Pagi-pagi sekali Arin sudah beraktifitas seperti biasanya. Sebelum berangkat bekerja Arin selalu membereskan rumahnya terlebih dahulu. Mulai dari menyapu, mengepel lantai tak lupa ia lakukan. Serta tak lupa Arin juga menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga ayahhnya. Meski hanya makanan sederhana, tapi itu semua sudah lebih dari cukup.
"Aku pergi dulu yah," pamit Arin setelah menyelesaikan tugasnya dan sarapannya.
"Iya nak, hati-hati," jawab Pak Cokro. Tidak lama setelah anaknya pergi, Pak Cokro juga bergegas pergi untuk bekerja. Pak Cokro bekerja sebagai seorang buruh. Meskipun begitu, Pak Cokro bersyukur karena sampai saat ini ia masih bisa bekerja. Tidak seperti teman-temannya yang lain yang terkadang menganggur lama.
Kemajuan zaman yang begitu pesat kini mempermudah setiap orang dalam bepergian. Khususnya bagi orang yang tidak memiliki kendaraan bermotor. Seperti Arin yang kini berangkat bekerja menggunakan ojeg online.
Sejak dari rumah tadi Arin sengaja memesan ojeg online tersebut agar dirinya tidak terlalu lama menunggu. Sebab rumah Arin menuju jalan raya cukup jauh, sehingga Arin harus berjalan beberapa menit sebelum naik angkutan umum.
"Dengan mba Arin?" tanya seorang pria yang merupakan ojeg online tersebut untuk memastikan.
"Iya betul," jawab Arin sebelum menaiki ojeg itu.
"Ke jalan s kan?" tanya tukang ojeg itu lagi agar ia tidak salah jalan.
"Benar pak," timpal Arin lagi yang langsung menaiki ojeg itu.
Ojeg itu melaju dengan kecepatan yang tinggi, sehingga tidak terlalu lama bagi Arin agar segera tiba ditokonya. Pagi-pagi sekali semua temannya sudah bersiap. Sebelum membuka toko, Arin dan teman-temannya harus menyapu dan mengepel terlebih dahulu. Setelah semua selesai barulah mereka membuka toko.
Beberapa karyawan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menempati beberapa counter. Di setiap counter itu terdapat jenis barang yang berbeda-beda. Mulai dari perlengkapan bayi, baju anak balita, baju anak-anak serta berbagai jenis maianan juga ada ditoko itu.
Arin bertugas dibagian counter yang menjual perlengkapan bayi. Hal itu membuat Arin senang, sebab sedikit banyak Arin sudah mengetahui jenis perlengkapan bayi untuk bekal nanti jika ia memiliki seorang bayi. Tak terasa hampir seharian penuh Arin bekerja.
Ditempat lain sejak tadi Sintia sudah menunggu kedatangan suaminya. Sejak kemarin Sintia sengaja keluar rumah hanya untuk menyiapkan surat-surat perceraiannya dengan Azam. Kini tidak ada lagi orang yang mencegah dirinya bercerai dari Azam sebab papahnya sudah meninggal dunia.
"Aku sudah menunggumu sejak tadi," ujar Sintia yang baru saja melihat kedatangan Reza. Bukannya senyuman atau minuman yang ia persembahkan saat suaminya pulang, justru ia menyodorkan secarik kertas ke hadapan Azam.
"Surat apa ini?" tanya Reza yang menautkan kedua halisnya sambil memegang kertas itu.
"Baca saja!" pekik Sintia.
Tidak beberapa lama, akhirnya Reza pun langsung membaca isi surat itu.
"Apa? Tidak, aku tidak akan pernah menceraikanmu," ujar Reza yang langsung merobek kertas itu.
"Apa kamu sudah gila hah!" pekik Sintia yang merasa geram sebab sudah beberapa hari ini ia sengaja mempersiapkan surat itu. Kini hanya dengan hitungan detik, Reza merusak segalanya.
"Ya aku memang gila! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu," tukas Reza.
"Tapi kini papah sudah tidak ada, jadi tolong ceraikan aku!" ujar Sintia lagi penuh penekanan.
"Aku tahu, tapi aku sudah berjanji untuk selalu menjagamu," lirih Reza.
"Tapi kita tidak saling mencintai kan? Untuk apa kita mempertahankan rumah tangga ini jika diantara kita tidak ada cinta," ujar Sintia.
"Ucapanmu memang ada benarnya juga, tapi aku sudah berjanji pada papah. Mungkin seiring berjalannya waktu, cinta itu akan tumbuh," ucap Reza yang mencoba memberikan masukan pada Sintia.
"Tapi aku tidak mencintaimu Reza! Karena aku memiliki seorang kekasih!" jelas Sintia sambil berlalu meninggalkan rumah.
Mendengar hal itu membuat Reza terkejut. Iya baru tahu jika Sintia memiliki kekasih, tapi hal itu membuat Reza sadar sebab pernikahannya memang dipaksakan karena perjodohan. Jadi wajar saja jika Sintia berbuat demikian. Reza hanya bisa diam mematung, ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disisi lain Reza sudah berjanji kepada almarhum Pak Eko untuk menjaga putrinya, tapi di lain disisi ucapan Sintia juga ada benarnya. Mereka memang tidak saling mencintai, untuk apa lagi mereka harus mempertahankan rumah tangganya.
"Apa aku harus benar-benar menceraikan Sintia?" gumam batin Reza.
Pikirannya kini benar-benar kalut memikirkan nasib pernikahannya bersama Sintia. Reza merasa bingung harus berbuat apa. Memang didalam lubuk hatinya yang paling dalam, Reza belum seutuhnya mencintai Sintia. Akan tetapi Reza masih tidak enak dengan Pak Eko.
Merasa pusing berada dirumah, Reza berencana untuk mencari angin keluar. Entah Sintia pergi kemana, Reza bahkan tidak bisa mencegahnya pergi
"Aku akan keluar sebentar mencari angin," ujar Reza sambil bersiap menggunakan kaos santai dan celana panjang. Tak lupa ia pun mengenakan jaket karena angin malam begitu dingin.
Reza keluar rumah sambil mencari makanan, karena dirumahnya tidak ada makanan sama sekali. Disamping itu Reza berfikir setelah keluar rumah akan merasa lebih baik. Saat dalam perjalanan Reza seperti melihat seseorang yang ia kenal. Dan benar saja dia ternyata Arin yang baru saja pulang bekerja.
"Arin!" panggil Reza yang sedang melihat Arin sedang berjalan ditepi jalan.
"Kak Reza? Kakak mau kemana?" tanya Arin.
"Kakak mau ke depan cari makan, apa kamu sudah makan?" tanya Reza lagi.
"Mmh, belum juga sih kak?" jawab Arin yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah kita cari makan bareng kakak," ajak Reza.
"Oke!" jawab Arin yang merasa senang sebab kebetulan Arin begitu lapar setelah seharian bekerja.
Tanpa menunggu lama Arin pun segera naik ke atas motor Reza. Reza yang merasa perasaannya begitu kacau, kini terasa lebih ringan setelah bertemu dengan Arin. Entah mengapa saat Reza sedang dalam keadaan kalut, Arin lah yang selalu ada menemani.
Mereka mencari makan ke sebuah resto yang tidak terlalu jauh. Sebuah resto yang cukup ramai oleh pasangan muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
"Permisi pak, saya mau pesan!" ujar Reza yang mengacungkan tangannya dan memanggil seorang waitress.
"Silahkan pak," jawab waitress itu yang segera menyodorkan buku menu.
Tidak berapa lama akhirnya Reza memilih 2 jenis makanan dan 2 minuman yang berbeda.
"Mohon ditunggu pesanannya," pamit waitress itu sambil berlalu meninggalkan meja mereka.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya pesanan mereka pun datang. Dengan lahap Arin dan Reza segera menyantap makanan yang dipesannya. Hampir setiap hari Reza makan diluar karena Sintia tidak pernah menyiapkan makanan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments