Tak terasa kini pernikahan Arin dan Reza sudah menginjak 2 tahun lamanya. Selama mereka hidup bersama, selama itu pula mereka mulai mengenali sifat masing-masing. Arin sudah mengetahui kebiasaan Reza, begitupun sebaliknya Reza yang sudah mengetahui sifat Arin.
Kini mereka tinggal di rumah Reza. Rumah yang dulu pernah di tinggal oleh Reza dan istrinya yang dahulu. Sampai saat ini mereka masih bekerja. Bahkan meski Arin sudah dilarang untuk bekerja, tapi Arin masih ingin bekerja karena ia merasa bosan jika berada dirumah seharian.
Khuwek.. khuwek..
"Kamu kenapa rin?" tanya Reza yang langsung menghampiri Arin. Meski ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu, tapi setelah mendengar Arin seperti itu Reza segera bergegas. Reza merasa khawatir setelah melihat Arin seperti itu.
"Ga tau kak, aku tiba-tiba merasa pusing," lirih Arin.
"Apa? Ya sudah kita pergi ke dokter ya?" ajak Reza.
"Tidak kak, aku tidak apa-apa. Aku cuma pusing biasa, mungkin aku hanya masuk angin biasa," tukas Arin.
"Ya sudah kalau begitu hari ini kamu tidak usah kerja dulu. Biar aku yang akan menelpon tempat kerjamu," timpal Reza yang segera mengeluarkan benda pipihnya.
Sementara Arin terbaring diatas sofa. Entah mengapa hari ini tiba-tiba Arin merasa pusing, mual, bahkan rasanya seperti mau muntah. Sudah beberapa hari ini memang Arin selalu merasa pusing tapi ia tidak banyak mengeluh. Arin tidak biasa menceritakan tentang apa yang dirasakannya.
"Kalau begitu kakak juga akan izin tidak akan bekerja hari ini," ujar Reza.
"Tidak perlu kak, aku tidak apa-apa. Nanti juga kalau udah istirahat pasti udah mulai enakan," timpal Arin.
"Tapi kakak tidak akan tenang jika harus meninggalkan kamu sendirian," lirih Reza.
"Benaran kak, aku tidak apa-apa," tukas Arin.
Khuwek.. khuwek..
Seketika Arin pun berlari menuju kamar mandi. Lagi-lagi ia merasa ingin pusing dan ingin muntah, tapi tidak mengeluarkan apa-apa.
"Tuh kan, kamu muntah lagi," ujar Reza.
"Ya sudah kita akan pergi ke dokter. Kakak ga mau tahu ya, kamu harus diperiksa dokter," ujar Reza penuh penekanan.
"Ya udah kak iya," jawab Arin yang terpaksa harus menuruti suaminya. Walaupun sebenarnya Arin merasa tidak apa-apa, tapi Reza merasa begitu khawatir melihat Arin yang terus-terusan muntah.
Arin pun segera bersiap dan mereka segera bergegas pergi menuju rumah sakit terdekat. Dengan kecepatan yang tinggi Reza melajukan kendaraannya.
"Hati-hati mas," ujar Arin yang menepuk bahu Reza.
"Iya rin, maaf. Kakak ingin segera sampai soalnya," timpal Reza.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba disalah satu rumah sakit terdekat dikota itu. Reza segera mendaftarkan Arin agar ia bisa segera diperiksa. Beruntung saat datang, belum terlalu banyak pasien yang datang.
Sehingga setelah mendaftar Arin langsung dipanggil untuk yang pertama.
"Nyonya Arini Karisma Putri," ujar salah seorang perawat yang memanggil.
"Iya saya," jawab Arin yang segera berdiri menghampiri perawat itu.
"Silahkan masuk nyonya," suruh perawat itu.
"Selamat pagi bu, silahkan berbaring," ujar seorang dokter yang menyapa Arin dengan tersenyum simpul.
"Pagi juga dok," jawab Arin yang langsung mengikuti perintah dokter itu.
"Ini dok, istri saya sejak kemarin merasa pusing dan muntah-muntah," ujar Reza yang memberikan penjelasan.
"Kak," timpal Arin yang merasa malu karena suaminya tiba-tiba berbicara.
"Tidak apa-apa," tukas dokter itu yang tersenyum melihat perdebatan mereka.
Arin pun segera masuk ke ruangan dokter untuk diperiksa. Berbaring di atas ranjang untuk di cek tensi, serta dianjurkan untuk membuang air kecil agar ai seninya bisa diperiksa.
"Jadi gimana dok? Istri saya sebenarnya sakit apa?" tanya Reza yang sejak tadi sangat mengkhawatirkan keadaan istrinya.
Ssetelah beberapa saat memeriksa, akhir nya hasil tes itu keluar.
"Selamat, pak, bu anda akan menjadi orang tua," ujar dokter itu sambil tersenyum simpul.
"Apa dok? Jadi istri saya," tukas Reza yang merasa sangat senang setelah mendengar pernyataan dokter itu.
"Iya pak, selamat istri anda sedang mengandung dan kini usianya sudah 3 minggu," tambah dokter itu lagi.
"Alhamdulillah," jawab Arin dan Reza serempak.
"Selamat ya pak, bu. Saya akan memberikan beberapa vitamin dan penguat kandungan. Tolong Bu Arin harus selalu dijaga, dan tidak boleh mengangkat barang-barang yang berat. Serta tidak boleh kelelahan," ujar dokter itu yang memberikan wejangan untuk menjaga kehamilannya.
"Terima kasih dok," jawab Reza dan Arin.
Setelah selesai diperiksa, mereka pun segera pamit dari ruangan itu. Mendengar kehamilan Arin membuat Reza sangat bahagia, baru kali Reza merasa sangat bahagia setelah bertahun-tahin menikah. Namun bagi Arin, hal ini tidak terlalu membuatnya senang.
Pasalnya jika ia hamil, mungkin ia tidak bisa lagi bekerja dan meneruskan cita-citanya.
"Kenapa Rin?" tanya Reza setelah mereka sampAi dirumah.
"Ga kenapa-kenapa kak, memangnya aku kenapa?" tanya Arin balik.
"Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. Apa kamu tidak bahagia dengan kehamilan ini?" tanya Reza yang menautkan kedua hakisnya.
"Entahlah kak, aku harus merasa bahagia atau sedih. Karena aku merasa jika aku hamil, aku tidak bisa bekerja lagi bahkan melanjutkan cita-citaku untuk kuliah," lirih Arin yang mulai berkaca-kaca.
"Menurut kakak, tidak baik jika kamu berkata seperti itu. Bukankah kamu bisa melanjutkan kuliah atau bekerja lagi setelah anak ini lahir. Kita bisa mencari baby sytter untuk menjaga anak kita. Lagipula orang lain belum tentu ada yang seberuntung kita. Ada yang menikah sudah cukup lama tapi mereka masih belum dikaruniai seorang anak. Lalu kita yang sudah diberi kepercayaan untuk merawat anak ini, malah kita sia-sialan,"ujar Reza yang menjelaskan panjang lebar. Yang dikatakan Reza memang ada benarnya juga. Setelah mendengar kata-kata Reza membuat Arin termenung dan berfikir.
"Iya juga kak. Bahkan aku tidak memikirkan hal itu. Aku selalu sibuk dengan apa yang aku inginkan. Padahal aku juga tahu bahwa memiliki seorang anak itu anugrah. Ada guru Arin juga yang sudah menikah, tapi mereka belum diakaruniai seorang anak sampai saat ini. Padahal mereka sudah sangat mapan," timpal Arin.
"Itu maksud dari perkataan kakak. Seharusnya kita banyak bersyukur karena kita masih diberi kepercayaan diberikan anak secepat ini," lirih Reza yang merasa sangat bahagia.
"Iya kak, Arin faham. Maafkan Arin kak, tidak seharusnya Arin berkata seperti itu," tukas Arin.
"Ya sudah, kamu tidak perlu meminta maaf segala. Kakak sangat mengerti dengan apa yang kamu rasakan," timpal Reza yang segera memeluk istrinya.
"Iya kak," jawab Arin yang langsung membalas pelukan suaminya.
Berada dipelukan suaminya membuat Arin merasa nyaman. Arin kini merasa bahagia sebab setelah ia menikah ia merasa ada teman untuk berbagi rasa suka maupun duka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments