Sabar Sintia, mungkin ini semua jalan yang terbaik untuk papah," lirih Reza yang mencoba mengingatkan Sintia.
"Papah, jangan tinggalkan aku," ujar Sintia lagi yang semakin menjadi. Sintia terus menangisi kepergian ayahnya sebab kini ia tidak memiliki siapa-siapa lagi.
"Sabar Sintia," ujar Reza lagi yang memeluk Sintia. Sintia yang merasa sedih untuk pertama kalinya menangis dipelukan Reza.
Semakin Reza mengeratkan pelukannya, semakin Sintia menangis. Dipelukan Reza Sintia menumpahkan segala kesedihannya. Reza yang merasa kasihan mengusap punggung Sintia. Setelah beberapa saat menangis membuat Sintia merasa lebih baik.
Jasad Pak Eko pun segera dimandikan, lalu dimasukan ke dalam peti mati untuk dibawa ke rumah. Pemakaman pun segera dipersiapkan. Jasad Pak Eko dibawa menggunakan ambulan. Sementara Sintia dan Reza ikut masuk ke dalam ambulan. Dalam perjalanan pulang pun Sintia tidak berhenti-berhentinya menangisi ayahnya.
"Pah, bangun pah. Jangan tinggalkan aku," lirih Sintia lagi yang mengguncangkan tubuh papahnya serta menangisi papahnya disampingnya.
"Jangan seperti ini Sintia, kasihan papah," ujar Reza yang memegangi tangan Sintia.
"Tapi aku tidak mau kehilangan papah, aku ingin bersama papah," ucap Sintia lagi yang semakin terisak.
"Aku tahu itu, tapi ini semua sudah merupakan takdir yang kuasa. Kita tidak bisa berbuat apa-apa," jelas Reza yang kini memeluk Sintia.
Setelah mendengar penjelasan Reza, Sintia hanya terdiam dan masih menangis.
Laju ambulan yang begitu cepat akhirnya membawa mereka lebih cepat sampai dirumah. Dirumah jasad Pak Eko segera dimandikan lagi dan dipakaikan kain kafan. Setelah disholatkeun dan didoakan, jasad Pak Eko pun segera dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Tampak keluarga dan tetangga yang datang untuk berziarah. Tempat Pemakaman Umum yang begitu ramai oleh para tamu yang ingin melihat jasad Pak Eko untuk yang terakhir kalinya. Pak Eko yang dikenal sangat baik dan dermawan memang disukai banyak orang.
"Yang sabar Sintia," ujar beberapa tetangga yang mengusap punggung Sintia.
Tanpa banyak berkata Sintia lagi-lagi menangis dan mengingat akan papahnya yang sudah dimasukan ke dalam liang lahat. Saat proses pemakaman papahnya air mata Sintia tidak berhenti mengalir.
"Terima kasih," timpal Reza yang menjawab dari samping Sintia.
Reza ikut merasa sedih karena kehilangan sosok ayah yang begitu baik. Meski bukan ayah kandungnya tapi Reza sudah menganggap Pak Eko sebagai ayahnya sendiri. Walau bagaimana pun Pak Eko lah yang membuat Reza bisa hidup seperti ini.
"Ya Allah ampunilah segala dosa-dosa beliau, terimalah amal ibadahnya dan lapangkanlah kuburnya. Terima kasih banyak pah, karena papah selama ini selalu bersikap baik kepadaku," gumam batin Reza yang sama-sama merasakan kesedihan.
Sintia yang menyaksikan papahnya dikubur hanya bisa menangis. Bahkan air mata itu seolah tidak berhenti mengalir, baginya kehilangan papahnya merupakan luka kedua yang ia rasakan setelah kehilangan ibunya. Setelah semua rangkaian acara selesai, Sintia dan Reza pun akhirnya pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah, Sintia bergegas ke dalam kamarnya. Sintia kembali menangis karena teringat pada papahnya. Dalam pikirannya Sintia teringat akan kenangan-kenangan indah bersama papahnya dimasa lalu.
Reza yang melihat Sintia seperti itu merasa tidak tega. Reza tahu benar dengan apa yang dirasakan Sintia. Meski Sintia tidak pernah bersikap baik kepadanya, tapi Reza berusaha tetap bersikap baik kepada Sintia terlebih saat ini Sintia begitu terpukul saat kehilangan seseorang yang begitu dicintainya.
"Ini makanlah dulu," ujar Reza yang membawakan sepiring nasi beserta lauknya untuk Sintia. Reza sengaja menyiapkan makanan saat Sintia sedang berada didalam kamar.
"Aku tidak mau makan," lirih Sintia dengan suara yang parau sebab sejak tadi dia tak henti-hentinya menangis.
"Ayolah makan walau hanya sedikit," titah Reza lagi yang menyendokan nasi. Perlahan tapi pasti Reza menyuapi Sintia. Meski awalnya tidak mau, akhirnya Sintia mau membuka mulutnya.
Walau tidak begitu banyak, tapi Reza merasa senang akhirnya Sintia mau makan juga. Setelah selesai makan Sintia berbaring diatas ranjang. Reza yang memperhatikan Sintia sejak tadi pun mendekati Sintia yang masih merasa bersedih.
"Sudahlah Sintia, jangan terlalu banyak dipikirkan. Kini papah sudah tenang berada disana," ujar Reza yang berbaring disamping Sintia.
Sintia yang tidak banyak berkata-kata pun hanya mengangguk dan mulai berkaca-kaca lagi.
"Kemarilah," ujar Reza yang memeluk Sintia.
Anehnya kali ini tidak ada penolakan yang biasa Sintia lakukan. Sintia segera memeluk Reza dengan begitu erat. Reza yang sudah lama tidak merasakan kehangatan seperti ini pun tidak menyia-nyiakan waktunya begitu saja. Reza membelai Sintia dengan lembut, hingga Sintia pun akhirnya terlena dengan setiap tindakan yang dilakukan Reza.
Tidak berapa lama akhirnya mereka melakukan penyatuan cinta yang selama ini sudah tertunda.
"Terima kasih Sintia," ujar Reza setelah merasakan hal itu. Sebab biasanya Sintia tidak akan pernah mengizinkan Reza menyentuhnya sama sekali. Tapi kali ini benar-benar tidak ada penolakan sedikitpun dari Sintia.
"Hemm," jawab Sintia yang tidak mau banyak berkata-kata.
Setelah melakukan hal itu, kini Sintia tertidur dengan pulas. Sejak tadi tidak berhenti menangis, ditambah permainan panas yang Reza lakukan membuat Sintia begitu lelah.
Sementara Reza segera membersihkan diri setelah merasakan hal itu. Selama beberapa tahun baru kali ini Reza mendapatkan kenikmatan surga dunia. Setelah membersihkan diri Reza pun membuat 1 gelas kopi yang ia nikmati bersama biskuit.
Bagi laki-laki segelas kopi rasanya tidak lengkap jika tidak ada rokok. Reza yang jarang merokok pun kini mulai menikmati nikmatnya rokok yang sudah lama tidak ia hisap. Disela-sela saat menikmati sebuah kopi, Reza teringat akan peristiwa indah bersama Sintia.
Reza benar-benar tidak bisa melupakan kejadian tadi, sebab hal itu baru pertama kali ia rasakan.
Keesokan harinya..
"Bagaimana dengan perasaanmu saat ini Sintia? Apa sudah lebih baik?" tanya Reza.
"Menurutmu?" tanya Sintia balik dengan nada sinis. Sejak tadi Sintia sudah sibuk dengan dirinya sendiri. Sintia kini sedang bersiap akan pergi.
"Mau pergi kemana Sintia? Aku sengaja mengambil cuti untuk beberapa hari hanya untuk menemanimu," ujar Reza yang merasa kecewa.
"Bukan urusanmu, aku hanya ingin keluar sebentar. Lagian siapa suruh mengambil cuti segala," pekik Sintia yang begitu sinis.
Hanya kemarin saja Sintia tidak banyak berbicara, itupun karena dia sedang bersedih. Hari ini Sintia kembali pada wujudnya yang asli, yang tidak menyukai Reza bahkan tidak memperdulikan Reza. Reza yang kecewa hanga terdiam melihat kepergian Sintia. Reza tidak bisa menghalangi kepergian Sintia, sebab percuma saja jika ia melarang Sintia akan pasti akan tetap saja pergi.
"Sejak kemarin aku selalu menghiburmu dan berusaha ada untukmu Sintia, tapi apa balasan yang ku terima ini," lirih Reza yang merasa kecewa atas tindakan Sintia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments