dari seorang istri kapanpun ia mau. Akan tetapi, dengan adanya pertengkaran-pertengkaran yang selalu terjadi diantara mereka membuat Reza malas mendekati Sintia.
Entah sudah berapa kali ia membalikan tubuhnya ke sisi kiri, lalu ke sisi kanan. Bahkan terlentang dan tengkurep pun tidak lupa ia coba, akan tetapi Reza masih belum bisa memejamkan matanya. Akhirnya ia pun melihat Sintia ke luar kamar .
"Sintia," ujar Reza yang langsung duduk disamping Sintia.
"Apa?" tanya Sintia sinis yang masih melihat tayangan ditelevisi.
"Aku, aku," ucap Reza lagi yang kini mendekati Sintia begitu dekat.
"Sudahlah aku mau ke kamar," pekik Sintia yang segera bergegas meninggalkan Reza diruang tamu. Sintia yang merasa malas, tidak menghiraukan keberadaan Reza. Sintia malah segera berlalu meninggalkan ruang tv dan segera bergegas menuju kamarnya.
"Kamu mau kemana Sintia?" tanya Reza kesal.
Tanpa menjawab pertanyaan Reza, Sintia pun hanya melirik dan segera bergegas pergi menuju kamarnya. Tanpa basa-basi Reza pun segera menyusul Sintia ke dalam kamarnya. Perlahan tapi pasti Reza pun segera membuka pintu kamarnya.
"Sintia," ujar Reza yang mendekati Sintia yang sedang berbaring diranjang dan segera berpura-pura tidur.
"Sintia, aku mohon. Sudah lama aku tidak mendapatkan itu," lirih Reza lagi yang memang sudah cukup lama ia berpuasa.
Sebagai laki-laki yang normal sudah seharusnya Reza mendapatkan haknya. Akan tetapi Sintia yang tidak mengerti dengan keadaan Reza, bersikap acuh pada Reza. Sintia bahkan hanya pura-pura tidur agar ia terbebas dari kewajibannya.
Sementara Reza yang merasa sakit hati karena penolakan Sintia merasa marah. Akan tetapi kemarahan Reza sungguh tidak akan membuat Sintia menurutinya. Reza yang merasa kesal segera bergegas pergi menuju ruang tv dengan membawa bantal dan selimutnya.
Padahal Reza sudah sangat menginginkan hal itu, namun ia hanya mendapatkan kekecewaan karena penolakan Sintia. Meski tidak ada kata-kata menolak, tapi Reza tahu benar tentang sikap istrinya yang tidak pernah memperdulikan Reza sebagai suaminya.
"Ya sudah jika kamu tidak mau, aku akan pergi!" pekik Reza yang segera bergegas ke luar kamar.
Sintia yang mendengar suara pintu kamar yang tertutup pun sontak membuka matanya. Sudah sangat lama Sintia selalu bersikap seperti itu. Tidak mau tahu bahkan tidak perduli dengan Reza. Sementara Reza hanya bisa menghela nafas atas setiap perilaku istrinya.
Bukan tanpa alasan Sintia bersikap itu. Dahulu orang tuanya selalu memanjakan Sintia dan selalu memenangkan Sintia. Sehingga kini ia tumbuh menjadi anak yang egois. Selain itu, Sintia juga merasa kesal sebab dulu ia ternyata dijodohkan oleh ayahnya.
Flash back On
Reza yang bekerja disalah satu perusahaan konstruksi saat itu memang sangat dipercaya oleh atasannya. Ia adalah Pak Eko Wijaya, pemilik Wijaya Grup. Perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi itu memang sudah dikenal dimana-mana. Selain memiliki nama yang sudah dikenal banyak orang, ternyata Wijaya Grup menggunakan bahan-bahan berkualitas untuk pembangunannya. Sehingga banyak orang yang selalu memakai jasa Wijaya Grup.
Saat itu Reza yang bekerja sebagai orang kepercayaan Pak Eko memiliki kinerja yang bagus saat berada dikantornya. Sejak awal Pak Eko memperhatikan Reza yang begitu pintar dan sopan terhadap orang yang lebih tua dari dirinya. Selain itu ia juga merupakan laki-laki yang sangat baik, sehingga Pak Eko pun berniat untuk menjodohkan putrinya yang bernama Sintia Azkya dengan Reza.
Hari itu beberapa saat setelah meeting selesai, tiba-tiba saja Pak Eko tidak sadarkan diri.
"Pak, pak anda kenapa?" tanya Reza yang begitu panik saat melihat atasannya tiba-tiba tergeletak. Semua orang pun tampak berkerumun melihat keadaan Pak Eko.
"Cepat telepon ambulan," ujar Reza yang segera mengangkat Pak Eko ke ruangannya, lalu ia baringkan diatas sofa yang ada diruangan itu.
Tidak berapa lama akhirnya ambulan itu datang, Pak Eko segera dilarikan ke rumah sakit. Dengan kecepatan tinggi mobil itu melaju. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Reza menghubungi Sintia untuk memberitahukan kondisi ayahnya.
Tidak berapa lama akhirnya, Pak Eko tiba dirumah sakit terdekat dan segera dibawa ke ruangan Unit Gawat Darurat (UGD). Untuk beberapa saat Pak Eko diperiksa. Beberapa saat kemudian akhirnya Sintia datang dengan penuh rasa khawatir.
"Bagaimana kondisi papah? Apa papah baik-baik saja?" tanya Sintia yang sedikit berlari menghampiri Reza.
"Beliau sedang dalam pemeriksaan dokter bu," jawab Reza.
"Kenapa semua ini bisa terjadi?" tanya Sintia lagi.
"Saya juga tidak tahu bu, tiba-tiba saja Pak Eko pingsan setelah meeting tadi," jawab Reza secara detail.
Beberapa saat kemudian, salah seorang perawat keluar dari ruang UGD.
"Permisi ada yang namanya Sintia dan Reza?" tanya perawat itu saat membuka pintu.
"Saya!" jawab Sintia tunjuk tangan.
"Saya!" timpal Reza.
"Anda dan Pak Reza diminta untuk masuk ke dalam ruangan," tukas perawat itu dan segera meninggalkan mereka.
"Ada apa Pak Eko memanggilku juga?" gumam batin Reza yang merasa tidak enak hati.
Tanpa membuang waktu Sintia dan Reza pun segera masuk ke dalam ruangan itu.
"Papah tidak apa-apa?" tanya Sintia yang langsung memeluk ayahnya.
"Ayah tidak apa-apa nak," jawab Pak Eko yang membalas pelukan anaknya. Meski terlihat begitu pucat, tapi Pak Eko berusaha kuat dan tetap tersenyum dihadapan anaknya.
"Ada satu hal yang papah minta, anggap saja ini permintaan terakhir papah," ujar Pak Eko lirih.
"Kenapa papah berbicara seperti itu, apa saja kemauan papah pasti akan aku usahakan," jawab Sintia yang merasa sedih dengan kata-kata ayahnya.
"Begini nak, papah ingin kamu menikah dengan Reza. Papah sangat yakin jika Reza adalah laki-laki yang bertanggungjawab.
Mendengar pernyataan papahnya membuat Sintia dan Reza saling pandang. Tapi tidak ada pembicaraan diantara mereka.
"Tapi kenapa harus dengan dia pah?" protes Sintia yang merasa tidak setuju dengan keputusan papahnya.
Sementara Reza tidak bisa berbuat apa-apa. Reza tidak bisa menolak permintaan atasannya sebab dia sudah begitu baik kepada Reza. Mungkin Reza akan menerima perjodohan ini sebab ia sangat menghormati Pak Eko yang sudah sangat baik kepadanya.
"Karena papah sudah tahu tentang sikap dan perilaku Reza nak, papah yakin jika Reza adalah laki-laki yang tepat untukmu. Papah akan merasa tenang jika kamu menikah dengan Reza nak. Uhuk.. uhuk.." setelah pembicaraan itu tiba-tiba Pak Eko batuk, keadaannya menjadi kritis kembali.
"Dokter! Dokter!" pekik Reza yang segera berlari keluar mencari dokter.
"Papah.." teriak Sintia yang merasa takut kehilangan papahnya. Sintia begitu menyanyangi papahnya karena semenjak ibunya meninggal, Sintia hanya tinggal berdua bersama papahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments