15. Kesalahan Terbesar

Oh soal bukti cinta, apa kamu mau membuktikan cinta kamu rin?" tanya Reza.

"Emang kakak sendiri apa buktinya benar-benar mencintai Arin?" tanya Arin.

"Jadi kamu mau bukti?" tanya Reza.

"Ga juga sih kak," jawab Arin yang merasa bingung sendiri.

"Ayo ikut kakak," ajak Reza yang menggandeng tangan Arin.

"Tapi kita mau kemana kak?" tanya Arin.

"Pokoknya kamu ikut aja," ujar Reza lagi.

Tanpa membuang waktu Reza pun segera mengajak Arin ke rumahnya. Reza melajukan kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi agar ia segera sampai di rumahnya. Entah mengapa tiba-tiba saja Reza ingin membawa Arin ke rumahnya.

"Kak Reza mau bawa aku kemana? Bukti apa yang dimaksud kak Reza, aku masih belum mengerti," gumam Arin dalam hati.  Arin hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan Reza. Tak berapa lama tibalah mereka dirumah Reza.

"Untuk apa kita ke rumah kakak?" tanya Arin yang tidak mengerti apa-apa.

Tanpa menjawab pertanyaan Arin, Reza tetap menggandengnya ke kamar.

"Untuk apa kita ke kamar kakak?" tanya Arin lagi.

"Katanya kamu ingin kakak membuktikan cinta kita," ujar Reza setenang mungkin.

"Tapi kenapa harus dikamar kak?" tanya Arin yang mulai merasa gelisah.

"Jika tidak disini kita akan melakukan itu dimana?" tanya Reza balik.

"Maksud kakak?" tanya Arin yang masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan Reza.

"Begini sayang," ujar Reza yang segera menghampiri Arin.

Reza mulai mendekati Arin, mengecup pucuk kepala Arin, lalu turun ke bibir ranum Arin. Sementara Arin hanya bisa terdiam saat Reza mulai mendekatinya. Dalam hidupnya, baru kali ini Arin merasakan sentuhan dibibirnya. Rasanya benar-benar tidak bisa dilupakan.

"Sudah cukup kak, aku ingin pulang," ujar Arin yang mulai resah dengan tindakan Reza dan seketika Arin pun memutar tubuhnya menuju pintu keluar.

"Tunggu Arin, kakak mohon. Katanya kamu ingin bukti cinta kakak ke kamu kan. Kakak akan buktikan sebentar saja," ujar Reza yang segera menghentikan langkah Arin dengan memeluknya dari belakang.

"Tapi kak, tolong lepaskan aku. Aku tidak mau melakukan hal itu," lirih Arin yang baru menyadari semuanya.

"Ayolah Arin, kamu pasti akan ketagihan. Hanya sebentar saja," bisik Reza ditelinga Arin.

Sementara Arin yang akan membuka pintu pun seketika terdiam karena langkahnya terhenti oleh pelukan Reza. Dari arah belakang Reza mengecup leher Arin yang jenjang. Sehingga Arin yang merasakan kecupan hangat dibibirnya itu mulai merasakan hangatnya bibir Reza.

Di tambah tangan Reza yang memegangi bagian dada Arin dari belakang semakin membuat Arin merasakan hal yang tak biasa. Arin mulai menikmati setiap aksi yang dilakukan Reza. Cukup lama berada di posisi itu, Reza pun segera membawa Arin mundur diatas ranjang miliknya.

Reza memutar posisi tubuh Arin yang membuatnya kini saling berhadapan. Perlahan tapi pasti Reza segera membuka kancing baju milik Arin satu persatu. Setelah kancing baju itu terbuka semakin Reza merasa bergairah. Dengan penuh semangat tangan Reza pun langsung menerobos menuju benda sintal itu dan memainkannya.

Arin yang baru pertama kali merasakan hal itu pun semakin terbawa suasana. Sementara Reza yang sudah tidak tahan lagi segera memakai pengaman terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

"Sudah kak jangan, aku rasa kita tidak boleh melakukan hal ini," ujar Arin yang merasa takut namun tetap menikmati setiap hal yang dilakukan Reza.

"Aaahh, tolong hentikan kak," ujar Arin yang mulai terangsang.

"Tidak akan apa-apa sayang, justru kamu akan merasakan surga dunia. Lagian kakak juga sudah pakai pengaman, jadi pasti semuanya akan aman," bujuk Reza yang sudah tidak tahan lagi menyelesaikan ritual itu.

"Tapi kak," ujar Arin lagi.

"Tidak apa-apa sayang, kita coba sebentar ya," bujuk Reza lagi.

Arin yang polos itu pun akhirnya memberikan izin kepada Reza untuk mengakses benda berharganya itu. Arin yang awalnya menolak justru kini mulai merasakan hal yang tak biasa itu. Hingga akhirnya Arin pun pasrah dibawah kungkungan Reza.

"Tahan sayang, mungkin rasanya akan sakit di awal tapi.." ujar Reza yang tidak meneruskan kata-katanya. Dan justru Reza segera memasukan miliknya menuju benda berharga milik Arin.

"Tahan sayang," ujar Reza.

"Kak," ujar Arin yang baru pertama merasakan hal itu. Awalnya merasa sakit, namun lama kelamaan Arin menikmati hal itu. Rasanya membuat Arin serasa melayang entah kemana.

Untuk sesaat, Reza pun memaju mundurkan gerakannya hingga akhirnya mereka berdua mencapai puncaknya.

"Apa sekarang kamu sudah lihat bukti cinta kakak rin?" tanya Reza yang kini terkulai lemas disamping Arin.

Arin pun hanya mengangguk dan menyesal telah berbuat seperti itu. Matanya mulai berkaca-kaca dan  lama-kelamaan akhirnya air matanya luruh juga. Arin segera bersiap dan memakai kembali pakaiannya.

"Maafkan kakak rin, kakak tidak bermaksud," ujar Reza yang menyesali perbuatannya.

"Aku takut kak, gimana jika nanti aku hamil," lirih Arin yang semakin bertambah sedih. Arin merasa takut jika dirinya akan hamil.

"Tidak rin, semua itu tidak akan terjadi karena kakak sudah pakai pengaman," timpal Reza.

"Tapi kak aku takut," lirih Arin lagi yang segera memakai pakaiannya yang lengkap.

"Kakak janji, kakak tidak akan kabur. Dan kakak pasti akan  menikahi kamu secepatnya," ujar Reza lagi.

"Ya sudah aku mau pulang kak," lirih Arin.

"Tapi diluar masih hujan, biar kakak antar pulang ya," tawar Reza.

"Tidak apa-apa kak, aku bisa pulang sendiri," jawab Arin.

"Tapi rin," ujar Reza.

"Tidak usah kak, aku mohon. Aku ingin sendiri," pekik Arin yang segera berlari dari rumah Reza.

Setelah kejadian itu akhirnya Arin segera pulang dari rumah Reza. Akan tetapi Arin tidak mau jika Reza mengantarkannya. Akhirnya Arin pun pulang dibawah hujan yang deras. Arin sengaja pulang saat masih turun hujan agar ia bisa menghukum dirinya sendiri.

Sesampainya dirumah Arin segera bergegas masuk ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi. Arin duduk di sudut kamar mandi yang diatasnya terdapat shower yang semakin membasahi tubuhnya. Dibawah derasnya air yang semakin membasahi tubuhnya, kesedihan Arin semakin menjadi.

Arin merutuki dirinya sendiri. Arin memarahi dirinya sendiri.

"Apa yang sudah aku lakukan? Mengapa aku memberikan barang yang sangat berharga dalam hidupku?" ujar Arin sambil menangis sejadi-jadinya.

"Semua memang kesalahanku yang membiarkan kak Reza masuk ke dalam kehidupanku," ujar Arin lagi.

Hampir beberapa jam Arin berada dikamar mandi. Arin begitu bersedih karena ia sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Kini Arin benar-benar menyesali semuanya. Arin merasa jika harapannya sudah hancur. Harapan menjadi seorang sarjana.

"Hancurnya harapanku," ujar Arin lagi.

"Aku bahkan kecewa dengan diriku sendiri," hardik Arin pada dirinya sendiri.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!